Anda di halaman 1dari 42

MONITORING HEMODINAMIK

MEKANIKA PEMANTAUAN
HEMODINAMIK
 Pengertian
Hemodinamik menurut Guyton (1994) adalah bagian yang
mempelajari prinsip – prinsip fisika aliran darah dalam pembuluh
darah dan jantung.
 Jantung mendorong darah ke dalam aorta, melebarkannya dan
menimbulkan tekanan di dalamnya. Tekanan ini kemudian mendorong
darah melalui arteri, arteriol, kapiler, venula, vena dan akhirnya
kembali ke jantung.
 Selama manusia tetap hidup, aliran darah yang melalui lingkaran yang
sambung menyambung ini tidak akan pernah berhenti.
 Status hemodinamika seseorang akan dimunculkan dalam bentuk
tanda dan gejala yang mampu menggambarkan proses hemodinamika
dalam tubuh.
 Tanda dan gejala yang dapat diamati sebagai gambaran status
hemodinamika antara lain adalah tekanan darah dan denyut jantung /
nadi
Tekanan Darah
 Tekanan dalam suatu pembuluh darah merupakan tekanan
yang bekerja terhadap dinding pembuluh tersebut.
 Tekanan ini berusaha melebarkan pembuluh karena
pembuluh darah memang dapat dilebarkan.
 Selain itu tekanan menyebabkan darah keluar dari pembuluh
darah melalui setiap lubang, yang berarti tekanan darah
normal yang cukup tinggi dalam arteri akan memaksa darah
mengalir dalam arteri kecil, kemudian melalui kapiler dan
akhirnya masuk ke vena. Jadi tekanan darah penting untuk
mengalirkan darah dalam lingkaran sirkulasi
 Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti : curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju
serta kekentalan darah.
 Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis.
 Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan
disebut tekanan sistolik.
 Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat
jantung beristirahat.
 Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa
normalnya berkisar 100/60 samapi 140/90 mmHg.
 Rata – rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
 Untuk mendapatkan nilai tekanan darah seseorang, maka
perlu dilakukan pengukuran tekanan darah.
 Tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak
langsung.
 Pada metode langsung kateter arteri dimasukan ke dalam
arteri kemudian diukur tekannannya. Pengukuran tidak
langsung dilakukan dengan sifigmomanometer dan stetoskop.
 Dengan menggunakan stigmomanometer dan stetoscop
tersebut dapat ditentukan nilai tekanan sistolik maupun
tekanan diastoliknya.
 Sfigmomanometer terdiri dari manset yang dapat
dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan
dengan rongga dalam manset
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TEKANAN DARAH
 Ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi tekanan
darah yaitu :
1) Umur
2) Latihan
3) Stres
4) Suku
5) Kegemukan
6) Jenis Kelamin
7) Pengobatan
8) Variasi Diurnal
9) Proses Penyakit
NADI
 Nadi merupakan gelombang/denyutan yang dihasilkan oleh adanya
kontraksi ventrikel kiri jantung.
 Jantung merupakan suatu pompa denyut dan darah masuk ke arteri
pada setiap denyutan jantung yang menyebabkan tekanan nadi dan
denyut nadi.
 Pada umumnya denyutan nadi merupakan gambaran representasi dari
stroke volume dan kemampuan mengembang dari arteri.
 Stroke volume merupakan kandungan darah yang masuk ke dalam
arteri setiap kontraksi ventrikel.
 Normalnya jantung mengosongkan sekitar 70% volume pada setiap
kontraksi ventrikel , yaitu sekitar 70 ml darah pada orang dewasa yang
sehat.
 Sedangkan kemampuan mengembang dari arteri merupakan
distensibilitas dari arteri, yaitu kemampuan untuk berkontraksi dan
ekspansi
PEMERIKSAAN NADI
 Pemeriksaan nadi sering dilakukan dengan
menggunakan metode palpasi atau auskultasi .
 Metode palpasi dilakukan dengan meletakan tiga jari
pada area apeks jantung atau pada area arteri yang ingin
dilakukan pemeriksaan.
 Demikian halnya dengan auskultasi biasnya dengan
meletakan stetoscop pada area apeks jantung.
 Saat memeriksa nadi faktor – faktor yang perlu dikaji
antara lain adalah kecepatan, irama ,kualitas, konfigurasi
gelombang nadi, dan kualitas pembuluh darah itu sendiri
.
FAKTOR – FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI DENYUT NADI
 Frekuensi nadi dimunculkan dalam bentuk denyutan setiap menit.
 Frekuensi denyutan nadi bervariasi menyesuaikan dengan masing –
masing faktor – faktor.
 Perawat harus mendukung setiap faktor berikut ini ketika melakukan
pengkajian denyut nadi klien. Faktor – faktor tersebut antara lain :
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Latihan
4. Demam
5. Pengobatan
6. Perdarahan
7. Stress
8. Perubahan posisi
 Status hemodinamik tekanan darah dan frekuensi
denyut nadi sangat dipengaruhi oleh aktivitas
hormonal dan persyaratan.
 Menurut ganong(2001) syaraf otonom simpatis
membuat vasokontriksi arteriol dan vena serta
meningkatkan frekunesi denyut jantung dan isi
sekuncup melepaskan muatan dengan cara tonik, dan
tekanan darah disesuaikan dengan variasi kecepatan
muatan tonik ini.
 Selanjutnya vasodilatasi jantung dan pembuluh
darah juga diatur oleh system otonom parasimpatis.
 Simpatis dan parasimpatis bekerja secara berlawanan
dalam rangka memperoleh penyesuaian frekuensi
denyut jantung dan tekanan darah.
 Aktivitas simpatis dan parasimpatis pada jantung
dan pembuluh darah tidak terlepas dari pengaruh
aktivitas hormon epeneprin dan norepineprin
(adrenalin) .

 Peningkatan sekresi hormon ini akan mengiduksi


dan mengeksitasi syaraf simpatis untuk melakukan
vasokontriksi sehingga terjadi peningkatan frekuensi
denyut jantung yang diikuti oleh penyusuaian
peningkatan tekanan darah.
Tempat Kanulasi
 Kateter arteri umumnya diletakan pada arteri radial
bahkan pada anak – anak, karena sirkulasi kolateral
pada tangan di supply oleh arteri ulnar. Tempat ini
juga memungkinkan perawatn dan akses yang lebih
mudah.

 Arteri lainnya mungkin juga dapat digunakan untuk


memonitor arteri secara invasif meliputi arteri
brachial, axila, femur, dorsalis pedis dan pada bayi
baru lahir yaitu arteri umbilikal.
KOMPLIKASI
ISKEMI.
 Iskemi terjadi akibat emboli, trombus, atau spasme arteri
merupakan komplikasi utama dari monitor arteri secara
langsung.
 Hal ini terlihat dengan adanya pucat pada bagian distal dari
tempat pemasangan dan biasanya diikuti dengan nyeri dan
parestesia.
 Iskemi dapat mengakibatkan nekrosis jaringan jika kateter
tidak di ubah posisi atau diangkat
 Trombosis dapat dicegah dengan cara irigasi secara terus –
menerus dengan heparin.
 Tetapi harus diingat bahwa bagaimana tindakan flusing ini
dapat mengakibatkan emboli cerebral
PERDARAHAN
 Perdarahan adalah mungkin jika saluran tidak
tersambung atau jika keran terbuka, oleh karena itu
selang sebaiknya tetap diatas papan tempat tidur
sehingga dapat diobservasi.

 Perdarahan dan hematoma pada tempat penusukan


dapat terjadi khususnya jika kateter dimasukan
melalui sebuah jarum. Tempat penusukan sebaiknya
di kaji secara teratur ketika kateter terpasang.
INFEKSI
 Seperti semua pemasangan selang, adanya
kateter arteri meningkatkan resiko terjadinya
infeksi.
 Derajat infeksi meningkat secara dramatik
setelah 4 hari kateterisasi dan ini berkaitan
secara langsung dengan bagaimana perawatan
selang dan tranduser seperti frekuensi ganti
balutan, ganti selang dan perubahan larutan.
TEKANAN ARTERI NORMAL
 Normalnya tekanan arteri pada orang dewasa
sekitar 120/80 mmHg dan meningkat secara
bertahap sesuai usia.
 Perkiraan kasar untuk batas atas dari tekanan
sistolik normal didapatkan dengan cara
menambahkan 100 untuk usia pasien.
 Tekanan sistolik lebih tinggi dari 160 dan
diastolik lebih tinggi dari 90 dianggap
hipertensi.
MENURUNNYA TEKANAN ARTERI
 Menurunnya tekanan arteri akibat hipovolemi cairan
atau kehilangan darah, selama gagal jantung dan
shock, dan vasodilatasi.

 Tekanan diastolik harus diamati secara hati – hati


selama pemberian vasodilator seperti sodium
nitrpruside yang mungkin dapat mengurangi tekanan
diastolik lebih cepat daripada tekanan sistolik atau
tekanan rata – rata.
MENINGKATNYA TEKANAN ARTERI
 Tekanan arteri meningkat dengan perbaikan pada sirkulasi
volume dan fungsi, stimulus simpatik, vasokonstriksi, dan
pemberian vasopressor.
 Pemberian agen inotropik mungkin dapat atau tidak
meningkatkan tekanan darah.
 Jika sebuah obat inotropik positif dapat mempengaruhi dalam
mengatasi tidak adekuatnya oksigenasi atau hipovolemi
tekanan mungkin dapat jatuh.
 Sebagai tambahan, jika agen inotropik menyebab vasodilatasi
(isoproterenol) tekanan mungkin tetap atau turun
TEKANAN NADI
 Tekanan nadi merupakan perbedaan antara
tekanan sistolik dan diastolik.
 Penurunan tekanan nadi merupakan satu dari
tanda pertama tidak adequatnya volume.
 Sebaliknya peningkatan tekanan nadi
merupakan tanda awal perbaikan volume
BENTUK GELOMBANG TEKANAN ARTERI
 Bentuk gelombang tekanan arteri sebaiknya terlihat
dengan dicrotic notch yang menunjukan penutupan
katup aorta.
 Jika dicrotic notch tidak terlihat, tekanannya tidak
akurat dan jumlahnya lebih rendah dari tekanan
sebenarnya.
 Dicrotic notch yang menghilang pada beberapa
pasien ketika tekanan sistolik turun dibawah 50 – 60
mmHg, tapi hal ini biasanya berkaitan dengan
kesulitan mendengar dan meraba cuff tekanan.
 Gelombang tekanan arteri dapat berupa konfigurasi yang berbeda.
 Bagian samping kiri dari gelombang, tekanan menjadi lurus dan
bahkan mencapai titik yang tinggi ketika terdapat peningkatan
sirkulasi catecholamin yang dapat menyebabkan peningkatan
respon inotropik.
 Sebuah gelombang sempit dan tinggi juga terlihat pada pasien
dengan gangguan aorta (hipertensi).
 Pada pasien ini tekanan diastolik mungkin juga menurun,
menghasilkan bentuk komplex yang tinggi dan sempit.
 Meningkatnya stroke volume akan meningkatkan tekanan nadi
(meningkatnya sistolik dan menurunnya tekanan diastolik)
walaupun penampilan visual dari bentuk gelombang yang hampir
sama.
 Meningkatnya denyut jantung dan resistensi perifer (PVR)
meningkatkan tekanan diastolik. Dengan kata lain, vasodilatasi
yang menurunkan PVR dapat menyebabkan tekanan diastolik jatuh
di bawah 50 mmHg
PENGUKURAN TEKANAN DARAH ARTERI
SECARA INFASIF ATAU LANGSUNG

 Pengukuran tekanan darah arteri secara infasif atau


langsung dilakukan dengan memasukan kateter ke
lumen pembuluh darah arteri dan disambungkan ke
sistem transducer.

 Tekanan intra arteri melalui kateter akan dikonversi


menjadi sinyal elektrik oleh tranducer lalu disebar
dan diteruskan pada osciloskope, kemudian diubah
menjadi gelombang dan nilai digital yang tertera
pada layar monitor
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TEKANAN ARTERI

 Curah jantung
 Resistensi perifer
 Elstisitas pembuluh arteri
 Volume darah
 Viskositas darah
 Berat badan
 Umur
 Aktivitas
 Emosi
INDIKASI PEMANTAUAN TEKANAN
DARAH ARTERI SECARA INVASIF
1. Monitor tekanan darah invasif diperlukan pada pasien dengan
kondisi kritis atau pada pasien yang akan dilakukan prosedur operasi
bedah mayor sehingga apabila ada perubahan tekanan darah yang
terjadi mendadak dapat secepatnya dideteksi dan diintervensi, atau
untuk evaluasi efek dari terapi obat – obat yang telah diberikan
a) Prosedur operasi bedah mayor seperti : bedah thorax, bedah saraf,
bedah laparotomy, bedah vascular.
b) Pasien dengan status hemodinamik tidak stabil
c) Pasien yang mendapat terapi vasopressor dan vasodilator
d) Pasien yang terpasang IABP
e) Pasien yang tekanan intrakranialnya di monitor secara ketat.
f) Pasien dengan hipertensi krisis, dengan overdiseksi aneurisma aorta
2. Pemeriksaan serial analisa gas darah
a) Pasien dengan gagal nafas
b) Pasien yang terpasang ventilasi mekanik
c) Pasien dengan gangguan asam basa (asidosis /
alkalosis)
d) Pasien yang sering dilakukan pengambilan sampel
arteri secara rutin
KONTRA INDIKASI RELATIF PADA PEMANTAUAN
TEKANAN DARAH ARTERI SECARA INFASIF

1) Pasien dengan perifer vascular disease


2) Pasien yang mendapat terapi antikoagulan atau
terapi trombolitik
3) Penusukan kanulasi arteri kontraindikasi relatif
pada area yang mudah terjadi infeksi, seperti area
kulit yang lemah, mudah berkeringat, atau pada
area yang sebelumnya pernah dilakukan bedah
vascular
LOKASI PEMASANGAN KATETER ARTERI
 Lokasi penempatan kateter intraarteri meliputi arteri
radialis, brachialis, femoralis, dorsalis pedis, dan
arteri axilaris.
 Pertimbangan penting pada penyeleksian lokasi
insersi kateter meliputi, adanya sirkulasi darah
kolateral yang adekuat, kenyamanan pasien, dan
menghindari area yang beresiko tinggi mudah terjadi
infeksi
LOKASI PEMASANGAN KATETER ARTERI
PEMASANGAN MONITOR
I. PENGERTIAN
 Suatu tata cara yang dilakukan
terhadap pasien untuk
memonitoring status koordinamik
(TTV) dalam 24 jam
II. TUJUAN
 Agar segera diketahui perubahan
status hemodinamik (TTV) baik terjadi
peningkatan atau penurunan sehingga
dapat segera ditangani
III. PROSEDUR

PERSIAPAN
1. Pasien
2. Elektroda 3 buah
3. Bed side monitor
CARA KERJA

 Pasien diberitahu (kalau sadar)


 Buka pakaian pasien terutama daerah dada
 Pasang elektroda pada bagian dada : RA (Rightarm →
warna merah ), LA (Left arm → warna kuning) LL (Left
leg → warna hijau )
 Sambungkan kabel ke steker listrik
 Sambungkan kabel groun ke ground
 Tekan tombol “ Power “ untuk memasukan arus listrik ke
mesin
 Sambungkan kabel pasien dengan elektrode sesuai dengan
posisinya & manset tensimeter
 Tekan tombol on untuk menghidupkan mesin
 Bila layar sudah terbuka setting limite HR, RR, TD.
 Hidupkan system “ alarm “
 Lihat gambar irama jantung (nadi), SaO2, RR & angka
nadi SaO2 & RR sampai muncul
 Tekan tombol on untuk mengukur tekanan darah.
Tunggu monitor merekam s/d muncul angka systole &
dyastole
 Rapikan posisi & baju pasien
 Catat / dokumentasikan TTV ke dalam lyst ICU setiap
jam.

Anda mungkin juga menyukai