Anda di halaman 1dari 16

1.

DEFINISI TEKANAN DARAH


Tekanan darah merupakan daya yang dihasilkan oleh darah terhadap
setiap satuan luas dinding pembuluh. Bila seseorang mengatakan bahwa
tekanan dalam pembuluh adalah 100 mmHg. Hal ini berarti bahwa daya
yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi
sampai setinggi 100 mm . Tekanan darah juga di definisikan sebagai
kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan
tekanan dari jantung.
Tekanan puncak terjadi saat vertrikel berkontraksi dan disebut
tekanan sistolik. Tekanan distolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat
jantung beristirahat . tekanan biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan distolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar
dari 100/60 sampai 140/90. Rata- rata tekanan darah normal biasanya
120/80.
Tekanan darah timbul ketika bersirkulasi di dalam pembuluh darah.
Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini
dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk
menggerakkan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang
elastis dan ketahanan yang kuat.

2. FISIOLOGI TEKANAN DARAH


Tekanan darah di pengaruhi oleh curah hujan dan resistensi pembuluh
darah perifer (tahanan perifer).curah jantung (cardiac output) adalah
jumlah darah yng dipompakan oleh ventrikel ke dalam sirkulasi pulmonal
dan sirkulasi sistemik dalam waktu satu menit , normalnya pada dewasa
adalah 4-8 liter.cardiac output di pengaruhi oleh volum sekuncup stroke
volume dan kecepatan denyut jantung resistensi penifer total tahanan
perifer pada pembuluh darah di pengaruhi oleh jari-jari arteriol dan
viskositas darah .stroke volume atau volume sekuncup adalah jumlah darah
yang di pompakan saat ventrikel satu kali berkontraksi normalnya pada
orang dewasa normal yaitu 70-75ml atau dapat juga di artikan sebagai
perbedaan antara volume darah dalam ventrikel pada akhir diastolik dan
volume sisa ventrikel pada akhir sistolik.Heart rate atau denyut jantung
adalah jumlah kontraksi ventrikel per menit.Volume sekuncup di pengaruhi
oleh 3 faktor yaitu volume akhir diastolik ventrikel beban akhir ventrikel
dan kontraktilitas dari jantung.
Tubuh mensuplai darah ke seluruh jaringan, sehingga mampu
memberikan gaya dorong berupa tekanan arteri rata-rata dan derajat
vasokontriksi arterior-arterior jaringan tersebut. Tekanan arteri rata-rata
harus dipantau dengan baik karena apabila tekanan ini terlalu tinggi dapat
memperberat kerja jantung dan meningkatkan risiko keeusakan pembuluh
darah serta terjadinya ruptur pada pembuluh- pembuluh darah halus.
Tekanan arteri akan tetap normal melalui penyesuaian jangka pendek
(dalam hitungan detik) dan penyesuaian jangkan panjang ( dalam hitungan
menit sampai hari). Penyesuaian jangka pendek dilakukan dengan
mengubah curah jantung dan resistensi perifer total yang diperantarai oleh
sistem saraf otonom pada jantung, vena dan arterior. Penyesuaian jangka
panjang dilakukan dengan menyesuaikan volume darah total dengan cara
menyeimbangkan garam dan air melalui mekanisme rasa haus dan
pengeluaran urin.
Penyimpangan pada arteri rata-rata akan mengaktivasi efek
baroresptor untuk dapat menormalkan kembali tekanan darah yang di
perantarai oleh saraf otonom. Hal ini yang mempengaruhi kerja jantung dan
pembuluh darah dalam upaya menyesuaikan curah jantung dan resistensi
perifer total. Reflek dan respon lain yang mempengaruhi tekanan darah
yaitu reseptor volume atrium kiri, oamoreseptor hipotalamus yang penting
dalam mengatur keseimbangan air dan garam, kemoreseptor yang terletak
di arteri korotis dan aorta yang secara reflek akan meningkatkan
pernafasan sehingga lebih banyak oksigen yang masuk. Respon lainnya
yaitu respon yang berkaitan dengan emosi, kontrol hipotalamus terhadap
arteriol kulit untuk mendahulukan pengaturan suhu dari pada kontrol pusat
kardiovaskuler dan zat-zat vasoaktif yang dikeluarkan oleh sel-sel endotel.

3. TEGULASI TEKANAN DARAH


Pengaturan tekanan darah secara umum dibagi menjadi dua yaitu
pengaturan tekanan darah untuk jangka pendek dan pengaturan tekanan
darah untuk jangka panjang.

a. Pengaturan tekanan darah jangka pendek


1. Sistem saraf
Sistem saraf mengontrol tekanan darah dengan
mempengaruhi tahanan pembuluh darah. Kontrol ini bertujuan
untuk mempengaruhi distribusi darah sebagai respon terhadap
peringkatan kebutuhan bagian tubuh yang spesifik, dan
mempertahankan tekanan arteri rata-rata yang akurat dengan
mempengaruhi diameter pembuluh darah. Umumnya kontrol
sistem syaraf terhadap tekanan darah melibatkan baroreseptor,
kemoreseptor, dan pusat orak tertinggi. Sistem baroreseptor
bekerja sangat cepat untuk mengkompensasi perubahan tekanan
darah. Baroreseptor yang penting dalam tubuh manusia terdapat di
sinus karotis dan arkus aorta. Baroreseptor secara terus menerus
memberikan informasi tekanan darah, dan secara kontinu
mengkasilkan potensial aksi sebagai respon terhadap tekanan
dalam arteri. Jika tekanan arteri meningkat, potensial aksi juga akan
meningkat sehingga kecepatan pembentukan potensial aksi di
neuron eferen yang bersangkutan juga ikut meningkat. Begitu juga
sebaliknya, jika terjadi penurunan tekanan darah. Setelah mendapat
informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan
potensial aksi tersebut, pusat kontrol kardiovaskuler merespon
dengan mengurangi aktivitas simpatik dan meningkatkan aktivitas
parasimpatik. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan
denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, menimbulkan
vasodilatasi arteriol dan vena serta menurunkan curah jantung dan
resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali normal.
Begitu juga sebaliknya jika tekanan darah turun dibawah normal.

2. Kontrol kimia
Kadar oksigen dan karbondioksida membantu proses
pengaturan tekanan darah melalui refleks kemereseptor. Beberapa
kimia darah juga mempengaruhi tekanan darah melalui kerja pada
otot polos dan pusat vasomotor. Hormon yang penting dalam
pengaturan tekanan darah adalah hormon yang dikeluarkan oleh
medula adrenal, natriuretik, hormon antidiuretik, angiostensis.
b. Pengaturan tekanan darah jangka panjang
Organ ginjal memiliki peran penting dalam pengaturan tekanan
darah jangka panjang. Organ ginjal mempertahankan keseimbangan
tekanan darah secara langsung dan secara tidak langsung. Mekanisme
secara langsung dengan meregulasi volume darah rata-rata 5
liter/menit, sementara secara tidak lansung dengan melibatkan
mekanisme renin angiostensin.
c. Pengukuran tekanan darah
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah
sphygmomanometer dan stethoscope yang telah dikalibrasi dengan
tepat. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan langkah-
langkah berikut ini:
1. Kaji tempat paling baik untuk melakukan pengukuran tekanan
darah
2. Siapkan alat serta alat tulis
3. Anjurkan pasien untuk menghindari kafein dan merokok 30
menit sebelum pengukuran.
4. Bantu pasien mengambil posisi duduk atau berbaring.
5. Posisiskan lengan atas setinggi jantung dan telapak tangan
menghadap keatas.
6. Gulung lengan baju bagian atas lengan.
7. Palpasi arteti brakialis dan letakkan manset 2,5 cm diatas nadi
brakialis, selanjutnya dengan manset masih kempis pasang
manset dengan rata dan pas si sekeliling lengan atas.
8. Pastikan alat diposisikan secara vertikal sejajar mata dan
pengamat tidah boleh lebih jauh dari 1 meter.
9. Letakkan earpiece stetoskop pada telinga dan pastikan bunyi
jelas, tidak redup.
10. Ketahui letak arteri brakialis dan letakkan belt atau diafragma
diatasnya serta jangan menyentuh manset atau baju pasien.
11. Tutup kayub galon tekanan searah jarum jam sampai kencang.
12. Gembungkan manset diatas tekanan sistolik yang dipalpasi
kemudian dengan perlahan lepaskan dan biarkan air raksa
turun dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik.
13. Catat titik pada manometer saat bunyi pertama jelas terdengar.
14. Lanjutkan mengempiskan maset, catat titik pada manometer
sampai 2 mmHg terdekat atau saat bunyi tersebut hilang.
15. Kmpiskan manset dengan cepat dan sempurna. Buka manset
dari lengan kecuali juka ada rencana untuk mengulang.
16. Bantu pasien untuk kembali lengan atas serta beritahu hasil
pengukuran pada pasien.
Pengaturan kerja jantung
d. Jantung bekerja dalam 3 periode, yaitu:
1. Periode kontriksi ( periode sistole )
Periode kontriksi merupakan suatu keadaan dimana jantung
bagian vertrikel dalam keadaan menguncup. Kutub bikus dan
trikuspidalis dalam keadaan tertutup valvula semilinaris aorta dan
valvula semilunaris arteri pulmonalis terbuka, sehingga darah dari
vertrikel dekstra mengalir ke arteri pulmonalis masuk ke paru-paru
kiri dan kanan, sedangkan darah dari ventrikel sinitra mengalir ke
aorta kemudian dialirkan ke seluruh tubuh.

2. Periode dilatasi ( periode diastole )


Periode dilatasi merupakan suatu keadaan dimana jantung
dalam keadaan mengembang. Katub bikuspidalis dan trikuspidalis
terbuka sehingga darah dan atrium sinistra dan darah dari atrium
dekstra masuk ke vertrikel dekstra. Sehingga darah yang ada di
paru-paru kiri dan kanan melalui vena pulmonalis masuk ke atrium
sinistra dan darah dari seluruh tubuh melalui vena cava masuk ke
atrium dekstra.
3. Periode istirahat
Periode istirahat merupakan waktu antara periode kontriksi
(sistole ) dan dilatasi ( distole ) dimana jantung berhenti kira-kira
1/10 detik.

4. PENGATURAN TEKANAN DARAH


Pengaturan tekanan darah dilakukan oleh sistem pernapasan dan sistem
endokrin. sistem persarafan
1. Pengaturan oleh sistem saraf
Pengaturan oleh dilakukan melalui aktivitas saraf otonom yaitu
aktivitas saraf simpatis dan parasimpatis. Perubahan aktivitas saraf
simpatis dan parasimpatis merupakan respon yang dikirim oleh
reseptor sensoris dari bagian tubuh. Ada tiga reseptor penting dalam
refleks kardiovaskuler yaitu baroresptor, reseptor, dan chemoreseptor.
Baroreseptor merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan
tekanan darah arteri, terletak pada arkus aorta dan sinus karotik.
Meningkatnya tekanan arteri kan menstimulasi barorepstor, kemudian
akan mengirim menstimulus ke medula oblongata dan mengakibatkan
tekanan arteri.
Reseptor merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan
regangan, pada refleks status volume sirkulasi. Ketika tekanan darah
pada vena cava dan atrium kanan menurun seperti pada hipovolomia
stretch reseptor akan mengirimkan sedikit impuls ke seluruh saraf
pusat.
Kemoreseptor, terletak pada arkus aorta dan karotik prodi. Reseptor
ini sensitif pada perubahan kimia, terutama pada peningkatan
karbondioksida dan penurunan Ph darah arteri, ketika terjadi
perubahan maka kemo reseptor akan mengirimkan impuls ke susunan
saraf pusat untuk meningkatkan heart reat.
Peran saraf otonom dalam pengaturan tekanan darah terkait
dengan pengaturan heart rate, kontraktilitas otot jantung, konduksi AV
node, tahanan pembuluh darah parifer, aliran balik vena yaitu dengan
vasokentriksi dan vasodilatasi venula dan vena.
2. Pengaturan oleh sistem endokrin
Pengaturan tekanan darah juga dilakukan oleh sistem endokrin
melalui peran hormon tertentu seperti hormon yang diproduksi oleh
medula adrenal yaitu epinefrin dan noreprinefrin. Noreprinefrin
berperan sebagai vasokontriktor tergantung pada reseptor otot polos
pada pembuluh darah organ.
Sedangkan renin merupakan enzim yang diproduksi, disimpan dan
dilepaskan oleh ginjal. Produksi renin didtimulus oleh adanya
penurunan aliran darah ke ginjal dan oleh saraf simpatik. Renin
berperan dalam mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin .
Disamping ini hormon histmin, bradikinin, serotinin juga berperan
dalam pengaturan tekanan darah. Histomin merupakan vaskodilaor kuat
pembuluh darah kecil walaupun juga perperan dalam vasokontriksi
pembuluh arteri besar. Pradikinin merupakan vasodilator kuat,
terutama pada pembuluh kutaneus. Sedangkan sirotinin merupakan
vasokontriktor kuat pada arteriole kutanea.

5. PENGENDALIAN TEKANAN DARAH


Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu
diperlukan untuk daya dorong yang mengalirkan darah di dalam arteri,
arteriola, kapiler, dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang
menetap.
Jantung bekerja sebagai pemompa darah dapat memindahkan darah
dari pembulu vena ke pembuluh arteri. Pada sistem sirkulasi tertutup,
aktivitas pompa jantung berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi
dan rekalsasi dan sehingga menimbulkan tekanan darah dalam sistem
sirkulasi . pada perekaman tekanan di dalam sistem arteri, saat itu tampak
kenaikan tekanan arteri sampai pada puncaknya sekitar 120 mmHg,
tekanan ini disebut tekana sistole. Kenaikan ini menyebabkan aorta
mengalami distensi sehingga tekanan di dalamnya turun sedikit.
Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung menurun
sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan
tekanan diastolik. Dengan adanya perubahan pada siklus jantung inilah
yang menyebabkan terjadinya aliran darah di dalam sistem sirkulasi
tertutup pada tubuh manusia.
Pusat pengawasan dan dan peraturan perubahan tekanan darah :
1. Sistem saraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak,
misalnya pusat vasomotor dan di luar susunan saraf pusat misalnya
baroreseptor dan sistemik.
2. Sistem humoral atau kimia yang berlangsung lokal atau sistemik,
misalnya renin- angiostensin, vasopresin, epinefrin, asetikolin, serotinin,
adenosin, dan kalsium, magnesium, hidrogen, kalium dan sebagainya.
3. Sistem hemodinamik lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
susunan kapiler, perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik bagian luar
dan dalam sistem vaskuler.

Pusat vasomotor

Pusat pengendalian tekanan darah yang terdapat pada dua pertiga


proksimal medula oblongata dan sepertiga distal pons. Pusat vasomotor ini
bertanggung jawab atas vasokontriksi pembuluh darah dan peningkatan
frekuensi denyut jantung dan selalu berdenyut otomatis karena sel-selnya
memiliki potensi istirahat yang labil dan impuls atau rangsangan terjadi
dikirim melalui jalur saraf medula spinalis dan melalui saraf simpatis
menujuke organ yang dipeliharanya seperti jantung dan pembuluh darah.

Pusat vasokontriksi terdapat secara bilateral pada dua pertiga


proksima medula oblongata dan sepertiga distal pons. Sedangkan dibagian
medial dan distal medula oblongata terdapat pusat vasodilator (inhibitor)
yang mampu menghambat impuls vasokontriktor dan efeknya
menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Kedua pusat tersebut saling
memengaruhi kontraktilitas miokardium, isi akhr diastolik dan pacu
jantung, di lain pihak mampu memlihara tahanan perifer total agar tetap
berada dalam batas-batas normal.

Sistem humoral (kimia)

Pengaturan tekanan darah dapat terjadi dengan memengaruhi faktor yang


menjadi komponen tekanan darah seperti curah jantung dengan segala
faktor yang memengaruhinya dan tahanan perifer total dengan segala faktor
yang memengaruhi. Pengendalian tekanan darah secara humoral adalah
pengendalian tekanan darah yang diperankan oleh bahan seperti hormon
antara lain : vasopresin, kortikosteroid, renin-angiostensin, epinefrin,
norepinefrin, bradikinin, serotinin, dan ion-ion yang terdapat di dalam
cairan tubuh misalnya bahan elektrolit lokal (ion kalsium) yang memiliki
kemampuan rangsangan vasokontriksi arteriola.

menstimulasi

ANGIOSTENSINOGEN RENIN

ANGIOTENSIN I

Kerja enzim

ANGIOTENSIN II

menstimulasi

VASOKONTRIKSI ALDOSTERON

Menstimulasi

RETENSI AIR DAN NATRIUM

Tekanan darah
Gambar 5-1 kendali sistem renin-angiostensin dan sistem saraf pusat
terhadap dilatasi dan konstriksi pembuluh darah.

Sistem hemodinamik

Pengaturan tekanan darah lebih cenderung diperankan oleh perubahan


tekanan osmotik dan tekanan hidrostatik baik ntravaskuler maupn
ekstravaskuler. Peran utama dilakukan oleh kadar natrium yang secara
langsung memengaruhi nilai osmotik cairan sehingga akan memengaruhi
proses sekresi aldosteron atau hormon antidiuretik dan selanjutnya
hormon tersebut akan memengaruhi volume darah dan tekanan darah.
Perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik tersebut juga memengaruhi
tekanan darah.

6. FAKTOR YANG MEMPERTAHANKAN TEKANAN DARAH

a. Viskositas (kekentalan) darah

Viskositas disebabkan protein plasma dan jumblah sel darah yang berada
didalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan
menugbah tekanan darah. Misalnya pada anemia, jumlah sel dalam darah
berkrang dan dengan sendirinya tekanan menjadi lebih rendah. Di dalam
arteri tekanan lebih besar dari pada yang ada dalam vena sebab otot yang
membngkus arteri lebih elastis dari pada yang ada dalam vena.

b. Tahanan tepi (resistensi periferi)

Tahanan tepi adalah tahanan yang di keluarkan geseran darah yang


mengalir dalam pemblh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sisrem
serklasi besar berada didalam arterior. Dan turunya tekanan terbesar
terjadi pada tempat ini. Arterior juga” menghalskan denytan yang keuar “
dari tekanan darah sehingga denyutan tidak kelihatan didalam kapiler dan
vena.

c. Kecepatan aliran darah

Kecepatan darah mengalir tergantung pada ukuran palum yang ada pada
pembuluh atau kelompok pembuluh. Darah ddalam aorta bergerak cepat.
Didalam arteri kecepatanya berkurang dan menjadinsangat lambat didalam
kapiler. Tekanan dapat dilihat ketika darah kembali mencapai pembuluh-
pembuluh (vena) yang lebih besar didekat jantung untuk mempertahankan
sirkulasi, maka darah yang mencapai jantung harus mempunyai volume
yamg sama dengan darah yang meninggalkan jantung. Tekanan darah dalam
vena adalah rendah dan vaktor lain yang membantu aliran darah kembali
kejantung mencakup:

 Gerakan otot kerangka yang mengeluarkan tekanan diatas vena

 Gerakan yang dihasilkan pernapasan, khususnya oleh naik trunya


diafragma yang bekerja sebagai pompa

 Kerja mengisap yang dikeluarkan atrium yang kosong sewaktu


diastole, menarik darah dari vena untuk mengisinya
Tekanan darah arterial, meskipn sebagian besar telah berkurang oleh
arterior dan kapiler, tetapi masih cukup untuk mendorong darah maju.

7. Faktor Tambahan yang Mempengaruhi Tekanan Darah

1. Umur

Umumnya tekanan darah akan meningkat seiring bertambahnya


umur seseorang. Hal ini disebabkan karena berkurangnya distensibilitas
dinding pembuluh darah atau menjadi kaku (Webber, 2007).

2. Jenis kelamin

Tekanan darah pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan


darah pada wanita karena pria mempunyai hormon testosteron yang
menyebabkan pembuluh darah tidak seelastis pembuluh darah pada
wanita dan memiliki Total Peripheral Resistance yang tinggi. Wanita
memiliki hormon estrogen dan progesteron yang membuat pembuluh
darah lebih elastis, tetapi setelah menopause, tekanan darah akan
meningkat karena pembuluh darah menjadi tidak elastis (Guyton and
Hall, 1997).

3. Kerja otot

Pada saat melakukan pekerjaan yang mengerahkan kekuatan fisik,


jantung akan memompa lebih banyak darah agar memenuhi kebutuhan
kerja otot tersebut sehingga tekanan darah akan meningkat pula (Guyton
and Hall, 1997).

4. Bentuk tubuh

Orang gemuk kebanyakan memiliki tekanan darah yang lebih tinggi


dibandingkan orang yang bertubuh normal. Kegemukan menginduksi
sekresi insulin yang berlebihan yang berakibat terjadinya penebalan
dinding pembuluh darah, peningkatan curah jantung karena peningkatan
adrenalin, peningkatan volume darah karena reabsorpsi air dan garah
dari ginjal yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Viviali,
2003).

5. Emosi

Respon kardiovaskular berhubungan dengan kebiasaan serta emosi


yang dimediasi melalui jalur hipotalamus-serebral korteks. Berhubungan
dengan respon simpatis yang akan meningkatkan frekuensi denyut
jantung dan tekanan darah (Sherwood, 2007).

6. Sikap Badan

Pengukuran tekanan darah akan berbeda pada berbagai sikap


badan. Tekanan setiap pembuluh di bawah jantung akan lebih tinggi dan
pembuluh di atas jantung lebih rendah akibat adanya efek gravitasi. Hal
inilah yang mempengaruhi tekanan darah, umpamanya seseorang berdiri
mempunyai tekanan arteri 100 mmHg pada setinggi jantung maka
tekanan arteri di kaki akan menunjukkan 190 mmHg (Guyton and Hall,
1997).

7. Keadaan Setelah Makan

Setelah seseorang makan maka aktivitas motorik, sekretorik, dan


absorbsi semuanya meningkat. Aliran darah juga akan meningkat selama
1 jam berikutnya atau lebih, kemudian turun kembali ke tingkat istirahat
setelah 2 sampai 4 jam kemudian (Guyton and Hall, 1997).
8. Keadaan tidur

Pada saat tidur, kerja saraf simpatis menurun sehingga menurunkan


tonus otot, termasuk tonus otot jantung sehingga tekanan darah
menurun.

Tetapi tekanan akan kembali normal jika sudah bangun kembali.


Mimpi buruk akan meningkatkan tekanan darah karena pengeluaran
hormon stress.

9. Susunan saraf otonom

Sistem saraf otonom dibagi dua yaitu sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Jantung secara langsung dirangsang oleh sistem saraf
autonom, yang selanjutnya akan memperkuat pemompaan jantung. Pada
sistem ini yang banyak berperan adalah sistem saraf simpatis. Sistem
saraf simpatis juga menyebabkan pelepasan hormon norepinefrin dari
ujung saraf simpatis sehingga terjadi peningkatan permeabilitas
membran saraf terhadap natrium dan kalsium, yang pada akhirnya akan
meningkatkan frekuensi denyut jantung. Sistem saraf simpatis juga
memberi pengaruh langsung untuk meningkatkan kekuatan
kontraktilitas otot jantung (Guyton and Hall, 1997).

10. Sistem Renin Angiotensin

Renin merupakan enzim proteolitik yang disekresikan oleh sel


jukstaglomeruler cell ginjal sebagai respon terhadap berbagai macam
stimulus (termasuk penurunan volume intravaskular dan tekanan
darah). Renin bekerja pada angiotensinogen untuk merubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I dengan membebaskan 10 peptida
asam amino. Peptida ini kemudian bekerja dengan pengaruh Angiotensin
Converting Enzyme (ACE) untuk memecah angiotensin I menjadi
angiotensin II dengan membentuk 8 peptida asam amino.

Angiotensin I merupakan vasokonstriktor lemah dan tidak


mempunyai pengaruh yang cukup untuk menyebabkan perubahan
fungsional yang bermakna dalam fungsi sirkulasi. Sedangkan angiotensin
II merupakan vasokonstriktor yang poten sehingga mengakibatkan
peningkatan tekanan darah, selain itu angiotensin II juga merupakan
stimulan utama yang berperan dalam pelepasan hormon aldosteron dari
zona glomerulosa cortexginjal.

Hormon aldosteron ini akan mengakibatkan peningkatan reabsorbsi


air dan ion Na serta sekresi ion K. Hal ini akan merangsang hipotalamus
untuk mengeluarkan Anti Diuretic Hormon (ADH) yang berfungsi
meningkatkan retensi air dan garam serta mengkonstriksikan arteriol
eferen glomerulus dan secara langsung merangsang reabsorbsi natrium
terutama di tubulus proksimal akibatnya akan terjadi peningkatan
volume ke ekstra seluler dan tekanan darah (Guyton and Hall, 1997).

11. Refleks Baroreseptor

Peningkatan tekanan akan meregangkan baroreseptor dan menyebabkan


menjalarnya sinyal menuju sistem saraf pusat, dan dengan adanya sinyal
“umpan balik” akan menyebabkan dikirimnya kembali melalui sistem
saraf autonom ke sirkulasi untuk mengurangi tekanan darah tadi kembali
ke nilai normal. Baroreseptor memberi respon dengan sangat cepat
terhadap perubahan tekanan, pada kenyataan kecepatan impuls
meningkat selama sistol dan menurun lagi selama diastol. Selanjutnya
baroreseptor lebih banyak berespon terhadap tekanan yang berubah
cepat daripada tekanan yang menetap (Guyton and Hall, 1997).

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai