Anda di halaman 1dari 5

Hemodinamika

Hemodinamika adalah ilmu yang mempelajari pergerakan darah dan daya yang berperan di
dalamnya. Hemodinamika erat kaitannya dengan mekanisme sirkulasi darah dalam tubuh
(Saputro, 2013). Hemodinamik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan volume, jantung,
dan pembuluh darah. Hemodinamik ini diatur oleh system saraf simpatik dan parasimpatik
(Katili, 2015).
Menurut Susanto (2015), hemodinamik adalah ilmu yang memepelajari peredaran darah dan
daya yang berperan di dalamnya. Hemodinamik erat kaitannya dengan mekanisme sirkulasi
darah dalam tubuh. Komponen hemodinamik secara umum terdiri atas tiga komponen utama
yaitu :
 Volume (darah dan cairan)
 Pembuluh darah (arteri, vena, dan kapiler)
 Jantung sebagai pompa
Hemodinamik dapat dipantau secara invasif dan noninvasif. Pemantauan hemodinamik secara
noninvasif terdiri dari beberapa komponen antara lain tekanan darah, nadi, heart rate,
pernapasan, indikator perfusi perifer, produksi urin, saturasi oksigen, dan GCS (Katili, 2015).
Tujuan pemantauan hemodinamik adalah untuk mendeteksi, mengidentifikasi kelainan fisiologis
secara dini dan memantau pengobatan yang diberikan guna mendapatkan informasi
keseimbangan homeostatic tubuh. Pemantauan hemodinamik bukan tindakan terapeutik tetapi
hanya memberikan informasi kepada klinisi dan informasi tersebut perlu disesuaikan dengan
penilaian klinis pasien agar dapat memberikan penanganan yang optimal.
Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh,
bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan gaya renggang, atau
ditensibilitas dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut diregangkan). Pada saat
systole ventrikel, satu sisi sekuncup darah masuk ke arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar
sepertiga dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke arteriol. Selama
diastole, tidak ada darah yang masuk ke arteri, sementara darah yang terus keluar dari arteri,
didorong oleh recoil elastik. Tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri sewaktu darah
disemprotkan ke dalam pembuluh tersebut selama sistole (tekanan sistole), rerata adalah 120
mmHg sedangkan tekanan diastole rerata adalah 80 mmHg.
Istilah dalam Tekanan Darah
1. Tekanan darah sistolik
Tekanan darah yang digunakan arteri selama fase sistol jantung. Tekanan Sistolik normal:
120 mmHg (110 mmHg sampai 140 mmHg)
2. Tekanan darah diastolik
Tekanan minimum yang digunakan dalam arteri selama fase diastol jantung. Tekanan
normal diastol: 80 mmHg (60 mmHg sampai 80 mmHg)
3. Tekanan nadi
Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Normal tekanan nadi adalah: 40
mmHg (120-80=40).
4. Rata-rata Tekanan darah arteri
Rata-rata tekanan yang ada dalam arteri. Hal ini bukan aritmetik rata-rata tekanan sistolik
dan diastolik tetapi tekanan diastolik ditambah satu per tiga tekanan nadi.
Pengaturan tekanan darah
A. Pengaturan tekanan darah jangka pendek
Mekanisme pengaturan tekanan darah jangka pendek berlangsung dari beberapa detik
hingga beberapa menit. Faktor fisik yang menentukan tekanan darah adalah curah
jantung, elastisitas arteri, dan tahanan perifer. Curah jantung dan tahanan perifer
merupakan sasaran pada pengaturan cepat lewat refleks. Pengukuran ini terjadi melalui
refleks neuronal dengan target organ efektor jantung, pembuluh darah dan medula
adrenal. Sistem refleks neuronal yang mengatur mean arterial blood pressure bekerja
dalam suatu rangkaian umpan balik negatif
terdiri atas: detektor, berupa baroreseptor, yaitu suatu reseptor regang yang mampu
mendeteksi peregangan dinding pembuluh darah oleh peningkatan tekanan darah, dan
kemoreseptor, yaitu sensor yang mendeteksi perubahan PO2, PCO2, dan pH darah; jaras
neuronal aferen; pusat kendali di medula oblongata; jaras neuronal eferen yang terdiri
atas sistem saraf otonom; serta efektor, yang terdiri atas alat pemacu dan sel-sel otot
jantung, sel-sel otot polos di arteri, vena dan medula adrenal (Purba A: 2006, Soffer L.S:
1981).

(pengaturan jangka pendek terhadap penurunan tekanan darah)


(Pengaturan jangka pendek terhadap peningkatan tekanan darah)
B. Pengaturan tekanan darah jangka menengah-panjang
Sebagai pelengkap dari mekanisme neuronal yang bereaksi cepat dalam mengendalikan
resistensi perifer dan curah jantung, kendali jangka menengah dan jangka panjang
melalui sistem humoral bertujuan untuk memelihara homeostasis sirkulasi. Pada keadaan
tertentu, sistem kendali ini beroperasi dalam skala waktu berjam-jam hingga berhari-hari,
jauh lebih lambat dibandingkan dengan refleks neurotransmiter oleh susunan saraf pusat.
Sebagai contoh, saat kehilangan darah disebabkan perdarahan, kecelakaan, atau
mendonorkan sekantung darah, akan menurunkan tekanan darah dan memicu proses
untuk mengembalikan volume darah kembali normal. Pada keadaan tersebut pengaturan
tekanan darah dicapai terutama dengan meningkatkan volume darah, memelihara
keseimbangan cairan tubuh melalui mekanisme di ginjal dan menstimulasi pemasukan air
untuk normalisasi volume darah dan tekanan darah.
Pengukuran tekanan darah

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah sphygmomanometer.


Sphygmomanometer ada tiga jenis, ada yang jenis air raksa, aneroid dan jenis digital. Tekanan
darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007). Tekanan darah diukur
dan dicatat dengan menggunakan tekanan sistolik dan diastolik dari pasien. Mengukur tekanan
darah sangat penting dilakukan sebelum, pada saat latihan dan sesudah memberikan latihan
kepada pasien untuk melihat adanya respon dari latihan yang diberikan (Lippincott & Wilkins,
2009). Posisi saat melakukan pengukuran tekanan darah adalah punggung dan kaki pasien harus
didukung, kaki tidak menyilang, dan kaki bertumpu pada permukaan yang keras. Lengan yang
akan diukur harus dibebaskan dari pakaian atau dilonggarkan agar tidak mengganggu aliran
darah dan posisi manset sejajar dengan jantung. Manometer ditaruh sejajar di tingkat mata
praktisi kesehatan yang melakukan pengukuran. Penempatan manset harus ditempatkan pada
lengan yang bebas dari pakaian dan kira-kira 2 cm diatas lipatan siku, dengan garis tengah
kantong diatas arteri brakialis. Pemasangan harus pas tetapi tetap memungkinkan 2 jari untuk
masuk di bawah manset (Adhitya, 2014).
Untuk menghindari suara asing selama deflasi manset, pastikan bahwa stetoskop tidak
bersentuhan dengan pakaian pasien atau dengan manset tekanan darah dan tempatkan bel
stetoskop di atas arteri brakialis, menggunakan tekanan yang cukup untuk menyediakan
transmisi suara yang bagus tanpa terlalu mengompresi arteri. Setelah tekanan nadi-obliterasi
ditentukan, memulai auskultasi pengukuran tekanan darah dengan cepat menggembungkan
manset ke
tingkat 20 sampai 30 mmHg di atas tekanan nadi-obliterasi. Kemudian menurunkan manset pada
tingkat 2 mmHg per detik dibarengi mendengarkan suara korotkoff. Saat manset mengempis,
aliran darah bergejolak melalui arteri brakialis menghasilkan serangkaian suara (Lippincott &
Wilkins, 2009).
Ada 5 fase untuk menentukan dan mencatat tekanan darah, tahap pertama ditandai dengan jelas,
suara ketukan yang berulang, bertepatan dengan kemunculan denyut nadi yang diraba.
Kemunculan awal suara fase pertama sama dengan tekanan darah sistolik. Selama fase kedua,
murmur terdengar dalam sadapan yang telah terdengar. Fase ketiga dan keempat, perubahan
diredam saat ketukan suara sedang berlangsung (biasanya dalam 10 mmHg dari tekanan diastolik
yang sebenarnya) sebagai pengukuran tekanan mendekati tekanan diastolik. Fase kelima benar-
benar tidak ada sebuah suara, ini menunjukkan hilangnya suara dan sama dengan tekanan darah
diastolik. Untuk memastikan diastole yang telah tercapai, kempiskan tekanan manset dengan
tambahan 10 mmHg melampaui korotkoff suara kelima. Lakukan minimal dua pengukuran
tekanan darah pada interval minimal 1 menit. Catat rata-rata pengukuran sebagai tekanan darah
(Lippincott & Wilkins, 2009).
Sumber :
http://repository.ump.ac.id/
https://sinta.unud.ac.id/
https://journal.uny.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai