PENDAHULUAN
Setiap orang orang memiliki resiko yang sama terkena musibah dan hal-hal kegawatan
yang waktu serta tempatnya tidak dapat diperkirakan. Setiap pribadi mempunyai andil
dalam memberikan pertolongan saat menemukan orang lain terkena musibah yang
dalam hal ini bisa mengakibatkan henti jantung atau cardiac arrest. Kasus henti jantung
sebagian besar terjadi di luar rumah sakit sehingga membutuhkan bantuan yang cepat
dan tepat dalam menanganinya agar tidak terjadi kematian. Berdasarkan survey dari
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dilaporkan kejadian cardiac arrest
di United States selama periode 1 Oktober 2005–31 December 2010 didapatkan sekitar
31.689 kasus cardiac arrest yang terjadi di luar rumah sakit. Dari kejadian tersebut,
sejumlah 33, 3% dari kasus cardiac arrest yang memperoleh bantuan Resusitasi Jantung
Paru (RJP) dari awam dan hanya 3,7% yang mendapatkan bantuan Automated External
10.000 yang dengan kata lain 30 orang tiap. Untuk setiap 30 orang yang menerima RJP
dari awam, kemungkinan korban selamat dapat bertambah. Saat ini, setelah lima
dekade kemajuan medis, RJP awam menjadi komponen yang paling penting dalam
menyelamatkan korban henti jantung yang terjadi di luar rumah sakit atau out-of-
RJP merupakan salah satu pengetahuan mengenai tindakan penyelamatan hidup berupa
pemberian kompresi dada, di mana setiap orang perlu tahu dan siapapun bisa
melakukannya. Hampir 80% dari serangan jantung mendadak terjadi di rumah dan
1
disaksikan oleh keluarga terdekat. Oleh karena itulah sangat dibutuhkan sekali
peningkatan jumlah dan kesiapsiagaan RJP awam untuk memberikan pertolongan pada
korban OHCA.
Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu
sistem yang terpadu dan berkesinambungan, mulai dari fase pra Rumah Sakit, fase
Rumah Sakit dan fase rehabilitasi. Hal ini karena kualitas hidup penderita pasca cedera
akan sangat bergantung pada apa yang telah dia dapatkan pada periode Pra Rumah
Sakit, bukan hanya tergantung pada bantuan di fasilitas pelayanan kesehatan saja. Agar
pertolongan mencapai hasil yang optimal maka penanganan awal sesaat setelah
prinsip dan teknik yang benar. Inilah yang menjadi kontribusi masyarakat dalam
di rumah sakit maka penanganan lanjutan dapat dengan baik dilakukan, dampaknya
Usia SMA merupakan usia yang paling memenuhi kriteria untuk dilatih dalam ikut
terhadap diri sendiri, teman, keluarga dan masyarakat lingkungannya. Hal inilah yang
Kesehatan Remaja dalam memberikan bantuan dan pertolongan dasar kepada penderita.
Upaya tersebut dapat berupa pelatihan. Mengenai pelatihan ini difokuskan pada
bantuan hidup dasar yang dapat dengan mudah dipahami oleh masyarakat umum.
2
1.2 Rumusan Masalah :
Kesehatan Remaja tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap Kegawat Daruratan
1.3 Tujuan
Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap Kegawat Daruratan pada Korban Henti
3
BAB 2
PENYAJIAN MATERI
1. Tekanan (Enforcement)
Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan baik adalah
dengan cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini bisa dalam bentuk
sanksi.
2. Edukasi (Education)
Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar dengan
saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran
harus menguasai ilmu komunikasi juga harus menguasai pemahaman yang lengkap
4
mencegah penyakit, mengobati penyakit dan membantu pemulihan. Pendidikan
kesehatan adalah suatu kegiatan yang terencana dengan tujuan untuk mengubah
Ada empat tingkatan yang dapat dijadikan sasaran pendidikan kesehatan. Keempat
tersedia.
Istilah kader, umumnya menunjukkan pada pengertian kelompok elite atau inti
sebagai bagian kelompok yang terpenting dan yang telah lulus dalam proses seleksi.
Adapun pengertian kader yang lebih operasional adalah seseorang yang telah
menyetujui dan meyakini kebenaran suatu tujuan dari suatu kelompok tertentu,
kemudian secara terus menerus dan setia turut berjuang dalam proses pencapaian
tujuan yang telah disetujui dan diyakini itu (Imawan Wahyudi, 2002). Bahwa dimana
anggotanya berasal dari lingkungan setempat, dipilih oleh orang-orang yang ada di
lingkungan itu sendiri dan bekerja sama secara sukarela. Secara umum istilah kader
kesehatan yaitu kader-kader yang dipilih oleh lingkungan setempat untuk menjadi
5
penyelenggara. Banyak para ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader
dinamakan juga promotor kesehtan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih
“Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, berumur Batasan
usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th. Namun jika pada usia remaja sudah
menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Sebaliknya jika usia
remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka ia masih
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan
Dokter Kecil dan kader Kesehatan Remaja adalah peserta didik yang dipilih guru
guna ikut melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan terhadap diri sendiri,
kelurga, teman peserta didik pada khususnya dan sekolah pada umumnya.
6
Kader Kesehatan Remaja atau Kader UKS (pada jenjang SLTP dan SLTA) adalah
siswa yang memenuhi kriteria dan telah terlatih untuk ikut melaksanakan sebagian
usaha pemeliharaan dan peningkatan kesehatan terhadap diri sendiri, teman, keluarga
dan lingkungannya.
Kader kesehatan Remaja adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari
murid kelas 1 dan 2 SLTP dan sederajat, murid kelas 1 dan 2 SMU/SMK atau
Kesehatan Remaja juga diartikan kader yang memiliki pengetahuan tentang kesehatan
peningkatan kesehatan anak dalam kandungan, masa bayi, masa balita, usia pra
sekolah dan usia sekolah. Selanjutnya dalam pasal 45 dinyatakan bahwa kesehatan
dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan
berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang
kebiasaan hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk
Konsep hidup sehat yang tercermin pada perilaku sehat dalam lingkungan sehat perlu
diperkenalkan seawal mungkin kepada generasi penerus dan selanjutnya dihayati dan
7
diamalkan. Peserta didik bukanlah lagi semata-mata sebagai obyek pembangunan
kesehatan melainkan sebagai subyek dan dengan demikian diharapkan mereka dapat
Anak sekolah tingkat SMP dan SMA atau sederajat memasuki usia remaja di mana
periode ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik fisik, psikologis
masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th. Namun jika
pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa.
Sebaliknya jika usia remaja sudah dilewati tapi masih tergantung pada orang tua maka
Mengingat permasalahan yang ada pada remaja khususnya anak sekolah usia SMP
dan SMA ataupun sederajat sangatlah komplek maka sangat perlu adanya program
Oleh sebab itu masa remaja merupakan tahap penting dalam siklus kehidupan
manusia. Dikatakan penting karena merupakan peralihan dari masa anak yang sangat
tergantung kepada orang lain ke masa dewasa yang mandiri dan bertanggung jawab.
Di samping itu, masa ini juga mengandung resiko akibat suatu masa transisi yang
selalu membawa cirri-ciri tertentu, yaitu kebimbangan, kebingu dan gejolak remaja
seperti masalah seks, kejiwaan dan tingkah laku eksprimental ( selalu ingin mencoba).
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu program yang mendukung
tingkat perkembangan masa remaja yang baik. Bentuk programnya adalah Usaha
Kesehatan Sekolah dengan salah satu kegiatannya yaitu pembentukan kader kesehatan
remaja yang melibatkan sekolah dan kesehatan adalah pembentukan Dokter Kecil
8
untuk tingkat SD/MI dan Kader Kesehatan Remaja untuk tingkat SLTP/Mts dan
SLTA/MA.
1. Agar peserta didik dapat menolong dirinya sendiri dan orang lain untuk hidup
sehat
masing-masing.
3. Agar peserta didik dapat membantu guru, keluarga dan masyarakat di sekolah dan
di luar sekolah.
sekolah dalam menunjuk dan menetapkan siswa yang akan jadi dokter kecil/KKR
sehat (PHBS), bertanggung jawab dan telah mendapat pelatihan dari petugas
bertindak,berbuat dan berperilaku sehat tampa menunggu perintah dari guru atau
pihak sekolah dan juga akan menjadi contoh bagi peserta didik lainnya.
9
4. Bersih dan berprilaku sehat
1. Pembinaan KKR
Dalam rangka menunjang peran kader kesehatan remaja tersebut perlu adanya
tekait yaitu pihak kecamatan, pendidikan, puskesmas dan depag. Pembinaan KKR
meliputi kegiatan penemuan dini, pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut, dan
Hasil yang ingin dicapai setelah terbentuknya kader kesehatn remaja yaitu para
remaja dengan orang tuanya akan lebih banyak dicurahkan pada teman
mereka sendiri.
10
2.3 Bantuan Hidup Dasar
Keadaan henti jantung saat ini menjadi salah satu penyebab tertinggi kasus
kematian di berbagai belahan dunia. Henti jantung dapat terjadi kapan saja, di mana
saja, dan disebabkan oleh berbagai macam hal juga kondisi dan lingkungan yang
beragam. Anak dan bayi pun dapat terkena kejadian henti jantung ini. Oleh karena
oleh henti jantung. Untuk melakukan pertolongan terhadap kejadian ini, diperlukan
sebuah teknik untuk menolong nyawa saat henti jantung. Teknik ini dinamakan
Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan sebuah fondasi utama yang dilakukan
untuk menyelamatkan seseorang yang mengalami henti jantung. BHD terdiri dari
identifikasi henti jantung dan aktivasi Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
(SPGDT), Resusitasi Jantung Paru (RJP) dini, dan kejut jantung menggunakan
automated external defibrillator (AED) atau alat kejut jantung otomatis. Resusitasi
jantung. Inti dari RJP yang optimal adalah bagaimana cara memberikan RJP sedini
mungkin dan seefektif mungkin, oleh karena itu pada bahasan ini akan dijelaskan
mengenai bagaimana cara mengenali korban henti jantung sedini mungkin hingga
Keberhasilan dari resusitasi setelah henti jantung akan bergantung pada langkah-
langkah yang harus kita lakukan secara berurutan. Hal ini disebut juga Rantai
11
1. Deteksi dini dari henti jantung dan aktivasi sistem pelayanan gawat darurat terpadu
(SPGDT)
Sesuai dengan Rantai Keselamatan, ketika pertama kali melihat korban, hal yang
mengaktifkan SPGDT, dan meminta alat kejut jantung otomatis (AED), dan segera
lakukan RJP dengan awalnya berupa penekanan dada. Lalu jika alat kejut jantung
otomatis (AED) datang, segera pasangkan pada korban untuk melakukan kejut
jantung jika terdeteksi perlu kejut jantung. Untuk poin nomor 4 dan 5 dari Rantai
Keselamatan, yaitu Bantuan Hidup Lanjut dan resusitasi pasca henti jantung secara
dewasa:
1.
Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera Sebelum
dan diri sendiri serta memperkenalkan diri pada orang sekitar jika ada.
12
Gambar 2. Memeriksa kesadaran korban
Bersamaan dengan itu, penolong juga perlu memeriksa pernapasan korban, jika
harus dapat memastikan korban tidak responsif dengan cara memanggil korban
siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian yang sedang terjadi,
dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih
13
2. Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Resusitasi jantung paru terdiri dari penekanan dada dan bantuan napas dengan
prinsip tekan kuat, tekan cepat, mengembang sempurna, dan interupsi minimal.
lokasi kejadian di luar rumah sakit atau berdiri di samping korban apabila di
korban dan meletakkan tangan yang lain di atas tangan yang pertama dengan
(prinsip tekan kuat) dengan kecepatan minimal 100 kali permenit (prinsip tekan
cepat). Penolong juga harus memberikan waktu bagi dada korban untuk
14
jantung (prinsip mengembang sempurna). Penolong juga harus meminimalisasi
Gambar 4. Membuka jalan napas dengan menengadahkan kepala dan mengangkat dagu
Setelah itu cuping hidung korban dijepit menggunakan ibu jari dan telunjuk
agar tertutup kemudian diberikan napas bantuan sebanyak dua kali, masing-
masing sekitar 1 detik, buang napas seperti biasa melalui mulut. Napas bantuan
diletakkan di wajah korban. Lihat dada korban saat memberikan napas bantuan,
dengan penolong lain. Penolong melakukan penekanan dada sampai alat kejut
15
jantung otomatis (AED) datang dan siap untuk digunakan atau bantuan dari
3. Melakukan kejut jantung dengan alat kejut jantung otomatis (AED) Alat kejut
bantalan (pad) alat kejut jantung otomatis pada dada korban sesuai instruksi
yang ada pada alat. Setelah dinyalakan, ikuti instruksi dari alat tersebut yaitu
jangan menyentuh korban karena alat kejut jantung otomatis akan menganalisis
irama jantung korban.5 Jika alat mengidentifikasi irama jantung yang abnormal
jantung menjadi normal), minta orang-orang agar tidak ada yang menyentuh
korban, lalu penolong menekan tombol kejut jantung pada alat. Lanjutkan
semula.
16
Gambar 7. Meminta orang-orang disekitar agar tidak menyentuh korban jika akan
melakukan kejut jantung.
Posisi ini dilakukan jika korban sudah bernapas dengan normal. Posisi
ini dilakukan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mengurangi risiko
tersumbatnya jalan napas dan tersedak. Tidak ada standard baku untuk
melakukan posisi pemulihan, yang terpenting adalah korban dimiringkan agar
tidak ada tekanan pada dada korban yang bisa mengganggu pernapasan.
Namun rekomendasi posisi pemulihan adalah meletakkan tangan kanan
korban ke atas, tekuk kaki kiri korban, kemudian tarik korban sehingga korban
miring ke arah kanan dengan lengan di bawah kepala korban. Berikut gambar
mengenai posisi pemulihan
17
Gambar 9. Cara melakukan posisi pemulihan
18
REFERENSI
AHA Guidelines. Part 3: Adult Basic Life Support. Circulation. 2000;102(Supplement 1):I-
22-I-59.
Effendi, Nasrul Drs. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Tim Bantuan Medis, FKUI 2013. Modul Bantuan Hidup Dasar dan Penanganan Tersedak.
Jakarta (tidak diterbitkan)
World Health Organization. Global atlas on cardiovascular disease prevention and control.
Switzerland: WHO; 2011. 164p. ISBN 978 92 4 156437 3
19
BAB 3
PELAKSANAAN
Realisasi Kegiatan
Waktu :
Penggorganisasian :
Pembina :
Ketua Kelompok :
Wakil Kelompok :
Sekretasi :
Bendahara :
Anggota :
Seksi-Seksi :
Penyaji :
Moderator :
Fasilitator :
20
Konsumsi :
Dokumentasi :
Observer :
kegiatan penyuluhan
mekanisme kegiatan
(meng-handel ppt)
berlangsung
21
mengajukan pertanyaan (evaluasi
hasil)
bertanya
3.1.2 Pelaksanaan
- Membagikan kelompok
sudah mendapatkan
pelatihan, memberikan
kelompok
sudah dilaksanakan
1 Survey
22
Masyarakat
SMUN 1
Plemahan
2 Membuat
Proposal
3 Mengajukan
Proposal
dan Surat
Ijin di
SMUN 1
Plemahan
Pelaksanaan
Peer Group
1. Banner Rp 150.000,00
2. Proposal Rp 75.000,00
3. Leaflet Rp 50.000,00
4. Konsumsi :
a. Hari ke 1
b. Hari ke 2
23
Snack 50 @ 3000 Rp 150.000,00
5. Vendel Rp 100.000,00
6. Kenang-kenangan Rp 100.000,00
Rp 920.000,00
Kesehatan Remaja tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap Kegawat Daruratan pada
Korban Henti Jantung di SMUN 1 Plemahan, kami akan melakukan evaluasi dalam waktu 2
minggu setelah pelaksanaan tersebut, di harapkan siswa SMUN 1 Plemahan masih mampu
24
BAB 4
EVALUASI
ditentukan. Penilaian akhir diadakan waktu pelaksanaan program terakhir dan juga
6. Tentukan apakah tujuan sudah tercapai atau apakah prosesnya sudah seperti yang
direncanakan
Hasil kegiatan field work pada masyarakat sekolah mencapai beberapa komponen
sebagai berikut :
diberikan
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Upaya Pertolongan terhadap penderita gawat darurat harus dipandang sebagai satu sistem
yang terpadu dan berkesinambungan, mulai dari fase pra Rumah Sakit, fase Rumah Sakit
dan fase rehabilitasi.. Agar pertolongan mencapai hasil yang optimal maka penanganan
awal sesaat setelah menemukan penderita dapat dengan cepat memberikan pertolongan
dasar dengan prinsip dan teknik yang benar. Bantuan Hidup Dasar adalah suatu tindakan
menghentikan proses yang menuju kematian. Remaja Usia Sekolah merupakan usia yang
pertolongan pertama.
5.2 Saran
kegawatdaruratan dapat kita jumpai dimana saja dan kapan saja, sehingga dapat menjadi
26
27