Disusun Oleh
Fajar Alifah
NIM. 2011316052
Dosen Pembimbing
Esi Afriyanti., S.Kp., M.Kes
A. PENGERTIAN ABDOMEN
Abdomen (perut) merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat
beberapa organ tubuh yang penting, yaitu lambung, usus, hati, limpa, dan ginjal. Bentuk
abdomen yang normal adalah simetris, baik pada orang gemuk maupun orang kurus. Abdomen
menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan, misalnya kehamilan, tumor dalam
rongga abdomen, tumor ovarium, atau tumor kandung kemih. Abdomen dapat membesar
setempat, misalnya pembengkakan hati, ginjal, limpa, atau kantung empedu. Permukaan
abdomen normal tampak halus, lembut dengan kontur datar, melingkar, atau cekung.
Apabila ada pembesaran, kulit abdomen menjadi tegang, licin, dan tipis. Pada keadaan
setelah distensi berat, kulit abdomen menjadi berkeriput, dan pada keadaan ikterik, kulit
abdomen akan tampak kuning. gerakan abdomen berkaitan dengan aktivitas pernapasan, yaitu
mengempis pada saat ekspirasidan gembung pada saat inspirasi. Gerakan ini menjadi
berlawanan bila terjadi kelumpuhan diagfragma. Selain gerakan yang berkaitan dengan
pernapasan tersebut, denyutan dapat terlihat pada dinding abdomen, yaitu pada daerah
epigastrium khususnya pada orang yang kurus. Aoabila ada tumor aorta, denyutan aorta akan
dihantarkan oleh tumor tersebut kedinding abdomen.
B. TOPOGRAFI ABDOMEN
Abdomen dibagi secara topografi menjadi 4 kuadran,
yaitu :
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen
yang umum dipakai untuk menentukan lokalisasi
kelainan, yaitu:
1) Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri
bawah.
a. Kuadran kanan atas/Right Upper Quadrant (RUQ).
b. Kuadran kanan bawah/Right Lower Quadrant (RLQ)
c. Kuadran kiri atas/Left Upper Quadrant (LUQ)
d. Kuadran kiri bawah/Left Lower Quadrant (LLQ)Garis tengah/Midline yang terdiri
dari :
1) Epigastrik
2) Periumbilikal
3) Suprapubik
2) Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.
Garis horizontal pertama dibuat
melalui tepi bawah tulang rawan
iga kesepuluh dan yang kedua
dibuat melalui titik spina iliaka
anterior superior (SIAS).
Garis vertikal dibuat masing-
masing melalui titik pertengahan
antara SIAS dan mid-line
abdomen.
Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal kanan,
umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri.
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus dapat terlihat
dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam keadaan normal dapat teraba di
daerah tertentu, misalnya kolon sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah,
kolon asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah. Ginjal yang
merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal tidak teraba. Kandung kemih pada
retensio urine dan uterus gravid teraba di daerah suprapubik.
D. PEMERIKSAAN ABDOMEN
1. Inspeksi
Inspeksi abdomen adalah melihat perut baik bagian depan, maupun bagian belakang
(pinggang). Inspeksi dilakukan dengan penerangan yang cukup.
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati dengan seksama
dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
a. Keadaan kulit:
1) warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman)
2) elastisitasnya (menurun pada orang tua dan dehidrasi)
3) kelembapan : kering (dehidrasi), lembab (asites)
4) adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif), jaringan
parut (tentukan lokasinya), Adanya garis-garis putih sering disebut striae alba yang
dapat terjadi setelah kehamilan atau pada pasien yang mulanya gemuk atau bekas
asites, dan terdapat juga pada sindrom Cushing.
(gravidarum/ cushing syndrome), pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava
inferior & kolateral pada hipertensi portal).
b. Besar dan bentuk abdomen
a. Simetris
Dalam situasi normal dinding perut terlihat simetris dalam posisi terlentang. Adanya
tumor atau abses atau pelebaran setempat lumen usus membuat bentuk perut tidak
simetris. Pergerakan dinding perut akibat peristaltik dalam keadaan normal atau
fisiologis tidak terlihat. Bila terlihat maka dapat dipastikan adanya hiperperistaltik dan
dilatasi sebagai akibat adanya obstruksi maupun hiperperistaltik dan dilatasi sebagai
akibat obstruksi lumen usus baik oleh tumor, perlengketan, strangulasi maupun
hiperperistaltik sementara akibat skibala.
b. Bentuk dan ukuran
Dalam keadaan normal bervariasi tergantung dari habitus, jaringan lemak subkutan
atau intraabdomen dan akibat kondisi otot dinding perut. Pada atlet dengan berat badan
ideal akan terlihat rata,
kencang, simetris, terlihat
kontur otot rektus abdominalis dengan
sangat jelas. Pada keadaan
starvasi bentuk dinding perut cekung dan tipis,
disebut bentuk skopoid. Dalam
situasi ini bisa terlihat gerakan peristaltik usus. Abdomen yang membuncit dalam
keadaan normal dapat terjadi pada pasien yang gemuk, sedangkan situasi patologis
yang menyebabkan perut membuncit adalah ileus paralitik, meteorismus, asistes,
kistoma ovarii, dan graviditas. Tonjolan yang bersifat setempat dapat diartikan sebagai
kelainan organ yang dibawahnya, misalnya tonjolan yang simetris pada regio
suprapubis dapat terjadi karena retensi urin pada hipertrofi prostat pada laki-laki tua
atau kehamilan muda pada wanita. Sedangkan pembesaran uterus juga mengakibatkan
penonjolan pada daerah tersebut.
c. Simetrisitas;
perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali, splenomegali, kista ovarii,
hidronefrosis).
d. Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
e. Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa atau
tumor apa.
f. Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak pada
dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
g. Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan gambaran
pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.
h. Pelebaran Vena
i. Pelebaran vena terjadi pada hipertensi portal. Pelebaran di sekitar umbilikus disebut
kaput medusae yang terdapat pada sindrom Banti. Pelebaran vena akibat obstruksi vena
kava inferior terlihat sebagai pelebaran vena dari daerah inguinal ke umbilikus,
sedangkan akibat obstruksi vena kava superior aliran vena ke distal. Pada keadaan
normal, aliran vena dinding perut diatas umbilikus ke kranial sedang di bawah
umbilikus alirannya ke distal. Pada umumnya mudah sekali menetukan arah aliran vena
dinding perut di atas umbilikus ke kranial.
2. Palpasi
Palpasi Abdomen
Langkah-langkah yang mempermudah palpasi abdomen:
a. Pasien sudah harus mengosongkan kandung kemihnya
b. Buat pasien merasa rileks dalam posisi telentang, letakkan bantal pada bawah kepala
pasien
c. Minta pasien untuk meletakkan tanganya di sisi tubuh atau menyilangkanya di depan
dada.
d. Sebelum memulai palpasi minta pasien menunjuk daerah yang dirasa nyeri,
pemeriksa akan memeriksa daerah tersebut paling akhir.
e. Hangatkan tangan dan stetoskop sebelum digunakan untuk pemeriksaan.
f. Lakukan pendekatan secara perlahan dan hindari gerakan yang terlalu cepat dan
tidak terduga. Amati wajah pasien dengan seksama untuk menemukan setiap tanda
yang menunjukkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan.
g. Pasien juga diminta mefleksi kedua tungkai pada sendi paha dan sendi lutut. Raba
dengan telapak tangan dan tekan dengan memfleksikan telapak tangan pada sendi
metakarpofalangea. Lengan pemeriksa harus sehorizontal mungkin.(1)
Dalam keadaan normal, semua organ dalam rongga perut tak dapat diraba, kecuali
pada orang kurus yang berdinding perut lembek, dapat diraba : sedikit ujung hepar di
bawah Proc. Xiphoideus , kutub bawah ginjal kanan, aorta abdominalais, vertebra
lumbalis IV dan V, uterus dalam keadaan gravid >3 bulan, vesica urinaria yang penuh.
Yang diperiksa pada palpasi abdomen ialah :
a. Palpasi superficial secara menyeluruh: Pemeriksa meraba abdomen secara lembut,
terutama membantu kita untuk mengidentifikasikan, resistensi otot, dan beberpa
organ serta massa yang letaknya superfisial.
b. Rigiditas dinding perut/ defense muscular: dinding perut yang normal teraba supel.
Rigiditas dinding perut dirasakan seperti meraba papan. Defense muscular
dipastikan dengan cara meletakan kedua telapak tangan pada M. rectus
abdominalais kiri dan kanan, kemudian tangan yang satu menekan. Bila tangan yang
satunya lagi merasakn dinding perut menjadi seperti papan, defense muscular
positif.
c. Rigiditas dinding perut terdapat pada tetanus. Defense muscular didapatkan pada
peritonitis (disertai dengan hyperesthesia kulit dinding perut).
d. Nyeri tekan/ raba atau nyeri lepas: peradangan peritoneum menyebabkan nyeri
tekan dan nyeri lepas. Peradangan intraabdominal menyebabkan nyeri tekan. Pada
kolik abdomen, penekanan pada dinding perut justru meringankan rasa sakit.
Palpasi hepar
a. Posisi pasien tidur terlentang
b. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
c. letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah torak/ dada kanan posterior pasien pada iga
kesebelas dan keduabelas dan tekananlah kearah atas.
d. Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke kepala /
superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis klavikular
di bawah batas bawah hati. Palpasi dilakukan dengan cara meraba sejajar dengan
garis midclavikularis kanan dari SIAS ke arcus costa kanan untuk hepar lobus kanan
manakala untuk lobus kiri dimulai palpasi sejajar garis imaginer dari prosesus
xiphoideus ke umbilicus dan dipalpasi menuju arcus costa
e. Kemudian tekanlah dengan lembut ke dalam dan ke atas.
f. Minta pasien menarik napas dan cobalah meraba tepi hati saat abdomen mengempis.
Palpasi dilakukan untuk menentukan apakah teraba atau tidak hepar. Jika
didapatkan ada pembesarean maka ditentukan konsistensi, tepi, permukaan dan rasa
nyeri pada masing-masing hepar kanan dan kiri.
Palpasi vesica fellea
a. Posisi pasien tidur terlentang
b. Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
c. Letakkan telapak tangan kanan di atas abdomen, jari-jari mengarah ke kepala /
superior pasien dan ekstensikan sehingga ujung-ujung jari terletak di garis klavikular
di bawah batas bawah hati.
d. Kemudian tekan lembut ke dalam
e. Mintalah pasien menarik napas dan coba meraba tepi hati saat abdomen mengempis.
f. Palpasi di bawah tepi hati pada sisi lateral dari otot rektus.
g. Bila diduga ada penyakit kandung empedu, minta pasien untuk menarik napas dalam
selama palpasi palpasi dilakukan dari umbilicus pada bagian rectus abdominis kanan
ke sudut arcus costae. Ditentukan apakah terdapat pembesaran dan apakah Murphy
sign positif atau negative.
Palpasi lien
Setelah titik Schuffner ditentukan, palpasi lien untuk menentukan apakah terdapat
pembesaran dari lien dengan menentukan setinggi titik Schuffner keberapa dan
kemudian ditentukan konsistensi, tepi tajam atau tumpul, permukaan rata atau berbenjol-
benjol, dan nyeri atau tidak.
Palpasi lien metode hacket:
a. H.0 : Limpa tidak teraba pada inspirasi max
b. H.1 : Limpa teraba pada inspirasi max
c. H.2 : Limpa teraba namun proyeksinya tidak melebihi garis horizontal yang ditarik
melalui pertengahan arcus costae dan umbilicus pada garis mamillaris kiri
d. H.3 : Limpa teraba di bawah garis horizontal melalui umbilicus
e. H.4 : Limpa teraba di bawah garis horizontal pertengahan antara umbilicus dan
symphisis pubis
f. H.5 : Limpa teraba di bawah garis H.4
GAMBAR :
Palpasi ginjal
Palpasi dilakukan dengan cara ballottement dan diperiksa apakah terdapat kelainan
pada ginjal dan teraba pembesaran.
3. Perkusi Abdomen
Lakukan perkusi di empat kuadran dan perhatikan suara yang timbul pada saat
melakukannya dan bedakan batas-batas dari organ dibawah kulit. Organ berongga seperti
lambung, usus, kandung kemih berbunyi timpani, sedangkan bunyi pekak terdapat pada
hati, limfa, pankreas, ginjal.
Tehnik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum
menyentuh perut pasien Kemudian tempatkan tangan kiri dimana hanya jari tengah yang
melekat erat dengan dinding perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali dengan ujung jari tengah
tangan kanan.
Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk memperkirakan distribusi suara
timpani dan redup. Biasanya suara timpanilah yang dominan karena adanya gas pada
saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan faeces menghasilkan suara redup. Pada sisi
abdomen perhatikanlah daerah dimana suara timpani berubah menjadi redup. Periksalah
daerah suprapublik untuk mengetahui adanya kandung kencing yang teregang atau uterus
yang membesar.
Perkusilah dada bagian bawah, antara paru dan arkus costa, Anda akan mendengar
suara redup hepar disebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri karena gelembung
udara pada lambung dan fleksura splenikus kolon. Suara redup pada kedua sisi abdomen
mungkin menunjukkan adanya asites.
Perkusi Batas Hati
1) Posisi pasien tidur terlentang dan pemeriksa berdirilah disisi kanan pasien
2) lakukan perkusi pada garis midklavikular kanan setinggi umbilikus, geser
perlahan keatas, sampai terjadi perubahan suara dari timpani menjadi pekak,
tandai batas bawah hati tersebut.
3) Ukur jarak antara subcostae kanan kebatas bawah hati.
4) Batas hati bagian bawah berada ditepi batas bawah tulang iga kanan.Batas hati
bagian atas terletak antara celah tulang iga ke 5 sampai ke 7. Jarak batas atas
dengan bawah hati berkisar 6 – 12 cm dan pergerakan bagian bawah hati pada
waktu bernapas yaitu berkisar 2 – 3 sentimeter
Perkusi Lambung
1) Posisi pasien tidur terlentang
2) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3) Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan bagian epigastrium
kiri.
4) Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi timpani
Periksa :
a. Adanya gas dalam usus
b. Ascites jika cairan ascites sedikit
c. Besarnya viscera (hati,lien,vesica urinaria,uterus) dan tumor intra
abdominal
d. Gas dalam usus
Adanya gas yang berlebihan di dalam saluran pencernaan menyebabkan
bunyi perkusi tympani yang meningkat (nyaring) tetapi daerah pekak hati tetap
ada. Bila terjadi perforasi usus sehingga udara memasuki rongga abdomen,
maka selain tympani yang nyaring, juga daerah pekak hati menjadi tidak pekak
lagi.
4. Auskultasi Abdomen
Cara pemeriksaan:
1) Mintalah pasien berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi. Letakan bantal kecil
dibawah lutut dan dibelakang kepala.
2) Letakkan kepala stetoskop sisi diafragma yang telah dihangatkan di daerah kuadran kiri
bawah. Berikan tekanan ringan, minta pasien agar tidak berbicara. Bila mungkin
diperlukan 5 menit terus menerus untuk mendengar sebelum pemeriksaan menentukan
tidak adanya bising usus.
3) Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif, hipoaktif, tidak ada bising usus dan
perhatikan frekwensi/karakternya.
4) Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan dengan sistematis dan
dengarkan tiap kuadran abdomen.
5) Kemudian gunakan sisi bel stetoskop, untuk mendengarkan bunyi desiran dibagian
epigastrik dan pada tiap kuadran diatas arteri aortik, ginjal, iliaka, femoral dan aorta
torakal. Pada orang kurus mungkin dapat terlihat gerakan peristaltik usus atau denyutan
aorta.
6) Catat frekuensi bising usus, hiperaktif, hipoaktif atau tidak/ada bising usus pada kartu
status.Jenis bunyi abnormal :
a. bunyi usus :
Bertambah :seperti pada diare atau obstruksi dini intestinal
Berkurang :seperti pada kasus ileus paralitik dan peritonitis, untuk memutuskan
apakah bunyi usus tidak terdengar lagi perhatikan pada daerah sekiar umbilicus
selama 2 menit atau lebih lama lagi.
b. Bruits
Ada 2 jenis bruits hepatic dan arterial , hepatic terjadi pada kasus karsinoma hati
atau hepatitis alkoholik, arteria bruits terdengar pada masa sistolik maupun
diastolic,menunjukkan oklusi pada aorta atau pembuluh darah yang besar.
c. friction rubs
Bunyi ini jarang di dengar , adanya bunyi ini memnunjukkan adanya inflamasi pada
permukaan peritoneal suatu organ intraabdominal.
d. Venous Hum
Bunyi ini jarang terdengar, bunyi ini merupakan bunyi desingan yang pelan pada
masa sistolik maupun diastolik. Adanya venous hum menunjukkan peningkatan
sirkulasi kolateral antara system vena portal dan vena sistemik
FASE KERJA
1. Atur berbaring pada posisi supine
2. Letakkan satu bantal dibawah kepala dan lutut
3. Buka abdomen dari prosesus xipoideus sampai atas simpisis
4. Pastikan ruangan hangat dan pencahayaan cukup
5. Hangatkan tangan dan stetoskop
6. Visualissasikan struktur/organ dibawahnya sebelum memulai pemeriksaan
7. Anjurkan pasien mengendurkan otot abdomen dengan cara mengambil nafas dalam
berkali-kali
8. Minta pasien untuk menunjukkan area yang nyeri (area ini diperiksa terakhir)
9. Berdiri disamping kana pasien
10. Lakukan pemeriksaan dengan urutan inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi
11. Inspeksi
a. Kontur dan kesimetrisan
- Observasi bentuk abdomen antara batas tulang rusuk dengan simpisis pubis
(dengan posisi setinggi mata/pemeriksa susuk atau berlutut)
- Observasi kesimetrisan abdomen (berdiri disamping, didepan kaki tempat
tidur), bandingkan kiri dan kanan. Perhatikan ada tonjolan atau distensi kandung
kemih.
- Abdomen rata, bundar dan menonjol, cekung adalah normal jika simetris
b. Kulit
- Perhatikan warna (konsisten dengan warna kulit), jaringan parut, pola vena,
dilatasi vena, lesi, striae, edema, kulit yang menegang dan mengkilat (ascites),
jaundice, sianosis, luka operasi, ostomi.
c. Umbilikus
- Apakah berada ditengah abdomen, inverted atau menonjol, perhatikan kebersihan,
adanya inflamasi, cairan, atau massa
d. Pergerakan dan pulsasi
- Inspeksi adanya gerakan, pembatasan gerakan (nyeri), normalnya pria bernapas
dengan abdomen dan wanita dengan kosta
- Perhatikan adanya pergerakan peristaltic dan pulsasi aorta
- Pulsasi aorta abdomen dibawah px dan gelombang peristaltic dapat terlihan pada
indisidu dewasa yang kurus
- Dibutuhkan 5 – 20 detik untuk mendengar satu suara usus dan dibutuhkan 5 menit
untuk menentukan bising usus yang tidak ada
- Tidak ada bising usus menunjukkan obstruksi, ileus paralitik, atau peritonitis, post
operasi dengan operasi umum. Bising usus hiperaktif/bunyi mengeram
(borborygmi) menunjukkan peningkatan motilitas gastrointestinal yang
disebabkan radang usus, kegelisahan, diare, perdarahan, laksatif berlebihan, dan
reaksi terhadap makanan.
a. Suara vaskuler (bruit) dan friction rub
- Gunakan bel stetoskop
- Bruit berupa bunyi seperti desiran, dengung, terhembus, atau berisik
- Dengarkan pada daerah abdominal dan arteri renalis, iliaca, dan femoralis.
Letakkan bel sejajar garis midklavikula disamping aorta diatas umbilicus
- Pada umumnya tidak ada bunyi yang terdengar, tetapi pada dewasa muda dan
kurus normal jika terdengar.
- Friction rub dengarkan suara kasar dan mengganggu pada daerah hepar dan limfa
- Fiction rub disebabkan oleh dua organ yang bersentuhan/bergesekan, atau organ
dengan peritoneum. Friction rub biasanya menunjukkan tumor, infeksi, atau
peritonitis.
12. Perkusi
a. Perkusi pada empat kuadran abdomen untuk menentukan tingkat suara tympany dan
dullness
b. Perkusi hepar
- Untuk menentukan batas atas dan bawah atau tinggi hepar
- Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilicus bergerak keatas sepanjang garis
midklavicula kanan
- Suara pertama yang terdengar adalah tympany, bila suara berubah menjadi
dullness, itu adalah batas bawah hepar (beri tanda)
- Perkusi kearah bawah dari intercosta 4 sepanjang garis mid klavikula kanan (suara
pertama yang terdengar seharusnya adalah resonance), lanjutkan perkusi kebawah
sampai terdengar bunyi dullness, ini adalah batas atas hepar (beri tanda)
- Batas atas biasanya setinggi intercosta 6, jarak kedua titi ± 6 – 12 cm
- Perkusi sepanjang garis midsternum dengan teknik yang sama seperti sebelumnya
c. Perkusi limfa
- Menentukan ukuran dan lokasi limfa
- Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis midaksila kiri, splenic
dullness biasanya terdengar dari intercosta ke -6 sampai 10
d. Palpasi dan perkusi kandung kemih
- Untuk mengetahui lokasi dan isinya
- Lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung kemih, lalu lakukan perkusi
- Perkusi dilakukan diatas region suprapubik, jika kandung kemih penuh, akan
terdengar suara redup (dullness)
e. Perkusi ginjal
- Posisi pasien duduk membelakangi pemeriksa
- Observasi sudur kostovertebral, perhatikan warna dan kesimetrisan
- Palpasi area sudut kostovertebral kiri dan kanan, amati reaksi pasien (normal jika
nyeri)
- Jangan lakukan palpasi dan perkusi jika ada riwayat nyeri, diperkirakan tumor
ginjal.
- lakukan perkusi dengan cara : letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut
kostovertebral, lakukan perkusi atau tumbukan diatas telapak tangan dengan
menggunakan kepalan tangan dominan, ulangi prosedur untuk bagian kanan
13. Palpasi
- untuk menentukan ukuran dan letak organ, ketegangan otot, massa, nyeri dan adanya
cairan
- identifikasi daerah nyeri sebelum palpasi (palpasi dilakukan terakhir didaerah tersebut)
- tangan harus hangat, pasien se relax mungkin
- lakukan palpasi dangkal dan palpasi dalam
a. palpasi abdomen secara dangkal
- letakkan telapak tangan dan jari pada abdomen
- tekan secara dangkal dengan menggunakan jari tangan
- pindahkan tangan keseluruh area abdomen dengan cara menganggkan dan
meletakkan kembali (jangan menggeser tangan)
TERMINASI
1. Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan (subjektif dan objektif)
2. Berikan reinforcement positif pada klien atas kerjasamanya
3. Lakukan kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya
4. Akhiri kegiatan dengan baik dan salam terapeutik
DOKUMENTASI
1. Dokumentasikan hasilpemeriksaan
2. Catat respon klien yang ditemukan saat pemeriksaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Potter, Patricia A., & Perry, Anne G. (2009). Fundamental of Nursing. (7th ed.). Vol.2.
Mosby: Elsevier Inc.
2. Bagian DKKDFIK UI., 2001. Pelatihan Pemeriksaan Fisik Dasar Bagi Perawat.