Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “SYOK HIPOVOLEMIK & SYOK KARDIOGENIK” ini tepat pada
waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menghadapi banyak tantangan dan


hambatan, akan tetapi dengan kerja sama antara anggota kelompok dan bantuan
berbagai pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwah makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya.Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

1 |Syok Hipovolemik
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................1

DAFTAR ISI................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………..………………………………....4
1.2 Rumusan Masalah……………………..……………………...………5
1.3 Tujuan Penulisan…………………..………...………………………..5

BAB II KONSEP DASAR MEDIK


2.1 Definisi…………………..…………………………………………...6
2.2 Etiologi……………..………………………………………...............6
2.3 Patofisiologi……..……………………………………………….......6
2.4 Klasifikasi………..…………………………………………………..7
2.5 Manifestasi Klinis………..…………………………………………..8
2.6 Penatalaksaan…….………………………………………………......8
2.7 Pemeriksaan Penunjang………..……………………………………11
2.8 Komplikasi….………………………………………………….........12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian……………………………………………………….....13
3.2 Diagnosa……………………………………………………............14
3.3 Intervensi Keperawatan……………………………………….……14

BAB IV MANAJEMEN GAWAT DARURAT


4.1 Manajemen Gawat Darurat Syok Hipovolemik …………………….18

2 |Syok Hipovolemik
4.2 Peran Dan Fungsi Perawat Syok Hipovolmik & Syok
Kardiogenik..................................................…………….………....39

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………………………………………………..………...44

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…….46

3 |Syok Hipovolemik
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syok adalah suatu sindrom klinis ditandai dengan kegagalan dalam
pengaturan peredaran darah sehingga terjadi kegagalan untuk memenuhi
kebutuhan metabolism tubuh. Kegagalan sirkulasi ini biasanya disebabkan
oleh kehilangan cairan (hipovolemik), karena kegagalan pompa jantung
ataupun karena perubahan resistensi vaskuler perifer. Berdasarkan sumber
penyebabnya terdapat 4 macam syok, yaitu syok hipovolemik, syok
kardiogenik, syok obstruktif, dan syok distributif.
Syok hemoragik (hipovolemik) disebabkan kehilangan akut dari darah
atau cairan tubuh. Cairan di tubuh manusia terdiri dari cairan intraselular
dan cairan ekstraselular terbagi dalam cairan intravaskular, cairan
interstisial, dan cairan transelular.3 Volume kompartemen cairan sangat
dipengaruhi oleh natrium dan protein plasma. Natrium paling banyak
terdapat di cairan ekstraselular, di cairan intravaskular (plasma) dan
interstisial kadarnya sekitar 140 mEq/L. Hipovolemia menyebabkan
beberapa perubahan yaitu vasokonstriksi organ sekunder (viscera, otot,
kulit) untuk menyelamatkan organ primer (otak, jantung) dengan aliran
darah yang tersisa. Vasokonstriksi menyebabkan hipoksia jaringan, terjadi
metabolisme anaerobik dengan produk asam laktat yang menyebabkan
asidosis asam laktat.
Kondisi hipovolemik adalah penyebab tersering dari keadaan syok
dibandingkan dengan sebab yang lain akibat suatu trauma/ non trauma yang
menyebabkan kehilangan sejumlah besar darah atau cairan tubuh. Angka
kematian pada pasien trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah

4 |Syok Hipovolemik
sakit dengan tingkat pelayanan yang lengkap mencapai 94%. Sedangkan
angka kematian akibat trauma yang mengalami syok hipovolemik di rumah
sakit dengan peralatan yang kurang memadai mencapai 64%. Berdasarkan
paparan diatas maka kami mengangkat judul mengenai “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SYOK HIPOVOLEMIK”.

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Medik pada klien dengan Syok Hipovolemik?
2. Bagaimana Konsep Dasar Keperawatan pada klien dengan Syok
Hipovolemik?
3. Bagaimana Manajemen Gawat darurat pada klien dengan Syok
Hipovolemik?
4. Bagaimana peran dan fungsi perawat pada klien dengan Syok
Hipovolemik?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar Medik pada klien dengan Syok
Hipovolemik
2. Untuk mengetahui Konsep Dasar keperawatan pada klien dengan Syok
Hipovolemik
3. Untuk mengetahui manajemen gawat darurat dan peran serta fungsi
perawat pada klien dengan Syok Hipovolemik

5 |Syok Hipovolemik
BAB II
KONSEP DASAR MEDIK

2.1 Definisi
Syok Hipovolemik adalah keadaan tidak cukup cairan dalam pembuluh
darah atau keluaran jantung tidak cukup tinggi untuk mempertahankan
peredaran darah, sehingga pasokan oksigen dan bahan bakar ke organ vital,
terutama otak, jantung, dan ginjal tidak cukup sehingga untuk
mempertahankan organ ini tubuh akan mengimbangi dengan menutup nadi
pada organ yang kurang vital seperti kulit, usus [CITATION Kri16 \l 1033 ].
Syok Hipovolemik adalah jenis syok yang sering dijumpai, yang
disebabkan oleh penurunan volume intravaskular. Penurunan volume darah
menyebabkan penurunan aliran darah balik vena yang mengakibatkan
penurunan pengisian ventrikel, penurunan ini sekuncup dan curah jantung,
serta penurunan perfusi jaringan[ CITATION Bru131 \l 1033 ].

2.2 Etiologi
1. Kehilangan darah akibat perdarahan
2. Kehilangan plasma, misalnya pada luka bakar
3. Kehilangan cairan akibat muntah dan diare yang berkepanjangan

2.3 Patofisiologi

Syok hipovolemik merupakam suatu kondisi terjadi ketika penurunan


volume intravaskuler secara signifikan (Timby&Smith,2010). Hal ini
diakibatkan karena perdarahan atau kehilangan cairan secara berlebihan
salah satunya saat kondisi dehidrasi berat. Ketika tubuh kehilangan banyak
darah atau cairan, akan mempegaruhi pengembalian darah dari vena ke

6 |Syok Hipovolemik
jantung (Smelthzer et al,2010). Pengaruh tersebut berupa terjadi penurunan
volume drah yang dibawah oleh vena menuju jantung ketika darah yang
dibawah oleh vena mempunyai kapasitas atau volume yang sedikit,
pengisian ventrikel pun akan menjadi sedikit sehingga, akan terjadi
penurunan stroke volume(sv) dan mempengaruhi penurunan kardiak output
serta penurunan tekanan darah.

Pada kondisi syok hipovolemik, terjadi ketidakadekuatan volume


darah yang bersikulasi ke jaringan sehingga tubuh akan berusaha
menyusuaikan segala perubahan yang terjadi dengan melakukan mekanisme
kompensasi (Black&Hawks,2014). Tanpa adanya mekanisme kompensasi
maka tubuh akan kehilangan volume vaskuler yang sangat cepat dan hal ini
akan mengakibatkan syok irreversible (Porth&Grossman,2014). Mekanisme
kompensasi dibagi menjadi dua yaitu, untuk mempertahankan fungsi
jantung dan mempertahankan volume darah.

Pada mekanisme kompensasi untuk mempertahankan fungsi jantung,


dipengaruhi oleh saraf simpatik dimana saraf tersbut memiliki respon yang
sangat cepat apabila terjadi penurunan perfusi (Porth&Grossman,2014).
Jantung akan menjadi takikardi akibat respon dari saraf simpatik selain it,
akan terjadi fase kontriksi pembuluh darah supaya meningkatkan aliran
balik dri vena ke jantung

Jantung dan liver (Porth&Grossman,2014). Pada hipotalamus, akan


teraktivasi stimulasi rasa haus agar klien mempunyai keinginan utnuk
memasukan cairan ke tubuhnya. Hati akan melakukan mekanisme
kompensasi dengan fase kontriski agar meningkatkan tekanan darahdari
vene menuju ke jantung (Porth&Grossman,2014). Selain itu, akan
teraktivasi pula kelenjar pituitary untuk menstimulasi pelepasan ADH ke
ginjal sehingga, terjadi penurunan urine output.

Ginjal jga akan mengaktifkan Renin-Angiotensin-Aldosteron sistem


(RAAs) untuk meningkatkan tekanan darah serta volume darah. Aktivasi

7 |Syok Hipovolemik
RAAs diawali dari terjadinya penurunan perfusi pada ginjal sehingga ginjal
akan mengeluarkan renin yang menjadi angiontensin satu dengan
mengeluarkan enzim angiontenisnogen (William&Hopper,2009).
Selanjutnya, angiontensin satu akan berubah menjadi angiontensin dua
dengan bantuan ACE dari paru paru. Angiontensin dua berperan sebagai
vasokonstruktor yang mengakibatkan lasokontruksi pembuluh darah. Selain
itu, akan terjadi pelepasan aldosterone oleh korteks adrenal yang berfungi
untuk retensi natrium dan air sehingga volume darah akan meningkat dan
urin output juga dapat menurun (William&Hopper,2009)

Manifestasi klinis yang muncul pada pasien dengan syok dapat


tergantung pada tingkat keparahan yang terjadi. Namun pada orang dewasa,
terkadang tidak terlihat manifestasi klinisnya apablia klien kehilangan darah
kurang dari 500ml (White, Duncan & Baumle, 2013). Menurut (Timby &
Smith, 2010) manifestasi klinis dari syok hipovolemik tidak akan terlihat
terkecuali tubuh telah kehilangan darah sekitar 15% atau lebih dari 30%
(750ml atau lebih dari 1000ml) manifestasi yang mucul juga berkaitan
dengan berbagi mekanisme kompensasi yang terjadi. Pada awalnya,
manifestasi klinis yang muncul adalah takikardi dan penurunan tekanan
darah hingga kurang dari 90/40 mmHg. Selain itu, pasien akan terlihat
cemas, gelisah, akral dingin, pengisisan kapiler juga tertunda, output kurang
dari 10ml/jam, serta terjadi peningkatan pada laju pernapasan (White,
Duncan & Baumle, 2013).

Syok dibagi dalam tiga tahap, yaitu kompensatori, progresif dan


irreversible.

1. Fase kompensatori
Pada fase kompensatori, tekanan darah pasien masih dalam batas
normal. Vasokonstriksi, peningkatan frekuensi jantung,
peningkatan kontraktilitas jantung, semua berpengaruh dalam
mempertahankan curah jantung yang adekuat. Hal ini diakibatkan

8 |Syok Hipovolemik
oleh stimulasi sistem saraf simpatik dan pelepasan katekolamin
(epinefrin dan nonepinefrin). Pasien dalam tahap syok ini sering
disebut dalam respon “flight or flight”. Redistribusi aliran darah
terjadi untuk memastikan pasokan darah yang adekuat ke otak dan
jantung. Darah dialihkan menjauh dari organ yang tidak penting
seperti kulit, paru-paru, ginjal, dan saluran cerna. Sebagai
pengalihan ini kulit teraba dingin, bising usus hipoaktif, dan
haluaran urin menurun.
2. Fase progresif
Pada fase proresif, mekanisme yang mengatur tekanan darah tidak
mampu untuk terus mengkompensasi dan tekanan arteri rerata
(MAP) turun di bawah batas normal dengan tekanan darah sistolik
rata-rata kuran dari 80 mmHg sampai 90 mmHg. Meski semua
organ terganggu akibat hipoperfusi, pada tahap ini ada dua
peristiwa yang menjelaskan sindrom syok :
 Jantung yang bekerja keras iskemik yang mengarah pada
gagal pemompaan jantung.
 Fungsi otoregulasi mikrosirkulasi gagal merespon terhadap
berbagai mediator kimiawi yang dilepaskan sel-sel, yang
mengakibatkan permeabilitas kapiler.

Pada fase ini, prognosis pasein memburuk. Relaksasi spinkter


prekapiler menyebabkan cairan merembes dari kapiler, dan
lebih sedikit cairan yang kemudian dikembalikan ke jantung.

3. Fase Irreversibel
Tahap iireversibel dari syok terjadi jika siklus perfusi jaringan
yang tidak adekuat tidak terputus. Status syok menjadi semakin
parah, meskipun penyebab awal syok itu sendiri tidak menjadi
lebih parah. Iskemia seluler dan nekrotis menyebabkan kegagalan
organ dan kematian.

9 |Syok Hipovolemik
2.4 Klasifikasi Syok Hipovolemik
1. Kehilangan cairan akibat diare, muntah-muntah atau luka bakar, bisa
berakibat dehidrasi. Di bawah ini adalah derajat dehidrasi:

Tanda klinis Ringan Sedang Berat


Defisit 3-5% 6-8% >10%
Hemodinamik Takikardi, Takikardi, Takikardi,
nadi nadi nadi tak
lemah sangat teraba,
lemah, akral
volume dingin,
kolalps, sianosis
hipotensi
ortastatik
Jaringan Lidah Lidah Atonia,
kering, keriput, turgor
turgor turgor buruk
turun kurang
Urine Pekat Jumlah turun Oliguria
SSP Mengantuk Apatis Coma

2. Perdarahan, syok yang diakibatkan oleh perdarahan dapat dibagi dalam


beberapa kelas yaitu:

Variabel Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV


Sistolik >110 >100 >90 <90
(mmHg)
Nadi <100 >100 >120 >140
(x/menit)
Napas 16 16-20 21-26 >26
(x/menit)
Mental Anxious Agitated Confused Lethargic
Kehilangan <750 ml 750-1500 ml 1500-2000ml >2000 ml
<15% 15-30% 30-40% >40%
volume darah
Pengelolaan Tidak perlu Pergantian volume Pergantian Pergantian
penggantian darah yang hilang volume darah volume darah

10 |Syok Hipovolemik
volume dengan cairan yang hilang yang hilang
cairan kristaloid (RL atau dengan cairan dengan cairan
secara NaCL 0,9%) kristaloid kristaloid
IVFD sejumlah 3 kali (NaCL 0,9% (NaCL 0,9%
volume darah yang atau RL) dan atau RL) dan
hilang darah darah

2.5 Manifestasi Klinis


1. Kulit memucat dan dingin karena pembuluh darah kulit tertutup.
2. Denyut nadi cepat karena jantung berusaha mempertahankan peredaran
darah
3. Denyut nadi lemah karena jantung tidak dapat memompa dengan kuat.
4. Pusing dan lemah karena darah ke otak dan otot berkurang.
5. Oligiria-anuria: produksi urin umunya akan berkurang pada syok
hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang
dari 30ml/jam.
6. Hipotensi karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang
esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah
otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70
mmHg.
7. Kesadaran menurun karena otak kurang mendapatkan oksigen.
8. Sesak nafas
9. Rasa haus karena kandungan cairan dari darah berkurang

2.6 Penatalaksanaan
Tujuan penanganan media adalah untuk mengembalikan volume
intravaskular, mendistribusikan kembali volume cairan, dan mengatasi
penyebab utama syok. Jika pasien mengalami hemoragi, perdarahan
dihentikan dengan cara penekanan atau operasi.diare dan muntah diatasi
dengan obat-obatan.

11 |Syok Hipovolemik
1. FARMAKOLOGI
a. Penggantian cairan tubuh
1) Kateter tekan vena sentra dimasukkan dalam atau didekat atrium
kanan untuk bertindak sebagai petunjuk penggantian cairan.
Pembacaan tekanan vena sentral kontinu (CVP) memberi petunjuk
dan derajat perubahan dari pembacaan data dasar; kateter juga
sebagai alat untuk penggatian volume cairan darurat.
2) Sedikitnya ada dua jalur IV yang terpasang pada pasien untuk
memberikan cairan, obat, dan/atau darah.
3) Larutan Ringer Laktat, koloid, atau natrium klorida 0,9% (saline
normal) diberikan untuk mengembalikan volume intravaskular.
4) Produk darah digunakan hanya jika tidak ada alternative lain atau
perdarahan banyak dan cepat.
b. Redistribusi Cairan
Mengatur posisi pasien dengan tepat akan membantu upaya
redistribusi cairan modifikasi. Posisi trendelenburg direkomendasikan
pada kasus syok hipovolemik. Meninggikan tungkai akan mendorong
pengembalian darah vena.
c. Terapi Farmakologis
Jika cairan yang diberikan tidak berhasil mengatasi syok hipovolemik,
medikasi vasoaktif dapat diberikan untuk mencegah gagal jantung.
Medikasi juga diberikan untuk mengatasi penyebab dehidrasi. Berikan
obat khusus yang telah diresepkan (misalnya inotropic seperti
dopamen) untuk meningkatkan kerja kardiovaskuler.
2. NON FARMAKOLOGI
a. Pantau ketat pasien yang berisiko tinggi kekurangan cairan (kurang
dari 1 tahun atau lebih dari 65 tahun).
b. Bantu penggantian cairan sebelum volume intravascular menipis
c. Pastikan keamanan dalam pemberian cairan dan medikasi, serta
dokumentasikan efek samping yang muncul

12 |Syok Hipovolemik
d. Pantau dan laporkan dengan segera jika ada tanda komplikasi dan efek
samping medikasi. Pantau pasien dengan ketat untuk adanya melihat
efek yang merugikan.
e. Pantau kelebihan beban kardiovaskular, tanda kesulitan bernapas,
edema paru: tekanan hemodinamik, tanda-tanda vital, gas darah arteri,
kadar laktat serum, kadar hemoglobin dan hematokrit, serta asupan
dan haluaran cairan.
f. Kurangi ketakutan dan kecemasan pasien terkait perlunya masker
oksigen dengan memberikan penjelasan kepada pasien.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain:
Analisis complate blood count (CBC), kadar elektrolit
(Ma,K,Cl,HCO3,BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT, APTT, AGD,
urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma), dan tes kehamilan.
Darah sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokkan.
2. Pemeriksaan penunjang lainnya:
a. Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala
hipovolemik langsung dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber
perdarahan.
b. Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan
ultrasonografi di unit gawat darurat. Jika dicurigai terjadi aneurisma
aorta abnominalis. Jika dicurigai terjadi perdarahan gastrointestinal,
sebaiknya dipasang selang Naso gastrik, dan Gastric Lavage harus
dilakukan. Foto polos dada posisi tegak di lakukan jika di curigai
ulkus pervorasi atau syndrom boerhaase. Endoskopi dapat dilakukan
(biasanya setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber
perdarahan.
c. Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan
usia subur. Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok,

13 |Syok Hipovolemik
konsultasi bedah dan ultrasonografi pelvis harus segera dilakukan
pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut.
d. Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan
dari foto polos dada awal, dapat dilakukan Transesovagial
Ecocardiografi, Aortografi atau CT-scen dada.
e. Jika dicurigai terjadi cidera abdomen, dapat dilakukan pemerikasaan
VAST (focused abnominal sonografi for trauma) yang bisa dilakukan
pada pasien yang stabil atau tidak stabil.

2.8 Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia
jaringan yang berkepanjangan
2. Sindrom distress pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia.
3. DIC (Koagulasi intravascular diseminata) akibat hipoksia dan kematian
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang
koagulasi.

14 |Syok Hipovolemik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian 11 pola gordon
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Adanya perdarahan, seperti perdarahan bagian luar tubuh ketika
mengalami cedera atau perdarahan organ dalam ketika disebebkan oleh
berbagai penyakit dalam seperti infeksi. Selain perdarahan, kehilangan
banyak cairan seperti diare, muntah-muntah, keringat berlebihan, dan
luka bakar juga bisa menyebebkan penurunan jumlah darah yang
diedarkan dalam tubuh.
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Tidak adanya nafsu makan
b. Penurunan berat badan
3. Pola eliminasi
a. Produksi urin berkurang
b. Keringat yang berlebihan
c. Diare
d. Muntah-muntah
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Kelelahan
b. Pusing
c. Pernapasan dangkal dan cepat
d. Kelemahan
e. Nadi lemah
f. Hilang kesadaran
g. Denyut jantung cepat
h. Sesak
5. Pola tidur dan istirahat
Penurunan kualitas tidur

15 |Syok Hipovolemik
6. Pola persepsi dan kognitif
Adanya penurunan kesadaran
7. Pola persepsi dan konsep diri
a. Merasa cemas dengan penyakit yang diderita
b. Keterbatasan dalam beraktivitas akibat penyakit
8. Pola peran dan hubungan dengan sesama
Interaksi dengan lingkungan berkurang
9. Pola reproduksi dan seksualitas
a. Penurunan peran dan hubungan seksual reproduksi
b. Keterbatasan gerak untuk melakukan peran dalam proses seksual
repeoduksi
10. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
a. Gelisah
b. Cemas dan takut
11. Pola nilai dan kepercayaan
Penurunan aktivitas beribadah

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
2. Ketidakefektifan pola napas b/d keletihan otot pernapasan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan mencerna makanan

3.3 Intervensi Keperawatan


DIAGNOSA NOC NIC
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Monitor tanda tanda vital
perfusi jaringan keperawatan selama…x24  Monitor tekanan darah,
perifer b/d kurang jam diharapakan nadi, suhu, dan status
pengetahuan tentang  Pengisian kapiler jari pernafasan dengan cepat

16 |Syok Hipovolemik
proses penyakit (040715) dipertahankan  Catat gaya dan frekuensi
pada deviasi cukup besar yang luas pada tekanan
dari kisaran normal skala darah
2 ditingkatkan ke deviasi  Identifikasi kemungkinan
sedang dari kisaran penyebab perubahan tanda
normal skala 3. tanda vital
 Nilai rata-rata tekanan  Periksa secara berkala
darah (040740) keakuratan instrument yang
dipertahankan pada digunakan untuk perolehan
deviasi yang cukup besar data pasien
skala 2 ditingkatkan ke
deviasi sedang dari
kisaran normal skala 3.
 Kerusakan kulit (040746)
dipertahankan pada skala
2 deviasi yang cukup
besar dari kisaran normal
dan di tingkatkan ke skala
4 deviasi ringan dari
kisaran normal.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Monitor pernapasan
pola napas b/d keperawatan selama…x24  Monitor pola napas
keletihan otot jam diharapkan: (misalnya, bradipneu,
pernapasan  Frekuensi pernafasan takipneu, hiperventilasi,
(041501) dipertahankan pernapasan kusmaul, dll)
pada deviasi yang cukup-  Auskultasi suara napas,
cukup berat dari kisaran catat area dimana terjadi
normal skala 2 penurunan atau tidak
ditingkatkan ke deviasi adanya ventilasi dan
ringan dari kisaran normal keberadaan suara napas
skala 4 tambahan

17 |Syok Hipovolemik
 Kedalaman inpirasi  Kaji perlunya penyedotan
(041530) dipertahankan nafas dengan auskultasi
pada deviasi cukup cukup suara nafas ronki di paru
berat dari kisaran normal  Berikan bantuan terapi
skala 2 ditingkatkan ke nafas jika diperlukan
deviasi ringan dari kisaran (misalnya,nebulizer)
nomal skala 4
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari keperawatan selama..x 24  Tentukan status gizi pasien
kebutuhan tubuh b/d jam diharapkan : dan kemampuan pasien
ketidakmampuan  Asupan gizi (100401) untuk memenuhi kebutuhan
mencerna makanan dipertahankan pada gizi
banyak menyimpang dari  Identifikasi adanya
rentang normal skala 2 alergiatau intoleransi
ditingkatkan ke sedikit makanan yang dimiliki
menyimpang dari rentang pasien
normal  Tentukan jumlah kalori dan
 Asupan cairan (100408) jenis nutrisi yang
dipertahankan pada dibutuhkan untuk
banyak menyimpang dari memenuhi persyaratan gizi
rentang normal skala 2  Ciptakan lingkungan yang
ditingkatkan ke sedikit optimal pada saat
menyimpang dari rentang mengkonsumsi makanan
normal skala 4 (misalnya, bersih,
 Energy (100403) berventilasi, santai, dan
dipertahankan pada bebas dari bau yang
banyak penyimpangan menyengat
dari rentang normal skala
2 ditingkatkan ke sedikit
penyimpangan dari
rentang normal skala 4

18 |Syok Hipovolemik
BAB IV
MANAJEMEN GAWAT DARURAT

19 |Syok Hipovolemik
4.1 Manajemen Gawat Darurat dalam Syok Hipovolemik
1. First aid
Ketika terdapat pasien yang menunjukan tanda dan gejala syok
hipovolemia, tindakan pertama adalah segera mungkin mencari bantuan
medis. Sementara menunggu bantuan medis datang lakukan hal-hal
berikut
a. Buat pesien merasa nyaman dan hangat (untuk mencegah terjadinya
hipovolemia)
b. Pastikan bahwa tidak ada permasalahan pada ABC (Airway,
Breathing, dan Circilation)
c. Apabila tampak adanya perdarahan external, maka lakukan penekanan
secara langsung pada lokasi perdarahan. Apabila hal tersebut gagal
lakukan penekanan secara tidak langsung atau pun cara memberikan
tourniquet
d. Baringkan pasien dalam posisi datar dengan kaki ditinggikan 45
derajat untuk mempertahankan sirkulasi. Apabila terdapat cidera pada
kepala, leher, tungkai bawah, seperti fraktur, maka jangan berusaha
untuk digerakkan sebelum sudah terfiksasi dengan baik kecuali
apabila pasien dalam keadaan darurat
e. Jika terjadi reaksi alergi, tangani reaksi alergi tersebut
2. Field care
Pada perawatan di lapangan atau saat transportasi menuju ke rumah sakit,
berikan oksigen kepada pasien untuk mempertahankan suplai ogsigen ke
jaringan. Terapi cairan intravena seperti pemberian ringer lactate dapat
mengkompesasi kehilangan darah pada pasien, namun cairan intravena
tidak mengangkut darah pada pasien, sehingga lebih baik untuk
mendapatkan trensfusi darah.
3. Hospital care
a. Syok Hipovolemik Karena Perdarahan
1) Pemeriksaan fisik

20 |Syok Hipovolemik
Pemeriksaan fisik ditujukan terhadap diagnosis kelainan yang
mengancam nyawa dan meliputi penilaian terhadap ABC.
Pencatatan data penting untuk monitoring lebih lanjut. Tanda vital,
jumlah urine dan tingkat kesadaran penting untuk dicatat.
2) Airway Breathing
Jalan nafas dan pernafasan tetap merupakan prioritas pertama untuk
menjaga tekanan O2 antara 80 – 100 mmHg.
3) Sirkulasi dan Kontrol perdarahan
Prioritas adalah : control perdarahan luar, dapatkan akses vena
yang cukup besar dan nilai perfusi  jaringan. Perdarahan dari luka
eksternal biasanya dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan
pada daerah luka, seperti kepala leher dan ekstremitas. Perdarahan
internal dalam rongga toraks dan abdomen pada fase pra RS
biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan >PASG (Gurita) dapat
dipakai mengontrol perdarahan pelvic dan ekstremitas inferior,
tetapi alat ini tidak boleh menggangu pemasangan infuse.
Pembidaian dan spalk traksi dapat membantu mengurangi
perdarahan pada tulang panjang.
4) Disability (pemeriksaan neurologis)
Menentukan tingkat kesadaran, pergerakan bola mata dan reaksi
pupil, fungsi motorik dan sensorik. Data ini diperlukan untuk
menilai perfusi otak.
5) Exposure (pemeriksaan menyeluruh)
Setelah menetukan prioritas terhadap keadaan yang mengancam
nyawa korban gawat darurat dilepas seluruh pakaian untuk
mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai kelainan yang ada
tetapi harus dicegah hipotermi.

6) Dilatasi Gaster –Decompresi


Dilatasi gaster kerap kali terjadi pada korban gawat darurat trauma,
dan mungkin menyebabkan aspirasi – suatu komplikasi yang

21 |Syok Hipovolemik
mungkin fatal NGT harus terpasang pada alat suction dan berfungsi
baik.
7) Kateter Uretra
Memungkinkan untuk pemeriksaan urine akan adanya hematuri
serta penilaian perfusi akan hasil resusitasi cairan.Darah pada
uretra atau prostat dengan letak tinggi mudah bergerak atau tidak
tersentuh pada laki laki merupakan kontra indikasi mutlak bagi
pemasangan kateter ureta.
8) Akses Vaskular
Akses vascular harus segera dan sebaiknya memakai 2 kateter intra
vena yang besar (minimum no 16 G). Tempat untuk vena adalah
berturut turut : 1. Vena perifer 2.Vena sectie 3.Vena sentral. Pada
anak kecil kurang dari 6 tahun cara intra oseus dapat dicoba
sebelum vena sentral
9) Pemberian Cairan
Larutan elektrolit isotonic digunakan untuk resusitasi awal. Cairan
jenis ini akan menambah volume intravascular lebih stabilkarena
akan mengisi cairan inter selular serta intra selular. Cairan ringer
lactate merupakan pilihan pertama. Cairan NaCl 0.9% adalah
pilihan kedua, namun pada pemberian yang massif akan
mengakibatkan asidosis hiperkloremik, terutama apabila disertai
gangguan faal ginjal. Diberikan bolus secepatnya. Dosis adalah 1-2
liter untuk dewasa dan 20 cc/kg BB untuk anak. Korban gawat
darurat diobservasi selama diguyur dan keputusan korban gawat
daruratnya akan diapakan harus didasarkan pada respon korban
gawat darurat terhadap cairan.
10) Evaluasi resusitasi cairan dan perfusi Organ
Gejala dan tanda yang dipakai diagnosis syok juga digunakan
untuk menilai hasil resusitasi. Kembalinya tekanan darah, tekanan
nadi dan denyut nadi adalah tanda bahwa sirrkulasi membaik.
Namun tanda diatas tidak menandakan perfusi organ.Perbaikan

22 |Syok Hipovolemik
kesadaran dan keadaan kulit menunjukan perbaikan
perfusi,namun sulit dihitung secara kuantifikasi. Yang paling baik
adalah hasil urine/jam. Penggantian volume yang memadai
seharusnya menghasilkan keluaran urin sekitar 0,5 ml/kg/jam
pada orang dewasa, 1 ml/kg/jam pada anak anak dan 2ml/kg/jam
untuk bayi(dibawah umur 1 th). Ringer lactate 2000 cc pada
dewasa, 20 cc / kgBB pada anak anak.
11) Tranfusi Darah
Pemberian darah tergantung respon korban gawat darurat
terhadap pemberian cairan sebelumnya>pada fase pra RS jarang
dilakukan pemberian tranfusi darah. Tranfusi darah lazimnya
diberikan dipelayanan kesehatan, namun demikian apabila
memang dibutuhkan dapat diberikan di rumah sakit lapangan.
12) Menilai kembali respon penderita dan menghindari komplikasi
Komplikasi yang paling umum pada syok hemoragik adalah
penggantian volume yang tidak adekuat.terapi yang segera tepat
dan agresif untuk memulihkan perfusi organ akan memperkecil
kejadian yang tidak dikehendaki ini sekecil mungkin.

1) Perdarahan yang berlanjut. Perdarahan yang tidak kelihatan


adalah penyebab yang paling umum dari respon buruk
penderita terhadap terapi pemberian cairan.
2) Kebanyakan cairan (overload ) dan pemantauan CVP

b. Syok Hipovolemik karena Dehidrasi


Klasifikasi Klinis Pengelolaan
Dehidrasi ringan : Nadi Normal atau nadi Penggantian volume
Kehilangan cairan tubuh sedikit meningkat cairan yang hilang
sekitar 5% BB dengan cairan kristaloid
(NaCl 0,9% atau RL)
Dehidrasi Sedang : Nadi cepat, TD mulai Penggantian volume
Kehilangan cairan tubuh menurun, selaput lendir cairan yang hilang

23 |Syok Hipovolemik
sekitar 8% BB sangat kering, Oliguria, dengan cairan kristaloid
lesu, lemas (NaCl 0,9% atau RL)
Dehidrasi Berat: Nadi sangat cepat dan Penggantian volume
Kehilangan cairan tubuh kecil, sulit diraba, TD cairan yang hilang
>10%BB turun, Anuria, kesadaran dengan cairan kristaloid
menurun. (NaCl 0,9% atau RL)

24 |Syok Hipovolemik

Anda mungkin juga menyukai