PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
a. MH komplit (MHK)
Kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruhnya vili korialis mengalami
degenerasi hidropik menyerupai anggur. Mikrofilik tampak edema stroma vili
tanpa vasikularisasi disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas. MHK
bersifat heterozigot, tetapi tetap androgenetik dan bias terjadi walaupun sangat
jarang terjadi hamil kembar dizigotik yang terdiri dari satu bayi normal dan satu
lagi MHK.
b. MH parsial (MHP)
Seperti pada MHK, tetapi disini masih ditemukan embrio yang biasanya mati
pada masa dini. Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat dan yang
mengalami hyperplasia hanya sinsitio trofoblas saja. Pada MHP embrio biasanya
mati sebelum trimester pertama. Walaupun pernah dilaporkan adanya MHP
bunyi alerm (Sasstrawinata, 2004).
2.3 Stadium
Sistem staging secara anatomi untuk penyakit trofoblas ganas telah diteapkan
oleh international federation og gynecology and obstetric (FIGO) yaitu :
a. Stadium I : bila proses masih terbatas di uterus, disertai peningkatan kadar
HCG yang persisten.
b. Stadium II : bila sudah ada metastasis diluar uterus namun masih terbatas
pada organ genetalis (anexa, vagina, ligamentum, broard).
c. Stadium III : bila sudah ada metastasis ke paru-paru dengan atau tanpa
melibatkan traktur genetal.
d. Stadium IV : bila sudah ada metastasis ke otak, hati, saluran pencernaan dan
ginjal.
Faktor resiko yang mempengaruhi stadium penyakit trofoblas ganas antara lain :
2.4 Etiologi
1. Usia Ibu
Risiko terjadi PTG paling besar didapatkan pada populasi berumur <15 tahun
dan >40 tahun.
2. Kehamilan sebelumnya
Risiko PTG meningkat apabila sang ibu pernah memiliki riwayat mengalami
PTG sebelumnya yaitu 20-40 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi umum.
3. Etnik
Secara umum, risiki terjadinya PTG lebih sering pada etnik asia, afrika dan
afrika tengah.
4. Genetik
Terjadinya PTG rekuren bersifat familial telah dilaporkan. Ini menandakan bawa
terdapat dasar genetik untuk terjadinya PTG.
5. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang diduga medukung terjadinya PTG adalah merokok,
menggunakan kontrasepsi oral, herbisida tertentu (agen orange) dan radiasi.
Alat diagnosis terpenting adalah pemeriksaan fisik yang seksama, karena tumor
itu biasanya solid, transiluminasi tomografi koputasi (CT) di gunakan untuk menilai
adanya penyakit metastasis. Pemeriksaan ini di ikuti segera tindakan bedah (biasanya
orkhidektomi inguinal) dan pemeriksaan hystologi. Pemeriksaan USG untuk
mengetahui keberadaan dan lokasi suatu masa harus dikuti dengan CT dada, perut dan
pelvis untuk menetukan stadium tumor. Pemeriksaan pencitraan setiap penderita dengan
tanda gejala tumor sel benih harus meliputi radiografi folos, CT scan dada dan scan
tulang radionuklida untuk mengenali penyakit metastasis. Untuk penderita dengan
tumor sakrokosigeal, MRI lebih jitu dari CT scan dalam mengidentifikasi ekstensi
tumor local ke dalam tulang yang berdekatan satu saluran intraspinal.
2.7 Komplikasi
a. perfusi uterus saat melakukan tindakan kuretese terkadang terjadi karena uterus
luas dan lembek. Jika terjadi perforasi, harus segera diambil tindakan dengan
bantuan laparoskop.
b. Perdarahan merupakan komplikasi yang sering terjadi saat pengangkatan mola.
Mathergine atau hemahate juga harus bersedia. Selain itu darah yang sesuai dan
cocok dengan pasien hasilnya negative.
c. penyakit trofoblas ganas berkembang pada 5 kehamilan mola. Oleh karena itu
quantitative HCG sebaiknya di monitor selama 1 tahun setelah evakuasi sampai
hasilnya negative.
d. pembesaran faktof-faktor pembekuan darah oleh jaringan mola memiliki
aktivitas fibrinolisis, oleh karena ini semua pasien harus diskrining untuk
disseminated yntravaskuler coagulopathy (DIC).
e. Emboli trofoblas dipercaya menyebabkan acute respiratory insufficiency. Faktor
risiko terbesar adalah ukuran uterus yang lebih besar di bandingkan usia
kehamilan 16 minggu kondisi ini dapat menyebabkan kematian.
2.8 Penatalaksanaan
Tatalaksana PTG adalah berdasarkan staging dan scoring. Kemoterapi adalah modalitas
utama pada pasien dengan PTG. Angka keberhasilan terapi pada PTG risiko rendah
adalah 100% dan lebih dari 80% pada PTG risiko tinggi. Andrijono melaporkan
keberhasilan terapi pada PTG nonmestastasis 95,1%. Risiko rendah 83,3%. Risiko
tinggi hanya 50% dengan angka kematian karena berkisar 8-9% kemoterapi pada PTG
risiko rendah adalah kemoterapi tunggal, dengan pilihan utama methotrexate.
Kemoterapi tunggal lain yang dapat digunakan adalah dactinomycin sedangkan PTG
risiko tinggi menggunakan kemoterapi kombinasi diberikan kombinasi FMA-CO
(ETOPOSIDE, methotrexate, actynomycin cylophosphamaide dan oncuvin) sebagai
terapi primer atau menggunakan kombinasi MF (methorexate etoposide), EP
(ETOPOSIDE CISPLATINUM).
Evakuasi molahidotidosa dilakukan sesaat setelah diagnose ditegakkan, hal di dasarkan
perhitungan bahwa evakuasi dilakukan untuk menghindari abortus mola sehingga perlu
tindakan akut, menghindari komplikasi hipertiroid atau perforasi sera untuk
memperoleh jaringan untuk mempunyai angka keberhasilan terapi yang tinggi, kuretase
cukup dilakukan satu kali histerektomi dilaorkan dilakukan pada kasus molahidotidosa
usia tua dan terbukti mengurangi angka kematian dari koriokarsinoma histerektomi juga
dilakukan pada keadaan darurat pada kasus perforasi pada kasus metastase liver, otak
yang tidak respon terhadap kemoterapi serta pada kasus PSTT. Penyakit trofoblas
gestasional adalah radiosensitive karena radiasi mempunyai efek tumorsidal serta
hemostatic, radioterapi dapat dilakukan pada metastasis otak atau pada pasien yang
tidak bisa diberikan kemoterapi karena alasan medis.
2.9 Patway
NLRP7
Human proliferasitrofoblast
chorionicsomatomamtropin Berperan dalam oogenesis atau pada
saat invasi trifoblas dan
Vili berisi cairan jernih pembentukan lapisan desidua
Pertumbuhan & perkembangan janin
terganggu
Tidak ada pembuluh darah
Mengalami mutasi
Cavum uteri
Kematian pada janin
molahidatidos
koriokarsinoma
perdarahan
MK: anemia
Mual muntah
Mk : ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
2.10 Pengkajian
1) Anamnesa
a. Identitas
Mengkaji identitas klien meliputi : nama, usia, alamat, pekerjaan, pendidikan,
agama, dll.
b. Keluhan utama
Mengkaji adanya menstruasi yangtidak lancar dan adanya perdarahan
pervagina berulang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan klien sampai klien sampai dirumah sakit atau pada
saat pengkajian dilakukan seperti erdarahan pervagina di luarsiklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah klien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan
system reproduksi dan penyakit lain.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Mengidntifikasi apakah ada anggota keluarga lain yang pernah menderita
penyaki seperti ini. Dapat dijakji melalui genogram sehingga dapat dikaji
mengenai penyakit keturunan dan penyakit menular dalam keluarga.
f. Riwayat pembedahan
Mengkaji adanya penbedahan yang pernah dialkukan klien, jenis
pembedahannya, kapan, dimana dan oleh siapa pembedahan dilakukan.
g. Riwayat kesehatan reproduksi
Mengkaji tentang menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darahnya, baunya, warnanya, dan adanya disminorhoe (waku dan gejala)
h. Riwayat kehamilan, persalian, nifas
Mengkaji keadaan dan kesehatan anak klien mulai dari kandungan sampai
saat sekarang
i. Riwayat seksual
Mengkaji aktivitas seksual klien, apakah menggunakan kontrasepsi dan jenis
kontrasepsinya serta keluhan yang muncul dengan pemasangan kontrasepsi
j. Riwayat konsumsi obat
Mengkaji oemakaian obat-obatan oleh klien seperti obat kontrasepsi oral,
obat digitalis dan obat lainnya.
k. Pola aktifitas
Mengkaji nutrisi, cairan dan elektrolit, elminasi, pola istirahta dan higine.
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
- Mengobservasi warna kulit dan perubahannya
- Mengkaji adanya lesi, drainase
- Mengobservasi pola pernapasan, kedalaman nafas, dan kesimetrisan
gerak dada
- Mengkaji bahasa tubuh, pergerakan, postur tubuh, dan adanya
keterbatsan fisik
b. Palpasi
- Mersakan suatu pembengkakan, tektur kulit
- Menentukan kekuatan kontraksi uterus
- Menentukan karakter nadi
- Mengevaluasi edema
- Mengamati turgor dengan cara menekan atau mencubit
- Menentukan tegangan tonus otot atau respon nyeri yang abdnormal
c. Perkusi
- Mengetuk dengan jari dan mendengarkan bunyi apakah menunjukkan
ada tidaknya cairan, massa atau konsolodasi
- Mengetuk dengan palu perkusi dan mengamati ada tidaknya refles
gerakan pada kaki bawah
- Memeriksa reflek kulit perut apakah ada kontraksi didnding perut atau
tidak
d. Auskultasi
- Mendengarkan diruang antekuidti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung dan paru, abdomen untuk bising usus, atau denyut jantung janin.
3) Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan laboraturium yang dapat dilakukan antara lain adalah pemeriksaan
darah, pemeriksaan urin dan pemeriksaan lain seperti rotgen, USG, dan biopsi.
2.11 Diagnosa Keperawatan
GAMBARAN KASUS
PENGKAJIAN
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan yang ditemukan pada kasus
Ny. A dengan kehamilan Mola Hidatidosa pada tanggal 09 desember 2019 dimana
dalam memberikan asuhan keperawatan penulis menggunakan pendekatan proses
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Masalah keperawatan yang muncul
adalah : kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Trofoblas gestasional adalah sekumpulan penyakit yang berkaitan dengan vili
koroalis, terutama sel trofoblas dan berasal dari suatu kehamilan. Setiap
kehamilan berakhir dengan anak cukup bulan atau tidak cacat, namun hal ini
tidak selalu terjadi demikian kadang-kadang terjadi kegagalan dalam kehamilan
hal ini bergantung dari bentuk gangguan yang dialami salah satunya bentuk
kegagalan kehamilan yaitu vili korialis yang seluruhnya atau sebagian
berkembang tidak wajar berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur.
5.2 Saran
Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang trofoblas gestasional oleh tim
medis dan para medis kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di
daerah terpencil agar masyarakat lebih cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala
dari trofoblas gestasional terutama pada ibi-ibu, agar dapat di atasi dengan cepat.