Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal.
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat
kesehatan suatu bangsa. Di indonesia masalah ibu dan anak merupakan prioritas
dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat, sesuai dengan target MDG’s
2015 (Millenium Development Gold). Angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup.
Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalan menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari kematian ibu di
Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia gravidarum.
Perdarahan sebanyak 30% dari total kasusu kematian, eklamsi (keracunan
kehamilan) 25%, infeksi 12%. Salah satu dati tiga faktor tersebut adalah perdarahan,
perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Perdarahan
yang terjadi ada saat kehamilan, bisa terjadi pada awal kehamilan maupun
kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya 3% pada kehamilan lanjut dan
5% pada awal kehamilan. Perdarahn yang terjadi pada wal kehamilan meliputi
abortus, mola hidatidosa, dan kehamilan ektopik. Pada kehamilan lanjut antara lain
meliputi solution plasenta dan plasenta previa. Dari kasusu perdarahan diatas
tenyata didapatkan besar kasus paling tinggi adalah perdarahan awal kehamilan
yang dari salah satu perdarahan awal kehamilan tersebut terdapat kehamilan mola
hidatidosa.
Mola hidatidosa adalah tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan
abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous,
janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu
hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikanadalah sebagai
segugus buah anggur. Penyebab pasti terjadinya kehamila mola hidatidosa belum
pasti diketahui, namun ada beberap faktor ovum, imunoselektif trofoblast, usia,
keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, defisiensi protein, infeksi virus,
dan faktor kromosom yang jelas, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya.
Pada kehamilan mola hidatidosa jika tidak dilakukan penanganan secara
komprehensif maka masalah kompleks dapat timbul sebagai akibat adanya
kehamilan dengan molahidatidosa yaitu GTN (Gestasional Tropoblastic Neoplasia).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan keperawatan yang
komprehensif terhadap pasien GTN.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mampu melakukan pengkajian dan menentikan diagnose keperawatan pada
kasus GTN.
1.2.2.2 Mampu menyusun rencana keperawatan sesuai kebutuhan pasien.
1.2.2.3 Memahami apa yang di maksud dengan GTN.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis
Dengan mengetahui bagaimana asuhan keperawatan ini, diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penatalaksanaan klien
dengan kehamilan GTN.
1.3.2 Bagi Institusi
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan agar menjadi bahan masukan,
informasi, maupun untuk pengembangan materi perkuliahan bagi mahasiswa
dan menambah bahan perpustakaan di STIKes Hang Tuah Pekanbaru.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Trofoblas gestasioal adalah sekumpulan penyakit yang berkaitan dengan vili


korialis, terutama sel trofoblas dan berasal dari suatu kehamilan. Pada umumnya, setiap
kehamilan berakhir dengan anak cukup bulan dan tidak cacat, namun hal ini tidak selalu
terjadi demikian kadang-kadang terjadi kegagalan dalam kehamilan hal ini bergantung
dari bentuk gangguan yang dialami salah satunya bentuk kegagalan kehamilan yaitu vili
korialis yang seluruhnya atau sebagian berkembang tidak wajar berbentuk gelembung-
gelembung seperti anggur. Kelainan ini disebut mola hidatidosa. 15-20% penderita mola
hidatidosa dapat berubah menjadi ganas dan ini dikenal dengan tumor trofoblas
gestasional (Sastrawinata, 2004).

2.2 Klasifikasi

a. MH komplit (MHK)
Kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruhnya vili korialis mengalami
degenerasi hidropik menyerupai anggur. Mikrofilik tampak edema stroma vili
tanpa vasikularisasi disertai hyperplasia dari kedua lapisan trofoblas. MHK
bersifat heterozigot, tetapi tetap androgenetik dan bias terjadi walaupun sangat
jarang terjadi hamil kembar dizigotik yang terdiri dari satu bayi normal dan satu
lagi MHK.
b. MH parsial (MHP)
Seperti pada MHK, tetapi disini masih ditemukan embrio yang biasanya mati
pada masa dini. Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat dan yang
mengalami hyperplasia hanya sinsitio trofoblas saja. Pada MHP embrio biasanya
mati sebelum trimester pertama. Walaupun pernah dilaporkan adanya MHP
bunyi alerm (Sasstrawinata, 2004).

2.3 Stadium

Sistem staging secara anatomi untuk penyakit trofoblas ganas telah diteapkan
oleh international federation og gynecology and obstetric (FIGO) yaitu :
a. Stadium I : bila proses masih terbatas di uterus, disertai peningkatan kadar
HCG yang persisten.
b. Stadium II : bila sudah ada metastasis diluar uterus namun masih terbatas
pada organ genetalis (anexa, vagina, ligamentum, broard).
c. Stadium III : bila sudah ada metastasis ke paru-paru dengan atau tanpa
melibatkan traktur genetal.
d. Stadium IV : bila sudah ada metastasis ke otak, hati, saluran pencernaan dan
ginjal.

Stadium I Tumor masih terbatas di uterus


1a Tumor masih terbatas di uterus, tanpa
faktor resiko
1b Tumor masih terbatas di uterus dengan
1 faktor resiko
1c Tumor masih terbatas di uterus dengan
2 faktor resiko
Stadium II Tumor dengan metastasis diluar
uterus namun masih terbatas pada
organ genetalia (admexa, vagina,
ligamentum, broad)
IIa Tanpa faktor resiko
IIb Dengan 1 faktor resiko
IIIc Dengan 2 faktor resiko
Stadium III Tumor dengan metastasii ke paru-
paru dengan atau tanpa melibatkan
traktur genital
IIIa Tanpa faktor resiko
IIIb Dengan 1 faktor resiko
IIIc Dengan 2 faktor resiko
Stadium IV Tumor dengan metasatsis ke ota,
hati saluran pencernaan
Iva Tanpa faktor resiko
IVb Dengan 1 faktor resiko
IVc Dengan 2 faktor resiko

Faktor resiko yang mempengaruhi stadium penyakit trofoblas ganas antara lain :

a. Kadar HCG > 100.000 miu/mil


b. Lama perjalanan penyakit lebih dari 6 bulan terminasi kehamilan
Hal-hal yang perlu di perhatikan antara lain :
a. Riwayat kemoterapi untuk penyakit trofoblas ganas
b. Plasenta site trofoblas tumor, dilaporkan terpisah
c. Tidak diharuskan vertifikasi dengan pemeriksaan histologi

2.4 Etiologi

1. Usia Ibu
Risiko terjadi PTG paling besar didapatkan pada populasi berumur <15 tahun
dan >40 tahun.
2. Kehamilan sebelumnya
Risiko PTG meningkat apabila sang ibu pernah memiliki riwayat mengalami
PTG sebelumnya yaitu 20-40 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan
populasi umum.
3. Etnik
Secara umum, risiki terjadinya PTG lebih sering pada etnik asia, afrika dan
afrika tengah.
4. Genetik
Terjadinya PTG rekuren bersifat familial telah dilaporkan. Ini menandakan bawa
terdapat dasar genetik untuk terjadinya PTG.
5. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang diduga medukung terjadinya PTG adalah merokok,
menggunakan kontrasepsi oral, herbisida tertentu (agen orange) dan radiasi.

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis seseorang yang menderita trofoblas ganas dibagi menjadi 3


bagian yaitu :
1. Keluhan utama yaitu amenore dan perdarahan pervagina
2. Perubahan yang menyertai :
a. Perdarahan uterus pada trimester pertama
b. Hilangnya denyut jantung fetus (bayi) dan struktur tubuh fetus
c. Pecahnya vesikel
d. Mual muntah saat kehamilan
e. Uterus lebih besar dari tuanya kehamilan
f. Kadar hCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa, kadar hCG darah
paling tinggi 100.000 UI/L, sedangkan pada mola hidatidosa bisa mencapai
500.000 IU.L
g. Adanya kista lutein, baik unilateral maupun bilateral
3. Adanya penyulit lain, seperti :
a. Preeklamsia
b. Tirotoksikosis
c. Emboli paru
Disamping ini, manifestasi klinis lainnya yang biasa muncul adalah mual,
muntah, dan jarang makan, MHK mempunyai keluhan dan penyulit yang
lebih besar dibandingan dengan MHP (Nurarif, 2015).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

Alat diagnosis terpenting adalah pemeriksaan fisik yang seksama, karena tumor
itu biasanya solid, transiluminasi tomografi koputasi (CT) di gunakan untuk menilai
adanya penyakit metastasis. Pemeriksaan ini di ikuti segera tindakan bedah (biasanya
orkhidektomi inguinal) dan pemeriksaan hystologi. Pemeriksaan USG untuk
mengetahui keberadaan dan lokasi suatu masa harus dikuti dengan CT dada, perut dan
pelvis untuk menetukan stadium tumor. Pemeriksaan pencitraan setiap penderita dengan
tanda gejala tumor sel benih harus meliputi radiografi folos, CT scan dada dan scan
tulang radionuklida untuk mengenali penyakit metastasis. Untuk penderita dengan
tumor sakrokosigeal, MRI lebih jitu dari CT scan dalam mengidentifikasi ekstensi
tumor local ke dalam tulang yang berdekatan satu saluran intraspinal.
2.7 Komplikasi

Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat penyakit trofoblas ganas antara


lain :

a. perfusi uterus saat melakukan tindakan kuretese terkadang terjadi karena uterus
luas dan lembek. Jika terjadi perforasi, harus segera diambil tindakan dengan
bantuan laparoskop.
b. Perdarahan merupakan komplikasi yang sering terjadi saat pengangkatan mola.
Mathergine atau hemahate juga harus bersedia. Selain itu darah yang sesuai dan
cocok dengan pasien hasilnya negative.
c. penyakit trofoblas ganas berkembang pada 5 kehamilan mola. Oleh karena itu
quantitative HCG sebaiknya di monitor selama 1 tahun setelah evakuasi sampai
hasilnya negative.
d. pembesaran faktof-faktor pembekuan darah oleh jaringan mola memiliki
aktivitas fibrinolisis, oleh karena ini semua pasien harus diskrining untuk
disseminated yntravaskuler coagulopathy (DIC).
e. Emboli trofoblas dipercaya menyebabkan acute respiratory insufficiency. Faktor
risiko terbesar adalah ukuran uterus yang lebih besar di bandingkan usia
kehamilan 16 minggu kondisi ini dapat menyebabkan kematian.

2.8 Penatalaksanaan

Tatalaksana PTG adalah berdasarkan staging dan scoring. Kemoterapi adalah modalitas
utama pada pasien dengan PTG. Angka keberhasilan terapi pada PTG risiko rendah
adalah 100% dan lebih dari 80% pada PTG risiko tinggi. Andrijono melaporkan
keberhasilan terapi pada PTG nonmestastasis 95,1%. Risiko rendah 83,3%. Risiko
tinggi hanya 50% dengan angka kematian karena berkisar 8-9% kemoterapi pada PTG
risiko rendah adalah kemoterapi tunggal, dengan pilihan utama methotrexate.
Kemoterapi tunggal lain yang dapat digunakan adalah dactinomycin sedangkan PTG
risiko tinggi menggunakan kemoterapi kombinasi diberikan kombinasi FMA-CO
(ETOPOSIDE, methotrexate, actynomycin cylophosphamaide dan oncuvin) sebagai
terapi primer atau menggunakan kombinasi MF (methorexate etoposide), EP
(ETOPOSIDE CISPLATINUM).
Evakuasi molahidotidosa dilakukan sesaat setelah diagnose ditegakkan, hal di dasarkan
perhitungan bahwa evakuasi dilakukan untuk menghindari abortus mola sehingga perlu
tindakan akut, menghindari komplikasi hipertiroid atau perforasi sera untuk
memperoleh jaringan untuk mempunyai angka keberhasilan terapi yang tinggi, kuretase
cukup dilakukan satu kali histerektomi dilaorkan dilakukan pada kasus molahidotidosa
usia tua dan terbukti mengurangi angka kematian dari koriokarsinoma histerektomi juga
dilakukan pada keadaan darurat pada kasus perforasi pada kasus metastase liver, otak
yang tidak respon terhadap kemoterapi serta pada kasus PSTT. Penyakit trofoblas
gestasional adalah radiosensitive karena radiasi mempunyai efek tumorsidal serta
hemostatic, radioterapi dapat dilakukan pada metastasis otak atau pada pasien yang
tidak bisa diberikan kemoterapi karena alasan medis.

2.9 Patway

Usia ibu, kehamilan sebelumnya, genetic, faktor lingkungan

Kekurangan protein Immunoselektif & trofoblas Efek gen pada 13 q 3x4

NLRP7
Human proliferasitrofoblast
chorionicsomatomamtropin Berperan dalam oogenesis atau pada
saat invasi trifoblas dan
Vili berisi cairan jernih pembentukan lapisan desidua
Pertumbuhan & perkembangan janin
terganggu
Tidak ada pembuluh darah
Mengalami mutasi

MK : gangguan pertumbuhan & Pembentukan plasenta gagal


perkembangan janin syok

Cavum uteri
Kematian pada janin

Jonjot chorian tumbuh berganda

Kista kecil mirip buah anggur


Tidak berisi embrio

molahidatidos

koriokarsinoma

perdarahan

MK: anemia

Mual muntah

Mk : ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
2.10 Pengkajian

1) Anamnesa
a. Identitas
Mengkaji identitas klien meliputi : nama, usia, alamat, pekerjaan, pendidikan,
agama, dll.
b. Keluhan utama
Mengkaji adanya menstruasi yangtidak lancar dan adanya perdarahan
pervagina berulang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang dirasakan klien sampai klien sampai dirumah sakit atau pada
saat pengkajian dilakukan seperti erdarahan pervagina di luarsiklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
d. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah klien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan
system reproduksi dan penyakit lain.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Mengidntifikasi apakah ada anggota keluarga lain yang pernah menderita
penyaki seperti ini. Dapat dijakji melalui genogram sehingga dapat dikaji
mengenai penyakit keturunan dan penyakit menular dalam keluarga.
f. Riwayat pembedahan
Mengkaji adanya penbedahan yang pernah dialkukan klien, jenis
pembedahannya, kapan, dimana dan oleh siapa pembedahan dilakukan.
g. Riwayat kesehatan reproduksi
Mengkaji tentang menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darahnya, baunya, warnanya, dan adanya disminorhoe (waku dan gejala)
h. Riwayat kehamilan, persalian, nifas
Mengkaji keadaan dan kesehatan anak klien mulai dari kandungan sampai
saat sekarang
i. Riwayat seksual
Mengkaji aktivitas seksual klien, apakah menggunakan kontrasepsi dan jenis
kontrasepsinya serta keluhan yang muncul dengan pemasangan kontrasepsi
j. Riwayat konsumsi obat
Mengkaji oemakaian obat-obatan oleh klien seperti obat kontrasepsi oral,
obat digitalis dan obat lainnya.
k. Pola aktifitas
Mengkaji nutrisi, cairan dan elektrolit, elminasi, pola istirahta dan higine.
2) Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
- Mengobservasi warna kulit dan perubahannya
- Mengkaji adanya lesi, drainase
- Mengobservasi pola pernapasan, kedalaman nafas, dan kesimetrisan
gerak dada
- Mengkaji bahasa tubuh, pergerakan, postur tubuh, dan adanya
keterbatsan fisik
b. Palpasi
- Mersakan suatu pembengkakan, tektur kulit
- Menentukan kekuatan kontraksi uterus
- Menentukan karakter nadi
- Mengevaluasi edema
- Mengamati turgor dengan cara menekan atau mencubit
- Menentukan tegangan tonus otot atau respon nyeri yang abdnormal
c. Perkusi
- Mengetuk dengan jari dan mendengarkan bunyi apakah menunjukkan
ada tidaknya cairan, massa atau konsolodasi
- Mengetuk dengan palu perkusi dan mengamati ada tidaknya refles
gerakan pada kaki bawah
- Memeriksa reflek kulit perut apakah ada kontraksi didnding perut atau
tidak
d. Auskultasi
- Mendengarkan diruang antekuidti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung dan paru, abdomen untuk bising usus, atau denyut jantung janin.
3) Pemeriksaan laboraturium
Pemeriksaan laboraturium yang dapat dilakukan antara lain adalah pemeriksaan
darah, pemeriksaan urin dan pemeriksaan lain seperti rotgen, USG, dan biopsi.
2.11 Diagnosa Keperawatan

1. gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan perdarahan proses perjalanan


penyakit.
2. kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervagina
3. ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
5. risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
6. ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan ketakutan terkait perdarahan
pervagina.
2.12 Intervensi keperawatan
Diagnosa NOC NIC
1. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan a. Monitor tanda-tanda vital
volume cairian keperatawatan 2x24 jam klien dapat klien sesering mungkin
berhubungan mempertahankan keseimbangan b. Awasi intake dan output
dengan cairan dengan KH : klien
perdarahan - Perdarahan tidak ada c. Tingkatkatkan dan pantau
pervagina - Tidak terdapat keseimbangan cairan
tandatanda elekrolit
kekuranagn cairan d. Kolaborasi : pemberian
- Turgor kulit membaik terapi obat-obatan
2. Ansietas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat
berhubungan keperawatan selama 1x24 jam kecemasan klien
dengan tingkat kecemasan klien berkurang b. Pantau respon verbal
perubahan atau hilang dengan KH : dan non verbal
status - Ekspresi wajah klien c. Beri kesempatan pada
kesehatan tenang klien untuk
- Klien mampu mengungkapkan
menggunakan perasaanya
mekanisme koping d. Mendengarkan
yang adaptif keluhan klien dengan
- Klien tidak sering empati
bertanya tentang e. Jelaskan kepada klien
penyakitnya tentang penyakit dan
pengobatan yang
sedang dilakukan
f. Beri dorongan
spiritual/support
BAB III

GAMBARAN KASUS

PENGKAJIAN

I. Riwayat kehamilan dan persalinan


1. Yang lalu : pasien mempunyai 5 orang anak, dengan persalinan normal anak
pertama hidup, anak abortus, anak ketiga dan keempat hiduo dan anak terakhir
abortus. Pasien mengatakan saat hamil tidak pernah mengalami masalah
kehamlian, hanya saja pada saat kehamilan ke tiga pasien sering mual dan
muntah sampai tidak dapat beraktifitas.
II. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami sakit seperti yang dia
alami maupun penyakit lainnya.
III. Riwayat perkawinan
Pasien menikah pada uisa 18 tahun, sekarang usia perkawinannya sudah 17
tahun.
IV. Riwayat keluarga berencana
Pasien mengatakan menggunakan KB implam saat kelahiran anak pertama,
setelah itu pasien mengganti dengan suntuk/3 bulan.
V. Riwayat menstruasi
Pasien mengatakan pertama kali menarche pada usia 13 tahun, dan
menstruasi nya teratur.
VI. Riwayat kesehatan saat ini
1. Keluhan : pasien saat dilakukan pengkajian sedang dilakukan
kemoterapi, pasien mengeluhkan mual tetapi tidak mau muntah.
2. Faktor pencetus : obat kemoterapi
VII. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg
S : 37,1 C
N : 75x/i
P : 20x/i
2. Kepala dan leher
Kepala : tidak ada benjolan pada kepala dan tidak ada nyeri tekan
saat dilakukan palpasi
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ekterik
Hidung : tidak ada keluar darah dari hidung
Mulut : mulut bersih, gigi utuh, lidah bersih
Telinga : telinga simetris tidak ada keluar vairan dari telinga
Leher : tidak ad pembengkakan pada kelenjar tiroid
3. Dada : dada simetris tidak ada nyeri dada dan tidak ada retraksi
dinding dada
Jantung : s1 dan s2 tunggal
Paru : suara napas vesikuler dan tidak ada suara napas
tambahan
Payudara : payudara simetris dan tidak ada benjolan
4. Abdomen : tidak ada bekas luka operasi
5. Genetalia : tidak terkaji
6. Ekstremitas : estremitas atas tidak ada lesi atau pun edema, ektremitas
bawah tidak ada edema, ada varises di bagian kaki.
7. Eliminasi
BAK : dalam sehari pasien mengatakan BAK lebih kurang 3x, tidak ada
nyeri saat BAK, frekuensi nya sekitar 1 gelas aqua kecil.
BAB : dalam sehari pasien BAB kurang lebih 1-2 kali. Tidak
menggunakan pencahar.
8. Istirahat dan kenyamanan : pasien mengatakan tidur malam sekitar
jam 22.00 wib. Lama tidur pasien kurang lebih 8 jam, tidak ada keluhan
saat tidur ataupun istirahat.
9. Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : pasien mampu berjalan sendiri
Latihan/senam : tidak ada latihan
10. Nutrisi dan cairan
BB : awal masuk 58 kg dan saat pengkajian 53 kg
TB : 155 cm
Asupan nutrisi : pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien hanya
menghabiskan kurang lebih 3 sendok makan.
Asupan cairan : minum pasien kurang lebih 1 botol aqua besar dalam
sehari
VIII. Data psikologis
pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya saat ini.
IX. Kepercayaan dan kebudayaan khusus yang terkait dengan masalah kesehatan
Tidak ada
X. Obat-obatan yang digunakan
Obat Dosis
Dexamethasone 20 mg dalam 100 cc NaCl
Dipenhidramine 10 mg
Ametidine 200 mg dalam 100 cc NaCL
Ondensentrome 8 mg
Etoposida 150 mg
MTX 150 mg

XI. Hasil pemeriksaan laboraturium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal


Hemoglobin 10,9 g/dl 12,0- 16,0
Leukosit 8,00 10’3/L 4,80-10,80
Trombosit 282 10’3/L 150-450
Eritrosit 3,92 10’6/L 4,20-5,40
Hematrokit 34,1% 37,0-47,0

XII. Analisa data

Data penunjang Etiologi Masalah keperawatan


Ds : pasien mengatakan mual Mual Ketidakseimbangan
mencium bau makanan nutrisi kurang dari
Do : - bb awal : 58 kg menjadi kebutuhan tubuh
53 kg
- Makan hanya 3
sendok makan

XIII. Diagnosa keperawatan


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual.
XIV. Intervensi

Diagnosa NOC NIC


1. Ketidakseimban Setelah dilakukan tindakan a. Kaji status nutrisi
gan nutrisi keperawatan selama 2x24 klien
kurang dari jam, nutrisi klien dapat b. Anjurkan makan
kebutuhan tubuh terpenuhi dengan baik. sedikit tapi sering
berhubungan Dengan KH : c. Anjurkan makan
dengan mual - Klien makanan dalam
menunjukkan keadaan hangat dan
nafsu makan bervariasi
yang d. Anjurkan orang
meningkat terdekat klien
- Porsi makan untuk
klien habis membawakan
- Klien tidak makanan kesukaan
menunjukkan klien
kelemahan e. Berikan suasana
yang nyaman saat
klien makan
f. Beri penjelasan
pada klien tentang
pentingnya asupan
gizi pada tubuh
klien
g. Kolaborasi :
tetapkan asupan
nutrisi klien dengan
ahli gizi
h. Pantau porsi makan
klien
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan keperawatan yang ditemukan pada kasus
Ny. A dengan kehamilan Mola Hidatidosa pada tanggal 09 desember 2019 dimana
dalam memberikan asuhan keperawatan penulis menggunakan pendekatan proses
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Masalah keperawatan yang muncul
adalah : kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

1. Kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

Nutrisi merupakan proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk


membentuk energi, mepertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya
fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Trofoblas gestasional adalah sekumpulan penyakit yang berkaitan dengan vili
koroalis, terutama sel trofoblas dan berasal dari suatu kehamilan. Setiap
kehamilan berakhir dengan anak cukup bulan atau tidak cacat, namun hal ini
tidak selalu terjadi demikian kadang-kadang terjadi kegagalan dalam kehamilan
hal ini bergantung dari bentuk gangguan yang dialami salah satunya bentuk
kegagalan kehamilan yaitu vili korialis yang seluruhnya atau sebagian
berkembang tidak wajar berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur.
5.2 Saran
Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang trofoblas gestasional oleh tim
medis dan para medis kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di
daerah terpencil agar masyarakat lebih cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala
dari trofoblas gestasional terutama pada ibi-ibu, agar dapat di atasi dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai