PLASENTA PREVIA
Oleh:
A. Plasenta Previa
1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum/OUI (Saifuddin, et
al., 2016). Lokasi implantasi plasenta dapat terjadi di dinding anterior maupun dinding
posterior segmen bawah rahim (Fraser & Cooper, 2011). Plasenta previa merupakan
faktor risiko utama untuk perdarahan postpartum dan dapat menyebabkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan neonatus (Anderson-Bagga & Sze, 2019).
2. Klasifikasi
Terdapat empat macam plasenta previa berdasarkan lokasinya (Kemenkes RI, 2013),
yaitu:
3. Faktor Predisposisi
Penyebab mendasar dari plasenta previa tidak diketahui. Namun, ada hubungan antara
kerusakan endometrium dan jaringan parut uterus.
a. Kehamilan dengan ibu usia ≥ 35 tahun
b. Multiparitas,
c. Riwayat seksio sesarea sebelumnya (Kemenkes, 2013)
d. Kehamilan ganda/multipel (Saifuddin et al., 2016)
e. Riwayat plasenta previa
f. Merokok
g. Konsumsi narkotika (kokain)
h. Kuretase (Anderson-Bagga & Sze, 2019).
4. Diagnosis
a. Sebagian besar kasus didiagnosis sejak awal kehamilan melalui sonografi
(Anderson-Bagga & Sze, 2019).
Trimester Pertama (11 minggu – 13 minggu 6 hari), yang diperiksa saat ini adalah:
Skrinning Dini Kelainan Kromosom. Dengan USG bisa dilakukan
pengukuran dari ketebalan tengkuk bayi yang disebabkan penumpukan
cairan di daerah tengkuk. Daerah ini dikenal dengan nama “Nuchal
Translucency (NT)”. NT biasanya akan menebal pada bayi-bayi dengan
kelainan Sindrom Down (Trisomi 21) dan Sindrom Edward (Trisomi 18).
Tingkat akurasi untuk deteksi kelainan kromosom adalah sekitar 85%
dengan false positive sekitar 5%, yang artinya sekitar 85 dari setiap 100
bayi akan terdeteksi memiliki kelainan kromosom, dan setiap 5% dari
kehamilan yang sebetulnya normal akan terdeteksi kondisi abnormal pada
saat USG seperti penebalan NT.
Menentukan usia kehamilan dengan mengukur crown-rump length
(CRL) atau biparietal diameter (BPD).
Jumlah Bayi, dengan USG bisa menentukan kehamilan tunggal ataupun
kembar.
Mengidentifikasi adanya kelainan pada janin, seperti kelainan jantung.
Trimester Kedua (18 minggu – 23 minggu), yang diperiksa saat ini adalah:
Struktur Anatomi Bayi, dilihat untuk mendeteksi adakah kelainan struktur
bayi mulai dari kepala dan otak, muka dan bibir, jantung, dada, perut,
ginjal, kandung kencing, tulang belakang serta kaki dan tangan.
Pengukuran Bayi, yang rutin diukur adalah:
o kepala bayi – biparietal diameter (BPD) dan head circumference (HC).
o Perut bayi – abdominal circumference (AC)
o Kaki bayi – femur length (FL)
Setiap pengukuran akan dibandingkan dengan referensi range yang normal,
yang akan bervariasi di setiap usia kehamilan. Semua pengukuran ini
dikombinasikan untuk menentukan usia kehamilan dan berat badan bayi
saat itu. Pengukuran usia kehamilan dengan USG dibandingkan dengan
mens terakhir biasanya akan ada sedikit perbedaan, bisa kurang lebih 10
hari.
Detak dan irama Jantung Bayi, akan bervariasi, biasanya antara 120 – 180
denyut per menit.
Jumlah Bayi, bisa dilihat dengan USG apabila di Trimester pertama belum
pernah dilakukan pemeriksaan USG.
Posisi Plasenta, akan dievaluasi dekat atau tidaknya dengan cervix (leher
rahim), karena bila plasenta menutupi cervix maka akan menimbulkan
risiko perdarahan saat kehamilan yang disebabkan oleh Placenta Praevia.
Bila dokter menemukan lokasi plasenta letak rendah (dekat dengan cervix)
biasanya ibu akan diminta USG ulang di usia kehamilan 32 – 34 minggu.
Jumlah cairan ketuban.
Panjang cervix, ini biasanya penting apabila ada riwayat kelahiran
premature sebelumnya, perdarahan ataupun nyeri saat hamil. Untuk
pengukuran panjang cervix biasanya dilakukan dengan USG Transvaginal.
Uterus (Rahim) dievaluasi untuk kondisi seperti adanya Mioma (suatu
tumor jinak yang tumbuh di rahim), bila ada Mioma maka akan dilakukan
pengukuran besar dan posisinya dimana. Mioma ini tidak mengganggu
kehamilan.
Trimester Ketiga (31 minggu – 32 minggu 6 hari), yang diperiksa saat ini adalah:
Menilai pertumbuhan dan kesejahteraan janin.
Memeriksa ada tidaknya kelainan congenital mayor.
Posisi plasenta.
b. Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan>22 minggu
c. Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia
d. Syok
e. Tidak ada kontraksi uterus
f. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
g. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin (Kemenkes RI, 2013)
5. Komplikasi
Janin dan Bayi
a. Gawat janin
b. Kematian janin
c. Prematur
d. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
e. Asfiksia neonatorum
f. Respiratory distress syndrome (RDS)
Ibu
a. Perdarahan yang masif
b. Plasenta akreta, inkreta dan perkreta
c. Septikemia
d. Histerektomi (Anderson-Bagga & Sze, 2019)
e. Anemia
f. Syok akibat hypovolemia
g. Embolisme udara
h. Kematian ibu (Saifuddin, et al., 2016)
B. Plasenta Akreta
1. Definisi
Plasenta akreta merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi klinis ketika bagian dari plasenta, atau seluruh plasenta, menginvasi dinding
rahim sehingga sulit terlepas. Ketika villi chorialis menginvasi hanya miometrium,
dikatakan plasenta inkreta; sedangkan plasenta perkreta menggambarkan invasi
miometrium dan serosa, dan kadang-kadang ke organ-organ yang berdekatan, seperti
kandung kemih.
Istilah plasenta adhehernt menyiratkan implantasi abnormal plasenta ke dinding
rahim dan terbagi menjadi plasenta akreta, inkreta, dan perkreta. Plasenta akreta adalah
plasenta dimana vili dari plasenta menginvasi langsung ke miometrium; plasenta
inkreta adalah plasenta dimana vili plasenta menginvasi ke dalam miometrium; dan
plasenta perkreta adalah plasenta dimana vili plasenta menginvasi lebih dalam dari
miometrium hingga ke serosa bahkan sampai ke organ intraabdomen lainnya misalkan
kandung kemih. Sekitar 75% dari plasenta adherent adalah plasenta akreta, 18%
inkreta, dan 7% adalah plasenta perkreta. Kedalaman dari invasi plasenta merupakan
hal yang penting secara klinis karena managemen intervensi bergantung padanya.
Plasenta akreta dapat dibagi lagi menjadi plasenta akreta total, plasenta akreta parsial,
dan plasenta akreta fokal berdasarkan jumlah jaringan plasenta yang terlibat dalam
invasi ke miometrium.
Patogenesis plasenta akreta tidak jelas; namun ada beberapa teori yang diusulkan.
Abnormal vaskularisasi yang dihasilkan dari proses jaringan parut setelah operasi
dengan sekunder hipoksia lokal yang mengarah ke rusaknya desidualisasi dan invasi
trofoblas yang berlebihan tampaknya menjadi hal yang paling menonjol, atau
setidaknya merupakan teori yang paling didukung sampai saat ini, menjelaskan
patogenesis plasenta akreta pada tahap ini.3
TANDA
NO NAMA ALAMAT
TANGAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TANDA
NO NAMA ALAMAT
TANGAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA