Anda di halaman 1dari 18

RESUME INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Nn. “S” DENGAN


GANGGUAN MENSTRUASI: AMENORHEA SEKUNDER
DI POLIKLINIK OBSGYN RSUD KOTA YOGYAKARTA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Keperawatan Maternitas
Dosen Pembimbing: Fika Nur I, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:
Rika Dwi Lestyarum
2720162922

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Nn. “S” dengan Gangguan Menstruasi:


Amenorhea Sekunder di Poliklinik Obsgyn RSUD Kota Yogyakarta. Laporan ini
disusun untuk memenuhi tugas individu praktik klinik Keperawatan Maternitas
pada semester V, pada:
Hari :
Tanggal :
Tempat :

Praktikan

Rika Dwi Lestyarum


NIM: 2720162922

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Rumah Sakit Pembimbing Akademik

Sugiyanti, Amd.Keb Fika Nur I, S.Kep.,Ns.,M.Kep

ii
KATA PENGANTAR

Segala puja dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunianya dan memberi kemudahan, kekuatan serta kelancaran
dalam menyusun laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Nn. “S” dengan Gangguan Menstruasi: Amenorhea Sekunder di Poliklinik
Obsgyn RSUD Kota Yogyakarta”.
Laporan kasus ini disusun guna melengkapi syarat menyelesaiakan tugas
Praktik Klinik Keperawatan Maternitas pada semester V Akademi Keperawatan
Notokusumo Yogyakarta.
Penulis menyadari laporan kasus ini dapat tersusun berkat bimbingan dan
bantuan dari semua pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Giri Susilo Adi, M.Kep, selaku direktur Akademi Keperawatan Yayasan
Notokusumo Yogyakarta.
2. Ibu Sugiyanti, Amd.Keb, selaku pembimbing lahan yang telah banyak
memberi asuhan dan bimbingan baik berupa motivasi maupun teknik
penyusunan laporan kasus ini.
3. Ibu Fika Nur I, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku pembimbing akademik yang telah
memberi masukan, arahan dan motivasi dalam penyusunan laporan dan praktik
lahan keperawatan anak.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini terdapat
banyak kekurangan dan masih jauh sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan laporan
kasus ini.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, Januari 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II KONSEP DASAR TEORI ...................................................................... 3
A. Pengertian ..................................................................................................... 3
B. Klasifikasi .................................................................................................... 3
C. Etiologi ......................................................................................................... 4
D. Tanda dan Gejala.......................................................................................... 5
E. Patofisiologi ................................................................................................. 5
F. Pathway ........................................................................................................ 6
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 7
H. Penatalaksanaan ........................................................................................... 7
I. Komplikasi ................................................................................................... 8
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN.................................................. 9
A. Pengkajian .................................................................................................... 9
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 10
C. Perencanaan................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental,
dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan
dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi
serta proses-prosesnya (Romauli & Vindari, 2012). Gangguan reproduksi adalah
kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008)
Gangguan reproduksi dapat disebabkan karena adanya ketidakseimbangan
hormon, cacat anatomi saluran reproduksi (defek kongenital), gangguan
fungsional, kesalahan manajemen atau infeksi organ reproduksi (Kasdu dalam
Susilowati, 2016). Tanda dan gejala terjadinya gangguan reproduksi ialah dengan
adanya gangguan menstruasi.
Gangguan menstruasi merupakan adanya ketidaknormalan pada siklus
haid. Siklus haid normal akan berlangsunng selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah
waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Siklus menstruasi ini
melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium (Manuaba, 2008 dalam
Irnawati, 2013).
Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi
dapat digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah dan
lamanya perdarahan pada menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan
hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea),
perdarahan diluar haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan
dengan hais (premenstrual tension, mittelschmerz, dismenorea) (Sari & Sugiarti,
2013).
Amenorea merupakan salah satu gangguan siklus menstruasi yang
berkaitan dengan penurunan fertilistas dan gangguan kesehatan organ reproduksi
(Oktavia, et al.,2015). Prevalensi amenore diketahui sekitar 3 hingga 4% pada
populasi usia reproduksi dan sekitar 10-15 pasien menurpakan amenore primer
(Arifiandi & Wiyasa, 2018). Banyak faktor penyebab terjadinya amenorea baik
faktor internal maupun eksternal.
Untuk itu, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai
gangguan menstruasi (amenorea) dengan mengambil judul laporan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Menstruasi (Amenorhea)”.

B. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang dapat diberikan dengan tepat
pada pasien dengan gangguan menstruasi (amenorhea).
2. Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui pengertian amenorea
b. Untuk mengetahui etiologi/ penyebab amenorea
c. Untuk mengetahui klasifikasi amenorea
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala amenorea
e. Untuk mengetahui pathway amenorea
f. Untuk mengetahui patofisiologi amenorea
g. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien amenorea

2
BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus, disertai pelepasan endometrium. Terjadi saat lapisan dalam rahim luruh
dan keluar (Proverawati & Misaroh, 2009).
Amenorrhea adalah kondisi dimana seorang wanita tidak mengalami
menstruasi, meskipun periode menstruasi seharusnya wanita tersebut mengalami
menstruasi (Alamin, 2016).
Amenore merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik
dalam sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa (Novandi, 2016).
Amenorea adalah keadaan kegagalan menarke sampai usia 16 tahun, tanpa
memandang ada tidaknya menstruasi selama 3-6 bulan pada perempuan yang
sebelumnya memilik siklus menstruasi yang teratur (Gant & Cunningham, 2011).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian dari
amenore adalah ketidaknormalan siklus haid/ menstruasi, baik yang sebelumnya
sudah mendapat mentruasi maupun yang belum mendapatkan menstruasi dalam
kurun waktu 3 siklus atau 6 bulan.

B. Klasifikasi
Menurut Manoeroe (2017), aminore dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
1. Amenorea fisiologik
Amenorea yang terdapat pada masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa
laktasi, dan sesudah menopause.
2. Amenorea patologik
Lazimnya dibagi menjadi dua yaitu:
a. Aminore primer
Aminorea primer terjadi apabila seorang wanita pada usia 16 tahun belum
mendapatkan menstruasi tetapi perkembangan organ seksual sekundernya
normal.

3
b. Aminore sekunder
Amenorea sekunder terjadi apabila seorang wanita tidak mendapatkan
menstruasi selama 3 siklus menstruasi atau selama 6 bulan pada wanita
yang sebelumnya mengalami menstruasi. Evaluasi awal amenorea baik
yang rpimer maupun sekunder sering sama terlepas dari kapan mulai
terjadinya aminore, kecuali dalam situasi klinis yang tidak biasa.

C. Etiologi
Menurut Alamin (2016), faktor penyebab amenore primer dan amenore
sekunder adalah sebagai berikut:
1. Amenore Primer
a. Kelainan kromosom
b. Masalah hipotalamus
c. Hipofisis
d. Kurangnya organ reproduksi
e. Struktural abnormal pada vagina
f. Hymen imperforata
Hymen imperforata yaitu selaput dara tidak berlubang. Sehingga darah
menstruasi terhambat untuk keluar. Biasanya keadaan ini diketahui bile
wanita sudah waktunya mens tetapi belum mendapatkannya. Wanita
tersebut akan mengalami nyeri setiap bulan. Untuk mengatasi hal ini
biasanya dioprasi untuk melubangi selaput daranya.
g. Menstruasi anovulatoire
Menstruasi anovulatoire, yaitu rangsangan hormon-hormon yang tidak
mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim, hingga tidak terjadi
haid atau hanya sedikit. Kurangnya rangsangan hormon ini menyebabkan
endometrium tidak terbentuk dan keadaan ini menyebabkan wanita tidak
mengalami masa subur karena sel telur tidak terbentuk.
2. Amenore Sekunder
a. Kehamilan
b. Kontrasepsi

4
c. Menyusui
d. Stress
e. Obat-obatan
f. Ketidakseimbangan hormon
g. Berat badan rendah
h. Olahraga berlebihan
i. Kerusakan tiroid
j. Masalah di jaringan rahim
k. Ketidakcukupan ovarium primer

D. Tanda dan Gejala


Menurut Morgan dan Hamilton (2009), tanda dan gejala amenorhe adalah
sebagai berikut:
1. Tidak adanya perdarahan menstruasi selama 6 bulan atau ≥ 3 siklus setelah
adanya perdarahan mnestruasi sebelumnya.
2. Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak
sedang menyusui).
3. Penurunan atau peningkatan berat badan secara drastis.
4. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang memngikuti pola
pria, perubahan suara, dan perubahan payudara).
5. Penglihatan kabur

E. Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat
berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang
membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan
pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung
menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat
menghambat pelepasan gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan
amenorrhea primer maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan
perkembangan ovarium (gonadal disgenesis). Kegagalan ovarium premature dapat

5
disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat juga
merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan kegiatan
yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana dibutuhkan kalori yang
banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan
hormone steroid seksual (estrogen dan progesteron) tidak tercukupi. Pada
keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi
kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesteron yang
memicu terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan
endorphin yang merupakan derifat morfin.Endorphin menyebabkan penurunan
GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun. Pada keadaan tress berlebih
cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid
yang dapat menekan pembentukan GnRH (Sari, 2015).

F. Pathway

Sumber: Alamin (2016)

6
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nugroho dan Utama (2014), pemeriksaan penunjang yang biasa
dilakukan yaitu:
1. Biopsi endometrium
2. Progestin withdrawal
3. Kadar prolaktin
4. Kadar hormon
5. Tes fungsi tiroid
6. Tes kehamilan
7. Kadar FSH (Folicle Stimulation Hormon), LH (Luteinzing Hormone), dan
TSH (Thyroid Stimulating Hormone),
8. Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom
9. MRI
10. CT Scan kepala (jikadiduga ada tumor hipofisa)

H. Penatalaksanaan
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), amenorea dapat ditangani
dengan:
1. Observasi keadaan umum
2. Perbaikan asupan gizi
3. Pengurangan berat badan pada wanita obesitas
4. Pemberian tiroid pada wanita hipotiroid
5. Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenals
6. Pemberian estrogen dan progesteron.

Sedangkan menurut Nugroho dan Utama (2014), penatalaksanaan


amenorea tergantung pada penyebabnya:
1. Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas,
penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.
2. Jika penyebabnya adalah olahraga yang berlebihan, penderita dianjurkan
untuk menguranginya.

7
3. Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi dan semua
hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3-6 bulan
untuk memantau perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi
bisa diberikan progesteron. Untuk merangsang perubahan pubertas pada anak
perempuan yang payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan
ketiaknya belum tumbuh bisa diberikan estrogen.
4. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk
mengangkat tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak dalam otak
biasanya diobati dengan bromokriptin untuk mencegahpelepasan prolaktin
yang berlebihan oleh tumor. Bila perlu bisa dilakukan pengangkatan tumor.
Terapi penyinaran biasanya baru dilakukan jika pemberian obat ataupun
pembedahan tidak berhasil.

I. Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya
adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu kompartemen
IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenrorrhea. Komplikasi lainnya
muncul gejala-gejala lain akibat hormon seperti osteoporosis (Wiadnyani, 2018).

8
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Wiadnyani (2018) proses pengkajian pada kasus amenorea adalah
sebagai berikut:
1. Anamnesis
Anamnesis yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan
sejak kanak-kanan, termasuk tinggi badan dan usia saat pertama kali
mengalami pertumbuhan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan.
Dapatkan informasi anggota keluarga yang lain (ibu dan saudara wanita)
mengenai usia mereka pada saat menstruasi pertama, informasi tentang
banyaknya perdarahan, lama menstruasi dan periode menstruasi terakhir, juga
perlu untuk ditanyakan. Riwayat penyakit kronis yang pernah diderita, trauma,
operasi, dan pengobatan juga penting untuk ditanyakan. Kebiasaan-kebiasaan
dalam kehidupan seksual, penggunaan narkoba, olahraga, diit, situasi dirumah
& sekolah dan kelainan psikisnya juga penting untuk ditanyakan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-tanda vital
dan juga termasuk tinggi bada, berat badan dan perkembangan seksual.
Pemeriksaan yang lain adalah:
a. Keadaan umum
1) Anoreksia-cacheksia, bradikardi, hipotensi, dan hipotermi
2) Tumor hipofise perubahan pada fusduskopi, gangguan lapang pandang,
dan tanda-tanda saraf kranial.
3) Imflammatory bowel disease fisura, skin tags, adanya darah pada
pemeriksaan rektal.
4) Gonadal dygenesis (sindroma turner) – webbed neck, lambatnya
perkembangan payudara.
b. Keadaan payudara
1) Galaktorrhea (palpasi payudara)

9
2) Terlambatnya pubertas, diikuti oleh rambut kemaluan yang jarang.
3) Gonadal dysgenesis (sindroma turner), tidak berkembangnya payudara
dengan normalnya pertmbuhan rambut kemaluan.
c. Keadaan rambut kemaluan dan genetelia eksternal
1) Hiperandrogenisme, distribusi rambut kemaluan dan adanya rambut di
wajah
2) Sindroma insensifitas androgen, tidak ada atau jarangnya rambut ketiak
dan kemaluan dengan perkembangan payudara
3) Terlambatnya pubertas, tidak disertai dengan perkembangan payudara
4) Tumor adrenal atau ovarium, clitoromegali, virilisasi
5) Massan pelvis, kehamilan, massa ovarium, dan genetal anomali.
d. Keadaan vagina
1) Imperforasi himen, menggembung atau edema pada vagina eksternal
2) Agenesis (sindroma rokitansky-hauser), menyempitnya vagina tanpa
uterus dan rambut kemaluan normal
3) Sindroma insensifitas androgen, menyempitnya vagina tanpa uterus dan
tidak adanya rambut kemaluan
4) Uterus, bila uterus membesar, kehamilan bisa diperhitungkan
5) Cervix, periksa lubang vagina, estrogen bereaksi dengan mukosa vagina
dan sekresi mukus. Adanya mukus adalah tanda bahwa estradiol sedang
diproduksi oleh ovarium. Kekurangan mukus dan kringnya vagina
adalah tanda bahwa tidak adanya estraidol yang sedang diproduksi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut NANDA (Nursing
Diagnoses: Definition & Classification 2015-2017) dalam Herdman dan
Kamitsuru (2015), yaitu:
1. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik, tahap perkembangan,
perseptual, dan penyakit.

10
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang didapat
tentang penyakit (amenorea).
4. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan fungsional
(amenorea).

11
C. Perencanaan
Perencanaan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Ansietas berhubungan Menurut Moorhead., et al Menurut Bulechek., et al (2013), 1. Untuk mengetahui tanda-
dengan status kesehatan. (2013) dalam buku Nursing dalam buku Nursing Interventions tanda verbal dan non verbal
Outcomes Classification (NOC) Classification (NIC) adalah sebagai kecemasan
adalah sebagai berikut: berikut: 2. Agar situasi yang memicu
Tingkat Kecemasan (1211): Pengurangan Kecemasan (5820): kecemasan dapat terkontrol
1. Dapat beristirahat cukup (7-8 1. Kaji untuk tanda verbal dan non 3. Aktivitas pengganti dapat
jam). verbal kecemasan mengalihkan/ mengurangi
2. Tanda-tanda vital dalam 2. Bantu klien mengidentifikasi tekanan kecemasan
rentang normal situasi yang memicu kecemasan 4. Teknik relaksasi dapat
N : 60-100 x/menit 3. Berikan aktivitas pengganti mengurangi tingkat
TD: 120/80 x/menit yang bertujuan untuk kecemasan pada pasien
RR: 16-20 x/menit mengurangi tekanan kecemasan 5. Agar pasien mengerti
S : 36-37,5 OC 4. Instruksikan pasien untuk informasi tentang penyakit
3. Tidak ada perasaan gelisah menggunakan teknik relaksasi yang dialami
4. Rasa takut yang disampaikan 5. Edukasi pasien terkait informasi 6. Peran keluarga sangatlah
secara lisan ringan. aktual terkait diagnosis, penting untuk mendukung
perawatan, dan prognosis dan mensuport pasien untuk
6. Kolaborasi dengan keluarga meningkatkan kepercayaan
untuk menciptakan suasana diri.
atmosfer rasa aman untuk
meningkatkan kepercayaan diri.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alamin, A., 2016. Asuhan Keperawatan Dengan Amenore. [Online]


Available at: http://www.academia.edu/20309991/makalah_amenore
[Accessed 18 September 2018].
Arifiandi, M. D. & Wiyasa, I. W. A., 2018. Laporan Kasus: Amenore Primer et
causa Hiperplasia Adrenal Kongenital Non Klasik. Journal of Issues in
Midwifery, 2(1), p. 32.
Bulechek Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia, Edisi Keenam. Indonesia: Mocomedia.
Gant, N. F. & Cunningham, F. G., 2011. Dasr-Dasar Ginekologi & Obatetri.
Jakarta: EGC.
Irnawati, P. Y., 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny.
T Umur 32 Tahun Dengan Amenore Sekunder di RSUD Surakarta.
[Online]
Available at: https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/31304/Asuhan-
kebidanan-gangguan-sistem-reproduksi-pada-nyt-umur-32-tahun-dengan-
amenore-sekunder-di-rsud-Surakarta
[Accessed 1 Oktober 2018].
Morgan, G. & Hamilton, C., 2009. Obstetri & Ginekologi. 2 ed. Jakarta: EGC .

Novandi, B. P. P., 2016. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Nn. D


Umur 21 Tahun dengan Amenore Sekunder Di BPM Siti Rodiyah
Sukoharjo. [Online]
Available at: http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/37/01-gdl-
bellapital-1804-1-ktibell-i.pdf
[Accessed 18 September 2018].
Nugroho, T. & Utama, B. I., 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Oktavia, F., Desmiwarti & Yaunin, Y., 2015. Hubungan Anxietas dengan
Kejadian Amenore Sekunder pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), p. 130.
Proverawati, A. & Misaroh, S., 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. 1 ed. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sari, E. M., 2015. Amenorrhea. [Online]
Available at:
http://www.academia.edu/9762320/AMENORRHEA_Patologi_Umum_
[Accessed 2 Januari 2019].

13
Sari, E. J. & Sugiarti, 2013. GAMBARAN IMT DENGAN GANGGUAN
MENSTRUASI (DYSMENORHOE, AMENORE, OLIGOMENORE) PADA
MAHASISWA TINGKAT 1. [Online]
Available at: https://griyahusada.id/files/E-
Journal/Jurnal%20Vol%201%20No%201/jurnal2.pdf
[Accessed 1 Oktober 2018].
Susilowati, H., 2016. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Nn. w
uMUR 20 Tahun dengan Dismenore Sekunder di BPM Tri Resiti Juwiring
Klaten. [Online]
Available at: http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/35/01-gdl-
henisusilo-1744-1-kti_heni-9.pdf
[Accessed 1 Oktober 2018].
Wiadnyani, I. A., 2018. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan
Sekunder Amenore. [Online]
Available at: https://edoc.site/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-
dengan-sekunder-amenore-pdf-free.html
[Accessed 19 September 2018].

14

Anda mungkin juga menyukai