Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

“Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Distosia Bahu”

Dosen Pengampu : Rubiati Hipni, SST, M.Keb

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Gita Putri Ariandini P07124118200


Mukarramah P07124118214
Rizka Aulia P07124118235
Sheila Yunia Anggini P07124118239

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
DIPLOMA III JURUSAN KEBIDANAN
SEMESTER III
TAHUN
2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji dan syukur atas Kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua, Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan
Distosia Bahu“.
Makalah ini kami buat dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bimbingan dari dosen, Sehingga dapat memperlancar dan memudahkan dalam
pembuatan makalah ini Untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen yang
telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun kami menyadari masih banyak kekurangan baik dalam penyusunan
makalah ataupun dalam segi bahasanya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan
terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan saran
dan kritik yang bersifat membangun kepada kami agar kami dapat membuat makalah
yang lebih baik.
Pada akhirnya kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan hikmah yang dapat memberikan inspirasi dan informasi terhadap pembaca.

Rabu, 20 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2


BAB I................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
A. Latar Belakang....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan .................................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN............................................................................................................... 6
A. Pengertian .............................................................................................................. 6
B. Etiologi .................................................................................................................. 7
C. Patofisiologi ........................................................................................................... 7
D. Tanda dan Gejala ................................................................................................... 7
E. Komplikasi ............................................................................................................ 8
F. Faktor Resiko ......................................................................................................... 8
G. Penatalaksanaan Distosia Bahu ............................................................................. 9
G. Penanganan Umum Distosia Bahu ...................................................................... 11
BAB III ........................................................................................................................... 14
DOKUMENTASI KASUS ASUHAN KEBIDANAN .................................................. 14
SUBJEKTIF ............................................................................................................... 15
OBJEKTIF .................................................................................................................. 15
ANALISA................................................................................................................... 15
PENATALAKSAAN ................................................................................................. 15
BAB IV ........................................................................................................................... 18
PENUTUP ...................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 18
B. Saran ...................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Distosia bahu merupakan presentasi kepala, kepala telah lahir tetapi bahu
tidak dapat dilahirkan dengan cara-cara biasa (Oxorn, 2003).
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu
saat proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya
manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala bayi tidak
berhasil untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan presentasi kepala,
setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan
tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar
0,2-0,3% dari seluruh persalinan vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal umumya dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka kematian ibu dan bayi di
suatu negara mencerminkan tingginya resiko kehamilan dan persalinan.
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
AKI di Indonesia mencapai 228/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi
sebesar 34/1000 kelahiran hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan.
Namun hasil SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai
turun perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan
angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Komplikasi yang bisa terjadi , yaitu tingginya angka kematian ibu dan
besarnnya resiko akibat distosia bahu pada saat persalinan maka fokus utama
asuhan persalinan normal adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini
merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani
komplikasi, menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi. Pencegahan
komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir akan mengurangi kesakitan
dan kematian ibu serta bayi baru lahir (Depkes, 2004)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian distosia bahu?
2. Bagaimana etiologi distosia bahu?
3. Bagaimana patofisiologi distosia bahu?
4. Apa saja tanda dan gejala distosia bahu?
5. Apa saja komplikasi distosia bahu?
6. Apa saja faktor resiko distosia bahu?
7. Bagaiamana penatalaksanaan distosia bahu?
8. Bagaimana penanganan umum distosia bahu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian distosia bahu.
2. Untuk mengetahui etiologi distosia bahu.
3. Untuk mengetahui patofisiologi distosia bahu.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala distosia bahu.
5. Untuk mengetahui komplikasi distosia bahu.
6. Untuk mengetahui faktor resiko distosia bahu.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan distosia bahu.
8. Untuk mengetahui penanganan umum distosia bahu.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan) lahirnya bahu
bayi setelah lahirnya kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi
morbiditas dan mortalitas bayi akibat cedera pleksus brachialis dan asfiksia.
Diagnosis ini harus dipikirkan ketika dengan traksi kebawah yang memadai
tidak dapat melahirkan bahu. Tanda distosia bahu lainnya adalah jika setelah
kepala melalui serviks kemudian tampak kepala kembali tertarik balik ke dalam
(turtle sign)
Distosia bahu biasanya terdapat kasus makrosomia. Resiko nya
meningkat 11 kali lipat bayi dengan BB 4000 gram dan 22 kali lipat pada bayi
4500 gram. Sekitar 50% kasus terjadi pada bayi dengan BB kurang dari 4000
gram. Bayi posterm dan makrosomia beresiko mengalami distosia bahu karena
pertumbuhan trunkal dan bahu tidak sesuai dengan pertumbuhan kepala pada
masa akhir kehamilan. Faktor resiko lainnya adalah obesitas maternal, riwayat
melahirkan bayi besar, diabetes mellitus, dan diabetes gestational. Distosia bahu
harus dicurigai pada pemanjangan kala II atau pemanjangan fase deselerasi pada
kala I.
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet
diatas sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul,
atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari
tulang sacrum (tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa
dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin
dilahirkan.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan
pervagina untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk
(1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia
bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai
normal interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh
adalah 24 detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa
distosia bahu adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik. American
College of Obstetrician and Gynecologist (2002) menyatakan bahwa angka
kejadian distosia bahu bervariasi antara 0.6 – 1.4% dari persalinan normal.

B. Etiologi
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan
bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal: pada makrosomia) disebabkan
oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga
penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat
melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah
mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam
panggul.

C. Patofisiologi
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala dilahirkan, maka bahu
memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posterior memasuki panggul lebih
dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan paksi luar, bahu
posterior berada di cekungan tulang sakrum atu disekitar spina ischiadika, dan
memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk memasuki panggul
melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari foramen obturator. Apabila
bahu berada dalam posisi antero-posterior ketika hendak memasuki pintu atas
panggul, maka bahu posterior dapat tertahan promontorium dan bahu anterior
tertahan tulang pubis. Dalam keadaan demikian kepala yang sudah dilahirkan
akan tidak dapat melakukan putaran paksi luar, dan tertahan akibat adanya
tarikan yang terjadi antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle
sign) (Prawirohardjo, 2009).

D. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala distosia bahu adalah sebagai berikut:

1. Pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi. Pada
distosia bahu kepala akan tertarik kedalam dan tidak dapat mengalami putar
paksi luar yang normal.
2. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa bayi gemuk dan besar.
Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya juga obese.
3. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi tidak
berhasil melahirkan bahu.

E. Komplikasi
Adapun komplikasi pada distosia bahu yaitu:

1. Komplikasi Maternal
a. Perdarahan pasca persalinan
b. Fistula rectovaginal
c. Simfisiolisis atau diathesis, dengan atau tanpa “transient femoral
neuropathy”
d. Robekan perineum derajat III atau IV
e. Rupture uteri
2. Komplikasi Fetal
a. Brachial plexus palsy
b. Fraktura clavicle
c. Kematian janin
d. Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurololgis permanen
e. Fraktura humerus

F. Faktor Resiko
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian distosia bahu (Chapman,
2006)
1. Makrosomia/kelahiran sebelumnya bayi > 4 kg
2. Ibu obesitas
3. Penambahan berat badan berlebih
4. Panggul sempit
5. Melahirkan dengan posisi setengah berbaring di tempat tidur dapat
menghambat gerakan koksik dan sakrum yang memperberat terjadinya
“distosia lahir-tempat tidur”
6. Diabetes maternal
7. Kala II lama
8. Distosia bahu sebelumnya

G. Penatalaksanaan Distosia Bahu


Penatalaksaan distosia bahu sebagai berikut:

1. Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat


diperlukan.
2. Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah
melakukan traksi curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
3. Lakukan episiotomi.
Setelah membersihkan mulut dan hidung anak, lakukan usaha untuk
membebaskan bahu anterior dari simfsis pubis dengan berbagai maneuver:
a. Tekanan ringan pada suprapubic
Dilakukan tekanan ringan pada daerah suprapubik dan secara bersamaan
dilakukan traksi curam bawah pada kepala janin.
Tekanan ringan dilakukan oleh asisten pada daerah suprapubic saat traksi
curam bawah pada kepala janin.
b. Maneuver Mc Robert
Teknik ini ditemukan pertama kali oleh Gonik dkk tahun 1983 dan
selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkannya di University of
Texas di Houston.
Maneuver ini terdiri dari melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan
fleksi sehingga paha menempel pada abdomen ibu. Tindakan ini dapat
menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis kearah kepala
maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran panggul tak
berubah, rotasi cephalad panggul cenderung untuk membebaskan bahu
depan yang terhimpit.
Fleksi sendi lutut dan paha serta mendekatkan paha ibu pada abdomen
sebaaimana terlihat pada (panah horisontal). Asisten melakukan tekanan
suprapubic secara bersamaan (panah vertikal). Analisa tindakan
Maneuver Mc Robert dengan menggunakan x-ray ukuran panggul tak
berubah, namun terjadi rotasi cephalad pelvic sehingga bahu anterior
terbebas dari simfisis pubis.
c. Maneuver Woods
Dengan melakukan rotasi bahu posterior 1800 secara “crock screw”
maka bahu anterior yang terjepit pada simfisis pubis akan terbebas.
Tangan kanan penolong dibelakang bahu posterior janin. Bahu kemudian
diputar 180 derajat sehingga bahu anterior terbebas dari tepi bawah
simfisis pubis.
d. Melahirkan bahu belakang
1) Operator memasukkan tangan kedalam vagina menyusuri humerus
posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan posterior atas
didepan dada dengan mempertahankan posisi fleksi siku.
2) Tangan janin dicekap dan lengan diluruskan melalui wajah janin.
3) Lengan posterior dilahirkan.

e. Maneuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah yaitu:
1) Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan melakukan
tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil maka dilakukan
langkah berikutnya.
2) Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk dijangkau dan
kemudian ditekan kedepan kearah dada anak. Tindakan ini untuk
melakukan abduksi kedua bahu anak sehingga diameter bahu
mengecil dan melepaskan bahu depan dari simfisis pubis.
Maneuver Rubin II
a) Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah.
b) Bahu anak yang paling mudah dijangkau didorong kearah dada
anak sehingga diameter bahu mengecil dan membebaskan bahu
anterior yang terjepit.
f. Pematahan klavikula
Dilakukan dengan menekan klavikula anterior ke arah SP.
g. Maneuver zavanelli
Mengembalikan kepala kedalam jalan lahir dan anak dilahirkan melalui
SC.
Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai
dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi dan
secara perlahan mendorong kepala kedalam vagina.
h. Kleidotomi
Dilakukan pada janin mati yaitu dengan cara menggunting klavikula.
i. Simfisiotomi
Hernandez dan Wendell (1990) menyarankan untuk melakukan
serangkaian tindakan emergensi berikut ini pada kasus distosia bahu
1) Minta bantuan – asisten , ahli anaesthesi dan ahli anaesthesi.
2) Kosongkan vesica urinaria bila penuh.
3) Lakukan episiotomi mediolateral luas.
4) Lakukan tekanan suprapubic bersamaan dengan traksi curam bawah
untuk melahirkan kepala.
5) Lakukan maneuver Mc Robert dengan bantuan 2 asisten.
Sebagian besar kasus distosia bahu dapat diatasi dengan serangkaian
tindakan diatas. Bila tidak, maka rangkaian tindakan lanjutan berikut ini
harus dikerjakan:
1) Wood corkscrew maneuver
2) Persalinan bahu posterior
3) Tehnik-tehnik lain yang sudah dikemukakan diatas.
Tak ada maneuver terbaik diantara maneuver-maneuver yang sudah
disebutkan diatas, namun tindakan dengan maneuver Mc Robert sebagai
pilihan utama adalah sangat beralasan.

G. Penanganan Umum Distosia Bahu


Penanganan umum pada distosia bahu adalah

1. Pada setiap persalinan, bersiaplah untukk menghadapi distosia bahu,


khususnya
pada persalinan dengan bayi besar.
2. Siapkan beberapa orang untuk membantu.
“Distosia bahu tidak dapat diprediksi”
Diagnosis distosia bahu :
a. Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva.
b. Dagu tertarik dan menekan perineum.
c. Tarikan pada kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
simfisis pubis.
Penanganan distosia bahu:
1) Membuat episiotomi yang cukup luas untuk mengurangi obstruksi
jaringan lunak dan memberi ruangan yang cukup untuk tindakan.
2) Meminta ibu untuk menekuk kedua tungkainya dan mendekatkan
lututnya
sejauh mungkin ke arah dadanya dalam posisi ibu berbaring
terlentang. Meminta bantuan 2 asisten untuk menekan fleksi kedua
lutut ibu ke arah dada.
3) Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi:
a) Melakukan tarikan yang kuat dan terus-menerus ke arah bawah
pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah
simfisis pubis.
Catatan: hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat
mengakibatkan trauma pada fleksus brakhialis.
b) Meminta seorang asisten untuk melakukan tekanan secara
simultan ke arah bawah pada daerah suprapubis untuk membantu
persalinan bahu.
Catatan: jangan menekan fundus karena dapat mempengaruhi
bahu lebih lanjut dan dapat mengakibatkan ruptur uteri.
4) Jika bahu masih belum dapat dilahirkan:
a) Pakailah sarung tangan yang telah didisinfeksi tingkat tinggi,
masukkan tangan ke dalam vagina.
b) Lakukan penekanan pada bahu yang terletak di depan dengan arah
sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
c) Jika diperlukan, lakukan penekanan pada bahu belakang sesuai
dengan arah sternum.
5) Jika bahu masih belum dapat dilahirkan:
a) Masukkan tangan ke dalam vagina.
b) Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan
tetap fleksi pada siku, gerakkan lengan ke arah dada. Ini akan
memberikan ruangan untuk bahu depan agar dapat bergerak
dibawah simfisis pubis.
6) Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan
lain:
a) Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan
bahu depan.
b) Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan
lengan belakang.
BAB III

DOKUMENTASI KASUS ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. E BERSALIN DENGAN DISTOSIA BAHU

PENGKAJIAN

Hari, tanggal : Selasa, 19 November 2019

Jam : 22.30 WITA

IDENTITAS

Istri Suami
Nama Ny. N Tn. M
Umur 20 tahun 22 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMU SMU
Pekerjaan IRT Pegawai Kontrak
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Alamat Kelurahan Keraton Kelurahan Keraton

PROLOG

Ny. N datang ke PMB Bidan R dengan suami pukul 17.00 WITA, dengan keluhan
mulas pada perut bagian bawah menjalar ke punggung serta keluar lendir bercampur
darah sejak pukul 13.00 WITA. HPHT: 13-02-2019, TP : 20-11-2019. Sebelumnya ibu
memeriksakan kehamilan ke Poskesdes sebanyak 6 kali kunjungan. Hasil pemeriksaan
terakhir TB 154 cm, BB 69 kg, LILA 26,5 cm, TD 120/80 mmHg, TFU 35 cm,.
Riwayat persalinan terdahulu spontan belakang kepala. Ibu tidak memiliki alergi
makanan dan obat, tidak memiliki riwayat penyakit menahun dan menurun.
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan hamil dengan usia kehamilan 40 minggu, ibu mengeluh mulas pada
perut bagian bawah menjalar ke pinggang disertai keluar lendir bercampur darah sejak
pukul 13.00 WITA.

OBJEKTIF
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD : 120/80 mmHg N : 84 x/menit
S : 36,8 R : 22x/menit, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, muka tidak ada
odem, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, puting susu menonjol. Leopold I :
bagian fundus terasa bagian bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong), Leopold II :
pada bagian kiri ibu teraba memanjang, keras seperti papan dan sebelah kanan perut ibu
teraba bagian-bagian kecil janin, Leopold III : bagian terbawah janin teraba bagian
keras, bulat, melenting, dan tidak dapat digerakkan (kepala), Leopold IV : bagian
terbawah janin sudah masuk PAP (divergen) ᵾ4/5. TFU 35 cm / 3 jari dibawah
processus xiphoideus. DJJ teratur 144 x/menit, HIS 4x10’/40’’, TBJ : (35-12) x 155
gram = 3.565 gram. Pukul 17.10 WITA dilakukan pemeriksaan dalam, porsio tipis
lunak, pembukaan 8 cm, ketuban (+) presentasi kepala hodge III, ekstremitas bawah
tidak odem. Pada pukul 19.00 WITA pembukaan lengkap memasuki kala II ketuban (-)
berwarna jernih. Pada pukul 20.10 WITA kepala telah lahir namun bahu belum lahir.

ANALISA
G2P1A0 usia kehamilan 40 minggu dengan distosia bahu

PENATALAKSAAN
1. Melakukan anestesi lokal dan episiotomi
a. Memberitahu ibu tentang tindakan yang akan dilakukan yaitu penyuntikan
untuk dilakukan episiotomi dan bantu ibu untuk tetap rileks
b. Memberi suntikan lidokain 1 % pada perineum, dengan cara meletakkan jari
telunjuk dan jari tengah dari tangan kiri antara kepala bayi dan perinium.
Memasukkan jarum secara subkutan, mulai dari komisura posterion, menelusuri
sepanjang perinium yang akan dilakukan episiotomi. Aspirasi untuk
memastikan ujung jari tidak memasuki pembuluh darah, tarik jarum perlahan
sambil menyuntikkan 5 – 10 ml likodan 1 %.
c. Tekan tempat infiltrasi agar anestesi menyebar. Tunggu selama 1 – 2 menit
sebelum melakukan episiotomi
d. Melakukan episiotomi yaitu pasang gunting episiotomi dengan tangan kanan,
sedangkan jari tengah dan jari telunjuk dari tangan kiri melindungi kepala janin
dan perineum, searah dengan sayatan.
e. Tunggu puncak His kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka diantara
jari telunjuk dan jari tengah.
f. Guntuing perineum dengan posisi mediolateral kiri, taruh gunting kelarutan
klorin untuk direndam.
2. Melakukan manuver Mc. Robert yaitu dengan meminta ibu untuk melipat kedua
pahanya sehingga kedua lutut berada sedekat mungkin dengan dada. Lahirkan bahu
depan dengan menarik kepala curam kearah bawah. Meminta bantuan orang lain
untuk melakukan penekanan pada suprapubis (diatas simfisis). Kemudian tarik
keatas sehingga bahu belakang dapat dilahirkan.

3. Lakukan sangga susur untuk melahirkan seluruh tubuh bayi.


4. Lakukan penilaian kepada bayi baru lahir secara cepat dengan tiga pertanyaan, yaitu
: apakah bayi menangis spontan, apakah warna kulit bayi kemerahan, dan apakah
tonus otot bayi baik.
5. Segera keringkan bayi dan bungkus dengan kain bersih dan kering untuk mencegah
terjadinya hiportemi.
6. Lakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat dengan cara memasang klem
pertama dengan jarak 2 – 3 cm dari pusat dan klem kedua dengan jarak 2 – 3 cm
dari klem pertama. Kemudian potong tali pusat diantara dua klem dengan tangan
kiri melindungi perut bayi.
7. Lakukan IMD pada bayi
8. Periksa kelengkapan tubuh bayi pakah terdapat cacat atau tidak.
Seluruh tubuh bayi sudah dilahirkan pada pukul 20.35 WITA dengan BB 3800 gram,
PB 50 cm, LK 33cm, LD 34cm, jenis kelamin perempuan. Dilakukan episiotomi, luka
perineum derajat 2 dan sudah dijahit.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Distosia bahu adalah tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan
setelah kepala janin dilahirkan. Tanda dan gejala terjadinya distosia bahu yaitu
pada proses persalinan normal kepala lahir melalui gerakan ekstensi, pada
distosia bahu kepala akan tertarik ke dalam dan tidak dapat mengalami putar
paksi luar yang normal. Ukuran kepala dan bentuk pipi menunjukkan bahwa
bayi gemuk dan besar. Begitu pula dengan postur tubuh parturien yang biasanya
juga obese. Usaha untuk melakukan putar paksi luar, fleksi lateral dan traksi
tidak berhasil melahirkan bahu. Untuk penatalaksanaannya dengan melakukan
episotomi secukupnya dan manuver Mc Robert’s karena maneuver Mc Robert
sebagai pilihan utama adalah sangat beralasan.
B. Saran
Mahasiswi diharapkan dapat memahami penanganan tentang distosia bahu dan
menerima kritik serta saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/download.php?id=1014

http://muhammad-alfi-81.blogspot.com/2011/04/asuhan-kebidanan-pada-persalinan-
dengan-html?m=1

http://andikomuneni.blogspot.com/2012/05/askeb-distosia-bahu.html?m=1

http://id.scribd.com/doc/94612701/Askeb-Distosia-Revisi-Bahu

https://www.academia.edu/17788629/Asuhan_Kebidanan_pada_Ibu_Bersalin_dgn_Dist
osia_Bahu

Anda mungkin juga menyukai