Anda di halaman 1dari 18

PERSALINAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kesehatan Masyarakat
Dosen Pengajar : Nirwana Per-Angin2,S.Pd.,M.Pd

Oleh:
Kelompok 4
Nufaisah Mastika Riyadni Nim P07124118221
Nur Ayu Wulandari Nim P07124118223
Nur Syifa S Nim P07124118225
Nurul Maghfirah Nim P07124118227
Rahmawati Nim P07124118229
Resma Arianti Nim P07124118231
Riska Aulia Nim P07124118233
Rizka Aulia Nim P07124118225
Roinda Khoirotun Najah Nim P07124118227

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
PRODI DIII KEBIDANAN SEMESTER IVA
2020
A. Pengetian Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal.
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga
menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah
melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi di samping itu bersama keluarga memberikan
batuan dan dukungan pada ibu bersalin (Saifuddin, 2006).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik
bagi ibu maupun janin. (Sarwono,2002).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala
tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan
bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Prawirohardjo, 1997, hal 180)
B. Tujuan Asuhan Persalinan

Tujuan dari asuhan persalinan antara lain:

1. Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada ibu dan
keluarga selama persalinan dan kelahiran
2. Melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mencegah, menangani
komplikasi-komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi dini
selama persalinam dan kelahiran
3. Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani sendiri untuk
mendapatkan asuhan spesialis jika perlu
4. Memberikan asuhan yang adekuat pada ibu, sesuai dengan intervensi
minimal tahap persalinannya.
5. Memperkecil risiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan infeksi yang
aman
6. Selalu memberitahukan kepada ibu dan keluarganya mengenai kemajuan,
adanya penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan dalam persalinan.
7. Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir
8. Membantu ibu dengan pemberian ASI dini

C. Pelayanan
Setiap ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan sesuai standar.
Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan yang dilakukan oleh Bidan
dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan yang bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta yang memiliki Surat Tanda
Register (STR) baik persalinan normal dan atau persalinan dengan komplikasi.

Standar pelayanan persalinan normal mengikuti acuan asuhan persalinan


normal yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun
2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Adapun untuk persalinan
dengan komplikasi mengikuti acuan dari Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Rujukan.

Defenisi Operasional Capaian Kinerja : dinilai dari cakupan pelayanan


kesehatan ibu bersalin sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam
kurun waktu satu tahun. Pelayanan persalinan sesuai standar adalah persalinan
yang dilakukan oleh Bidan dan atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Kebidanan
yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah maupun Swasta yang
memiliki Surat Tanda Register (STR) baik persalinan normal dan atau persalinan
dengan komplikasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi Polindes, Poskesdes, Puskesmas, bidan
praktek swasta, klinik pratama, klinik utama, klinik bersalin, balai kesehatan ibu
dan anak, rumah sakit pemerintah maupun swasta. Standar pelayanan persalinan
normal mengikuti acuan asuhan persalinan normal yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan
Seksual. Adapun untuk persalinan dengan komplikasi mengikuti acuan dari Buku
Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Rujukan.

Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam memberikan


pelayanan kesehatan ibu bersalin dinilai dari cakupan pelayanan kesehatan ibu
bersalin sesuai standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam  kurun waktu
satu tahun. Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan
kesehatan ibu bersalin

D. Prosedur Kerja
1. Prosedur Pasien Masuk
Memasukkan pasien ke unit persalinan secara dini adalah sikap yang harus
diambil bila pada perawatan antepartum masuk kedalam kategori kehamilan
resiko tinggi.
2. Memastikan bahwa pasien benar-benar akan bersalin.
a. His terjadi dengan interval teratur
b. Interval semakin singkat
c. Intensitas his semakin kuat
d. Rasa sakit pada punggung dan abdomen
e. Disertai dengan dilatasi servik
f. Rasa sakit tidak hilang dengan pemberian sedasi
3. Mengidentifikasi Parturien
a. Keadaan umum ibu dan anak ditentukan dengan akurat dan cepat melalui
serangkaian anamnesa dan pemeriksaan fisik.
b. Keluhan yang berkaitan dengan selaput ketuban, perdarahan pervaginam
dan gangguan keadaan umum ibu lain adalah data yang penting diketahui.
c. Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Keadaan umum pasien : kesan umum, kesadaran, ikterus,
komunikasi interpersonal.
2) Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu tubuh.
d. Pemeriksaan obstetri :
1) Palpasi abdomen (palpasi Leopold)
2) Frekuensi-durasi dan intensitas his
3) Denyut jantung janin
4) Vaginal toucher : (bila tak ada kontraindikasi)
a) Servik: posisi (kedepan, tengah, posterior), konsistensi,
pendataran dan pembukaan (cm)
b) Keadaan selaput ketuban (keadaan cairan amnnion bila selaput
ketuban sudah pecah).
c) Bagian terendah janin
d) Arsitektur panggul dan keadaan jalan lahir
e) Keadaan vagina dan perineum
E. Persiapan
1. Persiapan Alat
a. Persiapan perlindungan diri :
1) celemek plastik
2) sepatu boot
3) masker
4) Handuk bersih
5) kacamata
6) penutup kepala
7) mencuci tangan 7 langkah.
b. Persiapan Ibu dan Bayi
1) 1 buah handuk
2) Alas bokong
3) Selimut untuk mengganti
4) Softes dan celana dalam
5) Pakaian ibu
6) Kain/sarung yang bersih dan kering (±5 buah)
7) Pakaian bayi
8) 2 buah washlap
c. Peralatan steril atau DTT parus set (Dalam wadah steril yang berpenutup) :
1) 2 klem Kelly/ klem kocher
2) Gunting tali pusat
3) Benang tali pusat / klem plastik
4) Kateter nelaton
5) Gunting episiotomi
6) Klem 1⁄2 kocher
7) 2 pasang sarung tangan
8) Kasa atau kain kecil 5 bh
9) Gulungan kapas basah (1 kom kapas kapas DTT, 1 kom alat DTT)
10) Tabung suntik 2,5 atau 3 ml
11) Penghisap lendir De Lee
12) 4 kain bersih (bisa disiapkan oleh keluarga )
d. Heacting set (penjahitan episiotomi)
1) Tabung suntik 10 ml beserta jarum suntik
2) 1 Pinset anatomi dan 1 pinset sirurgi
3) Pegangan jarum / nald pooder
4) 2-3 jarum jahit tajam/ nald (kulit dan otot)
5) Benang chromic ukuran 2.0 atau 3.0
6) 1 pasang sarung tangan DTT atau steril
e. Peralatan tidak steril
1) Termometer
2) Stetoskop
3) Tensimeter
4) Pita pengukur / meteran
5) Pinnards, fetoskop atau dopler
6) Bengkok
7) Piring plasenta
8) Timbangan bayi
9) Pengukur panjang bayi
10) Gunting ferband
11) Sarung tangan rumah tangga
12) Wadah untuk larutan klorin 0,5 %
13) Wadah untuk air DTT
14) Tempat sampah (sampah tajam, kering dan basah)
f. Obat-Obat dan bahan habis pakai
1) Oksitosin (simpan di lemari pendingin dengan suhu 2-8 ℃)
2) Lidokain 1%
3) Cairan infus R/L,Nacl, dan Dext 5%
4) Selang infus
5) Kanula IV no 16-18G
6) Metal ergometrin maleat
7) MgSO4 40% (25 gr)
8) Amoxicillin / ampisilin tab 500 gr atau IV 2 gr
9) Vitamin K
10) salep mata tetrasilklin 1 %
g. Peralatan resusitasi
1) Meja yang bersih, datar dan keras
2) 1 buah kain untuk mengalas meja
3) 1 buah kain untuk mengganjal bahu bayi
4) 1 buah kain di gelar di atas perut ibu
5) Lampu sorot 60 watt
6) Alat penghisap lendir (bola-bola karet/ de lee)
7) Balon dengan sungkupnya
8) Jam dinding
h. Formulir yang disiapkan
1) Formulir informed consent
2) Formulir partograf
3) Formulir persalinan / nifas dan KB
4) Formulir rujukan
5) Formulir surat kelahiran
6) Formulir permintaan darah
7) Formulir kematian
i. Bahan-bahan yang bisa disiapkan oleh keluarga
1) Makanan dan minuman untuk ibu
2) Beberapa sarung bersih (3-5)
3) Beberapa kain bersih (3-5)
4) Beberapa celana dalam bersih
5) Pembalut wanita, handuk, sabun
6) Pakaian ibu dan bayi
7) Washlap 2 buah
8) Kantong plastik untuk plasenta
2. Persiapan Diri

Persiapan diri untuk penolong persalinan, yaitu petugas kesehatan yang


dipilih dan ditentukan oleh ibu, suami, keluarga sejak awal kehamilan. Ibu
atau keluarga dapat memilih tenaga kesehatan terlatih sesuai dengan
kepercayaan ibu tersebut. Misalnya ibu memilih yang akan menolong
persalinannya adalah bidan atau dengan dokter spesialis.

Yang harus penolong persalinan siapkan antara lain:

a. APD (Alat Perlindungan Diri)


b. Tempat bersalin
c. Peralatan dan bahan yang diperlukan
d. Tempat meletakkan dan lingkungan yang nyaman bagi bayi
e. Penyiapan ibu dan keluarganya (Asuhan Sayang Ibu, membersihkan
perineum dan lipat paha, kosongkan kandung kemih, amniotomi dan
menjelelaskan peran suami/pendamping).
3. Persiapan Pasien
a. Menanyakan kepada bidan dan dokter tanggal perkiraan persalinan.
b. Suami atau keluarga mendampingi ibu saat periksa kehamilan.
c. Mempersiapkan tabungan atau dana cadangan untuk biaya persalinan dan
biaya lainnya.
d. Menyiapkan kartu jaminan kesehatan.
e. Merencanakan persalinan ditolong oleh dokter aau bidan di fasilitas
kesehatan.
f. Menyiapkan KTP, Kartu Keluarga, dan keperluan lain untuk ibu dan bayi
yang akan dilahirkan.
g. Menyiapkan lebih dari satu orang yang memiliki golongan darah sama dan
bersedia menjadi pendonor jika diperlukan.
h. Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan kendalaan jika sewaktu-
waktu diperlukan.
i. Memastikan ibu hamil dan keluarga menyepakati amanat persalinan dalam
stiker P4K dan sudah ditempelkan di rumah ibu hamil.
j. Rencanakan ikut KB setelah bersalin.
k. Pelaksanaan
F. Penatalaksanaan Persalinan Normal
Peristiwa persalinan harus dipandang sebagai proses fisiologik yang normal
dimana sebagian besar wanita akan mengalaminya tanpa komplikasi.
Komplikasi intrapartum kadang-kadang terjadi secara cepat dan tidak
diharapkan sehingga diperlukan antisipasi yang memadai.
Dengan demikian maka tugas para klinisi adalah secara bersama-sama
membuat ibu bersalin (parturien) dan pendampingnya merasa aman dan nyaman.
1. Penatalaksanaan Persalinan Kala 1
a. Memberikan dukungan dan suasana yang menyenangkan bagi parturien.
b. Berikan informasi mengenai jalannya proses persalinan kepada parturien
dan pendampingnya.
c. Mengamati kesehatan janin selama persalinan
1) Pada kasus persalinan resiko rendah, pada kala I DJJ diperiksa
setiap 30 menit dan pada kala II setiap 15 menit setelah berakhirnya
kontraksi uterus (his ).
2) Pada kasus persalinan resiko tinggi, pada kala I DJJ diperiksa
dengan frekuensi yang lbih sering (setiap 15 menit ) dan pada kala
II setiap 5 menit.
d. Pengamatan Kontraksi Uterus
Meskipun dapat ditentukan dengan menggunakan kardiotokografi,
namun penilaian kualitas his dapat pula dilakukan secara manual dengan
telapak tangan penolong persalinan yang diletakkan diatas abdomen
(uterus) parturien.
e. Tanda Vital Ibu
Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah dinilai setiap 4 jam. Bila selaput
ketuban sudah pecah dan suhu tubuh sekitar 37.50 C maka pemeriksaan
suhu tubuh dilakukan setiap jam. Bila ketuban pecah lebih dari 18 jam,
berikan antibiotika profilaksis.
f. Pemeriksaan VT
Pada kala I keperluan dalam menilai status servik, stasion dan posisi
bagian terendah janin sangat bervariasi. Umumnya pemeriksaan dalam
(VT) untuk menilai kemajuan persalinan dilakukan tiap 4 jam. Indikasi
pemeriksaan dalam diluar waktu yang rutin diatas adalah:
1) Menentukan fase persalinan.
2) Saat ketuban pecah dengan bagian terendah janin masih belum
masuk pintu atas panggul.
3) Ibu merasa ingin meneran.
4) Detik jantung janin mendadak menjadi buruk (< 120 atau > 160
dpm).
g. Makanan Per Oral
Sebaiknya pasien tidak mengkonsumsi makanan padat selama
persalinan fase aktif dan kala II. Pengosongan lambung saat persalinan
aktif berlangsung sangat lambat. Penyerapan obat peroral berlangsung
lambat sehingga terdapat bahaya aspirasi saat parturien muntah. Pada
saat persalinan aktif, pasien masih diperkenankan untuk mengkonsumsi
makanan cair.
h. Pemberian Cairan Intravena
Keuntungan pemberian cairan intravena selama inpartu:
1) Bilamana pada kala III dibutuhkan pemberian oksitosin profilaksis
pada kasus atonia uteri.
2) Pemberian cairan glukosa, natrium dan air dengan jumlah 60–120
ml per jam dapat mencegah terjadinya dehidrasi dan asidosis pada
ibu.
i. Posisi Ibu Selama Persalinan
Pasien diberikan kebebasan sepenuhnya untuk memilih posisi yang
paling nyaman bagi dirinya. Berjalan pada saat inpartu tidak selalu
merupakan kontraindikasi.
j. Melengkapi partograf
k. Amniotomi
Bila selaput ketuban masih utuh, meskipun pada persalinan yang
diperkirakan normal terdapat kecenderungan kuat untuk melakukan
amniotomi dengan alasan yaitu persalinan akan berlangsung lebih cepat,
deteksi dini keadaan air ketuban yang bercampur mekonium ( yang
merupakan indikasi adanya gawat janin ) berlangsung lebih cepat,
kesempatan untuk melakukan pemasangan elektrode pada kulit kepala
janin dan prosedur pengukuran tekanan intrauterin. Namun harus dingat
bahwa tindakan amniotomi dini memerlukan observasi yang teramat
ketat sehingga tidak layak dilakukan sebagai tindakan rutin.
l. Fungsi Kandung Kemih
Distensi kandung kemih selama persalinan harus dihindari oleh karena
dapat menghambat penurunan kepala janin.
2. Penatalaksanaan Persalinan Kala 2
Tujuan penatalaksanaan persalinan kala II :
a. Mencegah infeksi traktus genitalis melalui tindakan asepsis dan
antisepsis.
b. Melahirkan “well born baby”.
c. Mencegah agar tidak terjadi kerusakan otot dasar panggul secara
berlebihan.
Ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan vaginal toucher yang acapkali
dilakukan atas indikasi :
a. Kontraksi uterus sangat kuat dan disertai ibu yang merasa sangat ingin
meneran.
b. Pecahnya ketuban secara tiba-tiba.
Persiapan persalinan Kala II :
a. Persiapan set “pertolongan persalinan” lengkap.
b. Meminta pasien untuk mengosongkan kandung kemih bila teraba
kandung kemih diatas simfisis pubis.
c. Membersihkan perineum, rambut pubis dan paha dengan larutan
disinfektan.
d. Meletakkan kain bersih dibagian bawah bokong parturien.
e. Penolong persalinan mengenakan peralatan untuk pengamanan diri
( sepatu boot, apron, kacamata pelindung dan penutup hidung & mulut).
f. Posisi pasien sebaiknya dalam keadaan datar diatas tempat tidur
persalinan.
g. Untuk pemaparan yang baik, digunakan penahan regio poplitea yang
tidak terlampau renggang dengan kedudukan yang sama tinggi.
h. Setelah dilatasi servik lengkap, pada setiap his vulva semakin terbuka
akibat dorongan kepala dan terjadi “crowning”.
i. Anus menjadi teregang dan menonjol. Dinding anterior rektum biasanya
menjadi lebih mudah dilihat.
j. Bila tidak dilakukan episiotomi, terutama pada nulipara akan terjadi
penipisan perineum dan selanjutnya terjadi laserasi perineum secara
spontan.
k. Episotomi tidak perlu dilakukan secara rutin dan hendaknya dilakukan
secara individual atas sepengetahuan dan seijin parturien.
l. Membantu pengendalian persalinan kepala janin
m. Membantu defleksi (ekstensi) kepala
n. Diameter kepala janin yang melewati perineum adalah diameter yang
paling kecil sehingga dapat mencegah terjadinya cedera perineum. Saat
kepala janin meregang vulva dan perineum (“crowning”) dengan
diameter 5 cm, dengan dialasi oleh kain basah tangan kanan penolong
melakukan dorongan pada perineum dekat dengan dagu janin kearah
depan atas. Tangan kiri melakukan tekanan ringan pada daerah oksiput.
o. Melahirkan bahu
Setelah lahir, kepala janin terkulai keposterior sehingga muka janin
mendekat pada anus ibu. Selanjutnya oksiput berputar (putaran restitusi)
yang menunjukkan bahwa diameter bis-acromial (diameter tranversal
thorax) berada pada posisi anteroposterior Pintu Atas Panggul(gambar
2d) dan pada saat itu muka dan hidung anak hendaknya dibersihkan
Untuk mencegah terjadinya distosia bahu, sejumlah ahli obstetri
menyarankan agar terlebih dulu melahirkan bahu depan sebelum
melakukan pembersihan hidung dan mulut janin atau memeriksa adanya
lilitan talipusat.
Persalinan sisa tubuh janin biasanya akan mengikuti persalinan bahu
tanpa kesulitan, bila agak sedikit lama maka persalinan sisa tubuh janin
tersebut dapat dilakukan dengan traksi kepala sesuai dengan aksis tubuh
janin dan disertai dengan tekanan ringan pada fundus uteri.
Jangan melakukan kaitan pada ketiak janin untuk menghindari
terjadinya cedera saraf ekstrimitas atas.
p. Membersihkan nasopharynx:
Perlu dilakukan tindakan pembersihan muka , hidung dan mulut anak
setelah dada lahir dan anak mulai mengadakan inspirasi, seperti yang
terlihat pada gambar 5 untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
aspirasi cairan amnion, bahan tertentu didalam cairan amnion serta
darah.
q. Lilitan talipusat
Setelah bahu depan lahir, dilakukan pemeriksaan adanya lilitan talipusat
dileher anak dengan menggunakan jari telunjuk. Lilitan talipusat terjadi
pada 25% persalinan dan bukan merupakan keadaan yang berbahaya.
Bila terdapat lilitan talipusat, maka lilitan tersebut dapat dikendorkan
melewati bagian atas kepala dan bila lilitan terlampau erat atau berganda
maka dapat dilakukan pemotongan talipusat terlebih dulu setelah
dilakukan pemasangan dua buah klem penjepit talipusat.
r. Menjepit talipusat:
Klem penjepit talipusat dipasang 4–5 cm didepan abdomen anak dan
penjepit talipusat (plastik) dipasang dengan jarak 2–3 cm dari klem
penjepit. Pemotongan dilakukan diantara klem dan penjepit talipusat.
3. Penatalaksanaan Persalinan Kala III
Segera setelah anak lahir dilakukan penilaian atas ukuran besar dan
konsistensi uterus dan ditentukan apakah ini aalah persalinan pada
kehamilan tunggal atau kembar.
Bila kontraksi uterus berlangsung dengan baik dan tidak terdapat perdarahan
maka dapat dilakukan pengamatan atas lancarnya proses persalinan kala III.
Tanda-tanda lepasnya plasenta :
a. Uterus menjadi semakin bundar dan menjadi keras.
b. Pengeluaran darah secara mendadak.
c. Fundus uteri naik oleh karena plasenta yang lepas berjalan kebawah
kedalam segmen bawah uterus.
d. Talipusat di depan menjadi semakin panjang yang menunjukkan bahwa
plasenta sudah turun.

Tanda-tanda diatas kadang-kadang dapat terjadi dalam waktu sekitar 1 menit


setelah anak lahir dan umumnya berlangsung dalam waktu 5 menit.

Bila plasenta sudah lepas, harus ditentukan apakah terdapat kontraksi uterus
yang baik. Parturien diminta untuk meneran dan kekuatan tekanan
intrabdominal tersebut biasanya sudah cukup untuk melahirkan plasenta.

Bila dengan cara diatas plasenta belum dapat dilahirkan, maka pada saat
terdapat kontraksi uterus dilakukan tekanan ringan pada fundus uteri dan
talipusat sedikit ditarik keluar untuk mengeluarkan plasenta

Manajemen aktif kala III terdiri dari :


a. Pemberian oksitosin segera setelah anak lahir
b. Tarikan pada talipusat secara terkendali
c. Masase uterus segera setelah plasenta lahir

Penatalaksanaan Kala III Persalinan

a. Setelah anak lahir, ditentukan apakah tidak terdapat kemungkinan


adanya janin kembar.
b. Bila ini adalah persalinan janin tunggal, segera berikan oksitosin 10 U
i.m (atau methergin 0.2 mg i.m bila tidak ada kontra indikasi)
c. Regangkan talipusat secara terkendali (“controlled cord traction”):
d. Telapak tangan kanan diletakkan diatas simfisis pubis. Bila sudah
terdapat kontraksi, lakukan dorongan bagian bawah uterus kearah
dorsokranial
e. Tangan kiri memegang klem talipusat , 5–6 cm didepan vulva.
f. Pertahankan traksi ringan pada talipusat dan tunggu adanya kontraksi
uterus yang kuat.
g. Setelah kontraksi uterus terjadi, lakukan tarikan terkendali pada talipusat
sambil melakukan gerakan mendorong bagian bawah uterus kearah
dorsokranial.
h. Penarikan talipusat hanya boleh dilakukan saat uterus kontraksi.
i. Ulangi gerakan-gerakan diatas sampai plasenta terlepas.
j. Setelah merasa bahwa plasenta sudah lepas, keluarkan plasenta dengan
kedua tangan dan lahirkan dengan gerak memelintir.
k. Setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri agar terjadi
kontraksi dan sisa darah dalam rongga uterus dapat dikeluarkan.
l. Jika tidak terjadi kontraksi uterus yang kuat (atonia uteri) dan atau
terjadi perdarahan hebat segera setelah plasenta lahir, lakukan kompresi
bimanual.
m. Jika atonia uteri tidak teratasi dalam waktu 1 – 2 menit, ikuti protokol
penatalaksanaan perdarahan pasca persalinan.
n. Jika plasenta belum lahir dalam waktu 15 menit, berikan injeksi
oksitosin kedua dan ulangi gerakan-gerakan diatas.
o. Jika plasenta belum lahir dalam waktu 30 menit:
p. Periksa kandung kemih, bila penuh lakukan kateterisasi.
q. Periksa adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.
r. Berikan injeksi oksitosin ketiga.

4. Penatalaksanaan Persalinan Kala IV


Langkah-langkah penatalaksanaan persalinan kala IV:
a. Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit
pada jam kedua.
b. Periksa tekanan darah – nadi – kandung kemih dan perdarahan setiap 15
menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
c. Anjurkan ibu untuk minum dan tawarkan makanan yang dia inginkan.
d. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.
e. Biarkan ibu beristirahat.
f. Biarkan ibu berada didekat neonatus.
g. Berikan kesempatan agar ibu mulai memberikan ASI, hal ini juga dapat
membantu kontraksi uterus .
h. Bila ingin, ibu diperkenankan untuk ke kamar mandi untuk buang air
kecil. Pastikan bahwa ibu sudah dapat buang air kecil dalam waktu 3
jam pasca persalinan.
i. Berikan petunjuk kepada ibu atau anggauta keluarga mengenai:
1) Cara mengamati kontraksi uterus.
2) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan neonatus.
Ibu yang baru bersalin sebaiknya berada di kamar bersalin selama 2 jam
dan sebelum dipindahkan ke ruang nifas petugas medis harus yakin
bahwa:
1) Keadaan umum ibu baik.
2) Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat perdarahan.
3) Cedera perineum sudah diperbaiki.
4) Pasien tidak mengeluh nyeri.
5) Kandung kemih kosong.

Anda mungkin juga menyukai