Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan
meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi
yang tidak aman. Di Indonesia, angka kematian maternal per 100.000 kelahiran
hidup adalah 390 pada tahun 1992 dan 307 pada tahun 2002 (WHO, 2009).
Menurut data-data rumah sakit pendidikan di sebagian wilayah Indonesia, angka
kematian maternal berkisar antara 51,6 sampai 206,3 per 10.000 persalinan. Angka
kematian maternal di RS Pirngadi Medan per 10.000 persalinan adalah 140,2
(1965-1969), 102 (1970-1974) dan 92,3 (1975-1979) (Mochtar, 1998).
Sepsis, perdarahan dan preeklampsia-eklampsia masih menjadi tiga
penyebab utama kematian ibu hamil dan morbiditas obstetri (Benson, 1982).
Menurut WHO (2004) secara keseluruhan, preeklampsia dan eklampsia sangat
bertanggung jawab terhadap kurang lebih 14 % kematian maternal per tahun yaitu
sekitar 50.000-75.000 kematian. Preeklampsia merupakan penyakit yang bisa
mengakibatkan 17,6 % kematian maternal di Amerika Serikat (Lim, 2009). Tahun
2005 Angka Kematian Maternal (AKM) di Rumah Sakit seluruh Indonesia akibat
preeklampsia dan eklampsia sebesar 4,91 % (8.397 dari 170.725) (Desi Risthiana
Wati, 2009).
Preeklampsia terjadi sekitar 8 % dari seluruh populasi, insiden bervariasi
sesuai dengan lokasi geografis (Pernol, 1987). Di negara berkembang, insiden
preeklampsia dilaporkan hingga 4 18 % (Lim, 2009). Pada penelitian yang
dilakukan di RSUD Dr Pirngadi, Medan pada tanggal 1 Maret 2001-31 Januari
2002 didapatkan lebih dari 100 kasus preeklampsia berat menurut Dina (2003)
dalam Wati (2009).
Menurut Sudhaberata (2000) dalam Istichomah (2004) preeklampsia juga
dapat menyebabkan resiko persalinan prematur 2,67 kali lebih besar, persalinan
buatan 4,39 kali lebih banyak dan mempunyai kecenderungan lebih tinggi untuk
mendapatkan bayi dengan berat bayi lahir rendah.

Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia bisa menyebabkan kelahiran awal dan komplikasi fetus


termasuk bayi prematur. Preeklampsia sangat bertanggung jawab terhadap 15 %
kelahiran prematur di Amerika Serikat (Penoll, 1982). Melalui penelitian oleh Meis,
dkk pada tahun 1995 1998 dalam menganalisis kelahiran sebelum usia gestasi 37
minggu yang dilakukan di NICHD maternal-fetal medicine Units Network,
kelahiran prematur yang diindikasikan 43%-nya disebabkan oleh preeklampsia
(Cunningham, 2005). WHO pada tahun 1961 mengganti istilah bayi prematur
dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) karena disadari tidak semua bayi dengan
berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir adalah bayi prematur
(Mochtar, 1998). Berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir selamat
dengan berat 2500 gram atau lebih kecil pada saat lahir (Pernoll, 1982). Frekuensi
berat bayi lahir rendah di negara maju berkisar antara 3,6 - 10,8 % dan di negara
berkembang berkisar antara 10 43 %. Rasio antara negara maju dan negara
berkembang adalah 1: 4 (Mochtar, 1998).
Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur merupakan kontributor utama
dalam kematian bayi. Berat bayi lahir rendah dan kelahiran prematur semakin
meningkat selama dua dekade kecuali perawatan neonatal yang sangat baik,
kelahiran ini akan berlanjut menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas
pada bayi (Fried, 2008).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Preeklamsia dan Eklampsia
2. Untuk mengetahui Etiologi Preeklamsia dan Eklampsia
3. Untuk mengetahui Gejala Preeklamsia dan Eklampsia
4. Untuk mengetahui Komplikasi Preeklampsia dan Eklampsia
5. Untuk mengetahui Pencegahan Preeklampsia dan Eklampsia
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Preeklampsia dan Eklampsia
C. Manfaat
1. Dapat mengetahui Pengertian Preeklamsia dan Eklampsia
2. Dapat mengetahui Etiologi Preeklamsia dan Eklampsia
3. Dapat mengetahui Gejala Preeklamsia dan Eklampsia
4. Dapat mengetahui Komplikasi Preeklampsia dan Eklampsia
5. Dapat mengetahui Pencegahan Preeklampsia dan Eklampsia

Preeklampsia dan Eklampsia

6. Dapat mengetahui Penatalaksanaan Preeklampsia dan Eklampsia

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Preeklamsia dan Eklampsia
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang
disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri. Preeklampsia adalah timbulnya
hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu

Preeklampsia dan Eklampsia

atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila
terjadi penyakit trofoblastik.
Preeklamsi adalah gangguan miltisisitem yang bersifat spesifik terhadap
kehamilan dan masa nifas. Lebih tepatnya, penyakit ini merupakan penyakit
plasenta karena juga terjadi pada kehamilan dimana terdapat trofoblas tapi tidak ada
jaringan janin (kehamilan mola komplet). (obstetri dan ginekologi, errol norwits,
2007,88).
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2007).
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivitas endotel, yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2003, Matthew
warden, MD, 2005). Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi
dapat juga timbul kapan saja pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat
berkembang dari Preeklampsia yang ringan sampai Preeklampsia yang berat
(geogre, 2007).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya wanita tadi
menunjukkan gejala-gejala Preeklampsia.
B. Etiologi Preeklamsia dan Eklampsia
Secara umum, etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti. Banyak teori-teori dikemukakan para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut penyakit teori. Namun belum ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang ini dipakai sebagai
penyebab Preeklampsi aadalah teori iskemia plasenta. Namun teori ini belum
dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini. Rupanya tidak
hanya satu fakkor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-

Preeklampsia dan Eklampsia

faktor yang ditemukan sering kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana
yang akibat.
Penyebab pasti Preeklampsia masih belum jelas. Hipotesa faktor-faktor
etiologi Preeklampsia bisa diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu : genetic,
imunologik, gizi dan infeksi serta infeksi antara factor-faktor tersebut. Ada
beberapa teori yang mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut
sehingga kelainan ini sering dikenal dengan The disease of theory.
Adapun teori-teori itu antara lain :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada Preeklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler sehingga terjadi
penurunan produksi prostasiklin (PGI-2) yang pada kehamilan normal
meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis. Aktivasi trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan (TxA2) dan serotonin sehingga terjadi
vasospasme dan kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama, hal ini dihubungkan
dengan pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta yang tidak
sempurna. Beberapa wanita dengan Preeklampsia mempunyai kompleks imun
dalam serum. Beberapa study yang mendapati aktivasi komplemen dan system
imun humoral pada Preeklampsia.
3. Peran faktor genetik / familial
Beberapa bukti yang mendukung factor genetik pada Preeklampsia antara lain:
a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia
b. Terdapat kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anakanak dari ibu yang menderita Preeklampsia.
c. Kecenderungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia pada anak cucu ibu
hamil

dengan

riwayat

Preeklampsia

dan

bukan

ipar

mereka.

d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron-System (RAAS).


Apa yang menjadi penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab
penyakit ini, akan tetapi tidak ada yang dapat memberikan jawaban yang
memuaskan.
Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:

Preeklampsia dan Eklampsia

1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravitas, kehamilan ganda,


hidramnion dan mola hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Teori yang dewasa ini banyak diterima sebagai penyebab preeklampsia
adalah iskemia plasenta.
C. Gejala Preeklamsia dan Eklampsia
1. Gejala Preeklampsia
Biasanya tanda-tanda Preeklampsia timbul dalam urutan : pertambahan
berat badanyang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria.
a. Preeklampsia ringan :
1) Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau
lebih, atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu
kehamilan dengan riwayat tekanan darah normal.
2) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada
urine kateter atau midstearm.
b. Preeklampsia berat :
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
2) Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau
4+.
3) Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis
6) Trombositopenig (gangguan fungsi hati)
7) Pertumbuhan janin terhambat.
2. Gejala eklampsia
Pada

umumnya

kejangan

didahului

oleh

makin

memburuknya

Preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal,


gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia. Bila

Preeklampsia dan Eklampsia

keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejangan
terutama pada persalinan bahaya ini besar.
D. Komplikasi Preeklampsia dan Eklampsia
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi di
bawah ini biasanya terjadi pada Preeklampsia berat dan eklampsia.
1. Solusio plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering
terjadi pada Preeklampsia.
2. Hipofibrinogenemia
Pada Preeklampsia berat
3. Hemolisis
Penderita dengan Preeklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang di kenal dengan ikterus. Belum di ketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati sering di temukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Perdarahan otak
Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
5. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung sampai seminggu.
6. Edema paru-paru.
7. Nekrosis hati
Nekrosis periportal hati pada Preeklampsi eklampsia dan merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum.
8. Sindrom HELLP yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
9. Kelainan ginjal
10. Komplikasi lain
Misalnya Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat dari kejangkejang pneumonia aspirasi

Preeklampsia dan Eklampsia

11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterin.


E. Pencegahan Preeklampsia dan Eklampsia
1. Istirahat tirah baring
Istirahat tirah baring pada wanita hamil tidak mencegah preeklampsia ringan.
Namun istirahat baring dapat mencegah preeklampsia ringan menjadi
preeklampsia berat.
2. Diet rendah garam dan pemberian diuretik
Restriksi
garam
pada
kehamilan

tidak

mencegah

terjadinya

preeklampsia. Pemberian diuretik juga tidak dapat mencegah terjadinya


preeklampsia, sekedar menghilangkan udema dan penurunan tekanan darah.
3. Suplementasi Magnesium
Defisiensi magnesium pada diet oleh beberapa peneliti mempunyai asosiasi
terhadap pathogenesis preeclampsia, pertumbuhan janin terlambat dan
persalinan preterm. Namun demikian peranan magnesium dalam pencegahan
terjadinya preeklampsia masih kontroversi.
4. Defisiensi Zinc
Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa defisiensi zinc mempunyai
hubungan dengan pathogenesis preeclampsia. Hal ini terbukti bahwa pada
preeklampsia kadar zinc dalam plasma, leukosit, dan plasenta menurun.
Penelitian pemberian zinc pada masyarakat Meksiko-Amerika ternyata terjadi
penurunan resiko preeklampsia. Tetapi penelitan pemberian zinc pada wanita
hamil di Inggris ternyata tidak memberikan efek penurunan insidens
preeklampsia.
5. Suplementasi Minyak Ikan
Telah dilakukan penelitian pemberian minyak ikan pada wanita hamil yang
secara teoritis dapat memungkinkan terjadinya insidens preeklampsia. Minyak
ikan ini mengandung asam lemak tidak jenuh yang berpengaruh terhadap
metabolisme prostaglandin sehingga tidak terbentuk thromboxane A2, tetapi
terbentuk thromboxane A3 yang merupakan vasokonstriktor lemah.
6. Suplementasi Kalsium
Pada preeklampsia terjadi penurunan eskrisi kalsium dalam urine. Namun
terjadi hal yang sebaliknya bila terjadi defisiensi kalsium maka resiko

Preeklampsia dan Eklampsia

terjadinya preeklampsia lebih besar. Dosis kalsium diberikan bervariasi dari


375 mg, 1500 mg atau 2000 mg. Masih diperlukan penelitian besar.
7. Pemberian Aspirin Dosis Rendah
Beberapa peneliti telah melaporakan bahwa pemberian anti thrombotik berupa
Aspirin dosis rendah, dapat menurunkan insidens preeklampsia dan
pertumbuhan janin terlambat. Dosis yang diberikan berkisar antara 50 mg 150
mg/hari. Hasil penelitian dari beberapa center menggambarkan hasil yang
kontroversi. Penelitian uji klinik terbesar yang dikerjakan oleh The
Collaborative Low-Dose Aspirin Study in Pregnancy (CLAPS-1994),
melibatkan 9364 wanita hamil dari beberapa negara, dengan dosis Aspirin 60
mg/hari dibandingkan dengan placebo, secara acak, tersamar ganda. Hasil uji
klinik ini membuktikan tidak ada perbedaan bahwa antara pemberian aspirin
dan pemberian placebo setelah terjadinya preeklampsia, pertumbuhan janin
terhambat dan penyulit ibu yang lain (misal: solusio plasenta).
8. Pemberian Antioksidant
Vitamin C, vitamin E, -carotine, CoQ10 , N-Acetylcysteine
9. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tandatanda sedini mungkin (Preeklampsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang
cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
10. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya Preeklampsia kalau ada
faktor-faktor predeposisi.
11. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.
Istirahat tidak selalu berarti berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan seharihari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet
tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat
badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
12. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda Preeklampsia dan mengobatinya
segera apabila di temukan.
13. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas
apabila setelah dirawat tanda - tanda Preeklampsia tidak juga dapat di
hilangkan.

Preeklampsia dan Eklampsia

F. Penatalaksanaan Preeklampsia dan Eklampsia


Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri /
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal.
1. Penanganan aktif
Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :
a. Ada tanda-tanda impending eklampsia
b. Ada HELLP syndrome
c. Ada kegagalan penanganan konservatif
d. Ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR
e. Usia kehamilan 34 minggu atau lebih
Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4, Cara
pemberian MgSO4 : dosis awal 4 gram intravena diberikan dalam 10 menit,
dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 1 gram per jam
Syarat pemberian MgSO4/Sulfas Magnesikus :
a.
b.
c.
d.

Frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit


Tidak ada tanda-tanda gawat napas
Diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya
Refleks patella positif.
MgSO4 dihentikan bila :

a. Ada tanda-tanda intoksikasi


b. Atau setelah 24 jam pasca persalinan
c. Atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang nyata.
Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc
NaCl 0.9%, diberikan intravena dalam 3 menit).
Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih dari 160
mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang dipakai
umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum
turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi.
Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin
E2. Sectio cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada
kontraindikasi partus pervaginam. Pada persalinan pervaginam kala 2, bila
perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.

10

Preeklampsia dan Eklampsia

2. Penanganan konservatif
Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda
impending eclampsia dengan keadaan janin baik, dilakukan penanganan
konservatif. Medisinal : sama dengan pada penanganan aktif. MgSO4
dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan,
selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan
maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera
dilakukan terminasi.
Tujuan penanganan preeklampsia berat yakni:
1. Mencegah kejang
2. Menjaga tekanan darah ibu
3. Menginisiasi kelahiran.
Pencegahan kejang
Magnesium sulphate sebaiknya dipertimbangkan pada wanita dengan preeklampsia yang memiliki risiko eklampsia, Magnesium sulphate selalu diberikan
kepada wanita dengan pre-eklampsia berat ketika keputusan untuk melahirkan
bayi diambil, dan pada periode postpartum yang segera, sedangkan pada kasus
dengan pre-eklampsia yang kurang parah, keputusan untuk diberikan
magnesium sulphate menjadi kurang jelas dan bergantung kepada kasus yang
dihadapi masing-masing. Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya
kejang-kejang dapat diberikan: (1) Larutan larutan Sulfas magnesikus 40%
sebanyak 10 ml (4 gram) sebagai loading dose, disuntikkan intramuscular
sebagai dosis permulaan dan dengan Lanjutan diberikan 1gram/jam setelah 24
jam kejang terakhir.
Pada kasus kejang berulang dapat ditatalaksana dengan pemberian dari
salah satu metode yakni: pemberian bolus 2 gram magnesium sulphate atau
meningkatkan rata-rata infuse menjadi 1,5 gram atau 2.0 gram/jam.
Menurut penelitian MAGPIE menunjukkan pemberian magnesium sulfate
terhadap wanita dengan pre-eclampsia menurunkan resiko terjadinya kejang
eklamptik. Wanita yang diberikan magnesium sulphat memiiki resiko kejang

11

Preeklampsia dan Eklampsia

eklamptik 58% lebih kecil (95% CL 40 71%). Magnesium sulphate adalah


terapi pilihan, sedangkan diazepam dan phenytoin sebaiknya tidak digunakan
sebagai terapi lini pertama. Pemberian secara intravena memili resiko efek
samping yang lebih kecil. Magnesium sulphate diekresikan melalui urine,
sehingga sebaiknya bila dilakukan observasi urine dan jika terjadi penurunan di
bawah 20 ml/jam, infuse magnesium sebaiknya dihentikan. Kecendrungan
toksisitas magnesium dapat diperiksa secara klinis yakni terjadi hilangnya
refleks tendon dalam dan depresi pernapasan.
Pengontrolan tekanan darah
Pemberian antihipertensi sebaiknya dimulai pada wanita dengan tekanan
darah sistolik lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastlik lebih dari 110
mmHg. Pemberian Labetalol secara oral atau intravena, nifedipine secara oral
atau intravena hydralazine dapat diunakan untuk penatalaksaan akut dari
hipertensi berat.
Terdapat consensus bersama bila tekanan darah lebih dari 170/110 mmHg,
membutuhkan penanganan tehadap tekanan darah ibu. Obat terpilih yang
digunakan Labetalol, nifedipine, atau hydralazine. Labetalol memiliki
keuntungan dapat diberikan awal lewat mulut pada kasus hipertensi berat dan
kemudian,jika diperlukan, bisa secara intavena.
Terdapat konsesus, bila tekanan darah dibawah 160/100, tidak dibutuhkan
secara mendesak pemberian terapi antihipertensi. Terdapat perkecualian, bila
ditemukan indikasi untuk penyakit dengan gejala yang lebih berat, yakni:
potenuria berat atau gangguan hati, atau hasil tes darah, oleh karena itu pada
kondisi emikian, peningkatan tekanan darah dapat diantisipasi, dengan diberikan
terapi antihiperteni pada tekanan darah level tekanan darah yang lebih rendah
yang telah disesuaikan. Penggunaan obat hipertensif pada pre-eklampsia berat
diperlukan karena dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang dan
aplopeksia serebri menjadi lebih kecil.
Perencananan kelahiran

12

Preeklampsia dan Eklampsia

Pada umumnya pada pre-eklampsia berat sesudah bahaya akut berakhir


menjadi lebih baik, sebaiknya dipertimbangkan untuk menghentikan kehamilan
oleh karena dalam keadaan demikian harapan janin dalam uterus menghambat
sembuhnya penderita dari penyakitnya. Perencanaan pengeluaran bayi
disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala pre-eklampsia dan usia kehamilan.
Pada preeklampsia ringan dengan usia kehamilan 40 minggu, sebaiknya
dilahirkan. Pada usia kehamilan 38 minggu, wanita dengan pre-eklampsia ringan
dapat diindukusi kelahiran. Pada usia kehamilan 32-34 minggu dengan preeklampsia berat sebaiknya dipertimbangkan untuk dilahirkan, dan fetus
sebaiknya diberikan kortikosteroid.
Pada pasien dengan usia kehamilan 23-32 minggu dengan preeklmapsia
berat, kelahiran dapat ditunda untuk memperkecil tingkat morbiditas dan
mortilitas bayi, ibu tersebut sebaiknya diberikan magnesium sulfat pada 24 jam
pertama ketika diagnosis dibuat, tekanan darah sebaiknya dikontrol dengan
menggunakan pengobatan, pasien sebaiknya diberikan kortikoseteroid untuk
mematangkan organ paru bayi. Jika usia kehamilan kurang dari 23 minggu,
pasien sebaiknya diberikan induksi persalinan untuk diterminasi kelahirannya.
Bila usia kehamilan kurang dari 34 minggu dan proses persalinan dapat ditunda
untuk sementara waktu, kortikosteroid sebaiknya diberikan, walaupun setelah 24
jam manfaat dari penatalaksaan konservatif ini harus dinilai kembali.
Bila usia kehamilan lebih dari 34 minggu, setelah dilakukan stabilisasi, proses
persalinan direkomendasikan.
Jika usia kehamilan kurang dari 34 minggu dan kehamilan dapat
diperpanjang hingga lebih dari 24 jam,pemberian steroid dapat membantu
menurunkan tingkat kematian bayi akibat gangguan pernapasan. Terdapat
kemungkinan manfaat dari pemberian terapi steroid walaupn proses kelahiran
terjadi kurang dari 24 jam setelah pemberian steroid. Pengeluaran bayi melewati
vagina lebih baik dibandingkan dengan operasi sesar. Jika pengeluaran bayi
secara vagina tidak tercapai selama kurun waktu tertentu, maka segera dilakukan
operasi sesar.

13

Preeklampsia dan Eklampsia

Pengontrolan keseimbangan cairan Pembatasan cairan disarankan untuk


menurunkan resiko overload cairan pada peride kehamilan dan setelah
kehamilan. Dalam keadaan biasa, total cairan sebaiknya dibatasi 80 ml/jam atau
1 ml/kg/jam. Pada penanganan cairan yang tidak tepat pada kasus pre-eklampsia
diperkirakan memiliki keterkaitan dengan timbulnya kasus edema paru. Selama
kurang lebih 20 tahun, edema paru menjadi penyebab kematian ibu yang
signifikan. Pengeluaran bayi melewati vagina lebih baik dibandingkan dengan
operasi sesar. Jika pengeluaran bayi secara vagina tidak tercapai selama kurun
waktu tertentu, maka segera dilakukan operasi sesar.
Penanganan setelah kehamilan Pada kasus pre-eklampsia berat pada masa
setelah kelahiran dapat terjadi eklmpalsia. Dilaporkan lebih dari 44 % eklamsia
dapat terjadi, terutama pada wanita yang melahirkan pada usia kehamilan aterm.
Wanita yang timbul hipertensi atau gejala pre-eklampsia setelah kehamilan (sakit
kepala, gangguan penglihatan, mual dan muntah, nyeri epigastrium) sebaiknya
dirujuk ke spesialis. Wanita dengan kelahiran yang disertai pre-eklampsia berat
(atau eklampsia) sebaiknya dilakukan pemantauan dengan optimal pasca
melahirkan. Dilaporkan dapat terjadi eklampsia setelah minggu ke-4. Terapi
anti-hipertensi sebaiknya tetap dilanjutkan pasca kehamilan. Walaupun, pada
awalnya, tekanan darah turun, biasanya kan kembali naik kurang lebih 24 jam
setelah kehamilan. Pengurangan terapi anti-hipertensi sebaiknya dilakukan
secara berjenjang.
Corticosteroid digunakan pada pasien dengan sindrom HELLP. Hasil dari
penelitian terbaru memperkirakan corticosteroid dapat memicu perbaikan
gangguan biokimia dan hematology secara cepat, tetapi tidak ada bukti yang
menunjukkan kortikosteroid dapat menurunkan morbiditas

14

Preeklampsia dan Eklampsia

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY SDENGAN
PREEKLAMPSI BERAT
DI PUSKESMAS
TANGGAL 25 JANUARI 2015

Hari/tanggal Masuk
Hari/tanggal Pengkajian
Tempat

: Kamis, 25 Januari 2015, pukul 13.05 wita


: Kamis, 25 Januari 2015, pukul 13.08 wita
: Ruang Periksa

A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Klien

: Ny. S

NamaSuami

: Ny. T

Umur

: 23 tahun

Umur

: 28 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

: Wiraswasta

Suku/bangsa : Sasak/Indonesia
Suku/bangsa : Sasak/Indonesia
2. Alasan datang
Alamat
: Labuapi
Alamat
: Labuapi
Ibu
mengatakan ingin
memeriksakan kehamilannya
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan pusing, pandangan kabur dan nyeri perut bagian atas.

15

Preeklampsia dan Eklampsia

4. Riwayat menstruasi
a. Menarche umur
b. Siklus
c. Lama
d. Disminore
e. Warna
f. Sifat darah
g. Flour Albus
h. Keluhan

: 13tahun
: 28 hari
: 6 hari
: Tidak ada
: Merah tua
: cair
: Tidak ada
: tidak ada

5. Riwayat perkawinan
a. Perkawinan ke
: 1 (Satu)
b. Menikah sejak umur : 22 tahun
c. Lama perkawinan
: 1 tahun
d. Status perkawinan
: Sah
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil
Ke-

UK

Tempat
persalinan

Jenis

Penyulit
Penolong
persalinan persalinan Hamil Salin Nifas

JK BBL Umur

INI

7. Riwayat KB
a. KB yang digunakan sebelumnya
b. Keluhan selama menggunakan KB
c. Rencana KB

: Tidak ada
: Tidak ada
: Belum dibicarakan

8. Riwayat kehamilan yang sekarang


a. HPHT : 4 Juni 2014
b. ANC pertama kali umur kehamilan : 6 minggu
c. Kunjungan ANC
1) Trimester I
Frekuensi : 2x
Keluhan : mual,pusing
Komplikasi : tidak ada
Terapi
: pamol + antasida 1x1
2) Trimester II
Frekuensi : 1x
Keluhan
: pusing
Komlikasi : tidak ada
Terapi
: tablet Fe, kalsium laktat,pamol
3) Trimester III

16

Preeklampsia dan Eklampsia

Frekuensi : Keluhan
:Komplikasi : Terapi
:d. Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari)
Ibu mengatakan merasakan pergerakan janinnya > 10 kali sehari
a. Senam hamil : tidak pernah dilakukan
b. Suntik TT : tidak pernah dilakukan
c. Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat yang diberikan oleh bidan,
yaitu tablet tambah darah, kalsium laktat, pamol, antasida.
9. Riwayat kesehatan
a. Penyakit Kardiovascular
b. PenyakitHipertensi
c. PenyakitDiabetes
d. PenyakitMalaria
e. Penyakit kelamin, HIV/AIDS
f. Penyakit ginjal
g. Penyakit asma
h. Penyakit TBC
i. Penyakit Campak
j. Penyakit hepatitis
k. Anemia berat
l. Gangguan Mental
m. Riwayat hamil kembar

: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak pernah periksa
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak pernah periksa
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

10. Pola kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi
Sebelum Hamil

Saat Hamil

Frekuensi

: 3x sehari

Frekuensi

: 3x sehari

Jenis

: Nasi, lauk, sayur

Jenis

: Nasi, lauk, sayur

Porsi

: 1 piring

Porsi

: 1 piring

: Tidak ada

Keluhan

: Tidak ada

Keluhan
b. Eliminasi

Pantangan
: Tidak ada
BAB

Pantangan
Sebelum hamil

: Tidak ada
Selama Hamil

Frekuensi

2x sehari

2x sehari

Konsistensi

Lembek

Lembek

Warna

Kuning kecoklatan

Kuning kecoklatan

Penyulit

Tidak ada

Tidak ada

17

Preeklampsia dan Eklampsia

BAK

Sebelum Hamil

Saat Hamil

Frekuensi

6x sehari

8-9x sehari

Konsistensi

Cair

Cair

Kuning jernih

Kuning jernih

Tidak ada
Sebelum hamil
1-2 jam sehari
6-7 jam sehari

Tidak ada
Saat Hamil
1-2 jam sehari
6-7 jam sehari

Sebelum Hamil
2x sehari
2x sehari
2-3x seminggu
1x sehari

Saat Hamil
2x sehari
2x sehari
2-3x seminggu
1x sehari

Warna
c. Istirahat dan tidur
Penyulit
Istirahat dan tidur
Siang
Malam
d. Personal Hygiene
Personal Hygiene
Mandi
Gosok gigi
Cuci rambut
Ganti pakaian

11. Data psikososial spiritual dan ekonomi


a. Status perkawinan
Sah 1x, lamanya 1 tahun
b. Respon ibu dan keluarga
Ibu mengatakan dirinya/suami/keluarga menerima dan menginginkan
kehamilan ini dan keluarga sangat mendukung kehamilannya
c. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Istri bersama suami
d. Pola hidup sehat
ibu mengatakan tidak pernah merokok, mengkonsumsi alhohol atau
minuman keras maupun obat-obatan terlarang lainnya.
e. Beban kerja
Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan mengerjakan pekerjaan rumah
dibantu oleh keluarga terutama suami.
f. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan : Tidak ada
g. Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan : Bidan di puskesmas
Labuapi.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran
: Compos mentis
c. Emosi
: Stabil

18

Preeklampsia dan Eklampsia

d.
e.
f.
g.
h.
i.

HTP
: 12 Maret 2015
BB ANC 1
: 61 kg
BB saat ini
: 85 kg
TB
: 158 cm
Lila
: 30 cm
Tanda-tanda vital
1) Tekanan darah
: 160/110 mmHg
2) Nadi
: 84x/menit
3) Suhu
: 36,70C
4) Respirasi

: 20x/menit

2. Pemeriksaan fisik
a. Wajah
1) Inspeksi
Tampak simetris dan tidak pucat, ada cloasma gravidarum.
2) Palpasi
Tidak ada oedema
b. Mata
1) Inspeksi
Pandangan tidak kabur, konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak
ikterus.
c. Mulut dan gigi
1) Inspeksi
Bersih, bibir tidak pucat, tidak ada gigi berlubang, dan tidak ada
stomatitis.
d. Leher
1) Inspeksi
Tampak bersih
2) Palpasi
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tiroid, dan bendungan vena
jugularis.
e. Payudara
1) Inspeksi

19

Preeklampsia dan Eklampsia

Bentuk simetris, payudara tampak bersih, areola hiperpigmentasi (+/+),


putting susu menonjol (+/+), tidak ada retraksi atau dimpling.
2) Palpasi
Tidak ada benjolan atau massa, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe di axilla.
f. Ekstremitas atas
1) Inspeksi
Tungkai simetris, kuku tangan tidak pucat
2) Palpasi
Tidak ada oedema
g. Ekstremitas bawah
1) Inspeksi
Tungkai simetris, tidak ada varises, kuku kaki tidak pucat.
2) Palpasi
Ada oedema (+/+), reflek patella tidak dilakukan.
3. Pemeriksaan Obstetri
a. Abdomen
1) Inspeksi
Tidak ada luka bekas operasi, ada linea nigra, ada striae livide.
2) Palpasi
Leopold I

: TFU 43 cm, teraba bokong di fundus

Leopold II

: Teraba punggung kanan

Leopold III : Presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP


Leopold IV : Kepala teraba 3/5 bagian
PBBJ

: 4805 gram

3) Auskultasi
DJJ (+), Irama 11-11-11, Frekuensi 132x/menit
4. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 25 Januari 2014, pkl 13.20 wita
Glukosa urine
= negatif (-)
Protein urine
= positif (+3)

20

Preeklampsia dan Eklampsia

C. Analisa
1. Diagnosa
Ny.S G1P0A0H0, usia kehamilan 30-31 minggu, janin tunggal, hidup, intra
uteri, preskep,puka dengan preeklamsia berat.
2. Masalah : Tidak dapat mengatasi sakit kepala dan nyeri perut
3. Diagnosa Potensial
Eklampsi

D. Penatalaksanaan
Tanggal 25 Januari 2014, pukul13.20wita
1. Memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yaitu TD: 160/110 mmHg, N:
80 x/menit, R:20 x/menit, S: 37oc, BB: 50 kg,LILA:26 cm, protein urin +3.
Ibu sudah mengetahui tentang keadaannya.
2. Memberi KIE pada ibu tentang keluhan yang dirasakan yaitu ibu merasa
pusing ibu dapat mengatasinya dengan bangun secara perlahan dari posisi
istirahat, ambil posisi miring kiri saat berbaring. Ibu juga merasa sakit nyeri
bagian atas ibu dapat mengatasinya dengan tidak makan makanan yang kecut,
pedas.
Ibu sudah paham dan dapat menjelaskan kembali tentang cara mengatasi
keluhan yang dirasakan ibu.
3. Menganjurkan ibu untuk melakukan diit, ibu dapat mengkonsumsi makanan
tinggi protein dan rendah karbohidrat.
Ibu telah mengerti dan akan melakukan diit rendah karbohidrat.
4. Memberi kie pada ibu tentang pola aktifitas dan istirahat yaitu ibu dapat
mengurangi aktifitas yang memberatkan dan ibu dapat memperbanyak istirahat,
supaya ketidaknyamanan yang ibu rasakan bisa sedikit teratasi.
Ibu sudah mengerti dan dapat menjelaskan kembali tentang pola aktifitas dan
istirahat.
5. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas lengkap dan di
dalam perjalanan di pasang infuse Ringer Laktat 20 tetes per menit dan siapkan
tongue spatel untuk persiapan apabila ibu kejang, supaya ibu tidak menggigit
lidahnya.

21

Preeklampsia dan Eklampsia

Akan dilakukan rujukan ke RSUD yang mempunyai fasilitas lengkap dan telah
dipasang infus RL 20 tetes per menit.

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan mencoba membandingkan antara teori yang diperoleh
dengan pelaksanaan asuhan kebidanan di lapangan mulai dan pengkajian sampai dengan
pelaksanaan asuhan kebidanan pada pasien dengan Preeklampsia dan Eklampsia.
Pada kasus di sini penulis perlu mengkaji data yang akan menunjang diagnosa
Preeklampsia dan Eklampsia. Setelah dilakukan anamnesa didapatkan data bahwa
pasien merasa pusing, pandangan kabur dan nyeri perut bagian atas
Berdasarkan buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
Tahun 2002, tanda utama dari :
A. Preeklampsia
1. Preeklampsia ringan

22

Preeklampsia dan Eklampsia

a. Tekanan darah 140/90 mmHg, atau kenaikan diastolic 15 mmHg atau lebih,
atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih setelah 20 minggu kehamilan
dengan riwayat tekanan darah normal.
b. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr perliter atau kualitatif 1+ atau 2+ pada urine
kateter atau midstearm.
2. Preeklampsia berat
a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gr atau lebih perliter dalam 24 jam atau kualitatif 3+ atau 4+.
c. Oligouri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam.
d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di
epigastrium.
e. Terdapat edema paru dan sianosis
f. Trombositopenig (gangguan fungsi hati)
g. Pertumbuhan janin terhambat.
B. Eklampsia
Pada umumnya kejangan didahului oleh makin memburuknya Preeklampsia
dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual keras, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal
dan tidak segera diobati, akan timbul kejangan terutama pada persalinan bahaya
ini besar.
Sehingga perlu dilakukan penanganan pre eklampsia antara lain :
1. Menganjurkan ibu untuk melakukan diit, ibu dapat mengkonsumsi makanan
tinggi protein dan rendah karbohidrat.
2. Memberi KIE pada ibu tentang pola aktivitas dan istirahat yaitu ibu dapat
mengurangi aktifitas yang memberatkan dan ibu dapat memperbanyak istirahat,
supaya ketidaknyamanan yang ibu rasakan bisa sedikit teratasi.
3. Melakukan rujukan ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas lengkap dan di
dalam perjalanan di pasang infuse Ringer Laktat 20 tetes per menit dan siapkan
tongue spatel untuk persiapan apabila ibu kejang, supaya ibu tidak menggigit
lidahnya.

23

Preeklampsia dan Eklampsia

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam
trimester III kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada
molahidatidosa. (Hanifa Wiknjosastri, 2007).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya wanita tadi
menunjukkan gejala-gejala Preeklampsia.
Secara umum, etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti. Banyak teori-teori dikemukakan para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut penyakit teori. Namun belum ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang ini dipakai sebagai
penyebab Preeklampsi aadalah teori iskemia plasenta. Namun teori ini belum

24

Preeklampsia dan Eklampsia

dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini. Rupanya tidak
hanya satu fakkor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktorfaktor yang ditemukan sering kali sukar ditentukan mana yang sebab dan mana
yang akibat.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami tentang
Preeklampsia dan Eklampsia sehingga dapat menerapkan asuhan kebidanan pada
ibu dengan masalah pre eklampsia sehingga tidak berdampak pada eklampsia dan
dapat melakukan tindakan untuk menurunkan angka kematian ibu khusunya
mahasiswa kebidanan agar mampu menjadi tenaga kesehatan yang terampil dan
berpengetahuan luas dalam memberikan pelayanan sesuai standar pada masyarakat.

25

Preeklampsia dan Eklampsia

DAFTAR PUSTAKA
http://rahmawatifattah.blogspot.com/
http://www.scribd.com/doc/54128496/Makalah-Preeklamsia-Dan-Eklamsia
http://www.scribd.com/doc/6502651/BAB-1-Eklampsia
http://mayaismaini.blogspot.com/2011/05/preeklampsia-makalah-kebidanan.html
Ochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri. ObstetriFisiologi Dan ObstetriPatologi. Jilid 1.
Jakarta: EGC. Hlm: 198-208.
Prawirohardjo,Sarwono.2010.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Rukiyah,Ai Yeyeh.2010.Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).Jakarta:
Trans Info Media.

26

Preeklampsia dan Eklampsia

Anda mungkin juga menyukai