Anda di halaman 1dari 30

KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL DAN BASIC LIFE SUPPORT

“SEPSIS NEONATORUM”

DOSEN PEMBIMBING:

Fara Imelda Th P, M.Tr.Keb

DISUSUN OLEH:

Kelompok 7

1. Adinda Zalzabila Muzakkyah (P07224219001)


2. Defi Nurwahidah Putri (P07224219007)
3. Dinni Indrawati (P07224219010)
4. Erika Salsabila (P07224219013)
5. Ersa Nourtasya Utari (P07224219014)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN


TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN SAMARINDA
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk bekerja bersama untuk menyelesaikan
makalah ini. Dimana makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah, yaitu
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Dan Basic Life Support “Sepsis Neonaturum”. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Aamiin.

Samarinda, 16 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan...................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Teori..............................................................................................6
B. Konep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan.....................................................10

BAB III KASUS…………………………………………………………………..19


BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................67
B. Saran....................................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................69

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan perkiraan World Health Organitation (WHO) terdapat 98% dari


5 juta kematian pada neonatal terjadi di negara berkembang. Sedangkan
angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran
hidupbayi baru lahir. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode
neonatal dini dan 42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis,
tetanus neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare (Putra, 2012).
Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala
sistemik dan terdapat bakteri dalam darah (Surasmi et all, 2003). Sepsis
disebabkan karena kuman Streptokokus group B dan diikuti dengan escherichia
coli, streptokokus group A dan streptokokus viridans. Patogen lainnya adalah
gonokokus, candida albican, virus herpes dan organisme listeria (Muscari 2011).
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari)
sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan
usia 1 bulan sesudah lahir (Nursalam,2008).Salah satu penyakit yang sering terjadi
pada bayi baru lahir adalah sepsis neonatorum(Surasmi et all, 2010).
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimanakadar bilirubin dalam darah
melebihi batas nilai normal bilirubin serum sehingga menimbulkan
Ikterus/Jaundice pada neonatus. Ikterus dengan konsentrasi Bilirubin serum yang
menjurus ke arah terjadinya kern ikterus atau ensefalofati bilirubin bila kadar
bilirubin tidak dikendalikan (Mansjoer, 2015).
Hiperbilirubinemia adalah menguningnya sklera, kulit atau jaringan lain akibat
penimbunan bilirubin dalam tubuh atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari
5 mg/dl didalam 24 jam, yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari
hepar, sistem biliary, atau sistem hematologi. Hiperbilirubinemia dapat terjadi
baik karena peningkatan bilirubin indirek (unconjugated) dan direk (conjugated)
(Yulianti & Rukiyah, 2015).Bayi baru lahir merupakan kelompok yang rentan
terhadap penyakit.Salah satu upaya pemerintah adalah dengan
SDGs(SustainableDevelopment Goals)dimana salah satu tujuan targetnya yaitu
menurunkan angka kematian ibu dan bayi

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi Sepsis Neonatorum?


2. Apa etiologi Sepsis Neonatorum?
3. Apa patofisiologi Sepsis Neonatorum?
4. Apa saja gejala Sepsis Neonatorum?
5. Bagaimana pencegahan Sepsis Neonatorum?
6. Apa saja komplikasi Sepsis Neonatorum?
7. Bagaimana penatalaksanaan Sepsis Neonatorum?

C. Tujuan

Untuk mengetahui tinjauan teori tentang neonatus dengan Sepsis Neonatorum


a. Dapat melakukan pengkajian pada neonatus dengan Sepsis Neonatorum melalui
metode manajemen Varney

b. Dapat melakukan interpretasi data dasar pada neonatus dengan Sepsis


Neonatorum

c. Dapat melakukan identifikasi diagnosis dan masalah potensial pada neonatus


dengan Sepsis Neonatorum

d. Dapat melakukan identifikasi tindakan segera pada neonatus dengan Sepsis


Neonatorum

e. Dapat melakukan perencanaan (intervensi) pada neonatus dengan Sepsis


Neonatorum

f. Dapat melaksanakan implementasi pada neonatus dengan Sepsis Neonatorum

g. Dapat melakukan evaluasi pada neonatus dengan Sepsis Neonatorum

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR TEORI


Definisi
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah neonatus selama
bulan pertama kehidupan (Stoll, 2007). Sepsis bakterial pada neonatus adalah
sindrom klinis dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada
bulan pertama kehidupan (usia 0 sampai 28 hari).
Terdapat beberapa perkembangan baru mengenai definisi sepsis dalam
sepuluh tahun terakhir. Menurut The International Sepsis Definition Conferences
(ISDC, 2001), sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory
Response Syndrome (SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses
berkelanjutan mulai dari infeksi, SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/ syok septik,
disfungsi multiorgan, dan akhirnya kematian (Depkes, 2007).

B. Etiologi
Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu
menyebabkan sepsis. Berbagai macam patogen seperti bakteri, virus, parasit, atau
jamur dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah pada sepsis neonatorum.
Pola kuman penyebab sepsis berbeda-beda antar negara dan selalu berubah dari
waktu ke waktu. Bakteri gram negatif merupakan penyebab terbanyak kejadian
sepsis neonatorum di negara berkembang (Modi dan Carr, 2000). Perbedaan pola
kuman penyebab sepsis antar negara berkembang telah diteliti oleh World Health
Organization Young Infants Study Group pada tahun 1999 di empat negara
berkembang, yaitu Ethiopia, Philipina, Papua New Guinea, dan Gambia.
Penelitian tersebut mengemukakan bahwa kuman isolat tersering yang ditemukan
pada kultur darah adalah Staphylococcus aureus (23%), Streptococcus pyogenes
(20%) dan E. coli (18%).

C. Klasifikasi Sepsis neonatorum


berdasarkan waktu terjadinya menjadi dua bentuk, yaitu sepsis neonatorum
awitan dini (early-onset neonatal sepsis) dan sepsis neonatorum awitan lambat
(late-onset neonatal sepsis) (Depkes, 2007; Gomella dkk., 2009). Sepsis

6
neonatorum awitan dini (SNAD) merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera
dalam periode postnatal (kurang dari 72 jam) dan diperoleh pada saat proses
kelahiran atau in utero.
Sepsis neonatorum awitan lambat (SNAL) merupakan infeksi postnatal (lebih
dari 72 jam) yang diperoleh dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi
nosokomial). Proses infeksi ini disebut juga infeksi dengan transmisi horizontal
(Depkes, 2007).

D. Patofisiologi
Janin relatif aman selama dalam kandungan terhadap kontaminasi kuman
karena terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion,
korion, dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion. Kemungkinan
kontaminasi kuman bagaimanapun juga masih dapat terjadi melalui tiga jalan
(Depkes, 2007).
Pertama, yaitu pada masa antenatal atau sebelum lahir, kuman dari ibu setelah
melewati plasenta dan umbilikus, masuk ke dalam tubuh bayi melalui 14 sirkulasi
darah janin. Kedua, yaitu pada masa intranatal atau saat persalinan. Ketiga, yaitu
pada saat ketuban pecah. Paparan kuman yang berasal dari vagina akan lebih
berperan dalam infeksi janin. Kejadian kontaminasi kuman pada bayi yang belum
lahir akan meningkat apabila ketuban telah pecah lebih dari 18-24 jam (Depkes,
2007).
Infeksi setelah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi yang diperoleh
(acquired infection), yaitu infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim,
misalnya melalui alat pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasogastrik, dan botol minuman. Bayi yang mendapat prosedur neonatal invasif
seperti kateterisasi umbilikus, bayi dalam ventilator, kurang memperhatikan
tindakan antisepsis, rawat inap yang terlalu lama, dan hunian terlalu padat juga
mudah mendapat infeksi nosokomial (Depkes, 2007).

E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kultur darah sampai saat ini merupakan baku emas dalam
menentukan diagnosis sepsis. Pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hasil
kultur akan diketahui dalam waktu minimal tiga sampai lima hari. Kultur darah
pada pasien sepsis neonatorum dapat ditemukan hasil yang negatif, meski telah

7
didukung oleh gejala klinis yang jelas. Pemberian antibiotik pada sebagian besar
ibu hamil untuk mencegah persalinan prematur diduga sebagai penyebab tidak
tumbuhnya bakteri pada media kultur. Hasil kultur juga dipengaruhi oleh
kemungkinan pemberian antibiotik sebelumnya pada neonatus yang dapat
menekan pertumbuhan kuman. Hasil kultur negatif palsu juga dapat disebabkan
sedikitnya jumlah sampel darah yang diperiksa (Depkes, 2007).
Pewarnaan gram merupakan teknik tertua dan sampai saat ini masih sering
digunakan di laboratorium dalam melakukan identifikasi kuman. Pemeriksaan 17
untuk identifikasi awal ini dapat dilaksanakan pada rumah sakit dengan fasilitas
laboratorium terbatas, walaupun dilaporkan terdapat kesalahan pembacaan pada
0,7% kasus serta bermanfaat dalam menentukan penggunaan antibiotik pada awal
pengobatan sebelum didapatkan hasil pemeriksaan kultur bakteri (Depkes, 2007).
Pemeriksaan lain untuk mendiagnosis sepsis neonatorum adalah pemeriksaan
komponen darah. Sekitar 10-60% pasien sepsis neonatorum menunjukkan jumlah
trombosit yang kurang dari 100.000/mm3 dan terjadi pada satu sampai tiga
minggu setelah diagnosis sepsis ditegakkan. Sel darah putih dianggap lebih
sensitif dalam menunjang diagnosis daripada jumlah trombosit.
Enam puluh persen pasien sepsis biasanya disertai perubahan hitung neutrofil.
Rasio antara neutrofil imatur dan neutrofil total (rasio I:T) sering dipakai sebagai
penunjang diagnosis sepsis neonatorum. Sensitivitas rasio I:T ini 60-90%,
sehingga untuk diagnosis perlu disertai kombinasi dengan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang lain. C-reactive protein adalah protein yang timbul pada
fase akut kerusakan jaringan, meningkat pada 50-90% pasien sepsis neonatorum.
Pemeriksaan ini tidak dapat dipakai sebagai indikator tunggal dalam menegakkan
sepsis neonatorum karena dapat meningkat pada berbagai kerusakan jaringan
tubuh (Sundari dkk., 2008; Aminullah, 2010). Salah satu upaya yang dilakukan
akhir-akhir ini dalam menentukan diagnosis dini sepsis neonatorum adalah
pemeriksaan biomolekuler dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction
(PCR).
Kadar sitokin proinflamasi (IL2, IL-6, IFN-g, TNF-a) dan antiinflamasi (IL-4,
IL-10) pada bayi baru lahir akan terlihat meningkat pada bayi dengan infeksi
sistemik (Aminullah, 2010). 18 Kedua pemeriksaan terakhir (pemeriksaan
biomolekuler ataupun respon imun) memerlukan teknologi kedokteran yang lebih
canggih dan biaya mahal yang mungkin belum bisa terjangkau oleh sebagian

8
besar negara berkembang. Dari riwayat penyakit, gejala klinik, pemeriksaan
penunjang ataupun pemeriksaan laboratorium tampaknya belum ada informasi
tunggal yang dapat dipakai sebagai indikator sepsis sehingga perlu
dipertimbangkan kombinasi berbagai informasi dalam menentukan diagnosis
(Aminullah, 2010).

F. Penatalaksanaan
Eliminasi kuman penyebab merupakan pilihan utama dalam tata laksana sepsis
neonatorum, sedangkan penentuan kuman penyebab membutuhkan waktu dan
mempunyai kendala tersendiri. Penggunaan antibiotik empiris dapat segera
dilakukan dengan memperhatikan pola kuman penyebab yang tersering
ditemukan. Antibiotik empiris dapat segera diganti apabila sensitivitas kuman
diketahui. Beberapa terapi suportif (adjuvant) juga mulai dilakukan, walaupun
beberapa dari terapi tersebut belum terbukti menguntungkan (Depkes, 2007).
Terapi suportif pada keadaan sepsis sangat dibutuhkan, seperti pemberian
oksigen, inotropik, dan komponen darah. Terapi suportif dalam kepustakaan
disebut dengan terapi adjuvant dan beberapa terapi yang dilaporkan di
kepustakaan antara lain pemberian intravenous immunoglobulin (IVIG), transfusi
dan komponen darah, granulocyte-macrophage colony stimulating factor (G-CSF
dan GM-CSF), transfusi tukar (TT), serta inhibitor reseptor IL-1 (Depkes, 2007).
G. Komplikasi
sepsis neonatorum antara lain meningitis yang dapat menyebabkan terjadinya
hidrosefalus dan/ atau leukomalasia periventrikular. Komplikasi acute respiratory
distress syndrome (ARDS) dan syok septik dapat dijumpai pada pasien sepsis
neonatorum. Komplikasi lain adalah berhubungan dengan penggunaan
aminoglikosida, seperti tuli dan/ atau toksisitas pada ginjal, komplikasi akibat
gejala sisa atau sekuele berupa defisit neurologis mulai dari gangguan
perkembangan sampai dengan retardasi mental bahkan sampai menimbulkan
kematian (Depkes, 2007).

9
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS
DENGAN SEPSIS NEONATORUM

I. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Identitas
a. Identitas klien
Nama :
Umur :

Jenis kelamin :
Tanggal MRS :
Diagnosis medis :
b. Identitas orang tua
Nama ayah :
Nama ibu :
Usia ayah / ibu :
Pendidikan ayah / ibu :
Pekerjaan ayah / ibu :
Agama :
Suku/bangsa :
Alamat :

2. Alasan MRS dan Keluhan Utama


a. Alasan MRS
Alasan MRS adalah alasan klien masuk Rumah Sakit, bisa disebabkan
klien datang sendiri karena adanya keluhan ataupun rujukan.
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya malas minum, merintih dan tampak gelisah
sejak kapan, muntah berapa kali dan sejak kapan. (Maryunani dan
Nurhayati, 2009).

3. Riwayat Kesehatan Klien


a. Riwayat Kesehatan sekarang
Menanyakan riwayat perjalanan penyakit ini disusun cerita yang
kronologis, terinci, dan jelas mengenai keadaan pasien sejak sebelum
mendapat keluhan meliputi: tampak kelelahan dan kesulitan bernapas
terutama ketika menyusu , adanya sianosis (kebiruan pada kulit, bibir, dan

10
kuku) , pertumbuhan terganggu , mudah berkeringat dan rentan terkena
penyakit (Matondang, Wahidayat, dan Sastroasmoro. 2009)

b. Riwayat Kesehatan yang lalu


 Riwayat kehamilan dan kelahiran:
- Riwayat antenatal :

- riwayat intranatal :

Untuk mengetahui berbagai penyakit yang pernah dialami oleh


klien pada saat hamil (Evania, 2013). seperti sakit kepala,
gangguan penglihatan, pusing atau nyeri epigastrium bagian atas
(Tresnawati, 2012).

- riwayat postnatal :
- riwayat imunisasi :
- riwayat alergi :
- riwayat penyakit yang pernah diderita :

- riwayat oprasi/pembedahan :

Untuk mengetahui apakah wanita tersebut punya riwayat


operasi umum / lainnya maupun operasi kandungan
(miomektomi, sectio cesarea dan sebagainya) (Mufdlilah,
2009).

- riwayat tumbuh kembang :


- riwayat pertumbuhan :
- riwayat perkembangan : anak dengan riwayat kelainan
jantung bawaan dapat mengalami gangguan dan hambatan
perkembangan ( matondang, dkk, 2000)

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

a. Riwayat penyakit menular : Untuk mengkaji keadaan pasien yang

dapat memicu terjadinya komplikasi pada saat hamil yaitu, Jantung,

ginjal, asma, hepatitis, DM, hipertensi dan sebagainya (Varney,

2007).

11
b. Riwayat penyakit menurun : Meliputi ada keluarga yang

menderita penyakit yang sama atau tidak, ada jenis penyakit herediter

atau tidak dalam keluarga seperti asma, DM (Evania, 2013).

c. Riwayat penyakit menahun :

5. Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan

Pola Nutrisi

Pola Eliminasi Dalam 24 jam pertama bayi akan


mengeluarkan meconium dan dapat BAK
dengan volume 20-30 ml / hari (Marmi dan
Rahardjo, 2012).

Pola Istirahat

Pola Personal
Hygiene

Pola Aktivitas

6. Riwayat Psikososiokultural Spiritual


a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga (Genogram)
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

12
B . Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : composmentis

Tanda tanda vital :


Tekanan darah :

Nadi : normal nadi usia 0-1 bulan 120-160x/menit


(Jackson,2011)

Pernapasan :normal pernapasan 0-1 bulan 40-60x/menit


(Jackson,2011)

Suhu :

Antrometri :

panjang badan : Normal (48-50 cm)

Berat badan : sebelum sakit : saat ini :

LILA :
Lingkar kepala: Untuk mengetahui pertumbuhan otak (normal 30-38 cm)
Circumferensia Suboccipito Bregmatica :
Circumferensia Fronto Oksipito :
Circumferensia Mento Oksipito bregmatica :
Lingkar dada : Untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan (normal 33-
35 cm)

Lingkar perut :

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe mulai dari inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi.

Inspeksi

Kulit :Kulit kebiruan atau sianosis terjadi karena rendahnya oksigen


dalam darah (reni utari,2019)

13
Kepala :

Wajah :

Mata :

Hidung :Hidung di kaji untuk mengetahui keadaan bentuk , fungsi


hidung bagian dalam, sinus- sinus dan pernapasan cuping
hidung(carpenito2007)

Mulut :

Telinga :

Leher :

Dada :

Abdomen :

Genetalia :

Anus :

Ekstremitas atas dan bawah :

Palpasi

Kepala :

Wajah :

Mata :

Telinga :

Hidung :

Mulut :

Leher :

14
Dada :

Abdomen :

Genetalia eksterna :

Anus :

Ekstremitas :

Auskultasi :

Perkusi :

3. Pemeriksaan Neurologis/Refleks
Pada neonatus, pemeriksaan refleks yang dilakukan antara lain :
 Refleks moro :
Reflek moro sudah baik, bayi bila di kagetkan akan memperlihatkan
gerakan seperti memeluk (Ngastiyah, 2008).

 Refleks tonic neck :


Reflek dengan kepala bayi menengok ke satu sisi. Refleks ini muncul
sejak lahir danbertahan hingga usia 2 , 2008).

 Refleks rooting :
Refleks ini terjadi ketika menyentuh pinggir mulut bayi. Bayi akan
mengikuti arah sentuhan tersebut sambil membuka
mulutnya. Hal ini membantu bayi ketika ia sedang ingin menyusu.
Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 3-4 bulan.
(Ngastiyah,2008).

 Refleks sucking :
Reflek isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. (Ngastiyah,
2008).

 Refleks palmar grasp :


Refleks ini muncul sejak lahir dan bertahan hingga usia 3-4 bulan.
(Ngastiyah, 2008).

 Refleks babynski :

15
Refleks Babinski muncul ketika menggaruk telapak kaki bayi. Jempol
bayi akan mengarah ke atas dan jari-jari kaki lainnya akan
terbuka. (Ngastiyah, 2008).

4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium :

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa : NKB/NCB/NLB - KMK/SMK/BMK usia …. (jam/hari)


dengan sepsis neonatorum

Masalah : Masalah yang mungkin muncul pada bayi dengan sepsis

neonatorum yaitu gangguan pemenuhan nutrisi (Maryunani dan

Nurhayati, 2009).

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Diagnosa potensial :

1. Diagnosa potensial pada bayi dengan Sepsis Neonatorum

adalah potensial terjadi aspirasi sehubungan dengan muntah dan

terjadi ikterus.

Masalah potensial :

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Kebutuhan segera : Kebutuhan pada bayi dengan Sepsis

Neonatorum antara lain pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dalam kasus Sepsis

Neonatorum antisipasi yang dilakukan adalah melakukan kolaborasi

16
dengan dokter spesialis anak untuk pemasangan oksigen, pemasangan

infus, pemasangan OGT dan pemberian terapi antibiotik.

V. INTERVENSI
- Lakukan pendekatan kepada pihak keluarga dan jelaskan kondisi pasien
kepada keluarga
R/ pasien dan keluarga lebih kooperatif dalam melakukan tindakan kebidanan
(suparyanti,2008)
- Kaji frekuensi , kecepatan dan kedalaman pernapasan . catat kesemitrisan
pergerakan dada, penggunaan otot tambahan dan retraksi otot intercostal.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
R/ mengetahui terjadinya gangguan ventilasi kepada pasien (jenny J.S, 2013)
- Inhalazi dengan nebulizer
R/ inhalazi efektif untuk mengencerkan secret (suryoprayogo,2009)
- Melakukan pemeriksaan tanda tanda vital
Tekanan darah :70/55 Mmhg
Nadi :100x/menit
Pernapasan :70x/menit
Suhu :37,4 C
R/ TTV merupakan parameter adanya kelainan yang terjadi pada system organ
pasien (kosim,2005)
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat obatan
R/ antibiotik dapat mengatasi infeksi pernapasan / sepsis dan adrenergic dapat
meningkatkan curah jantung.dengan kolaborasi dapat ditentukan dosis yang
sesuai dengan penyakit penderita ( kosim 2005)
- Melakukan pendokumentasian
R/sudah melakukan pendokumentasian

VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana asuhan yang
telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan kebidanan
yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP

17
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS

DENGAN KELAINAN SEPSIS NEONATORUM DI RS P

1. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 18 maret 2021
Waktu : 15.00 WITA
Tempat : RS P
Oleh : winda dewi

S:
1. Identitas klien
Nama : By.A
Umur : 6 hari
Jenis kelamin : laki Laki
Tanggal MRS : 18 maret 2021
Diagnosis medis : sepsis noenatorum
Identitas orang tua
Nama ayah : Tn.A
Nama ibu :Ny.R
Usia ayah/ibu : 27 thn/ 25 thn
Pendidikan ayah/ibu : SMA/SMA
Pekerjaan ayah/ibu : swasta/IRT
Agama : islam
Suku/bangsa :sunda/Indonesia
Alamat : purwodi

18
2. Alasan MRS dan keluhan utama
a. Alasan mrs
Ibu ingin memeriksakan bayi nya.

b. Keluhan utama
Ibu mengatakan bayinya malas minum ASI , tampak gelisah
sejak satu hari yang lalu dan mengalami muntah sebanyak 3 kali
di rumah

3. Riwayat kesehatan klien


a. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan bayinya mengalami muntah muntah sejak 1 hari
yang lalu sebanyak 3 kali dan keadaan fisik bayi Nampak lelah dan
gelisah . ibu mengatakan bayi mulai malas minum ASI yang
diberikan oleh ibu

b. Riwayat kesehatan yang lalu


 Riwayat kehamilan dan kelahiran :
 Riwayat antenatal :
Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya 9 kali
teratur di bidan.
Trimester I : Ibu mengatakan pada umur kehamilan 2
dan 3 bulan.
Trimester II : Ibu mengatakan pada umur kehamilan
4, 5 dan 6 bulan.
Trimester III: Ibu mengatakan pada umur kehamilan
7, 8 dan 2 kali pada kehamilan 9 bulan.
Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah
mengonsumsi minuman beralkohol dan merokok
 Riwayat intranatal :
Lamanya proses persalinan 14 jam , ditolong oleh bidan , di BPM Winda Dewi
, lahir secara normal , bayi lahir tunggal , ketuban pecah spontan , warna jernih
berbau khas , tidak ada penyulit selama persalinan

19
 Riwayat postnatal
Bayi lahir pada 13 maret 2021 pukul 00.00 WITA di BPM Winda Dewi . bayi
lahir diusia kehamilan 39 minggu dan berjenis kelamin laki laki , berat badan
3400 gram dengan panjang badan 51 cm .
 Riwayat imunisasi
Bayi telah mendapatkan HB O
 Riwayat alergi
Bayi tidak ada alergi
 Riwayat penyakit yang pernah diderita
Tidak ada penyakit yang pernah diderita
 Riwayat oprasi atau pembedahan
bayi belum pernah melakukan oprasi atau pembedahan
4. Riwayat kesehatan keluarga
A. Riwayat penyakit menular
ibu mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti
,HIV/AIDS dll
B. Riwayat penyakit menurun
Ibu mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menurun
seperti DM dan Hipertensi
C. Riwayat penyakit menahun
Ibu mengatkan dikeluargnya tidak ada yang memiliki penyakit menahun

20
5. Pola fungsional kesehatan
Kebutuhan Sebelum Sesudah
dasar
Pola nutrisi Ibu mengatakan sebelum Ibu mengatkan Saat ini bayi sudah
sakit bayi nampak sering dan mendapatkan ASI tetapi bayi
tidak malas ketika diberi ASI mulainampak malas menyusu
oleh ibunya
Pola Ibu mengatakan sebelum Saat ini bayi BAK 5X/hari kuning
eliminasi sakit bayi BAK 6-8X/hari . jernih , konsistensi encer dan tidak ada
Dan ibu mengatakan sebelum kelainan
sakit bayi BAB 4-5x/hari Bayi BAB 3X/hari konsistensi lunak
dan tidak ada kelainan
Pola istirhat Ibu mengatakan sebeulum Ibu mengatakan saat ini pola istirahat
sakit istirahat tidur bayinya bayi kurang dikarenakan bayi gelisah
cukup tenang dan tidak dan sering muntah
pernah gelisah
Pola personal Ibu mengatakan sebelum Ibu mengatakan selama sakit bayi
hygiene sakit bayi dimandiikan sehari hanya diseka saja dengan air hangat
2 kali pagi dan sore hari dan dan pakaian bayi diganti tiap kali
pakaian bayi diganti tiap kali basah akibat BAB dan BAK
basah akibat BAB dan BAK
Pola aktivitas Ibu mengatakan sebelum Ibu mengakatan bayi kurang aktif
sakit bayi Nampak ceria dan bergerak dan Nampak lesu karena
bergerak aktif gelisah dan mengalami muntah
muntah

6. Riwayat Psikososialkultural
a. Komposisi, fungsi dan hubungan keluarga
Bayi tinggal dengan keluarga dan perkawinan ibu dan ayah sah.
b. Keadaan lingkungan rumah dan sekitar
Keluarga bayi tinggal di lingkungan yang sehat.

21
c. Kultur dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan
Tidak ada adat istiadat dalam keluarga yang dapat memberikan
dampak negatif atau merugikan bagi kesehatan bayi.

22
O:

1. Pemeriksaan umum
Kesadaran : lemah
Tanda vital :
 Suhu : 35,2ºC
 Pernafasan : 62 kali/menit
 Nadi : 142 kali/menit
Antropometri
 BB : 3400 gram
 PB : 51 cm
 LILA : 11 cm
 Lingkar Perut : 35 cm
 Lingkar Dada : 33 cm
 Lingkar Kepala : 32 cm
2. Apgar Score
no Kriteria 1 menit 5 menit
1 Denyut Jantung 1 2
2 Usaha Nafas 1 1
3 Tonus Otot 1 1
4 Releks 1 1
5 Warna Kulit 2 2
Jumlah 6 7

3. Pemeriksaan Fisik
a) Kulit : Nampak sianosis
b) Kepala : bentuk Mesochepal, tidak ada Chepal
hematom, Caput succedaneum.
c) Ubun-ubun : berdenyut
d) Muka : simetris, tidak ada oedema
e) Mata : simetris, conjungtiva merah muda,
sklera putih.
f) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen.
g) Mulut : bibir warna merah muda, mukosa basah,
tidak ada labioskizis dan labiopalatoskizis.
h) Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada benjolan.

23
i) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tyroid.
j) Dada : simetris, tidak ada retraksi, jantung tidak
bising

24
k) Perut : normal, bulat, tidak ada benjolan, dan
tidak ada penonjolan disekitar tali pusat.
l) Tali pusat : tidak berbau, tidak ada perdarahan.
m) Punggung : tidak ada spina bifida
n) Ekstremitas :
Ekstermitas atas : simetris, kedua tangan sama panjang,jumlah
jari lengkap, kuku merah muda.

Ekstermitas bawah :simetris, kedua kaki sama panjang, jumlah


jari lengkap, kuku merah muda, tidak oedema.

o) Genetalia : testis sudah turun dalam skrotum.


p) Anus : berlubang.

4. Reflek
a) Reflek Moro : +, saat bayi dikejutkan oleh suara
atau gerakan maka kedua tangan
serta kakinya akan merentang atau
membuka dan menutup lagi.
b) Reflek Rooting : +, saat bayi disentuh sudut
mulutnya dengan jari atau puting susu
maka bayi akan memiringkan
kepalanya kearah datangnya
sentuhan dengan mulut terbuka.

60
c) Reflek Walking : +, saat bayi dipegang lengannya
sedangkan kakinya dibiarkan menyentuh permukaan
yang rata dan keras, maka bayi menggerakkan
tungkainya dalam suatu gerakan berjalan atau
melangkah
d) Reflek Grafis / Plantar : +, saat telapak tangan bayi
disentuh dengan jari telunjuk, maka secara otomatis
tangan bayi akan menggenggam.
e) Reflek Suching : -, karena bayi malas minum.
Saat bayi diberi puting susu, bayi tidak membuka
mulutnya dan tidak menghisap.
f) Reflek Tonic neck : +, bayi mengangkat
leher kekanan dan kekiri pada saat diletakkan pada
posisi tengkurap.

61
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium : pukul 15.05 WIB sudah dilakukan
jenis pemeriksaan darah lengkap, C-
Reaktif Protein, kultur darah dan hasil
belum diketahui.

2) Pemeriksaan Penunjang lain : tidak dilakukan

A:

 Diagnosis : NCB-SMK 6 hari dengan sepsis neonatorum

 Masalah : Ibu mengatakan bayinya malas minum dan tampak gelisah.

 Diagnosis Potensial : Dehidrasi , hypertimpany , syok

 Masalah Potensial : Gangguan pemenuhan nutrisi

 Kebutuhan Segera : Pemenuhan nutrisi.

62
P:

N TANGGAL/ PENATAKSANAAN PELAKSANA


O JAM
1 18 Maret mengobservasi keadaan umum, vital Bidan
2021 sign bayi dan intake output cairan tiap 3
15.00 WIB jam.
2 15.30 WIB memasang oksigen nasal dengan kecepatan Bidan
2L/menit.

memasang infus yang dioplos sesuai


15.40 WIB
advice dokter D1/4 NS 316 ml + D4%
53 ml + KCL 7 mg + Ca Gluconas 8 ml
dengan kecepatan 12 tetes/menit.

3 18.00 WIB mempuasakan sementara bayi dengan Bidan

OGT terbuka selama 37 jam.


4 19.00 WIB memberi tranfusi trombosit I 50 cc. Bidan
5 19.30 WIB memberi injeksi ampicilin 175 mg/12 Bidan
jam secara IV.
6 20.00 WIB memberi injeksi Gentamisin 20 mg/24 Bidan
jam secara IV
7 20.10 WIB menjaga kehangatan bayi dengan Bidan dan tim medis
merawatnya dalam incubator dengan suhu (kolaborasi)
34ºC dan mengganti pempers bayi jika bayi
BAK atau BAB.

BAB IV

PENUTUP

63
A. Kesimpulan
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah neonatus selama bulan
pertama kehidupan (Stoll, 2007). Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis
dengan gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakteremia pada bulan pertama
kehidupan (usia 0 sampai 28 hari).
Terdapat beberapa perkembangan baru mengenai definisi sepsis dalam sepuluh
tahun terakhir. Menurut The International Sepsis Definition Conferences (ISDC, 2001),
sepsis adalah sindrom klinis dengan adanya Systemic Inflammatory Response Syndrome
(SIRS) dan infeksi. Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari infeksi,
SIRS, sepsis, sepsis berat, renjatan/ syok septik, disfungsi multiorgan, dan akhirnya
kematian (Depkes, 2007).
Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri mampu
menyebabkan sepsis. Berbagai macam patogen seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur
dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah pada sepsis neonatorum. Pola kuman
penyebab sepsis berbeda-beda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke waktu.
Bakteri gram negatif merupakan penyebab terbanyak kejadian sepsis neonatorum di
negara berkembang (Modi dan Carr, 2000). Perbedaan pola kuman penyebab sepsis antar
negara berkembang telah diteliti oleh World Health Organization Young Infants Study
Group pada tahun 1999 di empat negara berkembang, yaitu Ethiopia, Philipina, Papua
New Guinea, dan Gambia. Penelitian tersebut mengemukakan bahwa kuman isolat
tersering yang ditemukan pada kultur darah adalah Staphylococcus aureus (23%),
Streptococcus pyogenes (20%) dan E. coli (18%).

B. Saran
1. Petugas pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkatkan promosi kesehatan
terutama kepada ibu hamil, karena perawatan bayi baru lahir yang sempurna tidak

64
akan memberikan hasil yang optimal apabila tidak disertai perawatan antenatal yang
baik,
2. Kebersihan dan kesterilan tempat dan alat-alat di lingkungan perawatan pasien
hendaknya terus dijaga, karena infeksi terutama pada bayi baru lahir banyak
bersumber dari infeksi nosokomial.
3. Diharapkan pada ibu hamil agar selalu menjaga kebersihan dan rajin melakukan
pemeriksaan kehamilan secara berkala dan sesuai anjuran dokter,.

Daftar Pustaka
Aminullah, A., 2005. Masalah Terkini Sepsis Neonatorum. Dalam: Update in neonatal infection.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM. 17-31
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Penatalaksanaan Sepsis Neonatorum. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Effendi, S.H., 2013. Sepsis Neonatal; Penatalaksanaan Terkini serta Berbagai Masalah
Dilematis. Simposium Ilmiah Workshop. Bandung 15-16 Juni 2013.

65

Anda mungkin juga menyukai