Anda di halaman 1dari 6

Prolaps tali pusat merupakan salah satu kasus kegawat daruratan obstetri.

Prolaps tali pusat


terdiri dari tali pusat terkemuka, tali pusat menumbung dan tali pusat tersembunyi. Insiden terjadinya
prolaps tali pusat adalah 1:3000 kelahiran. Mortalitas tali pusat menumbung pada janin sekitar11-
17% (Yusuf,2010).

Diagnosis. Ibu tidak dapat merasakan adanya prolaps tali pusat pada dirinya. Masalh tampak
ketika memonitor denyut jantung bayi yang menunjukkan penurunan denyut jantung (brakikardi), dan
penemuan saat melakukan vaginal toucher. Alat bantu yang dapt digunakan antara lain: Doppler,
kardiotograf, ultrasonografi. Gawat janin yang tampak dengan alat tersebut menunjukkan deselerasi
variabel sebagai konsekuensi dari kompresi tali pusat. Diagnostik tali pusat menumbung lebih mudah
ditegakkan ketika terlihat atau terabanya jerat tali pusat di dalam vagina yang terkadang sudah
menjulur sampai diluar vulva. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menegakkan diagnosa
kemungkinan adanya tali pusat tersembunyi, letak terkemuka atau tali pusat menumbung. Janin yang
masih hidup teraba tali pusat berdenyut sebaliknya pada janin yang sudah mati tali pusat tak
berdenyut lagi (Winkjosastro, 2007).

Prolaps tali pusat secara langsung tidak mempengaruhi keadaan ibu, sebaliknya sangat
membahayakan janin. Tali pusat menumbung, dimana ketuban sudah pecah dan tali pusat
berada di bawah bagian janin, keadaan tersebut membuat tali pusat dapat terkena antara bagian
terendah janin dan dinding panggul yang akhirnya menimbulkan asfiksia pada janin. Bahaya
terbesar adalah pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat menjepit antara
bagian terendah janin dengan jalan lahir sehingga mengakibatkan gangguan oksigenasi janin.
Pada tali pusat terkemuka, sebelum ketuban pecah,ancaman terhadap janin tidak seberapa
besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar (Winkjosastro, 2007).
Pada kasus ini, beberapa jam setelah terjadinya pelepasan air yang menandakan ketuban telah
pecah, awalnya denyut jantung janin masih dapat terdeteksi dan kemudian sudah tidak terdapat
terdeteksi. Kematian janin (Intra Uterine Fetal Death / IUFD) pada pasien ini diakibatkan oleh
asfiksia pada janin yang telah dijelaskan pada teori di atas.

Pada pasien ini G4P2A1, tergolong

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali
(Prawirohardjo, 2009).
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa kali
(Manuaba, 2008).
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006).
AFI adalah jumlah dari kantung amnion vertikal maksimum dalam cm pada
masing-masing empat kuadran uterus. AFI normal pada usia kehamilan lebih dari 20
minggu : 5 20 cm

Komplikasi

1. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga
terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari
tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi
selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan bahaya yang
serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama(Chuningham dkk, 2005).
2. Pada janin
a. Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 x / hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan(jika bayi lahir dengan letak
kepala).
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan ketrampilan motorik
(kemmpuan untuk bergerak dalam cara yang terkoordinasidan terarah)akibat dari rusaknya
otak karena trauma lahir atau patologi intrauterin (Chuningham dkk, 2005).

Penanganan
Upaya upaya sebelum tindakan pengakhiran kehamilan segera,sebagai berikut:
1. Memposisikan ibu untuk menungging atau posisi tredelenbrug untuk mengurangi tekanan
pada tali pusat.
2. Mendorong bagian terendah janin kearah kranial untuk mengurangi tekanan pada tali pusat.
3. Memantau terus denyut jantung dan pulsai tali pusat
4. Resusitasi intrauterine melalui oksigenasi pada ibu
Penanganan tali pusat menurut lokasi/tingkat pelayanan
1. Polindes:
a. Lakukan VT jika ketuban sudah pecah dan bagian terbawah janin belum turun.
b. Jika teraba tali pusat, pastikan tali pusat masih berdenyut atau dengan meletakkan tali pusat
diantara dua jari.
c. Lakukan resposisi tali pusat. Jika berhasil usahakan bagian terbawah janin memasuki bagian
rongga panggul dengan menekan fundus uteri dan usahakan dengan segera persalinan
pervaginam.
d. Suntikkan terbulatin 0,25 mg subkutan.
e. Dorong keatas bagian terbawah janin dan segera rujuk ke puskesmas atau langsung ke rumah
sakit.

Tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup :


a. Beri oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau kanula nasal
b. Posisi ibu trendelenburg
c. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera
d. Jika ibu pada persalinan kala I, ada dua pilihan yaitu reposisi tali pusat atau seksio sesarea
e. Dengan sarung tangan desinfektan tingkat tinggi (dtt) masukkan tangan dalam vagina dan
bagian terendah janin segera didorong keatas sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurang
f. Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan evaluasi keberhasilan reposisi
g. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas rongga panggul, keluarkan
tangan dari vagina. Letakkan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukan seksio sesarea
h. Jika reposisi tidak berhasil dorong bagian terdepan keatsas agar tali pusat tidak tertekan dan
letakkan ibu dalam posisi tredelenburg atau exaggerated sims position dengan menaruh bantal
di bawah perut / pinggul dan segera bawa ke rumah sakit untuk di section sesarea dengan tangan
tetap dipertahankan didalam vagina sampai bayi lahir
i. Jika tersedia, berikan tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan
untuk mengurangi kontraksi rahim
j. Segera lakukan seksio sesarea

Jika ibu pada persalinan kala II :


a. Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ekstrasi vakum atau ekstrasi cunam
/ forsep dengan episiotomi
b. Jika presentasi bokong / sungsang lakukan ekstrasi bokong atau kaki dan gunakan forcep piper
atau panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul
c. Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea.
d. Siapkan segera resusitasi neonatus.
Tali Pusat Tak Berdenyut
Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak
merupakan tindakan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu.
Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung
spontan pervaginam.

2. Pukesmas:
a. Penanganan sama seperti diatas
b. Jika persalinan pervaginam tidak mungkin dilaksanakan segera rujuk kerumah sakit.
3. Rumah Sakit:
a. Lakukan evaluasi/penanganan seperti diatas
b. Jika persalinan pervaginam tidak mungkin terjadi segera lakukan SC. (Winkjosastro, 2007).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin di
dalam jalan lahir setelah ketubah pecah (Saifuddin, 2008).
Prolaps tali pusat dibagi menjadi:
a. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli)
b. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka)
c. Occult prolapse

2. Etiologi
a. Etiologi fetal
1) Prematuritas
2) Gemeli
3) Polihidramnion
b. Etiologi Maternal
1) Disproporsi kepala panggul.
2) Bagian terendah yang tinggi
3. Gambaran klinik
Masalah utama yang terjadi pada tali pusat dan keduanya akan menyebabkan terhentinya aliran
darah pada tali pusat dan kematian janin adalah :
a. Tali pusat terjepit antara bagian terendah janin dengan panggul ibu.
b. Spasme pembuluh darah tali pusat akibat suhu dingin diluar tubuh ibu.
Komplikasi
a. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga
terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin.
b. Pada janin
Gawat janin
Cerebral palsy
4. Penatalaksanaan
Tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup :
a. Beri oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau kanula nasal
b. Posisi ibu trendelenburg
c. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera
d. Jika ibu pada persalinan kala I, ada dua pilihan yaitu reposisi tali pusat atau seksio sesarea
e. Dengan sarung tangan desinfektan tingkat tinggi (dtt) masukkan tangan dalam vagina dan
bagian terendah janin segera didorong keatas sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurang
f. Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan evaluasi keberhasilan reposisi
g. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas rongga panggul, keluarkan
tangan dari vagina. Letakkan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukan seksio sesarea
h. Jika reposisi tidak berhasil dorong bagian terdepan keatsas agar tali pusat tidak tertekan dan
letakkan ibu dalam posisi tredelenburg atau exaggerated sims position dengan menaruh bantal
di bawah perut / pinggul dan segera bawa ke rumah sakit untuk di section sesarea dengan tangan
tetap dipertahankan didalam vagina sampai bayi lahir
i. Jika tersedia, berikan tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan
untuk mengurangi kontraksi rahim
j. Segera lakukan seksio sesarea
Jika ibu pada persalinan kala II :
a. Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ekstrasi vakum atau ekstrasi cunam
/ forsep dengan episiotomi
b. Jika presentasi bokong / sungsang lakukan ekstrasi bokong atau kaki dan gunakan forcep piper
atau panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul
c. Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea.
d. Siapkan segera resusitasi neonatus.

Tali Pusat Tak Berdenyut


Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak
merupakan tindakan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu.
Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung
spontan pervaginam.

B. Saran
Sebagai bidan kita harus tanggap dengan keadaan dan segera merujuk bila ditemui keadaan
yang demikian agar AKI dan AKB dapat dikendalikan.

Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBBSP

Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:YBBSP

Anda mungkin juga menyukai