Anda di halaman 1dari 31

SITI

(1402450071)

NAMA ANGGOTA :
IMROATULLAYINA

ELLSA SOSPA CITRA SARI

(1402450072)

Ketuban pecah dini atau spontaneosus/early/premature

ruptur of the membrane (PROM) adalah pecahnya


ketuban sebelum inpartu, yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari
5 cm pada usia kehamilan > 37 minggu.
Ketuban

Rupture

pecah
of

dini

preterm

(Preterm

Premature

Membranes/PPROM)adalah

pecahnya

ketuban (ROM) sebelum kehamilan 37 minggu.


(Norma,2013)

Penyebab KPD dan KPP menurut

Gery Morgan tahun 2009, yaitu :

Persalinan prematur
Korioamnionitis terjadi 2 kali

sebanyak KPD
Malposisi atau malpersentasi
janin
Faktor yang mengakibatkan
kerusakan serviks
Pemakaian alat-alat pada
serviks sebelumnya
(misalnya : aborsi teraupetik,
LEEP, dan sebagainya)
Peningkatkan paritas yang
memungkinkan kerusakan
serviks selama persalinan
sebelumnya
Inkompetensi serviks
Riwayat KPD sebelumnya

Faktor-faktor yang

berhubungan dengan
berat badan ibu
Kelebihan berat badan
sebelum kehamilan
Penambahan berat
badan yang sedikit
selama kehamilan
Merokok selama
kehamilan
Usia ibu yang lebih tua
mungkin menyebabkan
ketuban kurang kuat
daripada ibu muda
Riwayat hubungan
seksual baru-baru ini
Trauma

Pada kondisi yang normal kolagen terdapat

pada lapisan kompakta amnion, fibroblast,


jaringan retikuler korion dan trofoblast, sintesis
maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol
oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1
(Il-1) dan prostaglandin,
Tetapi karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi
peningkatan aktifitas Il-1 dan prostaglandin
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga
terjadi dipolimerasi kolagen pada selaput
korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis,
lemah dan mudah pecah spontan sehingga
terjadi ketuban pecah dini cukup bulan maupun
kurang bulan (Maria,2009).

Diagnosa KPD dan KPP ditegakkan dengan cara


:
Anamnesa
Inspeksi
Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dalam
Gejala chorioamnionitis
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Tes lakmus (tes nitrazin),
Mikroskopik (tes pakis),
Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Prognosis ibu
Infeksi intrapartal/dalam persalinan.
Infeksi peurperalis/masa nifas
Partus lama/ dry labour
Perdarahan postpartum
Meningkatkan tindakan operatif obstetri
Morbiditas dan mortilitas maternal

Prognosis janin
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan
prematur di antaranya adalah respiratory distress
syndrome, hipotermia, gangguan makan neonatus,
retinophaty of prematurity, perdarahan
intraventikuler, necrotizing enterocolitis, gangguan
otak (risiko cerebral palsy), hiperbilirubinemia,
anemia, sepsis.
Penurunan tali pusat
Hipoksia dan asfiksia sekunder
Skor APGAR rendah
Sindrom deformitas janin
hipoplasia paru
Morbiditas dan mortalitas perinatal

Komplikasi pada KPD antara lain dapat

menyebabkan infeksi intrapartum


(korioamnionitis) ascendens dari vagina ke
intrauterin, persalinan preterm, jika terjadi pada
usia kehamilan preterm, komplikasi pada ibu
mencakup peningkatan kejadian persalinan melalui
bedah caesar (akibat malpresentasi, prolaps tali
pusat), infeksi intramnion (15-30%) dan
endometritis pasca persalinan, gawat janin dan
kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada
presentasi bokong atau letak lintang),
oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry
labour) karena air ketuban habis (Ai Yeyeh, 2010).

Komplikasi yang sering terjadi pada KPP adalah

sindrom distress pernafassan (RDS = Respiratory


Distress Syndrome), yang terjadi pada 10 40%
bayi baru lahir. Risiko kecacatan dan kematian
janin meningkat pada KPP. Semua ibu hamil
dengan KPD preterm (KPP) sebaiknya dievaluasi
untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis
(radang pada korion dan amnion). Hipoplasi paru
merupakan komplikasi fatal yang terjadi.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD
preterm (KPP) ini terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 23 minggu (Taufan,2010).

KONSEP MANAJEMEN
KEBIDANAN
Hari/tanggal : untuk mengetahui kapan klien diberikan

asuhan.
Jam : untuk mengetahui waktu klien diberikan asuhan.
Tempat
: untuk mengetahui tempat klien diberikan
asuhan.
Data Subjektif
1. Biodata
a. Nama Ibu dan Suami
b. *Umur
Pada usia > 35 tahun merupakan faktor risiko
Usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban
kurang kuat daripada ibu muda (Geri Morgan,2009).
c. Agama
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
f. Penghasilan
g. Alamat

2.
3.

Alasan Datang
*Keluhan Utama
Untuk mengetahui apakah yang mendorong
klien atau pasien datang kepetugas
kesehatan
Hubunganya dengan kasus ketuban pecah
dini adalah kapan ketubannya pecah, jumlah
cairan ketuban yang dikeluarkan, bau cairan,
adanya perdarahan disertai nyeri perut atau
tidak yang mengindikasikan solutio plasenta
dan umur kehamilan (Abdul Bari,2014).

4. *Riwayat Kesehatan yang lalu


Dalam kasus KPD yang perlu dikaji lebih jauh adalah

adanya riwayat penyakit infeksi pada alat reproduksi


dan organ-organ disekitarnya karena infeksi pada
daerah tersebut dapat menyebabkan hiperchotilitas
Rahim pada saat kehamilan yang dapat
menyebabkan ketuban pecah dini (Rustam
Muchar,1998).

Riwayat infeksi saluran kemih


Hipertensi
Diabetes militus
Kelainan jantung
Mioma (Manuaba,2008)

5. Riwayat Kesehatan Sekarang


6. Riwayat Kesehatan Keluarga

7. *Riwayat Kehamilan,
Persalinan dan Nifas
yang Lalu
Pada kasus KPD dan
KPP yang perlu dikaji
lebih jauh adalah
jumlah anak,
mengingat pasien
multiparitas
mempunyai resiko
lebih besar untuk
mengalami KPD,
riwayat KPD
sebelumnya,
persalinan prematur
(Geri Morgan, 2009).

8. *Riwayat Menstruasi
Menarche
Siklus
Lama
Jumlahnya
Warna
Keluhan
*HPHT

:
untuk
mengetahui
umur
kehamilan dan taksiran
persalinan.
Untuk
mengetahui
penatalaksanaan yang
tepat berdasarkan umur
kehamilan
(Fadlun,
2012).

Lanjutan . . . .

Lanjutan . . . .

9.

Riwayat Perkawinan

b)

PolaIstirahat

10.

*Riwayat Kehamilan Sekarang

c)

Pola Eliminasi

a)

Hamil ke berapa, ANC, Imunisasi


TT , HPL, Pemberian tablet Fe

d)

b)

Adanya trauma

c)

Malpresentasi janin

d)

Preeklamsi dan Kehamilan multipel

*Pola
Aktivitas
:
untuk
mengetahui
berat
tugasnya
aktivitas selain itu kebiasaan
merokok, minum alcohol juga
menyebabkan
terjadinya
KPD
(Geri Morgan, 2009).

e)

Polihidramnion

e)

f)

Solutio placenta atau plasenta


preavia(Geri Morgan, 2009)

11.

Riwayat Kontrasepsi

12.

*Kebiasaan Sehari hari

13.

*Pola Nutrisi : untuk mengetahui


kecukupan gizi ibu, menurut Walles
pada tahun 2009 vit. C merupakan
salah satu penunjang pertumbuhan
dan perbaikan jaringan di selurh
tubuh, karena vit. C membantu
pembentukan kolagen.

*Riwayat Seksual : yang perlu


dikaji adalah kapan terakhir ibu
melakukan hubungan seksual
karena ketuban pecah dini dapat
diakibatkan oleh karena ibu post
coitus yang menyebabkan ibu
terluka pada kantung ketuban,
sehingga ketuban pecah sebelum
waktunya.

13. Riwayat

Psikologis

1. Pemeriksaan umum

Untuk menentukan keadaan fisik pasien atau klien, pemeriksaan fisik


meliputi:
a) *Kesadaran : Untuk mengetahui kondisi ibu secara umum,
normalnya kesadaran composmentis.
b) *Keadaan Umum : Untuk mengetahui kondisi ibu secara umum,
untuk pasien KPD keadaan umum baik kecuali jika sudah terjadi
infeksi.
c) *Tekanan Darah : Untuk mengetahui kondisi tekanan darah ibu
normalnya 120/80 mmhg. Karena mengukur tekanan darah
merupaka data focus untuk mengetahui kejadian terkena eklamsi
yang bisa menyebabkan KPD.
d) Denyut Nadi
e) Pernafasan
f) *Suhu : Untu deteksi dini adanya gangguan taermorealator

di hypothalamus (normalnya 36-37,5 C) salah satu


komplikasi KPD pada saat persalinan terjadi infeksi intra
partum, adanya peningkatan suhu pada ibu sebagai salah
satu tanda terjadi infeksi.
g) Berat badan
h) Lila

2. Pemeriksaan fisk, meliputi:


a) Inspeksi
Kepala
Muka
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Dada
Payudara
Perut
*Genetalia : pengeluaran air ketuban, baunya, ada tidaknya

lendir bercampur darah yang mengindikasikan tanda inpartu


(Abdul Bari,2014). . Adakah condiloma acuminate atau
condiloma talate, oedem di daerah vulva dan adanya luka atau
tidak yang berhubungan dengan infeksi. Karena infeksi juga
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya KPD baik aterm
maupun preterm (Geri Morgan, 2009).
Anus
Ekstremitas

b)

Palpasi

Leher

Payudara

Leopold I : Untuk menentukan usia kehamilan dan bagian janin yang


terdapat di daerah fundus uteri. Bila terasa keras, bulat, melenting,
berarti kepala, bila terasa lebih lunak tidak begitu bulat dan tidak
melenting berarti bokong.

Leopold II : Untuk menentukan letak punggung janin (pada letak


membujur) dan kepala janin (letak melintang)

Leopold III : Untuk menentukan terendah janin yang berada di bagian


bawah.

Leopold IV : Untuk mengetahui apakah bagian mengetahui apakah


bagian terendah janin dan sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau
belum (FK. UNPAD Bandung, 1998).

Pengukuran tinggi fundus uteri/TFU menurut Mc. Donald : Untuk


mengetahui TFU dalam cm dikaitkan dengan tafsiran berat janin (TBJ).

Palpasi untuk mengetahui adanya kelainan letak janin karena kelainan


letak dapat meningkatkan ketegangan selaput ketuban dan menjadi
salah satu penyebab KPD baik PROM maupun PPROM (Manuaba,
2010).

c)*Auskultasi

Untuk menentukan denyut jantung janin


(DJJ), frekuensi dan keteraturannya serta
untuk mengetahui terjadinya fetal distress.
Normalnya 120-160 x/menit (FK, UNPAD
Bandung,1998).
d)Perkusi

3.

*Pemeriksaan Dalam
Untuk mengetahui pembukaan, efficement,
ketuban, molage, denominator dan
penurunan bagian terendah janin.
VT alasan untuk mengetahui kemajuan
persalinan dengan melakukan
pemeriksaan secara langsung pada jalan
lahir.
Tetapi menurut Abdul Bari tahun 2014,
pemeriksaan dalam tidak diperbolehkan
karena tidak membantu diagnosis dan
dapat mengundang infeksi.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang


menunjang dalam menegakkan diagnose, antara lain :
Hb
Lakmus Air ketuban
Air kemih (urine)
Golongan darah
Mikroskopik (tes pakis)
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dimaksudkan untuk
melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri.
Pemeriksaan penunjang ini dilakukan apabila waktu
memungkinkan

Diagnosa Aktual KPD


Dx : Ny: .. G: ..... P: .... A: .... UK: ... minggu, janin tunggal/ ganda, hidup/
mati, intrauterin/ ekstrauterin, presentasi kepala/ bokong/ kaki, letak
memanjang/ melintang, inpartu dengan KPD atau KPP.

Ds :Diperoleh dari keterangan dan keluhan ibu langsung.


Ibu mengatakan hamil ke ,belum pernah keguguran dan HPHT
tanggal
Ibu mengatakan merasa cemas karena mengeluarkan cairan dari vagina
dan belum merasa mules
Do :
Keluar air ketuban sejak pukul .
Belum keluar lendir darah .
Pembukaan .cm
HPL tanggal .
Masalah : Sesuatu yang mengganggu kenyamanan dari klien. Masalah
yang sering muncul secara teori pada KPD adalah masalah psikologis
yang berupa kecemasan terhadap persalinan yang dihadapi saat ini,
kurangnya pengetahuan dan informasi tentang ketuban pecah dini.

Diagnosa dan masalah Potensial


Diagnosa yang mungkin muncul pada KPD :
Pada Ibu
Infeksi intra partum
Partus Lama
Partus Preterm
Prolaps tali pusat
Distosia atau partus kering
Pada Janin
IUFD
Asfiksia
Hiperbilirubinemia
IUGR

Diagnosa potensial ini lebih sering terjadi pada


KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu (KPP)
dan mencapai hampir 100 % apabila KPD
preterm terjadi pada usia kehamilan kurang
dari 23 minggu (Nita Norma, 2013).
Diagnosa potensial KPP lebih ditekankan pada :
Ibu

Korioamnionitis
Prolaps tali pusat

Janin

Sindrom Distress Pernafassan (RDS = Respiratory


Distress Syndrome)
Kecacatan dan kematian janin
Hipoplasia paru

Penatalaksanaan KPD
Mandiri
Menjelaskan pada ibu dan keluarga

tentang kondisi ibu


Memperbaiki KU, dengan cara :
Memberikan cairan infuse intravena
RL/NaCl jika terdapat perdarahan
hebat
Melakukan informed consent atas
tindakan yang akan dilakukan
Memantau Detak Jantung Janin
Nilai tanda tanda infeksi intrauterin.

Kolaborasi :
Melakukan kolaborasi dengan dokter spOG dalam pemberian
antibiotik
Jika tidak terjadi infeksi dan kehamilan > 37 minggu (KPD Aterm):
Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis

untuk mengurangi risiko infeksi streptokokus grup B :


Ampisilin 2 g I.V setiap 6 jam
Atau penisilin G 2 juta unit I.V setiap 6 jam setelah persalinan
Jika tidak ada infeksi pascapersalinan : hentikan antibiotik
Nilai serviks untuk dilakukan induksi persalinan

Jika serviks sudah matang dengan bishop skore > 5, lakukan


induksi persalinan dengan oksitosin
Jika serviks belum matang dengan bishop skore < 5, maka
dilakukan pematangan serviks dengan prostaglandin dan
infus oksitosin.

Rujukan
Bila pasien mengalami komplikasi sehingga tidak
dapat ditangani oleh bidan maka harus segera
dirujuk untuk dilakukan sectio caesaria seperti
kelainan letak janin, terjadi kegawatdaruratan
janin, partus lama dan jika induksi persalinan
gagal (Nita Norma, 2013).

Penatalaksanaan KPP
Mandiri :
Menjelaskan pada ibu dan keluarga

tentang kondisi ibu


Memperbaiki KU, dengan cara :
Memberikan cairan infuse intravena
RL/NaCl jika terdapat perdarahan hebat
Melakukan informed consent atas tindakan
yang akan dilakukan
Memantau Detak Jantung Janin
Nilai tanda tanda infeksi intrauterin.
Tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam
untuk mencegah terjadinya infeksi

Rujukan
Dirawat di rumah sakit
Ditidurkan dalam posisi trendelenberg
Kolaborasi :
Melakukan kolaborasi dengan dokter spOG dalam
pemberian antibiotik
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu (KPP) :
Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan
janin
Ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari ditambah
eritomisin250 mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari.
Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki
kematangan paru janin : betametason 12 mg I.M dalam 2
dosis setiap 12 jam atau dexametason 6 mg I.M dalam 4
dosis setiap 6 jam
Catatan : jangan berikan kortikosteroid jika terjadi infeksi

Evaluasi
Evaluasi adalah suatu tindakan yang saling
berhubungan untuk mengukur pelaksanaan
(intervensi) yang didasarkan pada tujuan dan
kriteria guna mengevaluasi, dan menilai
kemampuan dalam asuhan kebidanan sebagai
umpan balik untuk memperbaiki langsung asuhan
kebidanan dan evaluasi menggunakan format
SOAP.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai