Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Persalinan


1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal merupakan
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Nurul Jannah,
2014:1)
Menurut Sarwono (2008) persalinan adalah proses membuka dan
meipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah
proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Jenny
J.S., 2013:2)
Persalinan normal WHO adalah persalinan dimulai secara spontan
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepala pada
usia kehamilan antara 37 minggu hingga 42 minggu lengkap. (Elisabeth,
2014: 2)
2. Macam-macam persalinan
a. Menurut definisi/cara persalinan:
1) Persalinan normal/spontan
Pada persalinan ini, proses kelahiran bayi pada letak belakang kepala
(LBK) dengan tenaga ibu sendiri berlangsung tanpa bantuan alat serta
tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.
2) Persalinan abnormal/buatan
Persalinan pervaginam dengan mengunakan batnuan alat, sepert
ekstraksi dengan forseps atau vakum atau melalui dinding perut
dengan operasi sectio caesarea atau SC.
3) Persalinan anjuran
Persalinan tersebut tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru
berlangsung

setelah

dilakukan

perangsangan,

seperti

dengan

pemecahan ketuban dan pemberian prostaglandin.


b. Menurut umur kehamilan dan berat badan yang dilahirkan sebagai
berikut:

1) Abortus
Penghentian dan pengeluaran hasil konsepsi dari jalan lahir sebelum
mampu hidup di luar kandungan. Usia kehamilan biasanya mencapai
kurang dari 28 minggu dan berat janin kurang dari 1000 gram.
2) Partus prematurus
Pengeluaran hasil konsepsi baik secara spontan atau buatan sebelum
usia kehamilan 28 - 36 minggu dengan berat janin kurang dari 2.499
gram.
3) Partus maturus atau aterm (cukup bulan)
Pengeluaran hasil konsepsi yang spontan ataupun buatan antara usia
kehamilan 37 42 minggu dengan berat janin lebih dari 2.500 gram.
4) Partus postmaturus (serotinus)
Pengeluaran hasil konsepsi yang spontan ataupun buatan melebihi
usia kehamilan 42 minggu dan tampak tanda-tanda janin postmatur.
(Nurul Jannah, 2014:2-3)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Jenny J.S Sondakh (2013:4-5) faktor yang mempenagurhi
persalinan adalah sebagai berikut:
a. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras dan jalan lahir lunak.
Hall-hal yang perlu diperhatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan
bentuk tulang panggul; sedangkan yang perlu diperhatikan pada jalan
lahir lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks,
otot dasar panggul, vagina, dan introitus vagina.
b. Power (His dan Mengejan)
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua, yaitu:
1) Kekuatan primer (kontraksi involunter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus yang menebal dan
dihantarkan ke uterus bawah dalam bentuk gelombang. Istilah yang
digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter ini antara lain
frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi. Kekuatan primer ini
mengakibatkan serviks menipis (effacement) dan berdilatasi sehingga
janin turun.
2) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Pada kekuatan ini, otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi
dan mendorong keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan
tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus pada semua sisi
dan menambah kekuatan dalam mendorong keluar. Kekuatan
sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi
serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam usaha untuk
mendorong keluar dari uterus dan vagina.

c. Passenger (Penumpang)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan plasenta. Hal-hal yang
perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran kepala janin, presentasi,
letak, sikap, dan posisi janin; sedangkan yang perlu diperhatikan pada
plasenta adalah letak, besar dan luasnya.
d. Posisi
Posisi ibu dapat mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan untuk menghilangkan
rasa letih, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
(contoh: posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok) memberi sejumlah
keuntungan, salah satunya adalah memungkinkan gaya gravitasi
membantu penurunan janin. Selain itu, posisi ini dianggap dapat
mengurangi kejadian penekanan tali pusat.
e. Respons psikologis
Respons psikologi ibu dapat dipengatuhi oleh:
1) Dukungan ayah bayi/pasangan selama proses persalinan
2) Dukungan kakek-nenek (saudara dekat) selama persalinan
3) Saudara kandung bayi selama persalinan

4. Sebab - Sebab Mulainya Persalinan


Menurut Sumarah (2009) terjadinya persalinan belum dapat diketahui
dengan pasti. Besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama
sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor. Teori kemungkinan
terjadinya persalinan, antara lain:
a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat mulai. Keadaan uterus membesar dan menjadi tegang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini mungkin merupakan
faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta
mengalami degenerasi. Pada kehamilan ganda seringkali terjadi kontraksi
setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
b. Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan
dan produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim

lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi


setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Oksitosin Internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis par posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya
konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai.
d. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu,
yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil
dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan.
Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
e. Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi
keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini
dikemukakan oleh Linggin (1973). Malpar tahun 1993 mengangkat otak
kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci menjakdi lebih lama.
Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,
induksi persalinan. Dari beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada
hubungan antara hipotalamus-pitutari dengan mulainya persalinan.
Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
f. Teori Berkurangnya Nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakakn oleh Hipokrates untuk
pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi
akan segera dikeluarkan.
g. Faktor Lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak
dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus
dapat dibangkitkan.
5. Tanda-tanda Inpartu
Tanda in-partu menurut Manuaba (2008), yaitu :
a. Rasa sakit karena adanya his yang datang lebih kuat,
sering dan teratur.
b. Keluar bercampur

darah

yang

lebih

banyak

karena

robekan-robekan kecil pada serviks.


c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam terdapat perubahan serviks yaitu
: pelunakan serviks, pendataran serviks dan terjadinya
pembukaan serviks.

6. Tahapan Persalinan

Menurut Jenny J.S (2013) tahapan dari persalinan terdiri atas kala I (kala
pembukaan), kala II (kala pengeluaran janin), kala III (pelepasan plsenta),
dan kala IV (kala pengawasan/observasi/pemulihan).
a. Kala I (Kala Pembukaan)
Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan nol) sampai
pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu:
1) Fase Laten: berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3
cm.
2) Fase Aktif: berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm
sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase:
a) Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4
cm.
b) Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2
jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Proses diatas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada
multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada
primigravida, kala I berlangsung 12 jam, sedangkan pada multigravida
8 jam.
Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1
cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan
perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkiran.
b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut:
1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50
samapi 100 detik.
2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser.
4) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 - 2 jam dan multigravida 1,5
- 1 jam.
c. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya plasenta dapat
diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda dibawah ini:
1) Uterus menjadi bundar.

2) Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah


rahim.
3) Tali pusat bertambah panjang.
4) Terjadi semburan darah tiba-tiba.
Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik dorsokranial.
Pengeluaran selaput ketuban. Selaput janin biasanya lahir dengan mudah,
namun kadang-kadang masih ada bagian plasenta yang tertinggal. Bagian
tertinggal tersebut dikeluarkan dengan cara:
1)
2)
3)
4)

Menarik pelan-pelan.
Memutar atau memilinnya seperti tali.
Memutar pada klem.
Manual atau digital.
Pengeluaran dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah

dilahirkan. Apakah setiap bagian plasenta lengkap atau tidak lengkap.


Bagian plasenta yang diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada
normalnya memiliki 6-20 kotiledon, permukaan fetal, dan apakah terdapat
tanda-tanda plasenta suksenturia. Jika plasenta tidak lengkap, maka
disebut ada sisa plasenta. Keadaan ini dapat menyebabkan perdarahan
yang banyak dan infeksi.
Kala III terdiri dari dua fase, yaitu:
1) Fase Pelepasan Plasenta
Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain:
a) Schultze
Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung. Cara ini
merupakan cara yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang
lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah, lalau terjadi
retroplasental hematoma yang menolak plasenta mula-mula
bagian

tengah,

kemudian

seluruhnya.

Menurut

cara

ini,

perdarahan biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan


berjumlah banyak setelah plasenta lahir.
b) Duncan
Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta
mulai dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput
ketuban. Pengeluarannya juga juga serempak dari tengah dan
pinggir plasenta.
2) Fase Pengeluaran Plasenta
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta dalah:
a) Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas simfisis, tali


pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas.
Jika diam atau maju berarti sudah lepas.
b) Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali
berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas. (Cara ini tidak
digunakan lagi).
c) Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti sudah
lepas. Tanda-tanda pelepasan plasenta telah lepas adalah rahim
menonjol diatas simfisis, tali pusat bertabah panjang, rahim
bundar dan keras, serta keluar darah secara tiba-tiba.
d. Kala IV (Kala Pengawasan/Observasi/Pemulihan)
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum.
Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah
yang keluar selam perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan
darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan
plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah
perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc.
Jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dianggap abnormal,
dengan demikian harus dicari penyebabnya. Penting untuk diingat: jangan
meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta lahir.
Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang
terlebih dulu dan perhatikanlah 7 pokok penting berikut:
Kontraksi rahim: baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan
palpasi. Jika perlu lakukan masase dan berikan uterotanika, seperti
methergin, atau ermetrin dan oksitosin.
a. Perdarahan: ada atau tidak, banyak atau biasa.
b. Kandung kemih: harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih
dan kalau tidak bisa, lakukan kateter.
c. Luka-luka: jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
d. Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.
e. Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah
lain.
f. Bayi dalam keadaan membaik.

7. Penatalaksanaan/Asuhan Kebidanan
a. Kala I
1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan
a) Berilah dukungan dan yakinkan dirinya
b) Berilah informasi mengenai proses kemajuan persalinannya
c) Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap
persaaannya.
2) Jika ibu tersebut tampak gelisah, dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan
a) Lakukan perubahan posisi
b) Posisi sesuai dengan keinginan, tetapi jika ibu ditempat tidur
sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri
c) Sarankan ia untuk berjalan-jalan
d) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk
memijat atau menggosok punggungnya
e) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas

sesuai

dengan

kesanggupannya
f) Ajarkan kepada ibu teknik bernafas
3) Menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilakukan dan hasil pemeriksaan
5) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah BAK atau BAB
6) Ibu bersalinan biasanya merasa panas, atasi dengan cara:
a) Gunakan kipas angin atau AC
b) Menggunakan kipas biasa
c) Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya
7) Berikan cukup minum untuk mencegah dehidrasi
8) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
9) Pemantauan pada kala I
Parameter
Tekanan Darah
Suhu Badan
DJJ
Kontraksi
Pembukaan

Fase Laten
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Setiap 1 jam
Setiap 1 jam
Setiap 4 jam

Fase Aktif
Setiap 4 jam
Setiap 2 jam
Setiap 30 menit
Setiap 30 menit
Setiap 4 jam

Serviks
Penurunan
Nadi

Setiap 4 jam
Setiap 30-60 menit

Setiap 4 jam
Setiap 30-60 menit

b. Kala II
1) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu:
a) Mendampingi agar ibu merasa nyaman
b) Menawarkan minum, mengipasi, memijat
2) Menjaga kebersihan diri
a) Agar terhindar dari infeksi

b) Jika ada darah, lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan


3) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
4) Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat dipilih
posisi berikut:
a) Jongkok
b) Menungging
c) Tidur miring
d) Setengah duduk
5) Menjaga kandung kemih tetap kosong
6) Memberikan cukup minum = memberi tenaga dan mencegah
dehidrasi
c. Kala III
1) Memberikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang
juga mempercepat pelepasan plasenta
a) Oksitosin dapat diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi
b) Jika oksitosin tidak tersedia, rangsang puting susu payudara
ibu/susukan bayi untuk menghasilkan oksitosin alamiah dan beri
ergometrin 0,2 mg IM
2) Lakukan PTT saat dan selama uterus berkontraksi
3) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan tangan/klem pada tali pusat
mendekati plasenta. Kedua tangan dapat memegang plasenta searah
jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban
4) Segera setelah plasenta lahir dan selaput dikeluarkan, masase fundus
uteri agar menimbulkan kontraksi
d. Kala IV
1) Periksa fundus uteri tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 20-30
menit selama jam kedua
2) Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15
menit pada jam kedua.
3) Anjurkan ibu untuk banyak minum untuk mencegah dehidrasi
4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaiannya yang bersih dan
kering
5) Biarkan ibu beristirahat, bantu ibu pada posisi yang nyaman
6) Biarkan bayi berada di dekat ibu untuk Bounding Attachment
7) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah setelah persalinan
8) Pastikan ibu sudah BAK dalam 3 jam postpartum
9) Ajari ibu dan keluarganya tentang:
a) Bagaimana pemeriksaan fundus dan merangsang kontraksi
b) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
B. Konsep Dasar Letak Sungsang
1. Pengertian
Menurut Jenny JS (2013) Letak sungsang merupakan letak janin yang
memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi
bokong).

Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi


merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri) (Marmi,2012). Menurut Marmi (2012) terdapat 3
tipe letak sungsang, yaitu:
a. Presentasi bokong murni (frank breech, 50-70%)
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki
terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala
janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba
bokong.
b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech, 5-10%)
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba
kaki.
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete
or footling, 10-30%)
Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di
samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada
presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada kehamilan muda dibanding
kehamilan tua dan multigravida lebih banyak dibandingkan dengan
primigravida.
2. Penyebab
Menurut Marmi (2012) faktor predisposisi dari letak sungsang adalah:
a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong
b. Air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar
c. Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas
panggul.
d. Kelainan bentuk kepala: hidrocepalus, anenchepalus, karena kepala
kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul
e. Fiksasi kepala pada pintu atas panggul tidak baik atau tidak ada, misalnya
pada panggul sempit, hidrosefalus, plasenta previa, tumor-tumro pelvis
f.
g.
h.
i.
j.

dll.
Janin mudah bergerak seperti pada hidraamnion, multipara
Gemeli (kehamilan ganda)
Kelainan uterus, seperti uterus arkuatus; bikornis, mioma uteri
Janin sudah lama mati
Sebab yang tidak diketahui

3. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus tergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan

janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan


diri dalam presentasi kepala, letak sungsang dan letak lintang. Pada
kehamilan triwulan terkahir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat
lebih besar dari pada kepala janin, maka bokong dipaksa untuk menempati
ruang yang lebih leluasa di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam
ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan cukup bulan, frekuensi letak sungsang
lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagaian besar
ditemukan dalam presentasi kepala.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Wiknjosastro (2005), tanda dan gejala :
a. Seringkali ibu merasa kehamilannya terasa penuh di bagian atas.
b. Ibu merasa gerakan janin terasa lebih banyak pada bagian bawah.
c. Pada pemeriksaan palpasi :
1) Fundus uteri dapat diraba bagian yang keras, bulat dan melenting
yakni kepala.
2) Bagian bawah terasa bagian yang lunak, tidak rata dan tidak
melenting yaitu bokong
d. Pada pemeriksaan auskultasi
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit
lebih tinggi daripada umbilikus.
e. Apabila masih ada keragu-raguan harus dipertimbangkan untuk
melakukan pemeriksaan USG.
5. Diagnosis
a. Palpasi

: pemeriksaan leopold di bagian bawah teraba bagian yang

kurang keras dan kurang bundar (bokong), sementara di fundus teraba


bagian yang keras, bundar dan melenting (kepala), dan punggung teraba
di kiri atau kanan.
b. Auskultasi: DJJ (denyut jantung janin) paling jelas terdengar pada tempat
yang lebih tinggi dari pusat
c. Pemeriksaan foto rontgen, USG, dan foto sinar X: bayangan kepala di
fundus.
d. Pemeriksaan dalam: dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus ,
kadang kadang kaki (pada letak kaki). Bedakan antara:

1)
2)
3)
4)

Lubang kecil
Tulang (-)
Isap (-)
Mekoneum (+)

}
}}
}
}

5) Tumit
6) Sudut 90 derajat
7) Rata jari-jari
8) Petella lutut
9) Poplitea
10) Mengisap
11) Rahang
12) Lidah
13) Jari panjang
14) Tidak rata
15) Patella (-)

Anus

Kaki

Lutut

Mulut

Tangan
siku

6. Penatalaksanaan
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk
menilai lebih tepat apakah persalinan sungsang dapat dilahirkan per vaginam
atau per abdominal.
No.

Keterangan

1
1
2

Paritas
Umur Kehamilan
Tafsiran Berat Janin

4
5

0
Nulipara
>39 minggu
>3630 gram

Pernah

Letak Tidak

Sungsang

(2500

gram)
Pembukaan Serviks
Station

<2 cm
<-3

Nilai
1
Multipara
38 minggu
3629-3176

37 minggu
<3176 gram

gram
1 kali

>2 kali

3 cm
-2

>4 cm
-1 atau lebih

rendah
Arti nilai:
<3
: Persalinan per abdominal
4
: Evaluasi kembali, khususnya badan janin, bila nilai tetap, dapat
dilahirkan pervaginam
>5
: Dilahairkan pervaginam
a. Persalinan Pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang
harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah
pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram. Terdapat
situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat
dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah

sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan


terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar,
presentasi bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran
janin kedua pada kehamilan kembar. Persalinan pervaginam tidak
dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan pervaginam bagi
ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan berat bayi >
3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang
berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan (Wiknjosastro,
2007).
1) Persalinan spontan; janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu
sendiri. Cara ini disebut Bracht.
Prosedur persalinan sungsang secara spontan (Spontan Bracht)
a) Tahap lambat
Mulai lahirnya bokong sampia pusar merupakan fase yang tidak
berbahaya.
b) Tahap cepat
Dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin
masuk PAP, sehingga kemungkinan tali pusat terjepit
c) Tahap lama
Lahirnya mlut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dari
ruangan yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang
tekanannya lebih rendah sehingga kepala harus dilahirkan
perlahan-lahan

untuk

menghindari

perdarahan

intraktranial

(adanya tentorium cerebellum).


Teknik Persalinan
a) Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper
b) Iu tidur dalan posisi litotomi, penolong beridir di depan vulva saat
bokong mulai membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin
intramuskulus. Dilakukan episiotomi
c) Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara
Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajat sumbu panjang paha,
sedangkan jari-jari lain memegang panggul
d) Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan
terlebih dahulu
e) Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi
gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut
ibu, gerakan ini disesuaikan dengan gaya berat badan janin.
Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan
eksoresikreiteller. Maksudnya agar tenang mengejan lebih kuar
sehingg fase cepat dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap
dalam posisi fleksi, dan menghindari ruang kosong antara fundus
uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.

f) Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut,


bahu, lengan, dagu, mulut dan akhirnya seluruh kepala.
g) Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu.
Keuntungan:
(1) Tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir sehingga
mengurangu infeksi.
(2) Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma
pada janin.
Kerugian:
Terjadi kegagalan sebanyak 5-10% jika panggul sempit, janin besar
jalan lahir kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit atau
menunjuk.
2) Manual aid (partial breech extracktion); janin dilahirkan sebagian
dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong.
Prosedur manual aid (partial breech extracktion)
Indikasi: jika persalinan secara Bracht mengalami kegagalan misalnya
terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala.
Tahapan:
a) Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu
sendiri.
b) Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan
cara klasik (Deventer), Mueller, Louvset, Bickbenbach.
c) Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Viet Smellie), Wajouck,
Wid and Martin Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.
Cara Klasik
a) Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena
lengan belakang berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru
kemudian melahirkan lengan depan di bawah simpisis tetapi jika
lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah
belang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
b) Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin
sehingga perut janin mendekati perut ibu.
c) Bersamaan dengan itu tangan kir penolong dimasukkan ke dalam
jalan lahir dan dengan jari tengan dan telunjuk menelusuri bahu
janin sampai fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan
dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin
d) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki
janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke
bawah sehingga janin mendekati punggung ibu,.
e) Dengan cara yangs am lengan belakang dilahirkan

f) Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi


lengan belakang. Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir
dicengkram dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa
sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak di punggung dan
sejajar

dengan

sumbu

badan

janin

sedang

jari-jari

lain

mencengkram dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin


sehingga lengan depan terletak di belakang kemudain lengan
dilahirkan dengan cara yang sama.
Cara Mueller
a) Prinsipnya: melhirka bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan
ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang.
b) Bokong janin dipegang secara femuro-pelvis, yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sacralis medua dan ari telunjuk
pada crista illiaca dan jari-jari lain mencengkram paha bagian
depan. Badan janin ditarik curam ke bawah sejauh mungkin
sampai bahu depan tampak di bawah simpisis, dan lengan depan
dilahirkan dengan pengait lengan dibawahnya.
c) Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang
masih dipegang secara femuro-pelvis ditarik keatas dengan
sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan mengait
lengan bawah dengan kedua jari penolong.
Keuntungan: tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan
lahir sehingga bahaya infeksi minimal.
Cara Louvset
a) Prinsipnya: memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolakbalik sambil dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang
sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis.
b) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan
traksi curam ke bawah, badan janin diputar setengah lingkaran,
sehingga bahu belakang menjadi bahu depan. Kemudian sambil
dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah yang berlawanan
setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik sehingga
bahu belakang tampak dibawah simpisis dan lengan dapat
dilahirkan.
Keuntungan:
1) Tehnik sederhana
2) Hampir selalu dapat dikerjakan tanpa melihat posisi lengan
janin
3) Kemungkinan infeksi intrauterin minimal.
Cara Mauriceau (Veit-Smellie)
a) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir. Jari tenag dimasukkan ke dalam mulut dan jari

telunjuk dan jari ke 4 mencengkram fossa kanina, sedangkan jari


lain mencengkram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda. Jari
telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain mencengkram leher janin
dari arah punggung.
b) Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah
sambil seorang asisten melakukan ekspresikristeller. Tenaga
tarikan

terutama

dilakukan

oleh

tangan

penolong

yang

mencengkram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput


tampak dibawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu,
mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir
seluruh kepala janin.
Cara Prague Terbalik
Dilakukan bila occiput dibelakang (dekat dengan sacrum) dan
muka janin menghadap simpisis. Satu tangan mencekap leher dari
sebelah belakang dan pungung anak diletakkan di atas telapak tangan
tsb.
Tangan penolong lain memegang pergelangan kaki dan
kemudian di eleasi ke atas sambil melakukan traksi pada bahu janin
sedemikian rupa sehingga perut anak mendekati perut ibu. Dengan
larynx sebagai hypomoclion kepala anak dilahirkan.
Cara Cunam Piper
Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan
pemasangan lengan pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini,
Cunam dimasukkan pada arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha
belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah simpisis, maka cunam
dielevasi keatas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturutturut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.
3) Ektraksi sungsang (total breech extraction); janin dilahirkan
seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
b. Persalinan Perabdominan (Sectio Caesaria)
Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwa letak sungsang harus
perabdominam (SC) adalah:
1) Primigravida tua
2) Nilai sosial tinggi
3) Riwayat persalinan yang buruk
4) Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
5) Dicurigai kesempitan panggul
6) Prematuritas
7. Komplikasi

Menurut Manuaba (2008), komplikasi persalinan letak sungsang, yaitu :


a. Komplikasi pada ibu
Trias komplikasi ibu : perdarahan, trauma persalinan dan infeksi.
b. Komplikasi pada bayi
1) Asfiksia bayi disebabkan oleh
a) Kemacetan persalinan kepala aspirasi air ketuban lendir
b) Perdarahan akan oedema jaringan otak
c) Kerusakan medula oblongata
d) Kerusakan persendian tulang leher. Kematian bayi karena asfiksia
berat.
2) Trauma Persalinan
a) Dislokasi fraktura persendian, tulang ekstremitas.
b) Kerusakan alat vital : lien, paru-paru atau jantung
c) Dislokasi fraktura persendian tulang-tulang leher.
3) Infeksi dapat terjadi karena :
a) Persalinan berlangsung lama.
b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil.
c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
C. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan
1. Pengkajian Data
Tanggal
:
Jam :
Tempat
:
Oleh :
a. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari klien sebagai pendapat suatu situasi dan
kejadian (Estiwidani, 2008)
1) Biodata
Nama
: selain sebagai identitas, upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga

Umur
Agama
Pendidikan

Pekerjaan
Alamat

hubungan
komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih
akrab.
: ditanyakan untuk menentukan apakah ibu dalam
persalinan beresiko karena usia atau tidak.
: sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan
mental dan spiritual terhadap pasien dan keluarga
sebelum dan pada saat persalinan.
: sebagai dasar bidan untuk menentukan metode yang
paling tepat dalam penyampaian informasi mengenai
teknik melahirkan bayi. Tingkat pendidikan ini akan
sangat mempengaruhi daya tangkap dan tanggap
pasien
terhadap instruksi yang diberikan bidan pada proses
persalinan.
: data ini menggambarkan tingkat sosial ekonomi, pola
sosialisasi, dan data pendukung dalam menentukan
pola komunikasi yang akan dipilih selama asuhan.
: selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien,
data ini juga memberi gambaran mengenai jarak dan
waktu

yang

ditempuh

pasien

menuju

lokasi

persalinan. Ini mungkin berkaitan dengan keluhan


terakhir, atau tanda persalinan yang disampaikan

dengan patokan saat terakhir sebelum berangkat ke


lokasi persalinan.
2) Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan pasien waktu masuk
(Estiwidani, 2008). Pada kasus ibu bersalin dengan presbo keluhan
yang dirasakan yaitu merasa kenceng-kenceng dan keinginan untuk
mengejan (Saifuddin, 2009).
3) Riwayat Kesehatan Yang Lalu dan Sekarang
Adanya riwayat rachitis, asteomalasia,

TBC

tulang,

dapat

mengakibatkan kelainan atau perubahan bentuk panggul (kesempitan


panggul) adanya riwayat kelainan uterus maupun bentuknya, tumor
uterus ataupun panggul yang merupakan faktor predisposisi terjadinya
letak sungsang. (Hanifa W, 2010)
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama :
a) Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur
wanita, dan paritas. Oleh karena itu, apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai
karena hal ini bisa menurun pada ibu.
b) Riwayat persalinan preterm, yang juga perlu diwaspadai karena
juga dapat menurun pada ibu.
5) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki, pernahkah melahirkan
secara prematur dan jika pernah apa sebabnya, pernahkan melahirkan
anak dengan kelainan kepala seperti anensefalus ataupun hidrosefalus,
pernahkah mengalami kehamilan dengan hidramnion serta pernahkah
mengalami kehamilan atau persalinan letak sungsang sebelumnya.
(Fadlun, 2012)
6) Riwayat Kehamilan Sekarang
a) Berapa kali periksa dan dimana
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan setiap 4 minggu jika segala
sesuatu normal sampai kehamilan 28 minggu, sesudah itu
pemeriksaan dilakukan 2 minggu dan sesudah 36 minggu
pemeriksaan dilakukan setiap minggu.
b) Gerakan janin umumnya gerakan janin diraskan ibu pada
kehamilan 18 minggu pada primigravida dan kehamilan 16
minggu pada kehamilan multigravida. Pengamatan pergerakan
janin dilakukan setiap hari setelah usia kehamilan lebih dari 28
minggu.

c) Masalah dan tanda bahaya seperti perdarahan yang keluar dari


vagina, penglihatan kabur, bengkak pada muka atau kaki, nyeri
perut, sakit kepala yang hebat, muntah-muntah yang hebat, tidak
merasakan gerakan janin (Norma N, 2013)
7) Riwayat Menstruasi
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengna masa
bersalin, namun dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai
gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya. Beberapa
data yang harus diperoleh dari riwayat menstruasi antara lain:
a) Menarche
Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk wanita Indonesia
pada usia sekitar 12 16 tahun.
b) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya
sekitar 23-32 hari.
c) Volume
Berapa kali ganti pembalut dalam sehari.
d) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang dirasakan ketika
mengalami menstruasi misalnya sakit yang sangat, pening sampai
pingsan, atau jumlah darah yang banyak. Keluhan yang
disampaikan oleh pasien dapat menunjuk kepada diagnosis
tertentu.
8) Riwayat Perkawinan
Usia nikah pertama kali, status pernikahan sah/tidak, lama
pernikahan, dan perkawinan sekarang adalah suami yang ke berapa.
9) Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Nutrisi
(1) Makan
Diketahui agar bisa mendapatkan gambaran bagaimana pasien
mencukupi asupan gizi selama hamil sampai dengan masa
awal persalinan. Data fokus yang perlu ditanyakan adalah
kapan atau jam berapa terakhir kali makan, makanan yang
dimakan, jumlah makanan yang dimakan, dan seandainya saat
ingin makan apa yang ia inginkan sebelum masuk pada fase
persalinan dimana ia tidak akan mungkin atau tidak ingin lagi
untuk makan.
(2) Minum
Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan
sangat penting karena akan menentukan kecenderungan
terjadinya dehidrasi. Data yang perlu ditanyakan adalah kapan

terakhir kali minum, berapa banyak yang diminum, dan apa


yang diminum.
Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya pasien
akan sangat membutuhkan cairan, bukan makanan. Disamping
pasien sudah tidak berselera lagi untuk makan karena rasa
sakit akibat his, juga karena pengeluaran keringat yang
bertambah sehingga membutuhkan pemasukan cairan lebih
banyak.
b) Istirahat
Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk mempersiapkan
energi menghadapi proses persalinannya. Data yang perlu
ditanyakan adalah kapan terakhir tidur dan berapa lama.
c) Aktivitas
Diperlukan karena data ini memberikan gambaran tentang
seberapa berat aktivitas yang biasa dilakukan pasien di rumah.
Jika diakhir kehamilannya pasien melakukan aktivitas yang terlalu
berat dikhawatirkan pasien akan merasa kelelahan sampai
akhirnya dapat menimbulkan penyulit pada masa bersalin.
d) Personal Hygiene
Berkaitan dengan kenyamanan pasien dalam menjalani proses
persalinannya. Beberapa pertanyaan yang perlu ditanyakan adalah
kapan terakhir kali mandi, keramas, dan gosok gigi; dan kapan
terakhir kali ganti baju dan pakaian dalam.
e) Eliminasi
Kapan terakhirnya kali BAK dan BAB.
10) Data Psikososial
a) Respons keluarga terhadap persalinan
b) Respons pasien terhadap kelahiran bayinya
c) Respons suami pasien terhadap kehamilan ini
d) Pengetahuan pasien tentang proses persalinan
e) Adat istiadat setempat yang berkaitan dengan proses persalinan.
b. Data Objektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur (Estiwidani,
2008).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaaan Umum
Keadaan umum adalah untuk mengetahui keadaan umum ibu
yaitu baik, sedang, buruk.
b) Kesadaran
Menurut Maryunani (2009) ukuran dari kesadaran dan respon
seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran
dibeda- kan menjadi :
(1) Compos Mentis (conscious) yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya.

(2) Apatis

yaitu

keadaan

kesadaran

yang

segan

untuk

berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.


(3) Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalu- sinasi dan kadang
berkhayal.
(4) Somnolen (Obtundasi Letargi) yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
kesadaran

dapat

pulih

apabila

dirangsang

(mudah

dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi dan mampu memberi


jawaban verbal.
(5) Stupor (spoor koma) yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon terhadap nyeri.
(6) Coma (comatose) yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
respon terhadap rangsangan apaun atau tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah dan tidak ada respon pupil
terhadap cahaya.
c) Tekanan Darah
Untuk mengetahui faktor risiko hipertensi atau hipotensi. Batas
normal 110/60- 140/90 mmHg. (Walyani, 2015).
d) Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan. Normalnya adalah lebih dari 145
cm (Walyani, 2015).
e) Berat Badan
Menurut (Perry,2005) untuk mengetahui adanya kenaikan berat
badan pasien selama hamil, penambahan berat badan rata-rata 0,3
0,5 kg/minggu, tetapi nilai normal untuk penambahan berat
badan selama kehamilan 9 12 kg.
f) Suhu
Menurut (Perry, 2005) untuk mengetahui suhu badan apakah ada
peningkatan atau tidak jika ada dan lebih dari 37,5 C,
kemungkinan terjadi infeksi. batas normal 36,5 37,5 C.
g) Nadi
Menurut (Ambarwati, 2008) untuk mengetahui denyut nadi pasien
sehabis melahirkan, biasanya denyut nadi akan lebih cepat
(Ambarwati, 2008).
h) Respirasi
Menurut (Perry,2005) untuk mengetahui frekuensi pernafasan
pasien yang dihitung dalam 1 menit. Batas normal 12 20
x/menit.
i) LILA
Untuk mengetahui status gizi pasien. Normal LLA adalah lebih
dari 23,5 cm (Walyani, 2015).
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
(1) Rambut

Untuk mengetahui kebersihan rambut, mudah rontok atau


tidak, berketombe atau tidak.

(2) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, terjadi cloasma gravidarum atau tidak, terdapat
oedema atau tidak.
(3) Mata
Untuk mengetahui conjungtiva berwarna merah muda atau
pucat, sklera berwarna putih atau kuning.
(4) Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau kotor, ada
stomatitis atau tidak, caries gigi atau tidak.
(5) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran pada kelenjar gondok
atau tidak, tumor ada atau tidak, ada pembesaran kelenjar
limfe atau tidak (Mochtar, 2012).
(6) Payudara
Ada pembesaran atau tidak, tumor simetris, puting susu
menonjol/masuk/datar,

areola

hiperpigmentasi

payudara

mamae/tidak, kolustrum keluar atau belum (Nursalam, 2009)


(7) Abdomen
Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada luka bekas
operasi atau tidak, striae gravidarum, linea nigra, apakah
bagian-bagian

janin

sudah

teraba

atau

belum.

Bila

menggunakan leanek DJJ sudah dapat didengar (Kusmiyati,


2009).
(8) Genetalia
Adakah luka, varices oedema, condiloma atau kelainan yang
lainnya, perineum elastis atau tidak, anus hemoroid atau tidak
(Nursalam, 2007).
(9) Ekstremitas
Apakah terdapat oedema atau tidak, adakah varices, reflek
patella atau tidak, betis merah atau lembek atau keras
(Prawirohardjo, 2002).
b) Palpasi
Abdomen
(1) Leopold 1
Untuk mengukur TFU pertengahan px dan pusat, fundus
teraba bulat, keras, melenting (kepala).
(2) Leopold 2
Kanan / kiri teraba panjang keras seperti papan (punggung)
janin dan teraba bagian-bagian kecil janin (jari-jari, tangan)
janin.

(3) Leopold 3
Bagian terbawah teraba lunak, kurang bulat, tidak melenting
(bokong)
janin.
(4) Leopold 4
Untuk menentukan berapa bagian dari bokong telah masuk ke
dalam pintu atas panggul.
c) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop
(Nursalam, 2009).
Dilakukan pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) untuk
mengetahui lokasi punctum maximum tampak dan frekuensi
teratur atau tidak. Frekuensi normalnya 120-160 x/menit
DJJ pada kehamilan letak sungsang terdengar pada punggung
anak setinggi pusat. DJJ biasanya terdengar paling keras di daerah
sedikit di atsa umbilikus, sedangkan bila sudah masuk PAP, suara
jantung terdengar paling keras di bawah umbilikus. (Fadlun,
2014)
d) Perkusi
Refleks Patella : Untuk mengetahui reflek patella positif atau
negatif (Nursalam, 2009)
3) Pemeriksaan Dalam (VT)
V/V, ... , Efficement ...%, Kebutan +/-, Bagian terdahulu
kepala/bokong, Bagian terendah UUK/sakrum, Bagian kecil janin
teraba/tidak, Penurunan kepala hodge 1-3, Moulage ada/tidak
Teraba 3 tonjolan tulang, yaitu tuber ossis ischi dan ujung os
sakrum. Os sakrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing
dengan deretan prosessus spinosus di tengah-tengah tulang tersebut.
Pada bagian di antara 3 tonjolan tersebut dapat diraba anus dan
genetalia anak, tetapi jenis kelamin anak hanya dapat ditentukan jika
edema tidak terlalu besar. (Fadlun, 2014)
2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap rumusan diagnosis, masalah
dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah
adalah pengelolaan data dan analisis dengan menggabungkan data satu
dengan lainnya sehingga tergambar fakta.
Dalam langkah kedua ini, bidan membagi interpretasi data dalam 3 bagian:
a. Diagnosis Kebidanan/Nomenklatur
Ny.X G...P...A.. UK .... minggu , janin T/H, letak memanjang, puka,
presentasi bokong, inpartu kala II

1) Data Subjektif
a) Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan ke .... pernah
keguguran atau tidak
b) Ibu mengatakan perutnya mules seperti ingin melahirkan
c) Ibu mengatakan sakit pinggang yang menjalar ke perut bagian
bawah.
d) Ibu mengatakan sering merasa ada benda keras (kepala) yang
mendesak tulang iga dan nyeri pada daerah tulang iga
2) Data Objektif
a) Keadaan Umum : Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah
baik, sedang , buruk.
b) Tekanan Darah : Untuk mengetahui atau mengukur batas
normal
c)
d)
e)

f)

tekanan darah antara 90/60 mmHg sampai


130/90 mmHg
Nadi
: Untuk mengetahui denyut nadi pasien sehabis
melahirkan, biasanya denyut nadi akan lebih
cepat (Ambarwati, 2008)
Respirasi
: Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang
dihitung dalam menit
DJJ
: Untuk mendengar detak jantung janin setiap ...
kali per menit. Frekuensi normalnya 120-160
x/menit. DJJ pada kehamilan letak sungsang
terdengar pada punggung anak setinggi pusat.
DJJ biasanya terdengar paling keras di daerah
sedikit di atas umbilikus, sedangkan bila sudah
masuk PAP, suara jantung terdengar paling
keras di bawah umbilikus. (Fadlun, 2014)
Pemeriksaan Leopold
Leopold I
: Untuk menentukan tinggi fundus uteri. Pada
bagian fundus teraba bulat, keras, dan
melenting (kesan kepala)
Leopold II
: Kanan / kiri teraba panjang keras seperti papan
(punggung) janin dan teraba bagian-bagian
kecil janin (jari-jari, tangan) janin.
Lepold III
: Pada bagian bawah teraba lunak, kurang bulat,
tidak melenting (kesan bokong)
Leopold IV
: Untuk menentukan berapa bagian dari bokong
telah masuk ke dalam pintu atas panggul.

b. Masalah
Dalam asuhan kebidanan istilah masalah dan diagnosis dipakai
keduanya karena beberapa maslaah tidak dapat didefinisikan sebagia
diagnosis, tetapi perlu dipertimbangkan untuk membuat rencana yang
menyeluruh. Masalah yang sering berhubungan dengan bagaimana wanita
itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya. Masalah yang sering
muncul dalam kasus ini menurut Wiknjosastro (2005) adalah:
1) Ibu merasa nyeri dibagian atas perut di bawah px dan sesak nafas
2) Ibu merasa cemas menghadapi persalinannya.
c. Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum


teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
melakukan analisa data (Nursalam, 2009).
Kebutuhan pada presentasi bokong menurut Manuaba (2008), yaitu :
1) Informasi tentang kemajuan persalinan.
2) Penerimaan sikap dan tingkah laku
3) Relaksasi saat ada his
4) Dukungan moril
5) Nutrisi yang adekuat.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada ini kita mengidentifikasi masalah dan diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila mungkin dilakukan pencegahan. Sambil mengamati pasien,
bidan diharapkan siap bila diagnosis atau masalah potensial benar-benar
terjadi.
Masalah potensial yang terjadi akibat presentasi bokong yaitu:
a. Komplikasi pada janin :
1) Kematian perinatal
2) Kompresi tali pusat dan kepala macet
3) Perlukaan / trauma pada organ abdominal atau pada leher
b. Komplikasi pada ibu :
1) Perlukaan vagina
2) Ruptur serviks
4. Identifikasi Kebutuhan Segera
Langkah keempat menggambarkan sifat berkelanjutan dari manajemen
proses tidak hanya selama perawatan primer atau kunjungan perinatal
periodik, tapi selama bidan tersebut terus-menerus bersama wanita. Data
mengindikasikan situasi darurat dimana bidan harus bertindak cepat untuk
keselamatan ibu atau bayi (Varney, 2004).
Kebutuhan segera yang dilakukan pada kasus ibu bersalin dengan
presentasi

bokong

yaitu

kolaborasi

dengan

dokter

SpOG

untuk

penatalaksanaan pertolongan persalinan presentasi bokong (Manuaba, 2008).


5. Intervensi
Langkah ini adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah
dan diagnosa yang telah diantisipasi dan yang terbaru dan juga melibatkan
usaha memperoleh bagian tambahan dari data apapun yang hilang atau perlu
untuk keperluan penyusunan database (Varney, 2004).
Rencana asuhan yang akan diberikan (Notoatmodjo, 2010), yaitu :
a. Beri informasi tentang proses persalinan dan kemajuan persalinan.
b. Beri dukungan moril.
c. Siapkan sampel darah dan beritahu keluarga untuk menyiapkan darah
dengan memberi blangko permintaan darah.
d. Observasi his dan DJJ tiap 30 menit.
e. Ajarkan ibu tehnik relaksasi dan nafas panjang saat ada kontraksi.
f. Siapkan partus set, obat dan alat-alat yang digunakan dalam persalinan.

g. Bimbing ibu meneran saat pembukaan lengkap dan ada kontraksi.


6. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun.
7. Evaluasi
Merupakan penilaian dari seluruh tindakan yang dilakukan minimal
menggunakan metode SOAP.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Retna Eny. 2008. Asuhan kebidanan (Nifas). Jogjakarta: Mitra Cendikia
Estiwidani, D, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Penerbit Fitramaya
Fadlun dkk. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta; Salemba Medika
Jannah, Nurul. 2014. Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta:EGC.
Kusmiyati, Yuni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2008. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk
Marmi, 2012. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta:
TIM.
Mochtar R, 2012. Sinopsis Obstetric Fisiologi dan Patologi jilid 1. Jakarta : Penerbit

buku kedokteran EGC


Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Saifuddin. (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta : Fitramaya.
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan (edisi 4, vol 2). Jakarta : EGC.
Walyani Elisabeth, Siwi. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai