TINJAUAN TEORI
setelah
dilakukan
perangsangan,
seperti
dengan
g. Faktor Lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang terletak
dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi uterus
dapat dibangkitkan.
5. Tanda-tanda Inpartu
Tanda in-partu menurut Manuaba (2008), yaitu :
a. Rasa sakit karena adanya his yang datang lebih kuat,
sering dan teratur.
b. Keluar bercampur
darah
yang
lebih
banyak
karena
Menarik pelan-pelan.
Memutar atau memilinnya seperti tali.
Memutar pada klem.
Manual atau digital.
Pengeluaran dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah
tengah,
kemudian
seluruhnya.
Menurut
cara
ini,
7. Penatalaksanaan/Asuhan Kebidanan
a. Kala I
1) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan
kesakitan
a) Berilah dukungan dan yakinkan dirinya
b) Berilah informasi mengenai proses kemajuan persalinannya
c) Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif terhadap
persaaannya.
2) Jika ibu tersebut tampak gelisah, dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan
a) Lakukan perubahan posisi
b) Posisi sesuai dengan keinginan, tetapi jika ibu ditempat tidur
sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri
c) Sarankan ia untuk berjalan-jalan
d) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk
memijat atau menggosok punggungnya
e) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas
sesuai
dengan
kesanggupannya
f) Ajarkan kepada ibu teknik bernafas
3) Menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
4) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilakukan dan hasil pemeriksaan
5) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
6)
7)
8)
9)
Fase Laten
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Setiap 1 jam
Setiap 1 jam
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Setiap 30-60 menit
Fase Aktif
Setiap 4 jam
Setiap 2 jam
Setiap 30 menit
Setiap 30 menit
Setiap 4 jam
Setiap 4 jam
Setiap 30-60 menit
b. Kala II
1) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu:
a) Mendampingi agar ibu merasa nyaman
b) Menawarkan minum, mengipasi, memijat
2) Menjaga kebersihan diri
a) Agar terhindar dari infeksi
b) Jika ada darah, lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan
3) Memberi dukungan mental untuk mengurangi kecemasan
kurangnya jaringan
ikat
dan
Pemeriksaan laboratorium
(3)
(4)
6. Diagnosis Banding
N
i
1
Diagnosis
kadang-kadang ada
kemungkinan
Ketuban pecah
Ketuban pecah
tiba-tiba
dini
Cairan tampak di
introitus
Tidak ada his
2
dalam 1 jam
Riwayat keluarnya
Demam/menggigil
cairan
Nyeri perut
Uterus nyeri
Denyut janin cepat
Perdarahan
Amnionitis
pervaginam sedikit
Gatal
Keputihan
pecah
Nyeri perut
Disuria
Nyeri perut
Perdarahan
Gerak janin
antepartum
Vaginitis/servisitis
berkurang
Perdarahan banyak
5
Pembukakan dan
Awal persalinan
lendir
pendataran servis
aterm
Ada his
(Abdul Bari,2014)
7. Prognosis
Pengaruh ketuban pecah dini terhadap ibu dan janin menurut Fadlun tahun
2012 adalah sebagai berikut.
a. Prognosis ibu
1) Infeksi intrapartal/dalam persalinan. Jika terjadi infeksi dan
kontraksi saat ketuban pecah, dapat menyebabkan sepsis yang
selanjutnya dapat mengakibatkan meningkatnya angka morbiditas
2)
3)
4)
5)
6)
dan mortalitas.
Infeksi peurperalis/masa nifas
Partus lama/ dry labour
Perdarahan postpartum
Meningkatkan tindakan operatif obstetri (khususnya SC)
Morbiditas dan mortilitas maternal
b. Prognosis janin
1) Prematuritas
Masalah yang dapat terjadi pada persalinan prematur di antaranya
adalah respiratory distress syndrome, hipotermia, gangguan makan
neonatus, retinophaty of prematurity, perdarahan intraventikuler,
necrotizing enterocolitis, gangguan otak (risiko cerebral palsy),
hiperbilirubinemia, anemia, sepsis.
2) Penurunan tali pusat
3) Hipoksia dan asfiksia sekunder
Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, partus lama, skor
APGAR
rendah,
ensefalopati,
cerebral
palsy,
perdarahan
(amnionitis,
vaskulitis)
sebelum
gejala
pada
ibu
infeksi bila suhu ibu > 38C, air ketuban keruh dan bau, leukosit darah >
15.000/mm, perlunakan uterus dan takikardia janin (>180 kali/menit)
Prawihardjo,S (2008, hal. 680).
9. Komplikasi
Menurut Nugroho (2010), komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ketuban
pecah dini antara lain sebagai berikut:
a. Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS =
Respiratory Distress Syndrome), yang terjadi pada 10 40% bayi baru
lahir.
b. Resiko infeksi meningkat pada kejadian ketuban pecah dini.
c. Semua ibu hamil dengan ketuban pecah dini prematur sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya chrioamnionitis (radang pada
korion dan amnion).
d. Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
ketuban pecah dini.
e. Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah
dini preterm.
f. Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada ketuban
pecah dini preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD
preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
10. Penatalaksanaan
Menurut Saifuddin (2009), terapi atau tindakan segera yang diberikan
meliputi :
a. Konservatif
1) Rawat di rumah sakit
2) Berikan antibiotika (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila
tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
3) Jika umur kehamilan < 3234 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 3237 minggu, belum in partu tidak ada infeksi,
tes busa negative : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi,
dan kesejahteraan janin.
5) Jika usia kehamilan 3237 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24
jam.
6) Jika usia kehamilan 3237 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi
(suhu,
intrauterine)
8) Pada usia kehamilan 3234 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar
KETUBAN PECAH
< 37 MINGGU
Infeksi
37 MINGGU
Infeksi
Berikan
gentamisin
metronidazol
Lahirkan bayi
Berikan penisilin
atau ampisilin
Infeksi
Stop antibiotik
disproporsi
sefalopelvik
(CPD),
plasenta
previa,
gamelli,
(Oxorn, 2010).
Apabila kondisi-kondisi diatas tidak terpenuhi maka induksi
persalinan mungkin tidak memberikan hasil yang diharapkan. Untuk
menilai keadaan serviks dapat dipakai skor Bishop. berdasarkan kriteria
Bishop, yakni:
a. Jika kondisi serviks baik (skor 5 atau lebih), persalinan biasanya
berhasil diinduksi dengan hanya menggunakan induksi.
b. Jika kondisi serviks tidak baik (skor <5), matangkan serviks terlebih
dahulu sebelum melakukan induksi. (Yulianti, 2006 & Cunningham,
2013)
Faktor
Nilai
0
1-2
3-4
5-6
0-30%
40-50%
60-70%
80%
Penurunan
-3
-2
-1 / 0
+1 / +2
Konsistensi
Kuat
Sedang
Lunak
Posterior
Pertengaha
Anterior
Pembukaan (cm)
Penipisan/Pendarara
n (%)
Posisi
n
Pada kebanyakan kasus, teknik yang digunakan untuk meningkatkan
favorability atau kematangan serviks juga menstimulasi kontraksi. Jadi
teknik
tersebut dapat digunakan untuk menginduksi persalinan. Metode yang
digunakan untuk mematangkan serviks meliputi preparat farmakologis
dan berbagai bentuk distensi serviks mekanis. (Cunningham, 2013)
Metode farmakologis diantaranya yaitu pemberian prostaglandin
E2 (dinoprostone, cervidil, dan prepidil), prostaglandin E1 (Misoprostol
atau cytotec), dan donor nitrit oksida. Sedangkan ynag termasuk kedalam
metode mekanis yakni kateter transservikal (kateter foley), ekstra
amnionik salin infusion (EASI), dilator servikal higroskopik, dan
stripping membrane. (Cunningham, 2013)
Jam
Oleh
:
:
Data yang didapatkan dari klien sebagai pendapat suatu situasi dan
kejadian (Estiwidani, 2008)
1) Biodata
Nama
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
mikrosefali,
dan
peningkatan
risiko
Mengetahui
masyarakatnya
lingkungan
tentang
ibu
kehamilan
dan
kebiasaan
serta
untuk
a) Dalam kasus KPD yang perlu dikaji lebih jauh adalah adanya
riwayat penyakit infeksi pada alat reproduksi dan organ-organ
disekitarnya
karena
infeksi
pada
daerah
tersebut
dapat
c) Lama
e) Warna
mengetahui
kejadian
terkena
eklamsi
yang
bisa
menyebabkan KPD.
d) Tinggi Badan
Untuk mengetahui tinggi badan. Normalnya adalah lebih dari 145
cm (Walyani, 2015).
e) Berat Badan
Untuk mengetahui adakah komplikasi obstetrik yang timbul akibat
penambahan berat badan yang berlebihan pada saat kehamilan
(normalnya 9-13,5) peningkatan selama hamil. Pada ibu dengan
KPD berat badan tidak begitu berpengaruh terhadap terjadinya
KPD (Depkes RI, 1993).
f) Suhu
Untuk
deteksi
dini
adanya
gangguan
taermorealator
di
g) Nadi
Untuk mengetahui kondisi jantung ibu, ibu bersalin dengan KPD
tidak mengalami kelainan yang nyata dalam denyut nadinya,
kecuali bila sudah terjadi infeksi (Helen varney, 2007).
h) Respirasi
Untuk mengetahui adanya kelainan pada organ-organ saluran
pernafasan, normalnya (16-24 x/menit).
i) LILA
Untuk mengetahui status gizi pasien. Normal LLA adalah lebih
dari 23,5 cm (Walyani, 2015).
2) Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
(1) Rambut
Untuk mengetahui kebersihan rambut, mudah rontok atau
tidak, berketombe atau tidak.
(2) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, terjadi cloasma gravidarum atau tidak, terdapat
oedema atau tidak.
(3) Mata
Untuk mengetahui conjungtiva berwarna merah muda atau
pucat, sklera berwarna putih atau kuning.
(4) Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau kotor, ada
stomatitis atau tidak, caries gigi atau tidak.
(5) Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran pada kelenjar gondok
atau tidak, tumor ada atau tidak, ada pembesaran kelenjar
limfe atau tidak (Mochtar, 2012).
(6) Payudara
Ada pembesaran atau tidak, tumor simetris, puting susu
menonjol/masuk/datar,
areola
hiperpigmentasi
payudara
janin
sudah
teraba
atau
belum.
Bila
haemorroid
yang
berhubungan
dengan
letak
memanjang/melintang,
punggung
sering muncul secara teori pada KPD adalah masalah psikologis yang
berupa kecemasan terhadap persalinan yang dihadapi saat ini, kurangnya
pengetahuan dan informasi tentang ketuban pecah dini.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
dan
teori
yang up
to
date sesuai
dengan kebutuhan
lekosit,
tanda-tanda infeksi
intrauterine)
h. Berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau
memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.
i. Beri induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea
j. Berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri
6. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun.
7. Evaluasi
Merupakan penilaian dari seluruh tindakan yang dilakukan minimal
menggunakan metode SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Retna Eny. 2008. Asuhan kebidanan (Nifas). Jogjakarta: Mitra Cendikia
Cunningham, FG., et al .2013. Obstetri Williams (Williams Obstetri). Jakarta: EG
Estiwidani, D, dkk. 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Penerbit Fitramaya
Fadlun dkk. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta; Salemba Medika
Jannah, Nurul. 2014. Askeb II Persalinan Berbasis Kompetensi. Jakarta:EGC.
Kusmiyati, Yuni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya.
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC
Llewellyn-Jones, D. 2002. Dasar-dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Hipokrates
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta : EGC
Mochtar R, 2012. Sinopsis Obstetric Fisiologi dan Patologi jilid 1. Jakarta : Penerbit
buku kedokteran EGC
Morgan, Geri dkk. 2009. Obstetri & ginekologi : Panduan Praktik Edisi 2.
Jakarta : EGC
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika
Saifuddin. (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sinclair. 2003. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Yogyakarta : Fitramaya.
Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan (edisi 4, vol 2). Jakarta : EGC.
Walyani Elisabeth, Siwi. 2014. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo