KEGAWATDARURATAN DENGAN
KETUBAN PECAH DINI (KPD)
MAKALAH
Disusun Oleh :
Ning Tyas Dwi S.
(1302100050)
Ismawati Sujarwo P. (1302100062)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan tepat waktu. Walau dengan waktu yang cukup singkat, kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi kami maupun bagi pembaca.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada orang tua kami dan dosen
pembimbing Didien Ika Setyarini, S.Si.T.,M.Keb., yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah Konsep Teori Dan Manajemen
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) Serta
teman-teman yang telah mendukung dan membantu untuk tersusunnya makalah ini.
Besar harapan kami agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
mendukkung untuk kebaikan makalah kami selanjutnya. Kami mohon maaf pula atas
hal-hal dalam makalah ini yang tidak berkenan di hati para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................2
BAB I.............................................................................................................................2
PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1
Latar Belakang.................................................................................................2
Saran.................................................................................................................2
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indikator kesehatan suatu Negara ditentukan oleh angka kematian ibu karena
kehamilan, persalinan, dan nifas, serta kematian bayi dan balita . AKI di Indonesia
hingga kini masih tergolong tinggi
Penyebab kematian ibu adalah trias klasik, yaitu a) perdarahan 40-60%, b)
infeksi 20-30%, c) eklamsia 20-30% . Angka morbiditas dan mortalitas dapat
disebabkan oleh komplikasi yang menyertai dalam persalinan, diantaranya ketuban
pecah dini. Ketuban Pecah Dini (KPD) terjadi bila ketuban pecah dalam inpartu, pada
primipara pembukaan <3 cm dan pada multipara pembukaan < 5 cm.
Ketuban Pecah Dini merupakan salah satu penyebab infeksi. Pada sebagian
besar kasus ketuban pecah dini berhubungan dengan infeksi intra partum.
Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua persalinan , pada
umur kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadian sekitar 4%. Sebagian dari kejadian
ketuban pecah dini mempunyai periode laten melebihi satu minggu. Early Ruptura of
Membrane (PROM) adalah ketuban pecah pada periode laten persalinan.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di
Indonesia yaitu 359/100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB 34/1000 Kelahiran
hidup dan diharapkan pada tahun 2015 akan turun menjadi 102/1000 kelahiran hidup
untuk AKI dan AKB 23/100.000 kelahiran hidup sesuai dengan target MDGs tahun
2015. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian terutama untuk mengantisipasi dan
menurunkan morbiditas dan mortalitas dengan menggunakan asuhan kebidanan yang
komprehensif pada kasus ketuban pecah dini.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ketuban pecah dini
2. Untuk mengetahui etiologi ketuban pecah dini
3. Untuk mengetahui patofisiologi ketuban pecah dini
4
4.
5.
6.
7.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan penyebab terbesar persalinan premature.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
setelah ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah
ketuban sampai terjadi konstraksi rahim disebut kejadian ketuban pecah dini
(periode laten). (Manuaba:2005,281)
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum
persalinan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum
waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan. (Sarwono:2009, 677)
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketuban
pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan. Ketuban pecah dini yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut KPD preterm dan ketuban pecah dini yang terjadi setelah usia 37 minggu
disebut KPD aterm.
2.2 Etiologi
Penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi multifaktorial yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Serviks inkompeten
Ketegangan Rahim berlebihan: kehamilan kembar, hidramnion
Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang
Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah belum
bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah pecah
dengan mengeluarkan air ketuban.
2.3 Patofisiologi
Ketuban pecah dini biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan membran
atau penambahan tekanan intrauteri ataupun oleh sebab kedua-duanya. Kemungkinan
tekanan intrauteri yang kuat adalah penyebab independen dari ketuban pecah dini dan
selaput ketuban yang tidak kuat akibat kurangnya jaringan ika dan vaskularisasi akan
mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Menurut Taylor dkk. Terjadinya ketuban pecah dini ternyata ada hubunganya
dengan hal-hal berikut :
1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah.
Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistisis, servitis, dan vaginitis.
2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban)
3. Infekski (amnionitis atau korioamnionitis)
4. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi,
disproporsi, servik inkompeten
Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), di mana ketuban dipecahkan terlalu dini.
2.4 Gejala - Gejala
Kadang kadang agak sulit atau meragukan kita apakah ketuban benar sudah
pecah atau belum, apabila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil .
Menurut Moctar, 1998 cara menentukannya adalah sebagai berikut :
1. Adanya cairan berisi mekonium, vornik kaseosa, rambut lanugo atau bila
terinfeksi berbau
2. Adanya cairan ketuban dari vagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan
gerakkan sedikit bagian terendah janin atau meminta pasien batuk atau
mengedan, cairan dapat keluar sedikit lebih banyak.
3. Cairan dapat keluar saat tidur, duduk atau saat aktifitas seperti berjalan atau
berdiri
4. Kadang kadang cairan berwarna putih, jernih atau hijau
5. Apabila ketuban telah lama pecah dan terjadi infeksi pasien demam
Tanda-tanda infeksi: demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, djj bertambah
cepat.
2.5 Diagnosis
Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan
7
yang banyak secara tiba-tiba. Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo
dengan speculum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau
menggenang di forniks posterior. Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian bawah janin,
atau minta ibu untuk mengedan/batuk.
Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak dilakukan kecuali akan dilakukan
penanganan aktif (melahirkan bayi) karena dapat mengurangi latensi dan
meningkatkan kemungkinan infeksi.
Pastikan bahwa:
1. Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:
Bau cairan ketuban yang khas
Tes nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi
biru. Harap diingat bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan
hasil positif palsu
Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati secret
servikovaginal yang mongering
2. Tidak ada tanda-tanda inpartu
2.6 Komplikasi
a. Ibu
Prolapse tali pusat, bisa sampai gawat janin dan kematian janin akibat
hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang
Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air ketuban
habis
b. Anak
Penekanan tali pusat (prolapses) : gawat janin, asfiksia janin, sepsis perinatal
sampai kematian janin.
prematur
2.7 Tatalaksana
1. Tatalaksana umum
a. Berikan eritromisin 4 x 250 mg selama 10 hari
b. Rujuk ke fasilitas yang memadai
2. Tatalaksana khusus
Di RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
a. <24 minggu
b. 24-33 minggu
c. >34 minggu
9
10
BAB III
KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD)
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
a.
c.
Pendidikan
e.
Suku/bangsa :
dikaji
untuk
mengetahui
kemungkinan
pendekatan
didalam
melaksanakan
asuhan
kebidanan
11
f.
Pekerjaan
dikaji
untuk
mengetahui
kemungkinan
2. Keluhan utama
Adanya cairan yang keluar ketika ibu sedang tidur , duduk atau saat aktifitas
seperti berjalan atau berdiri, kadang-kadang cairan tersebut berwarna putih, jernih
atau hijau dari kemaluan.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan klien sedang menderita penyakit hipertensi, tifus
abdominalis, asma, jantung, ginjal dan diabetes mellitus dan terutama
kemungkinan klien sedang menderita penyakit infeksi menular seksual
4. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Untuk mengetahui kemungkinan klien pernah menderita penyakit hipertensi, tifus
abdominalis, asma, jantung, ginjal dan diabetes mellitus dan terutama
kemungkinan klien pernah menderita penyakit infeksi menular seksual
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarga
menderita penyakit
hipertensi, asma, jantung, ginjal dan diabetes mellitus dan kehamilan kembar
6. Riwayat perkawinan
Berapa kali menikah: memastikan bahwa tidak ada penyakit menular seksual
Usia menikah : menentukan apakah perkawinan dilakukan
pada usia dini atau tidak karena dapat menentuka matangnya
organ-organ reproduksi
Lama menikah: mengetahui apakah ini merupakan anak yang didambakan
ataukah bukan
7. Riwayat Menstruasi
12
Yang dikaji adalah siklus haid dan HPHT yang bertujuan untuk membantu
menegakkan diagnosis persalinan preterm, aterm, postterm dari siklus haidnya.
13
Keadaan Umum
Payudara
: pembesaran ada atau tidak, simetris atau tidak,
putting susu menonjol apa tidak, apa ada benjolan di payudara
Abdomen
Palpasi abdomen untuk memastikan volume cairan amnion. Jika ketuban
benar-benar pecah, palpasi abdomen kadang-kadang dapat mendeteksi
14
janin
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
a. Tes nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi
biru. Harap diingat bahwa darah, semen, dan infeksi dapat
menyebabkan hasil positif palsu.
b. Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati secret
Diagnosa aktual
bulan,
amnionitis
dan
korioamnionitis,
17
Kolaborasi
1. Melakukan konsultasi dengan dokter Spesialis Obgyn
2. Melakukan kolaborasi untuk pemberian obat tokolitik dan kortikosteroid
R: memberikan obat tokolitik untuk proses pematangan paru dan kortiksterid
agar tidak terjadi infeksi.
3. Melakukan kolaborasi untuk induksi persalinan.
R: jika ketuban sudah pecah dan klien belum merasakan tanda-tanda inpartu
maka dilakukan induksi persalinan agar uterus berkontraksi dan bayi dapat
segera dilahirkan ( usia janin >37 mg )
4. Melakukan kolaborasi pelaksanaan seksio sesaria apabila ada indikasi
Rujukan
1. Merujuk ibu ke fasilitas yang memadai
R : menyiapkan surat rujukan dan memberikan inform consent kepada klien
dan keluarga.
2. Rujuk ibu segera jika ibu mengalami koriomnionitis
R : jika ditemukan tanda-tanda infeksi pada ibu maka rujuk segera ibu ke
rumah sakit, agar tidak terjadi komplikasi lain yang terjadi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ketuban pecah dini adalah keadaan dimana selaput ketuban pecah sebelum ada
tanda-tanda inpartu atau sebelum usia kehamilan 37 minggu akibat dari tidak kuatnya
jaringan ikat menyangga membran air ketuban atau meningkatnya tekanan
intrauterin. Secara etiologi penyebab kejadian ketuban pecah dini belum diketahui
secara pasti namun beresiko terjadi pada ibu yang memiliki kelainan servik dan
kelainan selaput ketuban.
4.2
Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
18
DAFTAR RUJUKAN
Manuaba. 2005. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB.Jakarta: EGC
Norma D. 2013. Asuhan Kebidanan: Patologi Teori dan Tinjauan Kasus. Yogyakarta:
Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono, dkk. 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Prof. Dr. Manuaba, I.B.G, dkk, 2001. Kapita Selekta Penetalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan Kb. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP
Taber, Ben-zion, 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. Jakarta: EGC
19