Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH ANALISIS SISTEM INFORMASI KESEHATAN

DI PUSKESMAS CIPTOMULYO
Disusun dalam rangka memenuhi tugas SIK
dalam Praktik Klinik Kebidanan Komunitas

Disusun Oleh :

Ratih Ristna Martha (1402450059)

Febriana Puspita Sari (1402450060)

Durrotul Mahnunin (1402450063)

Siti Nur Kholifah (1402450095)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV KEBIDANAN MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah SIMPUS ini telah diperiksa dan disetujui oleh :

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Ardi Panggayuh, S.Kp., M.Kes I’in Ningtias, STr., Keb


NIP. 19630701 198803 1 004 NIP.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian
informasi yang cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap orang.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat saat ini menuntut diubahnya
pencatatan manual menjadi sistem yang terkomputerisasi. Demikian juga
halnya pembayaran pasien pada suatu puskesmas. Puskesmas sebagai
salah satu institusi pelayanan umum di bidang kesehatan membutuhkan
keberadaan suatu sistem informasi yang akurat, handal, serta cukup
memadai untuk meningkatkan pelayanannya kepada para pasien serta
lingkungan yang terkait lainnya. Sistem informasi puskesmas digunakan
untuk mempermudah dalam pengelolaan data pada puskesmas. Sistem ini
seharusnya sudah menggunakan metode komputerisasi. Karena dengan
penggunakan metode komputerisasi, proses penginputan data, proses
pengambilan data maupun proses pengupdate-an data menjadi sangat
mudah, cepat dan akurat.
Internet merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan
perusahaan dengan domain publik, seperti individu, komunitas, institusi,
dan organisasi.Jalur ini merupakan jalur termurah yang dapat digunakan
institusi untuk menjalin komunikasi efektif dengan konsumen. Mulai dari
tukar menukar data dan informasi sampai dengan transaksi pembayaran
dapat dilakukan dengan cepat dan murah melalui internet.
Kecepatan evolusi teknologi informasi dalam memanfaatkan
internet untuk mengembangkan jaringan dalam
manajemen database sangat ditentukan oleh kesiapan manajemen dan
ketersediaan sumber daya yang memadai. Namun evolusi tersebut bukan
pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan harus secara sekuensial
mengikuti tahap demi tahap yang ada, namun bagi mereka yang ingin
menerapkan manajemen databasedengan “aman” dan “terkendali”, alur
pengembangan aplikasi secara bertahap merupakan pilihan yang baik.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Konsep Pelayanan KIA di Puskesmas


a. Pengertian
Program KIA merupakan Upaya Kesehatan ibu dan anak adalah upaya
dibidang kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu
hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi dan anak balita serta anak
prasekolah.
b. Tujuan
Tujuan Umum program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan
keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
c. Tujuan khusus program KIA adalah :
1) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuani, sikap dan perilaku), dalam
mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan
keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
2) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga,
Posyandu, dan Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-Kanak atau
TK.
3) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.
4) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu meneteki, bayi dan anak balita.
5) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.
d. Tahap Penerapan Sistem
Penerapan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi untuk
mendukung evaluasi program KIA Puskesmas menggunakan pendekatan
paralel yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mengoperasikan sistem
yang baru bersama-sama dengan sistem yang lama selama satu periode
waktu tertentu. Kedua sistem ini dioperasikan bersama-sama untuk
meyakinkan bahwa sistem yang baru telah benar-benar beroperasi dengan
sukses sebelum sistem lama dihentikan. Penerapan sistem informasi
pelayanan kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung evaluasi program KIA
Puskesmas dilakukan sesuai dengan rancangan multiuser .
Adapun prosedurnya sebagai berikut :
1. Pasien didaftar ke bagian pendaftaran, kemudian bagian pendaftaran
meneruskan pencatatan status pasien kepada bagian pengelola data KIA.
2. Kemudian pasien menuju Bagian pengelola data KIA, dan dilakukan
pengisian data pasien sesuai kebutuhan melalui input data master ibu,
kecamatan, petugas, vitamin, imunisasi, tempat pelayanan., data ibu
hamil, data persalinan, data bayi, data kunjungan ibu, dan data kunjungan
bayi.
3. Setelah beberapa waktu yang ditentukan penanggungjawab program KIA
dapat melakukan pengisian data sesuai dengan pelayanan yang diberikan
baik kepada ibu maupun bayi.
4. Dari data yang telah terisi tersebut diperoleh isian laporan bulanan
kegiatan KIA di Puskesmas dalam waktu kurun tertentu.
e. Rancangan sistem
Rancangan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi
untuk mendukung evaluasi program KIA Puskesmas :
1. Basis data yang dikembangkan adalah berupa master data yang bersifat
statis yaitu Kecamatan, Puskesmas, desa, Proyeksi penduduk, petugas,
vitamin, imunisasi, tempat pelayanan, dan data ibu/calon ibu. Dan
dikembangkan juga basis data dinamis berupa file-file pada kegiatan
transaksi.
2. Input pengelola data KIA berupa master data Kecamatan, Puskesmas,
desa, Proyeksi penduduk, petugas, vitamin, imunisasi, tempat
pelayanan, dan data ibu/calon ibu.
3. Output yang dihasilkan berupa laporan meliputi : Laporan bulanan
KIA,. Laporan bulanan PWS KIA anak , PWS KIA ibu, Laporan
bulanan SPM, Laporan bulanan kelahiran dan kematian, Laporan
bulanan penemuan kasus BBLR, Laporan penemuan kasus Tetanus
Neonatorum, Laporan bulanan kematian ibu, Laporan bulanan register
kematian perinatal (0-7)hari, Laporan bulanan Rekapitulasi pelacakan
kematian neonatal.
4. Antar muka memberikan bentuk tampilan awal bagi user untuk
memulai bekerja dengan komputer.

2. Konsep Pelayanan KB di Puskesmas


Pelaksanaan pelayanan KB pasca – International Conference Population
and Development (ICPD) - perlu ditempatkan dalam konteks kesehatan
reproduksi, yang berarti program KB bukan semata-mata bertujuan mengatasi
masalah kependudukan, tetapi juga perlu untuk pemenuhan hak reproduksi
masyarakat dan individu terutama perempuan. Pelayanan KB mengacu pada
pendekatan siklus continuum of care mulai dari pemberian konseling kesehatan
reproduksi kepada remaja dan calon pengantin, konseling KB kepada ibu hamil
serta pelayanan KB pasca persalinan dan KB interval kepada PUS.
Pelayanan KB diberikan secara terpadu dengan pelayanan kesehatan
reproduksi lainnya (PKRT), misalnya seorang klien KB yang datang untuk
mendapat pelayanan kontrasepsi juga akan mendapat pelayanan terkait dengan
PP – IMS/ HIV, skrining kanker leher rahim dengan tes IVA dan KIA bila
diperlukan. PKRT diterapkan untuk mencapai tujuan “sekali datang semua
pelayanan diperoleh” (One stop service).
Untuk terlaksananya pelayanan KB perlu dipastikan ketersediaan sumber
daya meliputi tenaga pelayanan KB, sarana dan prasarana, alokon dan BHP.
Sarana dan prasarana, alokon dan BHP dikelola Puskemas seperti pengelolaan
obat lainnya meliputi:
a. Penerimaan
Pada saat penerimaan, perlu diperhatikan jumlah, kualitas dan
persyaratan alokon dan BHP yang diterima sesuai dengan dokumen
penerimaan yang dituangkan dalam berita acara penerimaan alokon.
b. Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan dalam rangka pemeliharaan dan pengaman
sehingga dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan standar penyimpanan.
c. Penyaluran/distribusi
Penyaluran alokon dapat dilakukan dengan system pull distribution
system (request system) dan push distribution system (Dropping). Pada saat
penyaluran atau pendistribusian harus dilakukan dengan menggunakan Surat
Bukti barang keluar (SBBK) yang ditandatangani oleh bendahara barang
dan pengirim. Penyaluran/pendistribusian alokon harus mengikuti prinsip
First in First out (FIFO) adalah proses pengeluaran alokon berdasarkan
waktu, bila masuk pertama maka harus dikeluarkan lebih awal. Selain itu
juga menggunakan prinsip First to expire date First Out (FEFO), adlaah
proses pengeluaran alokon dan non alokon berdasarkan batas kadaluarsa,
bila alokon yang batas kadaluarsanya lebih awal maka harus dikeluarkan
lebih awal. Untuk alokon yang sudah kadaluarsa dapat dimusnahkan oleh
Puskesmas yang telah memiliki fasilitas pendukungnya dengan membuat
Berita Acara Pemusnahan dengan diketahui oleh SKPD KB setempat.
d. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan harus dilakukan mulai dari saat alokon diterima sampai
dengan keluar dengan menggunakan Buku Barang Masuk (BBM)/Buku
Barang keluar (BBK),Kartu persediaanbarang, kartu barang, SPMB dan
SBBK. Pelaporan meliputi mutasi dan sisa persediaan, dilakukan sekurang-
kurangnya setiap bulan dan setiap semester/stock opname.
Gambar 5.1. Mekanisme Pengelolaan Alat dan Obat Kontrasepsi

Alur Pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Penjelasan:
1. Calon klien atau klien KB datang ke Poli KIA/KB dengan menunjukkan
kartu kepesertaan BPJS Kesehatan (Bagi yang sudah menjadi peserta JKN)
dan mendapat K/I/KB serta hasil data klien dan pelayanan dicatat pada
K/IV/KB dan register kohort KB.
2. Dokter dan atau Bidan memberikan konseling kepada klien untuk memilih
pelayanan KB yang dikehendaki
3. Apabila Dokter dan atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayanan KB
yang dikehendaki klien pada saat penapisan maka perlu konseling
pemilihan metode lain yang sesuai atau dirujuk ke FKRTL dengan
membuat surat rujukan Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah
satu metode kontrasepsi khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan dan
atau vasektomi perlu persetujuan secara tertulis dengan menandatangani
formulir informed consent, apabila klien tidak setuju perlu diberikan
KIP/Konseling ulang. Setelah pelayanan KB, dokter dan bidan memantau
hasil pelayanan KB dan memberikan nasehat pasca pelayanan kepada
klien KB sebelum klien pulang dan kontrol kembali.

Pelayanan KB di Jaringan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan


Kesehatan
Penjelasan :
1. Calon klien atau klien KB datang ke jaringan Puskemas dan jejaring
pelayanan kesehatan mendaftar ke petugas dengan menunjukkan kartu
kepesertaan BPJS (jika sudah menjadi peserta JKN) dan mendapat K/I/KB.
2. Dokter dan atau Bidan memberikan konseling kepada klien untuk memilih
pelayanan KB yang dikehendaki.
3. Apabila Dokter dan atau Bidan menemukan kontraindikasi pelayanan KB
yang dikehendaki klien pada saat penapisan maka perlu konseling pemilihan
metode lain yang sesuai atau dirujuk ke FKRTL dengan membuat surat
rujukan.
4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi
khusus untuk pelayanan suntik, IUD, implan perlu persetujuan secara
tertulis dengan menandatangani formulir informed consent, apabila klien
tidak setuju perlu diberikan konseling ulang.
5. Setelah pelayanan KB, bidan memantau hasil pelayanan KB dan
memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien
pulang dan kontrol kembali dengan membawa KI/KB atau kartu kunjungan.
Hasil pelayanan KB di Puskesmas dan jaringannya dicatat dengan
menggunakan format pencatatan dan pelaporan pelayanan KB, yaitu:
a. Register Kohort KB Register ini digunakan untuk mencatat PUS yang
menjadi klien KB pada wilayah puskesmas tersebut dan hasil pelayanan
kontrasepsi pada peserta baru dan lama setiap hari pelayanan. Dalam
register ini berisi data tentang hasil pelayanan, keluhan komplikasi, efek
samping, kegagalan KB dan ganti cara.
b. Register pelayanan KB (R/I/KB)
c. Register alokon (R/II/KB)
d. Pendataan PUS (R/I/KS dan R/I/PUS)
e. Buku KIA, digunakan untuk mencatat pelayanan KB Pasca persalinan
dalam amanat persalinan.
Formulir ini digunakan untuk mendata PUS yang berguna untuk
menentukan sasaran KB, yaitu: PUS 4T, PUS peserta BPJS
a. Kartu Peserta KB (K/I/KB dan K/IV/KB)
b. Kartu pendataan tenaga dan sarana (K/0/KB)
c. Formulir pelaporan dari BPM atau DPM
Untuk pelaporan pelayanan KB menggunakan format:
a. Laporan pelayanan KB yang merupakan Rekapitulasi Kohort
b. Laporan PWS KIA
c. Rekapitulasi laporan bulanan F/II/KB
d. Rekapitulasi pendataan tenaga dan sarana fasilitas kesehatan pelayanan KB
e. Rekapitulasi laporan bulanan alokon dan BHP
Laporan pelayanan KB Puskesmas meliputi pelayanan yang dilaksanakan
oleh fasilitas pelayanan KB, baik pada unit pelayanan kesehatan pemerintah
(Puskesmas, RS Pemerintah, unit pelayanan kesehatan milik TNI/POLRI),
maupun pada fasilitas pelayanan kesehatan swasta (Bidan Praktek Mandiri,
Dokter Praktek Mandiri, RS Swasta, Klinik KB, Rumah Bersalin, dan Praktek
Bersama) yang berada diwilayah kerjanya dengan berkoordinasi kepada
PPLKB /PLKB untuk dianalisis dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kab/kota
dan BKKBD/ SKPD KB kab/ kota. Analisis data dapat dilakukan dengan:
a. Membandingkan data cakupan dengan target/toleransi dan data sebelumnya,
kemudian dilihat desa dengan cakupan di bawah rata-rata dan atau di bawah
target serta dipelajari data terkait lainnya (tenaga, ketersediaanalokon, dll)
sehingga diketahui permasalahan dan rencana tindak lanjut
b. Membandingkan jumlah kasus komplikasi, kegagalan dengan toleransi dan
data sebelumnya, kemudian dilihat dengan toleransi di atas rata-rata dan
atau di atas target serta dipelajari data terkait lainnya sehingga diketahui
permasalahan dan rencana tindak lanjut.

3. Konsep Pelayanan KIA di Puskesmas


a. Pengelolaan Program Imunisasi
1) Upaya Pencegahan PD3I
a) Sasaran PD3I yaitu bayi, ibu hamil, dan WUS
a) Standar program imunisasi meliputi:
(1) Standar logitstik. Logistik imunisasi terdiri dari barang habis
pakai (habis dalam waktu 1 tahun) dan barang tidak habis
pakai (masa pakai lebih dari 1 tahun)
(2) Barang habs pakai meliputi vaksin, alat suntik, suku cadang
lemari es dan freezer, logistic lain yang berhubungan dengan
pencatatan dan pelaporan maupun media penyuluhan.
Sedangkan barang tidak habis pakai meliputi coldroom (kamar
dingin suhu 2-8°C, freezer room (kamar dingin dengan suhu
-15-25°C, lemari es, freezer atau mini freezer, cold box,
vaccine carrier, thermos, sterilisator uap dan kelengkapannya,
logistic lain yang mempunyai fungsi pendukung seperti
thermometer, genset
2) Standar pelayanan Imunisasi
a) Jadwal Pemberian Imunisasi DasarLengkap

Vaksin Pemberian Selang Waktu Umur Keterangan


Imunisasi Pemberian
BCG 1x 0-11 bulan
DPT 3x (DPT 1,2,3) 4 minggu 2-11 bulan
Polio Polio (1,2,3) 4 minggu 0-11 bulan
Campak 1x 9-11 bulan
Hepatitis B 3x 4 minggu 0-11 bulan

b) Cara Pemberian

Vaksin Dosis Cara Pemberian

BCG 0,05 cc IC tepatnya di insertion M deltoideus


kanan
DPT 0,5 cc IM/SC dalam
Polio 2 tetes Meneteskan ke mulut
Campak 0,5 cc SC biasanya di lengan kiri bagian atas
Hepatitis B 0,5 cc IM pada bagian luar
TT 0,5 cc IM/SC dalam bisa di m deltoideus

3) Standar Tenaga Pelaksana Puskesmas


Standar tenaga pelaksana imunisasi ini meliputi :
a) Vaksinator
Tenaga perawat atau bidan yang telah mengikuti pelatihan
menggunakan modul latihan tenaga imunisasi yang bertugas
memberikan pelayanan imunisasi,
b) Pelaksana Cold Chain
Tenaga berpendidikan minimal SLTA yang telah mengikuti pelatihan
cold chain bertugas memelihara vaksin dan lemari es, mencatat suhu
lemari es, bertanggung jawab atas sterilisator alat suntik
c) Pengelola Program Imunisasi
Tenaga vaksinator atau pelaksana cold chain yang telah mengikuti
pelatihan menggunakan modul pelatihan tenaga imunisasi, tugasnya
membuat perencanaan vaksin dan logistic lain, mengatur jadwal
pelayanan imunisasi, mengecek catatan pelayanan imunisasi, membuat
laporan, membuat dan menganalisa pws bulanan, merencanakan tindak
lanjut

4) Kegiatan Imunisasi
Kegiatan operasional rutin yang meliputi :
a) Pelayanan imunisasi di komponen statis (puskesmas, puskesmas
pembantu, rumah sakit, rumah sakit bersalin)
b) Pelayanan imunisasi rutin oleh swasta seperti rumah sakit swasta,
dokter praktik, bidan praktik. Koordinasi pelayanan imunisasi rutin
seperti penyedia vaksin an pelaporan.
c) Tempat pelayanan imunisasi di lapangan di posyandu

5) Kegiatan Khusus
Kegiatan khusus dalam pelaksanaan imunisasi di puskesmas, meliputi :
a) Sweeping
Meningkatkan jangkauan/ aksesbilitas program, analisis pws cakupan
rendah kontak pertama (BCG, DPT 1 Polio), upaya pencarian sasaran
secara aktif di wilayah yang rendah cakupannya untuk mencegah
daerah potensial, kantong KLB, tambahan cakupan bagi kontak
berikutnya yang sengaja ditemukan.
Prosedur sweeping :
(1) Lakukan analisis PWS, tentukanwilayah yang rendah cakupannya
dan jumlah sasaran tinggi
(2) Pendataan sasaran
(3) Jumlah vaksin harus cukup
(4) Surat pemberitahuan ke desa
(5) Sedapatnya mungkin menggunakan jadwal posyandu
(6) Sisa vaksin dapat diberikan pada anak balita di luar umur sasaran
(7) Evaluasi hasil sweeping
b) Backlog Fighting
Didaerah yang sulit terutama transportasi, sehingga kunjungan
minimal 4 kali setahun. Sasaran imunisasi pada kegiatan backlog
fighting disesuaikan dengan sisa sasaran yang belum terlayani
termasuk usia di atas 1 tahun.
c) Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi
secara cepat karena masalah khusus seperti :
(1) Angka kematian bayi tinggi, angka PD3 I tinggi.
(2) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
Prosedur crash program ini meuputi :
(1) Penentuan wilayah sasaran berdasarkan hasil PWS
(2) Penentuan sasaran krgiatan yang sesuai dengan tujuan yaitu
tingginya kasusu tetanus neonatorum dengan sasaran wanita hamil
dan wanita calon pengantin.
(3) Penyuluhan/kampanye
(4) Perencanaan kebutuhan vaksin, peralatan vaksin, perlengkapan,
penyuluhan, biaya.
(5) Pemantauan/supervise : indicator contoh: DPT 1, polio 3/campak,
TT-2 ibu hamil.
(6) Evaluasi: morbiditas sebelum dan sesudah crash program.
d) Out break respone (ring vaksinasi)
Imunisasi campak diberikan di lokasi KLB, diluar focus KLB dengan
umur sasaran 6 bulan s/d umur kasus campak tertua, tanpa meluhat
status imunisasi. Setiap sasaran juga diberikan kapsul vitamin A dosis
tinggi untuk mencegah komplikasi campak dan menurunkan angka
kematian campak.

b. Kerjasama di bidang Imunisasi :


1) Kerjasama lintas program dan sektor
a) Lintas program
(1) Keterpaduan KIA dnegan program imunisaasi
(2) Komponen statis petugas KIA memberikan pelayanan imunisasi
TT kepada ibu hamil pad apelayanan antenatal care dan imunisasi
dasar lengkap ntuk bayi
(3) Unit KIA mengkoordinir kegiatan surveillance di tingkat
puskesmas untuk eliminasi tetanus neonatorum serta mengadakan
tindak lanjur kasus kasus tetanus neonatorum , ibu/keluarga serta
dukun/penolong persalinan yang terlibat.
(4) Petugas imunisaasi merujuk ibu hamil untuk mendapatkan ANC
serta memantau status imunisasi ibu dari penderita tetanus
neonatorum
(5) Keterpaduan dengan imunisasi surveilans
Unit surveilans menyediakan informasi tentang kasusu tenatus
neonatorm serta poliomyelitis akut serta daerah kantong dan unit
imunisasi bertanggung jawab untuk menghilangkan daerah
kantong.
(6) Keterpaduan KB dengan kesehatan (imunisasi, gizi, diare, KIA,
PKM, KB) dengan menggunakan sistem pendekatan 5 meja di
posyandu
b) Lintas sector
Kerjasama program imunisasi dengan departemen agama, meliputi :
(1) Islam dengan KUA, non islam dengan catatan sipil/gereja.
(2) Petugas merujuk calon pengantin wanita ke pusesmas untuk
imunisasi TT
(3) Menganjurkan calon pengantin wanita melangkapi 2 dosis TT
sebelum akad nikah.

2) Kerjasama program imunisasi dengan Depdagri


a) Unit kesehatan melaporkan hasis PWS imunisasi ke pemda setempat
b) Pemda memutuskan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi maslah
yang dihadapi program
3) Kerjasama imunisasi dengan departemen pendidikan nasional
a) Pihak sekolah menanyakan status imunisasi dari calon murid SD kelas
1
b) Melalui program UKS imunisasi memberikan penyuluhan tentang
PD3I dan imunisasi DT, TT
4) Kerjasama Imunisasi dengan Departemen Pendidikan Nasional
a) Pihak sekolah menanyakan status imunisasi dari calon murid SD kelas
1
b) Melalui program UKS imunisasi memberikan penyuluhan tentang
PD3I dan imunisasi DT, TT.
5) Kerjasama Program Imunisasi dengan Organisasi Profesi (IDAI, POGI,
IBI)
a) Melibatkan organisasi profesi melalui pertemuan konsultasi atau berita
actual dari program
b) Esepakatan tentang sasaran, jadwal serta kontraindikasi perlu dijaga
c) Kerjasama dalam betuk pencatatan dan pelaporan cakupan imunisasi
6) Peran Bantu PKK
a) Mencatat sasaran dalam format F2 PKK
b) Memotivasi sasaran untuk di imunisasi
c) Menggerakkan sasaran ke tempat imunisasi
c. Pengorganisasian Pelayanan Imunisasi
1) Perencanaan
a) Provinsi
Kebutuhan peralatan cold chain, kebutuhan vaksin, dan kebutuhan alat
suntik
b) Kabupaten
Kebutuhan peralatan cold chain, kebutuhan vaksin, kebutuhan alat
suntk, kebutuhan suku cadang
c) Puskesmas
Kebutuhan peralatan cold chain, kebutuhan vaksin, kebutuhan alat
suntk, kebutuhan suku cadang
2) Pergerakan dan pelaksanaan
a) Provinsi
Pengadaan, penyimpanan, distribusi, pemeliharaan
b) Kabupaten
Penyimpanan, distribusi, pemeliharaan
c) Puskesmas
Penyimpanan, distribusi, pemeliharaan
3) Pengawasan, Pemantauan, Penilaian
a) Provinsi
Suhu, potensi vaksin, jumlah dan ratio logistik
b) Kabupaten
Suhu, potensi vaksin, jumlah dan ratio logistik
c) Puskesmas
Suhu, potensi vaksin, IP vaksin
Pengawasan
a) Stok vaksin
(1) Dilaporkan oleh petugas puskesmas, kabupaten, provinsi ke tingkat
atasnya untuk pengambilan atau distribusi vaksin. Grafik di buat
menurut waktu, dapat dibandingkan dengan cakupan dan batas stok
maksimum dan minimum untuk menilai kesiapan stok vaksin
meghadapi kegiatan program. Data stok vaksin diambil dari kartu
stok.
(2) Stok minimal adalah kebutuhan vaksin selama satu minggu
(3) Stok maksimal aalah kebutuhan vaksin satu bulan ditambah
cadangan satu minggu.
b) Suhu lemari es
Dilakukan setiap hari pada grafik suhu yang tersedia. Ada catatan
penting pada grafik tersebut : sweeping, safari, KLB, KIPI
c) Uji potensial vaksin
Tujuan untuk diketahuinya potensi dan keamanan vaksin. Tujuan
tambahan yaitu untuk kualitas cold chain pengelolaan vaksin.
Untuk masing –masing kegiatan terdiri dari :
a) Analisis situasi
b) Alternative pemecahan maslah
c) Alokasi sumber daya (tenaga, dana, sarana, dan waktu)
4) Pelayanan Imunisasi
a) Provinsi
Penyampaian informasi untuk kerjasama melalui
(1) lintas program terkait dalam unit kesehtan (KIA, UKS)
(2) lintas sektoral terkait untuk kerjasama antar kanwil dalam rapat
koordiasi tingkat provinsi (Depdagri dan otonomi daerah,
depdiknas, depag, PKK, TNI).
(3) Penyuluhan melalui media massa (radio, poster, leaflet, televisi)
b) Kabupaten
Penyampaian informasi untuk kerjasama melalui :
(1) lintas program diantara seksi Dinas Kesehatan
(2) Lintas sektoral dalam rapat koordinasi kabupaten/kota
(3) penyuluhan melalui media massa (radio, siaran pedesaan,
pemutaran film)
c) Puskesmas
Penyampaian informasi dalam rapat koordinasi untuk kerjasama :
(1) Lintas program: KIA, KB, gizi, diare, BP, UKS, HS, dan PKM
(2) Lintas sektoral meliputi camat, PKK, LSM, agama, Diknas
(3) Penyuluhan oleh kader atau petugas dengan alat peraga (arisan,
pengajian, pertemuan koordinasi, posyandu)
(4) Menunggu pelayanan puskesmas
(5) Kunjungan rumah
d) Desa
Penyampaian informasi untuk kerjasama melalui :
(1) Penggerkan sasaran di lapangan (posyandu) oleh kader PKK,
Pamong, dukun terlatih
(2) Persiapan pelayanan imunisasi di SD denga pendekatan kepala
sekolah dan kepala Diknas
(3) Membuat jadwal pelayanan di SD
5) Pemantauan
Kegiatan bisa berjalan sesuai program dengan Pemantauan wilayah
setempat (PWS). PWS ini merupakan alat untuk memantau cakupan
program dengan prinsip memanfaatkan data yang ada dan menggunakan
indicator sederhana yang berupa jangkauan/aksesibilitas pelayanan.

4. ANALISIS SWOT
Menurut Freddy Rangkuti Analis swot adalah indifikasi berbagai faktor
secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahan. Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (sterngths) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats).
Analisis SWOT menurut Sondang P. Siagian merupakan salah satu
instrument analisis yang ampuh apabila digunakan dengan tepat telah diketahui
pula secara luas bahwa “SWOT merupakan akronim untuk kata-kata strenghs
(kekuatan), weaknesses (kelmahan), opportunities (peluang) dan htreats
(ancaman).
Analisis SWOT menurut Philip Kotler diartikan sebagai evaluasi terhadap
keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisis SWOT
merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal
perusahaan yang dikenal luas. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu
strategi yang efektif akan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila
diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai dampak yang besar
atas rancangan suatu strategi yang berhasil.
Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah
untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam
pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan
eksternal (peluang dan ancaman).Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan
apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu perusahaan
mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat rintangan yang
harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang
diinginkan.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan, analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities),
namun secara bersamaan dapat menimbulkan kelemahan (weaknesses)dan
ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan
dengan pengembangangmisi, tujuuan , dan strategi, dan kebijan dari
perusahaan. Dengan demikian perecanaan strategi (strategic planner) harus
menganalisi faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman) dalam kondisi yang ada disaat ini. Hal ini disebut dengan
analisis situasi. Model yang paling popular untuk analisis situasi adalah analisis
SWOT. Sedangkan menurut sondang p sinagian ada pembagian faktor-faktor
strategis dalam analisi SWOT yaitu:
1. Faktor berupa kekuatan
Yang dimaksud dengan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh
suatu perusahaan termasuk satuan-satuan bisnis didalamnya adalah antara
lain kompetisi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada
pemilkikan keunggulan komparatif oleh unit usaha dipasaran. Dikatan
demikian karena satuan bisnis memilki sumber keterampilan, produk
andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pada pesaing
dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah dan direncanakan akan
dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan.
2. Faktor kelemahan
Yang dimaksud dengan kelamhan ialah keterbatasan atau kekurangan
dalam hal sumber, keterampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang
serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan
3. Faktor peluang
definisi peluang secara sederhana peluang ialah berbagai situasi
lingkuangan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis.
4. Faktor ancaman
Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang yaitu
faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis jika
jika tidak diatasi ancaman akan menjadi bahaya bagi satuan bisnis yang
bersangkutan baik unutk masa sekarang maupun dimasa depan.
Analisis situasi sistem informasi kesehatan dilakukan dalam rangka
pengembangan sistem informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan
bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian
fungsional dari sistem kesehatan yang dibangun dari himpunan atau jaringan
sistem-sistem informasi dari level yang paling bawah misalnya sistem
informasi kesehatan nasional dibangun dari himpunan atau jaringan sistem
informasi kesehatan provinsi.
Analisis situasi yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan
menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yaitu analisis antar komponen
dengan memanfaatkan deskripsi SWOT setiap komponen untuk merumuskan
strategi pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu
sistem informasi kesehatan secara berkelanjutan.
SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan/kondisi positif),
Weakness (Kelemahan internal sistem), Opportunity (Kesempatan/ peluang
sistem), dan Threats (Ancaman/ rintangan/ tantangan dari lingkungan eksternal
sistem). Kekuatan yang dimaksud adalah kompetensi khusus yang tersistem
dapat dalam sistem, sehingga sistem tersebut memiliki keunggulan kompetitif
di pasaran . kekuatan dapat berupa: sumberdaya , keterampilan, produk, jasa
andalan, dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pesaing dalam
memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan masyarakat di dalam atau di
luar sistem. Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam hal
sumberdaya , keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius
bagi penampilan kerja sistem informasi kesehatan. Adapun peluang adalah
berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi sistem tersebut,
sedangkan ancaman/tantangan merupakan kebalikan dari peluang. Tantangan
yang mungkin muncul sehubungan dengan pengembangan sistem informasi
kesehatan pada dasarnya berasal dari dua perubahan besar yaitutantangan dari
otonomi daerah dan tantangan dari globalisasi. Dengan demikian, ancaaman/
tantangan adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan sistem.
Analisis SWOT dapat merupakan alat yang ampuh dalam melakukan
analisis strategis. Keampuhan tersebut terletak pada kemampuan untuk
memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang serta
berperan untuk meminimalisasi kelemahan sistem dan menekan dampak
ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Analisis SWOT dapat diterapkan
dalam tiga bentuk untuk membuat keputusan strategis yaitu:
1. Analisis SWOT memungkinkan penggunaan kerangka berfikir yang logis
dan holistik yang menyangkut situasi dimana organisasi berada,
identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang layak untuk
dipertimbangkan dan menentukan pilihan alternatif yang diperkirakan
paling ampuh.
2. Pembandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal di
satu pihak, serta kekuatan dan kelemahan internal di pihak lain.
3. Analisis SWOT tidak hanya terletak pada penempatan organisasi pada
kuadran tertentu akan tetapi memungkinkan para penentu strategi
organisasi untuk melihat posisi organisasi yang sedang dianalisis tersebut
secara menyeluruh dari aspek produk/jasa/informasi yang dihasilkan
danpasar yang dilayani.
Dalam melakukan analisis situasi menggunakan analisis SWOT, maka
langkah-langkahnya adalah:
1. Langkah 1: identifikasi kelemahan ancaman yang paling mendesak untuk
diatasi secara umum pada semua komponen.
2. Langkah 2: identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok
untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih
dululangkah 1.
3. Masukkan butir-butir hasil identifikasi (langkah 1 dan langkah 2) ke dalam
pola analisis SWOT seperti berikut.
Pada waktu mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman dalam sistem informasi kesehatan, perlu diingat bahwa kekuatan
dan kelemahan merupakan faktor internal yang perlu diidentifikasikan
didalam system, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor
eksternal yang harus diidentifikasi dalam lingkungan eksternal sistem.
Lingkungan eksternal suatu sistem informasi kesehatan dapat berupa :
pemerintah, masyarakat luas, stakeholder internal dan eksternal, dan
pesaing. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan atau jika terlalu
banyak dapat dipilah menjadi analisis SWOT untuk komponen masukan,
proses, dan keluaran.

Masukan termasuk fisik dan non fisik. Masuka fisik berupa


sumber daya manusia, pembiayaan, sarana dan prasarana, metode,
hardware dan software pendukung, market dan manajemen waktu (7M =
man, money, material, method, machine, market, and minute). Masukan
non fisik berupa data kesehatan.

Proses berupa pengelolaan system(data) hingga menjadi informasi,


termasuk tata pamong, manajemen dan kepemimpinan, dan kerja sama.

Keluaran berupa jenis informasi yang dihasilkan, termasuk model


dan media informasi, publikasi dan pengguna informasi.

4. Langkah 4 : Rumuskan strategi yang direkomendasikan untuk menangani


kelemahan dan ancaman, termasuki pemecahan masalah, perbaikan, dan
pengembangan program secara berkelanjutan. Analisis untuk
pengembangan strategi pemecahan masalah dan perbaikan/pengembangan
program itu digambarkan pada gambar berikut ini.

Gambar 2. Analisis SWOT untuk Pengembangan Strategi


5. Langkah 5: Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu,
dan susunlah suatu rencana tindakan untuk melaksanakan program
penanganan.
Hasil analisis SWOT dimanfaatkan untuk penyusunan strategi
pemecahan masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem
secara berkelanjutan. Jika kekuatan lebih besar dari kelemahan, dan peluang
lebih baik dari ancaman, maka strategi pengembangan sebaiknya diarahkan
kepada perluasan atau pengembangan sistem, sedangkan jika kekuatan lebih
kecil dari kelemahan dan peluang lebih kecil dari ancaman, maka sebaiknya
strategi pengembangan lebih ditekankan kepada upaya konsolidasi kedalam,
melakukan penataan sistem dan organisasi secara internal dengan
memnfaatkan kekuatan dan peluang yang ada, dan mereduksi kelemahan
didalam dan ancaman dari luar. Analisis itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
Langkah-langkah analisis SWOT diatas dikenal dengan model David
(2004), yaitu matriks Threats-Oppurtinity-Weakness-Strenght (TOWS).
Merupakan perangkat pencocokan yang penting dan dapat membantu
pengelola sistem mengembangkan 4 tipe strategi : strategi SO (Strenght-
Oppurtinity), strategi WO (Weakness- Oppurtinity), : strategi ST (Strenght-
Threats), strategi WT (Weakness-Threats). Mencocokkan faktor-faktor
eksternal dan internal kunci, merupakan bagian yang sangat sulit dalam
mengembangkan matriks TOWS dan memerlukan penilaian yang baik dan
tidak ada sekumpulan kecocokan yang paling baik.

Strategi SO (Strenght-Oppurtinity) yaitu strategi kekuatan-peluang,


menggunakan kekuatan internal sistem untuk memanfaatkan peluang
eksternal sistem. Strategi WO (Weakness-Oppurtinity) yaitu strategi
kelemahan peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan
memanfaatkan peluang eksternsal. Strategi ST (Strenght-Threats) yaitu
strategi kekuatan ancaman menggunakan kekuatan sistem untuk menghindari
atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT (Weakness-
Threats) yaitu strategi kelemahan ancaman merupakan strategi defensive
yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari
ancaman eksternal.

Berdasarkan hasil evaluasi SIK yang dilakukan pada Pusat Data dan
Informasi, dan unit unit lain di Kementerian Kesehatan, serta unit di luar
sektor kesehatan maka diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
dalam SIK, seperti tampak dalam tabel 1 berikut. Hasil analisis ini
selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana
jangka menengah pengembangan dan penguatan SIK.

Tabel 1: ANALISIS SWOT


STRENGTH/KEKUATAN WEAKNESSES/KELEMAHAN
1. Indonesia telah memiliki beberapa 1. SIK masih terfragmentasi (belum
legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak
SKN, Kebijakan dan strategi sehingga terdapat “pulau-pulau informasi”.
pengembangan SIKNAS dan SIKDA). 2. Legislasi yang ada belum kuat untuk
2. Tenaga pengelola SIK sudah mulai mendukung integrasi SIK.
tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi dan 3. Tidak terdapatnya penanggung jawab
Kabupaten/Kota. khusus SIK (petugas SIK umumnya masih
3. Infrastruktur teknologi informasi dan rangkap jabatan).
komunikasi tersedia di semua Provinsi 4. Tenaga Pengelola SIK umumnya masih
dan hampir seluruh Kabupaten/kota kurang diakui perannya, pengembangan
4. Indikator kesehatan telah tersedia. karir tidak jelas dan belum ada jabatan
5. Telah ada sistem penggumpulan data fungsionalnya.
secara rutin yang bersumber dari fasilitas 5. Terbatasnya anggaran untuk teknologi
kesehatan pemerintah dan masyarakat. informasi dan komunikasi khususnya
6. Telah ada inisiatif pengembangan SIK untuk pemeliharaan.
oleh beberapa fasilitas kesehatan seperti 6. Telah ada inisiatif pengembangan SIK oleh
Rumah Sakit, Puskesmas dan Dinas beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah
Kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan,
mereka sendiri. untuk memenuhi kebutuhan mereka
7. Diseminasi data dan informasi telah sendiri.
dilakukan, contohnya hampir semua 7. Diseminasi data dan informasi telah
Provinsi dan Kabupaten/kota dan Pusat dilakukan, contohnya hampir semua
menerbitkan profil kesehatan. Provinsi dan Kabupaten/kota dan Pusat
menerbitkan profil kesehatan.

OPPORTUNITIES/PELUANG THREATHS/ANCAMAN
1. Kesadaran akan permasalahan kondisi 1. Dengan Otonomi daerah, terkadang
SIK dan manfaat eHealth mulai pengembangan SIK tidak menjadi
meningkat pada semua pemangku prioritas.
2. Rotasi tenaga SIK di fasilitas kese-hatan
kepentingan terutama pada tingkat
Pemerintah tanpa perenca-naan dan
manajemen Kementerian Kesehatan.
2. Telah ada peraturan perundang-undangan koordinasi dengan Dinas Kesehatan telah
terkait informasi dan TIK. menyebabkan hambatan dalam
3. Terdapatnya kebijakan perampingan
pengelolaan SIK.
struktur dan pengkayaan fungsi, 3. Sebagian program kesehatan yang didanai
memberikan peluang dalam oleh donor mengembang-kan sistem
pengembangan jabatan fungsional informasi sendiri tanpa dikonsultasikan
pengelolaan SIK. atau dikoordinasi-kan sebelumnya dengan
4. Terdapat jenjang pendidikan informasi
Pusat Data dan Informasi dan pemangku
kesehatan yang bervariasi dari diploma
kepentingannya.
hingga sarjana di perguruan tinggi. 4. Komputerisasi data kesehatan terutama
5. Para donor menitik beratkan program
menuju data individu (disaggregate)
pengembangan SIK.
meningkatkan risiko terhadap keamanan
6. Registrasi vital telah dikembangkan oleh
dan keraha-siaan sistem TIK.
Kementerian Dalam Negeri dan telah
5. Kondisi geografis Indonesia yang sangat
mulai dengan proyek percobaan di
beragam dimana infrastruk-tur masih
beberapa Provinsi.
sangat lemah di daerah terpencil sehingga
7. Adanya inisiatif penggunaan nomor
menjadi ham-batan modernisasi SIK.
identitas tunggal penduduk oleh
Kementerian Dalam Negeri yang
merupakan peluang untuk memudahkan
pengelolaan data sehingga menjadi
berkualitas.
8. Kebutuhan akan data berbasis bukti
meningkat khususnya untuk anggaran
(perencanaan) yang berbasis kinerja.
BAB III
PROFIL PUSKESMAS CIPTOMULYO

1. Profil Puskesmas Ciptomulyo


A. Kondisi Geografis
Puskesmas Ciptomulyo adalah unit pembangunan kesehatan tingkat
pertama yang mandiri dan bertanggung jawab di wilayah kerjanya.
Di dalam rangka mewujudkan konsep tersebut maka semua komponen
masyarakat yang ada harus terlibat dan peduli sesuai dengan visi dan misi
yang akan dicapai.
Puskesmas Ciptomulyo berada di Jalan Kolonel Sugiono VIII/54 Malang.
Wilayah kerja Puskesmas Ciptomulyo terletak pada ketinggian antara 440
– 460 meter di atas permukaan air laut, antara 112,06 bujur timur
sampai dengan 112,07 bujur timur dan 8,01 lintang selatan sampai
dengan 8,02 lintang selatan, yang dibatasi oleh :
1. Sebelah Utara dengan Wilayah Kelurahan Sukoharjo Kecamatan Klojen
Kota Malang
2. Sebelah Timur dengan Wilayah Kelurahan Mergosono, Bumiayu dan
Arjowinangun Kecamatan Kedung Kandang Kota Malang
3. Sebelah Selatan dengan Wilayah Kecamatan Pakisaji Kabupaten
Malang
4. Sebelah Barat dengan Wilayah Kelurahan Kasin Kecamatan Klojen,
Kelurahan Bandungrejosari Kecamatan Sukun Kota Malang dan
Wilayah Kecamatan Wagir Kabupaten Malang.
Keadaan geografis wilayah kerja Puskesmas Ciptomulyo merupakan
dataran tinggi dengan tanah yang umumnya subur mempunyai luas 6,83
Km2, beriklim tropis, hawanya sejuk kering, suhu rata-rata 24,08C,
mempunyai kelembaban udara 72%, curah hujan rata-rata 1.510 mm serta
mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dari bulan Mei sampai
dengan bulan Oktober dan musim hujan dari bulan Nopember sampai
dengan bulan April.
Tanah pertanian yang ada sebagian besar ditanami padi, tebu dan jagung,
sedangkan tanaman lain yaitu ubi jalar dan salak. Hasil pertanian yang
terbesar adalah padi. Unggas merupakan ternak yang paling banyak
dipelihara penduduk, sedangkan ternak lain adalah sapi, kambing dan
kelinci. Usaha perikanan yang ada adalah budi daya ikan lele dan tawes.

B. Visi

Terwujudnya masyarakat sehat dan mandiri di wilayah kerja


Puskesmas Ciptomulyo

C. Misi
1. Memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara
keseluruhan melalui upaya promotif dan preventif dengan sasaran
individu, keluarga dan masyarakat (UKM).
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersiat kuratif dan
rehabilitative melalui peningkatan pelayanan yang berkualitas (UKP)
3. Menyelenggarakan administrasi dan manajemen yang bersifat
transparan dan akuntabel
4. Memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan secara
merata dan terjangkau
B. Janji Layanan
Memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Makna :
Puskesmas Ciptomulyo memberikan pelayanan sesuai dengan tupoksi dan
mengedepankan kesehatan masyarakat. Seluruh petugas kesehatan
diwajibkan memberi pelayanan sesuai wewenangnya dan setiap
melakukan tindakan harus berdasarkan informed consent
C. Motto
“Kesehatan Anda Tujuan Kami”
Makna :
Puskesmas Ciptomulyo melakukan pelayanan kesehatan dengan acuan visi
dan misi. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat di wilayah Puskesmas Ciptomulyo
D. Ketenagakerjaan Puskesmas Ciptomulyo
No Jenis Ketenagaan Yang ada Kekurangan Status Kepegawaian
1 Dokter Umum 2 PNS
2 Dokter gigi 2 PNS
3 Perawat 6 1 PNS
4 Bidan 7 PNS
5 Perwat gigi 1 PNS
6 Sanitasi 1 1 PNS
7 Gizi 2 PNS
8 Analis Laboratorium 1 1 PNS
9 Promosi Kesehatan 1 Non PNS
10 Apoteker 1 Non PNS
11 Asisten Apoteker 2 PNS
12 Administrasi 5 4 PNS, 1 Non PNS
13 Perekam Medis 1 Non PNS
14 Sopir 1 Non PNS
15 Petugas Kebersihan 2 Non PNS
Jumlah 33 3

E. Jenis-Jenis Pelayanan
1. Pelayanan umum
Tujuan:
a. Meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat
b. Menyembuhkan penyakit yang diderita
c. Mengurangi penderitaan akibat penyakit
Sasaran :
Masyarakat yang membutuhkan pengobatan
Kegiatan:
Agar tujuan dapat tercapai sebaik-baiknya, ditempuh kegiatan sebagai
berikut:
a. Melakukan diagnosa sedini mungkin melalui:
b. Anamnesa lengkap mengenai riwayat penyakit
c. Melakukan pemeriksaan fisik
d. Melakukan pemeriksaan laboratorium apabila diperlukan
e. Menegakkan diagnosa
f. Melaksanakan tindakan pengobatan
g. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu baik antar poli
dalam puskesmas maupun rumah sakit (FKTP Tk. II) yang berupa :
Rujukan diagnostic dan Rujukan pengobatan/ rehabilitatif
Jenis pelayanan kesehatan yang dilakukan antara lain :
a. Pengobatan penyakit
b. Pemeriksaan tenaga kerja
c. Pemerikssan pelajar
d. Pemeriksaan jamah haji
e. Pemeriksaan calon pengantin
Struktur Organisasi Pelayanan Umum :
Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator Ruang BP : Lindung Indriati, Amd.Kep
Tenaga Teknis Keperawatan : Sulistyarini, Amd.Kep
Yuswadi, Amd.Kep
2. Pelayanan gigi
Pengertian
UKG adalah suatu upaya peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada
masyarakat
Tujuan
a. Peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut
b. Mengurangi bahaya dari penyakit gigi
c. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai kesehatan gigi
dan mulut
Sasaran
Anak sekolah, Masyarakat umum, Ibu hamil, Balita, Anak pra sekolah
Kegiatan yang dilakukan
Pemeriksaan gigi di poli gigi dan UKGS yang terbagi dalam 3 tahap :
Tahap I : promotif/ penyuluhan
Tahap II : preventif/ pencegahan
Tahap III: kuratif dengan melakukan perwatan paripurna gigi
Struktur Organisasi Pelayanan Gigi
Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator Ruang Poli Gigi :
Tenaga Teknis Poli Gigi :

3. Pelayanan kesehatan ibu anak (KIA), Imunisasi dan Keluarga


Berencana
Pelayanan KIA
KIA adalah suatu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu,
bayi, anak balita maupun anak pra sekolah setinggi-tingginya dalam
hal gizi, pengelolan penyakit, maupun pemeliharaan kesehatan secara
keseluruhan.
Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak
Sasaran
Ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, perawatan dan pemeliharaan
kesehatan ibu menyusui, ibu yang memiliki bayi dan balita, bayi,
balita, anak pra sekolah
Kegiatan yang dilaksanakan :
a. ANC, baik pemeriksaan maupun penjaringan bumil resti dan
penatalaksanaan selanjutnya
b. Pemeriksaan ibu nifas
c. Penyuluhan gizi
d. Pemeriksaan dan pengobatan pada bayi, balita dan anak pra
sekolah sakit yang tidak berat dan melakukan MTBM dan MTBS
e. Melakukan DDTK
f. Melakukan pembinaan Posyandu dan kadernya
g. Melaksanakan kelas ibu hamil
h. Melaksanakan pemeriksaan IMS

Struktur Organisasi Pelayanan KIA :


Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator Poli KIA :
Tenaga Teknis Kebidanan :

Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi adalah suatu upaya untuk meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen.
Pencegahannya melalui program imunisasi yang disebut Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Tujuan
Meningkatkan kekebalan terhadap suatu penyakit
Sasaran
Bayi, Ibu hamil, dan Wanita Usia Subur (WUS)
Kegiatan yang dilaksanakan :
Sweeping, backlog fighting, crash program, dan out break response
(ring vaksinasi)
Struktur Organisasi Pelayanan Imunisasi :
Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator Poli Imunisasi :
Tenaga Teknis Kebidanan :

Pelayanan KB
Pelayanan KB adalah pelayanan pemerintah dalam upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan ( PUP ), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan
sejahtera.
Tujuan
untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau
angka kematian Ibu dan bayi serta penanggulangan masalah kesehatan
reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil yang berkualitas.
Sasaran
Sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsungnya
adalah Pasangan Usia Subur (PUS. Sedangkan sasaran tidak
langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB.
Struktur Organisasi Pelayanan KB :
Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator Poli Imunisasi :
Tenaga Teknis Kebidanan :

4. Pelayanan pemeriksaan Pap Smear dan IVA


Pelayanan IVA (inspeksi visual asam asetat)
Pengertian:
IVA merupakan salah satu cara untuk mendeteksi secara dini kanker
leher rahim pada wanita dengan cara yang lebih sederhana
dibandingkan pap smear. Yaitu dengan cara mengolesi seviks atau
leher rahim dengan larutan asam cuka. Dan dari sana akan diketahui
ada tidaknya kelainan pada leher rahim. Yang ditandai dengan adanya
lesi putih pada permukaan serviks.
Tujuan:
Mendeteksi dini adanya kanker leher Rahim
Sasaran :
Wanita yang telah menikah terutama usia 30-50 tahun
Kegiatan:
1) Penyuluhan
2) Pemerikssan IVA yang dilaksanakan tiap hari senin-jumat
3) Krioterapi bagi pasien yang ditemukan IVA +
Pelayanan Pap Smear
Pengertian:
Pemeriksaan pap smear adalah prosedur skrining untuk mendeteksi
kanker serviks
Tujuan:
Mendeteksi dini adanya kanker leher Rahim
Sasaran :
Wanita dengan kriteria :
1) 3 tahun setelah pertama kali aktif secara seksual.
2) Wanita yang berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap
Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes kembali setiap 2-
3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes
setiap tahun.
Kegiatan:
4) Penyuluhan
5) Pemerikssan pap smear yang dilaksanakan tiap hari senin-jumat

Struktur Organisasi Pelayanan IVA dan Pap Smear :


Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator IVA dan Pap Smear :
Tenaga Teknis Kebidanan :

5. Pelayanan pemeriksaan laboratorium


Pengertian
Merupakan suatu tempat untuk melakukan pemeriksaan diri dan
bagian tubuh misalnya darah, urin dengan tujuan membantu
menegakkan diagnosa penyakit.
Tujuan
Membantu menegakkan diagnosa penyakit dan perkembangan
penyakit
Sasaran :
a. Masyarakat yang memiliki penyakit maupun keluhan seperti DM,
dan lain-lain
b. Ibu hamil
c. Tes golongan darah
Kegiatan:
a. Pengambilan sediaan yang akan diperiksa
b. Pemeriksaan sample sesuai yang akan diperiksa
c. Di puskesmas Ciptomulyo melayani pemerikssan DL, UL, widal
gula darah dan lain-lain.
Struktur Organisasi Pelayanan Laboratorium :
Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator Ruang Laboratorium:
Tenaga Teknis Laboratorium :

6. Pelayanan pemeriksaan HIV dan IMS


Pengertian
Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan
apakah seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan
cara mendeteksi adanya antibody HIV di dalam sample darahnya.
PMS adalah penyakit yang dimulai dengan infeksi, sehingga beberapa
ahli medis lebih memilih untuk menyebutnya sebagai Infeksi Menular
Seksual (IMS). Seperti infeksi-infeksi lainnya, ada cara untuk
mendeteksi infeksi PMS ketika masih berada pada fase awa
Tujuan
Membantu menegakkan diagnosa sehingga bisa diketahui lebih awal
agar penatalaksanaan cepat dan tepat
Sasaran :
Pria dan wanita
Kegiatan:
a. Anamnesa untuk penapisan
b. Pengambilan sediaan darah untuk tes HIV
c. Pemeriksaan IMS
Struktur Organisasi Poli HIV dan IMS :
Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator Poli HIV dan IMS : Lindung Indiarti, Amd.Kep
Perawat/Bidan/RR/
Analis Pelaksana :Syarifah Aini Al Jauhari, Amd.Keb
Fadiah Agustin, Amd.Kesling
Sari Handayani, Amd.An.Kes
M.Mahbubillah
7. Pelayanan obat atau farmasi
Pengertian
suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
Sasaran
orientasi obat kepada pasien yang mengacu pada asuhan
kefarmasian (Pharmaceutical Care)
Tujuan
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Kegiatan
pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana, sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan farmasi
klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi
obat dan pencatatan/penyimpanan resep)
Struktur Organisasi Pelayanan Farmasi
Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator Ruang Farmasi : Praweri Wahyuningtyas, Apt
Tenaga Teknis Kefarmasian : Indra Wulandari, Amd.Farm
Nery Wendhrasti.D., Anfarmakmin.
8. Pelayanan klinik PHBS, klinik sanitasi, pelayanan Gizi
Pelayanan PHBS
Merupakan suatu upaya untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan
lingkungan guna menunjang peningkatan kesehatan masyarakat
Tujuan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko
terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat
Sasaran:
Pasien, keluarga pasien, pengunjung, petugas kesehatan dan karyawan
Tindakan:
a. Menggunakan air bersih
b. Mencuci tangan dengan air bersih yang
mengalir dan sabun
c. Menggunakan jamban
d. Membuang sampah pada tempatnya
e. Tidak merokok di Institusi Kesehatan
f. Tidak meludah sembarangan
Pelayanan Sanitasi
Pengertian
Pelayanan yang berfokus pada pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan
bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan
menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.
Tujuan :
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melaui upaya preventif,
kuratif, dan promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus
menerus
Sasaran :
a. penderita penyakit (pasien) yang berhubungan dengan masalah
kesehatan lingkungan (yang datang ke puskesmas atau yang
diketemukan di lapangan)
b. masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan
lingkungan (yang datang ke puskesmas atau yang menemui
petugas klinik sanitasi di lapangan)
c. lingkungan penyebab masalah bagi penderita/klien dan masyarakat
sekitarnya.
Kegiatan:
Pemberian konsultasi gratis kepada masyarakat/pasien yang menderita
penyakit yang berhubungan dengan lingkungan seperti; diare,
kecacingan, penyakit kulit, TB Paru, dan lainnya.

Pelayanan gizi
Pengertian
Program gizi merupakan suatu upaya peningkatan status gizi
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
Tujuan
Meningkatkan status gizi masyarakat
Sasaran
a. Masyarakat
b. Bayi, balita ,APRAS, anak sekolah
c. Ibu hamil
d. Ibu menyusui
e. Ibu yang memiliki balita
Kegiatan
a. Melakukan penyuluhan gizi
b. Mengenali keadaan gizi masyarakat dan mengembangkan program
perbaikan gizi
c. Melakukan program perbaikan gizi keluarga dan masyarakat
d. PMT dan pemberian paket gizi
Struktur Organisasi Pelayanan Sanitasi, PHBS, Gizi
Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator Ruang :
Tenaga Teknis :
.
9. Pelayanan TB
Pengertian
P2M adalah upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit menular
dengan cara menghilangkan dan merubah cara pandang masyarakat
mengenai penyakit menular dan penanganannya maupun melakukan
upaya pemberantasan dan penyakit menular baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Tujuan
a. Mencegah penyakit menular
b. Mengurangi angka kejadian penyakit
c. Mengurangi angka kematian
d. Mencegah penularan penyakit yang cenderung menjadi wabah
Kegiatan
a. Melakukan langkah-langkah sebagai berikut
b. Mengumpulkan dan mengenali data penyakit
c. Melaporkan penyakit menular
d. Melakukan survey lapangan
e. Melakukan tindakan untuk mencegah penularan penyakit
f. Melakukan imunisasi sebagai upaya untuk mencegah penyakit
sedini mungkin dan membentuk kekebalan
g. Pemberantasan penyakit
h. Pendidikan kesehatan
Pencegahan TB paru
Kegiatan:
a. Penemuan penderita
b. Pemberian pengobatan
c. Pengendalian pengobatan
d. Pemeriksaan BTA
Struktur Organisasi Poli TB
Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator Ruang Poli TB :
Tenaga Teknis Poli TB :
10. Pelayanan tumbuh kembang
11. Pelayanan kegawatdaruratan (UGD pada jam kerja)
Pengertian
Bagian pelayanan di puskesmas modo yang menyediakan penanganan
awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat
mengancam kelangsungan hidupnya. Di UGD dapat ditemukan dokter
umum bersama sejumlah perawat yang handal.
Tujuan
untuk memberikan pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan
menghindari berbagai resiko, seperti: kematian , menanggulangi
korban kecelakaan, atau bencana lainnya yang langsung
membutuhkan tindakan
Sasaran
Pasien Umum, pasien Jamkesda, pasien Jamkesmas/KIS, pasien BPJS
dan pasien dengan SKTM
Kegiatan
a. Pemeriksaan kesehatan
b. Pengobatan
Struktur organisasi
Kepala Puskesmas Ciptomulyo : dr. Edy Dwitanto
Penanggung Jawab : dr. Fitri Wulansari
Koordinator UGD : Lindung Indriati, Amd.Kep
Tenaga Teknis Keperawatan : Sulistyarini, Amd.Kep
Yuswadi, Amd.Kep

G. Jam Pelayanan
1. Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
Senin s/d Kamis : 07.00 – 12.00
Jumat : 07.00 – 10.00
Sabtu : 07.30 – 11.00
2. Rawat Jalan
Senin s/d Kamis : 08.00 – 14.00
Jumat : 08.00 – 11.00
Sabtu : 08.00 – 12.00
3. UGD (Unit Gawat Darurat) : Pada jam kerja (08.00-14.00)
4. Pelayanan Penunjang/Lainnya
Senin s/d Kamis : 08.00 – 12.00
Jumat : 08.00 – 10.00
Sabtu : 08.00 – 11.00
H. Jadwal Pelayanan
1. Senin s/d Sabtu
a. Layanan Kesehatan Umum
b. Layanan Pengobatan Gigi dan Mulut
c. Layanan KIA
d. Layanan Konsultasi Gizi
e. KB (Keluarga Berencana)
f. Layanan TB
g. VCT (Voluntary Conseling Test)/PITC
h. IMS (Infeksi Menular Seksual)
i. Konsultasi
j. DDTK (Deteksi Dini Tumbuh Kembang)
k. Layanan klinik sanitasi dan PHBS
2. Rabu dan Sabtu
Imunisasi
3. Kamis
a. IVA
b. Papsmear
1. Profil Pelayanan KIA/KB
a. Ketenagaan :
Bidan berjumlah 7 orang bidan PNS.
b. Jenis pelayanan
1) Dalam gedung
a) Pelayanan KIA (Setiap Hari)
b) Pelayanan KB (Setiap Hari)
c) Pelayanan Imunisasi (Setiap Hari, BCG Dan Campak Setiap Hari
Selasa)
d) Pelayanan IVA (Setiap Hari Kamis)
e) Pelayanan SDIDTK (Setiap Hari Rabu)
f) Kelas Ibu Hamil (Setiap Hari Senin Ke -2,3,4)
2) Luar gedung
a) Posyandu
b) Imunisasi
c) Kelas Ibu Hamil
d) Kunjungan Rumah
J. Alur Pelayanan Puskesmas Ciptomulyo
1. Alur Pelayanan Puskesmas Ciptomulyo Secara Umum

PASIEN

LOKET RUANG
PENDAFTARAN TINDAKAN

RUANG RUANG KIA, KB, RUANG


PEMERIKSAAN IMUNISASI, TB, KESEHATAN GIGI
UMUM IMS, HIV DAN MULUT

RUJUK RUMAH
LABORATORIUM
SAKIT

RUANG
FARMASI

PULANG
2. Alur Pendaftaran

Pasien Datang

Pasien mengambil nomer antrian


dan menaruh kartu berobat/KTP

3S
(Salam, sapa, sopan)

Apakah
pasien
baru?
Membuat rekam medis baru Mencari rekam medis

Menulis register

KASIR

PENDUDUK
YA
KOTA
MALANG?

TIDAK

Pasien menunggu
di poli
3. Alur Prosedur Pelayanan Poli KIA Puskesmas Ciptomulyo

MEMANGGIL
MULAI POLI KIA ANAMNESA
SESUAI
URUTAN

MENEGAKKAN PEMERIKSAAN FISIK


DIAGNOSA DAN BERAT BADAN
RENCANA KEBIDANAN SUMIL/BAYI/BALITA
TEKANAN DARAH
DLL

ya ya
RUJUKAN INTERNAL RUJUKAN EKSTERNAL
PERLU RUJUKAN
POLI GIGI, POLI
PHBS, KONSULTASI
GIZI LABORAT
Tidak
ya TINDAKAN MEDIS
PERLU TINDAKAN
UNTUK IBU/ANAK/
MEDIS
BAYI

Tidak

PEMBERIAN KIE

REGISTER KOHORT
HAMIL DAN BUKU
CATATAN
RESEP OBAT

SELESAI
4. Alur Pelayanan Poli Imunisasi Puskesmas Ciptomulyo Kota Malang

MULAI IBU PEMANGGILAN SESUAI POLI


BAYI NO.URUT IMUNISASI

PEMERIKSAAN ANAMNESA :
TIMBANG
KEADAAN UMUM IDENTITAS/BUKU KIA
BADAN
BAYI RIWAYAT IMUNISASI
RIWAYAT PENYAKIT

PEMBERIAN IMUNISASI : PENYULUHAN


PENYIAPAN ALAT DAN VAKSIN EFEK SAMPING
VAKSIN DI HISAP KE SPUIT SESUAI IMUNISASI
DENGAN KETENTUAN DOSIS KEMBALI JIKA ADA
DESINFEKSI TEMPAT PENYUNTIKAN KELUHAN
VAKSIN DI SUNTIKKAN SESUAI JADWAL IMUNISASI
JENISNYA (VAKSIN POLIO BERIKTNYA
DIBERIKAN PERORAL)
PEMBERIAN ANTIPIRETIK (JIKA
DIPERLUKAN)

REKAM MEDIS
SELESAI REGISTER IMUNISASI

KOHORT IMUNISASI
5. Alur Pelayanan Resep Puskesmas Ciptomulyo Kota Malang

PETUGAS MENGECEK KELENGKAPAN RESEP DAN


MENERIMA RESEP MEMBERI NOMOR ANTRIAN

MENYIAPKAN OBAT SESUAI DENGAN KONSULTASI KE DOKTER BILA


RESEP RAGY/OBAT TIDAK ADA

MELAKUKAN PERACIKAN BILA PERLU MEMBERI ETIKET PADA KEMASAN

PENYERAHAN OBAT DISERTAI KIE

BAB IV

PEMBAHASAN
Pembahasan pertama tentang keseluruhan pelayanan Puskesmas Ciptomulyo.
Pedoman pelaksanaan program pelayanan kesehatan di puskesmas (Depkes RI,
2005) bahwa puskesmas dalam melakukan pelayanan mempunyai jenis kegiatan
antara lain pelayanan kesehatan dasar (rawat jalan tingkat pertama, rawat inap
tingkat pertama, dan pelayanan kesehatan di luar gedung), paket pelayanan
persalinan, operasional dan manajemen puskesmas, posyandu dan perbaikan gizi.
Namun pada lapangan ditemukan kesenjangan, hal ini dibuktikan dengan tidak
adanya pelayanan rawat inap dan pelayanan persalinan. Menurut narasumber
ketenagakerjaan Puskesmas Ciptomulyo, rawat inap di Puskesmas Ciptomulyo
tidak ada dikarenakan dinas kesehatan memberikan acuan bahwa dalam satu
kecamatan hanya terdapat satu puskesmas yang mempunyai rawat inap yaitu
Puskesmas Mulyorejo. Untuk pertolongan persalinan sendiri tidak tersedia karena
keterbatasan tempat di puskesmas.
Bentuk pelayanan yang tersedia di puskesmas Ciptomulyo hampir semua
berjalan, kecuali pelayanan SDIDTK. Hal ini disebabkan karena struktur
organisasi pelayanan SDIDTK yang tidak terbentuk sehingga dalam
pelaksanaannya tidak berjalan.
Sistem rujukan yang terdapat pada Puskesmas Ciptomulyo pertama melalui
rujukan internal terlebih dahulu, misalnya pada poli KIA terdapat ibu hamil
datang dengan PEB maka penatalaksanaan rujukan melewati poli umum yang
dipegang oleh dokter setempat. Setelah itu dokter poli umum akan membuat
keputusan untuk rujukan
Pembahasan kedua dalam tugas komunitas ini berfokus pada sistem informasi
kesehatan, pelayanan sistem informasi kesehatan di Puskesmas Ciptomulyo
berdasarkan analisis SWOT antara lain sebagai berikut

1. STRENGTH
Sistem informasi Puskesmas Ciptomulyo memliki beberapa keuntungan
sebagai berikut :
a. Sistem ini menggunakan komputerisasi offline sehingga meningkatkan
efisiensi kinerja sistem informasi kesehatan. Sedangkan untuk
komputerisasi online hanya untuk pelayanan dan pelaporan program BPJS.
b. Kompetensi petugas akan lebih meningkat melalui pelatihan untuk
menerapkan sistem ini.
c. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini dapat mempermudah petugas
dalam mengakses data yang bertujuan untuk pendidikan dan
pengembangan layanan.
d. Pemanggilan pasien saat pelayanan sudah menggunakan sistem elektronik
sehingga bukan petugas yang memanggil secara manual

2. WEAKNESS
Sistem informasi Puskesmas Ciptomulyo memliki beberapa kerugian sebagai
berikut :
a. Membutuhkan perangkat yang lebih canggih sehingga memerlukan biaya
yang lebih banyak.
b. Sistem pencatatan dan pelaporan belum semua terintegrasi ke dalam
komputerisasi online.
c. Perubahan sistem informasi yang cepat membuat petugas layanan maupun
pengguna layanan belum tentu dapat mengoperasikan sistem tersebut
dengan baik.
d. Tidak akurat, kurang tepat, tidak hemat sumber daya (efisien) dan kurang
transparan.
e. Tidak terjadi pengurangan beban kerja petugas karena kurang manajemen
pembagian tugas dari alur pendaftaran sampai pelayanan
f. SIK puskesmas Ciptomulyo masih menggunakan rekam medik berupa
hard file sehingga dapat mengakibatkan terjadinya manipulasi maupun
perubahan data.
g. Pencatatan data pasien dilakukan dua kali yaitu di entry pada komputer
dan di catat pula pada buku.
h. Kurangnya sosialisasi pada masyarakat mengenai alur dari pendaftaran
sampai pelayanan mengakibatkan manajemen waktu molor dan pasien
tidak tertangani secara cepat dan tepat
3. OPPORTUNITY
a. Adanya kerjasama dan kemitraan lintas sektoral di tingkat kecamatan
sehingga dapat mendukung perkembangan sistem informasi di puskesmas.
b. Adanya kelompok kerja operasional (pokjanal) bidang kesehatan seperti
pokjanal posyandu di berbagai tingkat administrasi pemerintahan yang
merupkan forum kerjasama lintas sektoral untuk membina, membimbing,
memantau, menilai dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
kesehatan masyarakat (UKBM) seperti posyandu, desa siaga, dan
sebagainya. Dengan adanya pokjanal ini dapat meringkankan beban kerja
puskesmas dalam pencatatan dan pelaporan kasus yang ada di masyarakat.
c. Kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang kesehatan memberi
peluang untuk mempercepat peningkatan pemerataan pelayanan serta
kualitas pelayanan puskesmas
4. THREAT
a. Penggunaan sistem komputerisasi offline maupun online dapat
menimbulkan pemborosan waktu dan antrian panjang pasien dikarenakan
komputer kadangkala macet atau hang. Dalam situasi ini, pegawai harus
mengulang pekerjaan karena entry data yang telah dilakukan belum
tersimpan.
b. Komputerisasi offline dapat memicu terjadinya kerancuan karena
ketidaktelitian saat pencatatan manual akan menimbulkan dampak lanjutan
saat pengentrian data melalui computer
c. Sistem komputerisasi offline rentan terkena virus sehingga dapat
mengakibatkan data yag sudah tersimpan akan hilang
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengamatan dan analisis pada Puskesmas
Ciptomulyo terhadap implementasi sistem informasi administrasi berbasis
komputer, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Puskesmas Ciptomulyo adalah puskesmas yang masih menjalani proses
akreditasi pada tanggal 25-27 September 2017 dan merupakan unit
pembangunan kesehatan tingkat pertama yang mandiri dan bertanggung
jawab di wilayah kerjanya. Sistem SIK Puskesmas Ciptomulyo bertahap
dari manajemen SIK yang menggunakan sistem manual menjadi
komputerisasi offline dan memakai sistem rekam medic hard file. Sistem
tersebut hampir mencakup semua pekerjaan yang dilakukan pada semua
bagian pelayanan.
2. Implementasi sistem informasi administrasi puskesmas masih belum
berdampak signifikan pada peningkatan kinerja karyawan. Dengan adanya
sistem komputerisasi offline, kesalahan – kesalahan yang biasanya sering
terjadi pada saat manual menjadi terminimalisir. Namun belum ada
perbedaan kinerja pegawai di Puskesmas Ciptomulyo yang menggunakan
sistem tersebut lebih cepat dan dapat menyelesaikan pekerjaan lebih
banyak jika dibandingkan sebelum adanya komputerisasi offline
3. Dalam menjalankan implementasi SIK komputerisasi offline di
Puskesmas Ciptomulyo ternyata terdapat beberapa kendala. Kendala
tersebut antara lain :
a. Terjadi pemborosan waktu dan antrian panjang pasien dikarenakan
komputer kadangkala macet atau hang. Dalam situasi ini, pegawai
harus mengulang pekerjaan karena entry data yang telah dilakukan
belum tersimpan.
b. Tidak ada pelatihan secara resmi tentang tata cara penggunaan
komputerisasi offline pada karyawan baru. Hal ini menyebabkan
karyawan baru membutuhkan waktu untuk beradaptasi
menggunakannya, sehingga pekerjaan menjadi lambat.
c. Masih ada beberapa pekerjaan yang dilakukan secara manual
4. Rekomendasi peneliti agar kendala – kendala yang ada pada implementasi
sistem informasi administrasi Puskesmas Ciptomulyo berbasis
komputerisasi offline dapat diminimalisir yaitu dengan cara melakukan
pengembangan sistem secara bertahap, memperbaiki perangkat komputer
yang ada dan menyelenggarakan pelatihan secara resmi untuk karyawan
baru. Dengan dilakukannya hal tersebut, peningkatan kinerja akan menjadi
meningkat lagi.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis dalam analisis ini adalah :
1. Perangkat komputer yang sudah ada, diperbaiki dan diperbarui sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan rumah sakit
2. Mengembangkan sistem baru untuk kegiatan kerja yang masih manual
3. Selalu diselenggarakan pelatihan secara resmi pada pegawai baru tentang
tata cara penggunaan komputerisasi offline
4. Mengembangan sistem informasi berbasis web untuk mempermudah
akses pada piranti sistem.
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, R dan A. Pratama. 2010. Perancangan Dan Pembuatan Sistem


Informasi Pada Apotek Diana Farma Kabupaten Klaten. Skripsi.
Manuaba, Ida Bagus Gde. Prof.dr.DOSG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC

Profil Puskesmas Ciptomulyo. 2017

Nasir, Muh. 2008. Pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan ibu


danBayi untuk mendukung Evaluasi Program Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) diPuskesmas Lamongan (jurnal)

Nuraeni, Asti. 2011. Sistem Informasi kesehatan Ibu dan Bayi. Yoyakarta : Nuha
Medika

Obstetri, Williams. 2006Edisi 21 EGC: Jakarta

Sistem Informasi Management Apotek. 2012.

Anda mungkin juga menyukai