Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Teknologi informasi merupakan bidang teknologi yang berkembang


sangat pesat dan hampir menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Perkembangannya memudahkan pengguna untuk menerima informasi yang
dibutuhkan dengan cepat. Dimana zaman yang super cepat ini, teknologi telah
mencakup berbagai bidang baik swasta maupun pemerintahaan, seperti
komunikasi, pendidikan, hiburan, ekonomi, kesehatan dan lain-lain.
(Kasim,2017)
Perkembangan teknologi informasi sangat berpengaruh terhadap seluruh
aspek kehidupan, tidak terkecuali pada instansi atau departemen kesehatan
seperti Rumah sakit, Puskesmas, Klinik juga ,Bidan. Informasi kesehatan
pasien tidak terlepas dari riwayat seorang pasien yang terekam dalam medical
record seorang pasien. Khususnya bagi pasien Ibu hamil dan anak balita yang
masih rentan terhadap tingkat mortalitas. Di bidang pelayanan kesehatan
masyarakat untuk pasien ibu hamil dan balita, seorang bidan harus bisa
melayani kebutuhan dan kepentingan masyarakat dengan cepat serta
membutuhkan ketelitian dalam pemberian informasi yang baik dan benar.
Contohnya seorang ibu hamil harus diperhatikan kesehatannya, seperti
asupan zat bergizi, perubahan hormon, dan interaksi janin yang ada
dikandungan. Sehingga masyarakat akan mendapatkan perawatan yang
optimal. Dokumentasi riwayat kesehatan dengan rapih dan terurut akan
memudahkan dalam pencarian data khususnya jika medical record tersebut
dapat dikomputerasikan dalam bentuk digital. (Kraugusteeliana, 2018).
Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata
dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

1
2

masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa


mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI, 2009).
Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di
wilayah kerjanya. Kunjungan masyarakat pada suatu unit pelayanan kesehatan
tidak saja dipengaruhi oleh kualitas pelayanan tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lain diantaranya: sumber daya manusia, motivasi pasien, ketersediaan
bahan dan alat, tarif dan lokasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban memberikan
pelayanan kesehatan sesuai dengan pokok sasarannya masing-masing. Dalam
upaya untuk peningkatan mutu pelayanan, puskesmas diwajibkan akreditasi
secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali seperti yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas dalam
Pasal 39 tentang akreditasi. (finy j. a. rumpa, 2020)
Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap puskesmas yang
diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan
oleh menteri setelah dinilai bahwa puskesmas telah memenuhi standar
pelayanan puskesmas yang telah ditetapkan oleh menteri untuk meningkatkan
mutu pelayanan puskesmas secara berkesinambungan. Banyak aspek yang
dinilai dalam mengukur mutu pelayanan puskesmas salah satunya adalah
kewajiban administrasi untuk membuat dan memelihara rekam medis pasien
(Kemenkes, 2014).
Seperti yang tercantum dalam Permenkes nomor 269 tahun 2008 yang
dimaksud rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien. Selain itu, dokumen rekam medis juga
sebagai sumber data pada bagian rekam medis dalam pengolahan data yang
kemudian akan menjadi informasi yang berguna bagi pihak manajemen dalam
menentukan langkah-langkah strategis untuk pengembangan kesehatan. Seperti
yang tercantum dalam standar dan instrumen penilaian akreditasi tahun 2015
pada BAB VIII kriteria 8.4 tentang informasi rekam medis dimana kebutuhan
3

data dan informasi asuhan bagi petugas kesehatan, pengelola sarana, dan pihak
terkait di luar organisasi dapat dipenuhi melalui proses yang baku.
Kelengkapan rekam medis ini diperlukan untuk menjamin kesinambungan
pelayanan, memantau kemajuan respons pasien terhadap asuhan yang
diberikan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zahara (2018) dimana hasil
penelitian yang diperoleh mengenai rekam medis, masih dijumpai kendala
yang dihadapi pada proses pengolahan rekam medis yaitu pada proses
pengolahan berkas rekam medis bagian kelengkapan dimana kurangnya
ketelitian dalam memeriksa kelengkapan berkas, selanjutnya bagian
pengkodean dimana petugas mengalami kesulitan dalam memberikan kode
diagnosa pasien akibat ketidakjelasan diagnosa, bagian penyimpanan dalam
pelaksanan system penyimpanan rekam medisnya. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sanggamele (2017) dimana hasil penelitian
yang diperoleh bahwa kurangnya SDM, tidak adanya pelatihan terhadap
petugas dan sarana prasarana guna menunjang pekerjaan petugas belum
memadai Tentang Sistem Informasi Puskesmas.
Sistem Informasi Puskesmas adalah suatu tatanan yang menyediakan
informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam
melaksanakan manajemen Puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya.
Tim pengelola Sistem informasi Puskesmas adalah tim yang dibentuk untuk
melaksanakan pengolahan, pemanfaatan, dan penyiapan bahan laporan, Sistem
Informasi Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan Sistem
Informasi Puskesmas yang terintegrasi; menjamin ketersediaan data dan
informasi yang berkualitas, berkesinambungan, dan mudah diakses; dan
meningkatkan kualitas pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya melalui
penguatan manajemen Puskesmas.(Sarah, 2017)
Setiap Puskesmas wajib menyelenggarakan Sistem Informasi Puskesmas.
Sistem Informasi Puskesmas merupakan bagian dari sistem informasi
kesehatan kabupaten/kota. Sistem Informasi Puskesmas dapat diselenggarakan
secara elektronik dan/atau secara non elektronik. Saat ini banyaknya
4

permasalahan di Puskesmas terkait kurangnya pemanfaatan data yang masih


dilakukan secara manual serta belum adanya aplikasi yang dapat membantu
puskesmas yang dapat mendukung administrasi puskesmas khususnya terkait
rekam medis ibu hamil, dan juga kurang baiknya penyimpanan rekam medis,
laporan, yang masih mengunakan kertas yang rentan terhadap kerusakan.
Untuk itu diharapkan adanya sistem informasi rekam medis agar para ibu
dapat berkonsultasi dengan baik , atau tetap dapat melakukan pemeriksaan
walau lupa atau ketinggalan buku konsultasinya dan jika ada sesuatu yang
tidak dapat ditangani oleh puskesmas dapat dilakukan rujukan melalui
pencetakan surat rujukan secara otomastis yang pada akhirnya dapat
mengurangi angka kematian Ibu dan Anak.( Erly Krisnanik, 2018)

Pelayanan dan kesehatan ibu hamil meliputi pelayanan kesehatan


antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas. Cakupan
pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu
hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi pemberian pelayanan
yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada triwulan kedua dan dua kali
pada triwulan ketiga umur kehamilan. Program Kesehatan Ibu Anak (KIA)
merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia.
Program ini bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil,
ibu melahirkan, dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah
menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan anak melalui
peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu dan perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan
primer. (Desira, 2019)
Di Kota Pekanbaru pada tahun 2019 jumlah kunjungan ibu hamil (K1)
ke puskessmas 24.575 dari 25.554 ibu hamil. Dari sekian banyak 96% telah
menyatakan bahwa ibu hamil sadar akan kunjungan pelayanan ibu hamil
kepada bidan dipuskesmas. Dari setiap kunjungan ibu hamil, data rekam
medis yang dilakukan masih di catat secara manual dan memperlambat
pelayanan ibu hamil dalam penyimpanan rekam medis. Padahal dipuskesmas
5

memiliki sarana komputer yang bisa dikembangkan untuk membantu


pekerjaan dan menyelesaikan masalah yang ada. Sebelumnya rekam medis
tersebut hanya dimasukan didalam file excel.
Data yang ditemukan dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yang
didapat dari seluruh Puskesmas,tahun 2020 puskesmas garuda Termasuk
puskesmas dengan data kunjungan tertinggi pada ibu hamil sebanyak
1.735(97%), kunjungan anak berjumlah 1.689 pasien anak, dan juga
puskesmas garuda termasuk puskesmas yang mudah dijangkau dari tempat
tinggal peneliti maka dari data dan fenomena diatas peneliti tertarik untuk
meniliti “gambaran sistem informasi rekam medis ibu hamil dan anak di
puskesmas garuda pekanbaru.
B. Rumusan masalah dan batasan masalah
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian dan survei pendahuluan
maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah
gambaran sistem informasi rekam medis ibu hamil dan anak di
puskesmas garuda tahun 2021?

2. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus, maka batasan dalam
penelitian ini hanya bertujuan untuk mengetahui gambaran sistem
informasi puskesmas bagian rekam medis untuk ibu hamil dan anak di
puskesmas Garuda tahun 2021.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sistem informasi rekam medis ibu
hamil dan anak di Puskesmas Garuda Pekanbaru tahun 2021.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya analisis SDM (Kepala Puskesmas, petugas SP2TP,
dan para petugas pemegang program), teknologi, dan data
6

(lengkap, akurat, dan tepat waktu) sebagai unsur sistem input atau
masukan di Puskesmas Garuda Pekanbaru tahun 2021
b. Diketahuinya analisis pengelolaaan data (pengumpulan,
pengolahan, penyajian dan penyebarluasan informasi, serta
penataan dokumentasi) sebagai unsur sistem proses di Puskesmas
Garuda Pekanbaru tahun 2021.
c. Diketahuinya analisis informasi laporan (akurat, tepat waktu,
relevan dan lengkap) sebagai unsur sistem output sehingga dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan di Puskesmas
Garuda Pekanbaru tahun 2021.

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk mengetahui penerapan antara teori yang diangkat dengan
fakta yang terjadi dilapangan selama penelitian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan
masukan bagi pihak puskesmas dalam meningkatkan sistem
informasi rekam medis ibu hamil dan anak
b. Bagi Instansi
Dapat memberikan informasi kepada institusi dalam bidang
kesehatan khususnya mengenai sistem informasi rekam medis ibu
hamil dan anak
c. Bagi Peneliti
Menambah pengalaman dan wawasan mengenai sistem informasi
rekam medis ibu hamil dan anak
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah pustaka

1. Tinjauan Sistem Informasi Kesehatan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.269 (2008) Tentang


Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang diberikan oleh pasien. Dalam buku Materi Pokok Rekam Medis
menyatakan bahwa rekam medis merupakan inti dari suatu sistem
informasi kesehatan. Data dalam rekam medis akan menjadi bahan utama
yang akan diolah menjadi informasi dan kemudian menjadi pengetahuan
dalam sistem informasi kesehatan (Indradi, 2017).
Suatu sistem informasi kesehatan disusun untuk mengintegrasikan
kegiatan pengumpulan data, pengolahan, pelaporan dan penggunaan
informasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan
kesehatan melalui pengolahan yang lebih baik di setiap tingkat pelayanan
kesehatan. Sistem ini bisa berbasis manual maupun elektronik.
Menurut Lippeveld dan Sauerborn (2000), suatu sistem informasi
kesehatan merupakan tatanan yang merupakan gabungan perangkat dan
prosedur yang digunakan dalam program kesehatan untuk mengumpulkan,
mengolah, mengirimkan dan menggunakan data untuk keperluan
perencanaan, monitoring, evaluasi dan pengendalian (pengambilan
keputusan dan problem solving). Sistem ini juga melekat dan mengikuti
sistem dan budaya setempat. Jadi sistem yang dirancang dan digunakan di
suatu tempat tidak dapat begitu saja digunakan di tempat lain karena
adanya perbedaan budaya kerja dan budaya social masyarakat setempat.
Menurut WHO, sistem informasi kesehatan merupakan salah satu
dari “building block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di
suatu negara. Keenam komponen (building block) sistem kesehatan
tersebut adalah :
8

a. Service delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)


b. Medical product, vaccine, and technologies (produk medis,
vakisn, dan teknologi kesehatan)
c. Health worksforce (tenaga medis)
d. Health system financing (sistem pembiayaan kesehatan)
e. Health information system (sistem informasi kesehatan)
f. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintahan)

Dalam buku Design and Implementation of Health Information


System (WHO,2000) disebutkan bahwa dalam sistem informasi kesehatan
yang berkembang saat ini, data yang diterima sering kali tidak mendukung
proses pengambilan keputusan karena data tersebut tidak lengkap
(incomplete), tidak akurat (inaccurate), tidak tepat waktu (untimely) dan
tidak sesuai kebutuhan (unrelated). (Indradi 2017)

Dalam buku ini WHO juga merumuskan lima masalah dasar dalam
sistem informasi kesehatan yang tengah berkembang, yaitu sebagai
berikut.

1) Informasi yang Tersedia tidak Relevan


Sering kali informasi yang dihasilkan oleh sistem tidak
sesuai dengan yang dibutuhkan. Misalnya, pihak manajemen
membutuhkan informasi insiden penyakit tertentu menurut
kelompok umur tapi laporkan yang dihasilkan ternyata tidak
sesuai dengan pengelompokkan yang dibutuhkan. Istilah
“lengkap” bukan berarti segalanya ada, melainkan yang
dibutukan tersedia.
2) Kualitas Data Masih Buruk
Siklus dari suatu sistem diawali dengan pemasukan (input)
data kedalam sistem tersebut. Data tersebut akan diolah menjadi
informasi (information) dan akhirnya menjadi pengetahuan
(knowledge). Jika kualitas data yang diinputkan baik, maka
9

informasi dan pengetahuan yang dihasilkan juga akan baik


(gold in, gold out). Jika kualitas data yang diinputkan buruk,
maka informasi dan pengetahuan yang dihasilkan juga akan
buruk (garbage in, garbage out).
3) Duplikasi dan Ketidakseragaman
Dalam proses pencatatan (input) data seringkali dicatat lebih
dari satu kali, misalnya karena berbeda tempat pelayanan,
berbeda waktu pelayanan, berbeda petugas, berbeda
sarana/formulir dan sebagainya. Pengulangan (duplikasi) ini
sebenarnya tidak menjadi masalah asalkan data tersebut sama
dan seragam. Jika terjadi duplikasi dan ternyata konten/isi dan
konteks/bentuk datanya berbeda-beda maka sangat berpotensi
untuk timbul masalah dalam proses berikutnya, yaitu
pengolahan dan penggunaannya.
4) Keterlambatan Laporan dan Umpan Balik
Penyampaian hasil kegiatan sebenarnya sudah ada jadwal
pelaporannya tapi dalam pelaksanannya ketepatan pengiriman
laporan ini masih sulid diwujudkan. Keterlambatan
penyampaian laporan tentu akan menghambat proses berikutnya
yaitu rekapitulasi dan pengolahannya. Kebiasaan keterlambatan
ini rupanya juga “ditunjang” dengan lemahnya umpan balik,
baik berupa teguran; penjelasan; maupun bentuk lainnya.
Umpan balik yang berisi penjelasan tentang pemanfaatan
laporan yang dikirimkan akan meningkatkan ketelitian dan
motivasi petugas untuk Menyusun laporan yang lengkap,
akurat, dan tepat waktu.
5) Penggunaan Informasi yang belum Optimal
Budaya pengambilan keputusan berbasis informasi dianggap
belum menjadi hal yang biasa dilakukan. Kondisi ini ikut
membentuk kebiasaan yang menempatkan informasi sebagai
sesuatu yang belum berharga, apalagi untuk pengambilan
10

keputusan. Masalah-masalah tersebut diatas diharapkan akan


dapat diatasi dalam perkembangan model-model sistem
informasi kesehatan berikutnya, termasuk juga penerapan
Rekam Kesehatan Elektronik (RKE) sebagai bagian penting
dari sistem informasi kesehatan.
Dalam buku Sistem Informasi Kesehatan (Gavinov 2016) SIK
yang baik adalah sistem informasi yang mampu menghasilkan
data/informasi yang akurat dan tepat waktu. Pada saat ini dengan
kemajuan Teknologi Informasi Kesehatan (TIK) yang pesat
mewujdukan SIK yang baik menjadi hal yang mungkin, tentunya
dengan mengaplikasikan kaidah-kaidah informasi seperti
melaksanakan prosedur secara konsisten dan rutin, menyediakan
sumber-sumber daya yang memadai dan memperoleh
dukungan/komitmen pimpinan dalam pengembangan, pemanfaatan
data/informasi yang dihasilkan.
a) Tujuan Sistem Informasi Kesehatan
Tujuan dari dikembangkannya sistem infromasi kesehatan :
(1) SIK merupakan sub sistem dari Sistem Kesehatan Nasional
(SKN) yang berperan dalam memberikan informasi untuk
pengambilan keputusan disetiap jenjang administrative
kesehatan baik ditingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota,
atau bahkan pada tingkat pelaksana teknis seperti rumah
sakit ataupun puskesmas.
(2) Dalam bidang kesehatan telah banyak dikembangkan
bentuk-bentuk sistem informasi kesehatan, dengan tujuan
dikembangkannya berbagai bentuk SIK tersebut adalah agar
dapat mentransformasi data yang tersedia melalui pencatatan
rutin maupun non rutin menjadi sebuah informasi.
b) Manfaat Sistem Informasi Kesehatan
11

World Health Organization (WHO) menilai bahwa


investasi system informasi kesehatan mempunyai beberapa
manfaat antara lain :

(1) Membantu mengambil keputusan untuk mendeteksi dan


mengendalikan masalah kesehatan, memantau
perkembangan dan meningkatkannya.

(2) Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan


mudah dipahami, serta melakukan berbagai perbaikan
kualitas pelayanan kesehatan.
SIK di Puskesmas memiliki tanggung jawab untuk
melaksanakan kegiatan- kegiatan :
(a) Mencatat dan mengumpulkan data, baik kegiatan dalam
gedung maupun luar gedung.
(b) Mengolah data Membuat laporan berkala ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
(c) Memelihara bank data
Mengupayakan penggunaan data dan informasi untuk
manajemen pasien dan manajemen unit puskesmas
B. Pengertian Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes,
2011). Jika ditinjau dari sistim pelayanan kesehatan di Indonesia, maka
peranan dan kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistim
pelayanan kesehatan di Indonesia. Sebagai sarana pelayanan kesehatan
terdepan di Indonesia, maka Puskesmas bertanggungjawab dalam
menyelenggarakan pelayanaan kesehatan masyarakat, juga bertanggung jawab
dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran. (Azwar,1996)
12

C. Tinjauan Sistem Informasi Puskesmas


1. Pengertian Sistem Informasi Puskesmas

Dalam buku (Maryati 2018) Sistem Informasi Puskesmas


(SIP) adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk
membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan
manajemen Puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya
(Kemenkes, 2014). Setiap Puskesmas wajib melakukan kegiatan SIP
secara elektronik maupun non elektronik. SIP elektronik yang
dimaksud adalah aplikasi ENA Primer, SIKDA Optima, dan e-
Puskesmas. Ketiga aplikasi tersebut merupakan SIKDA Generik
yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Aplikasi
tersebut sedang difokuskan untuk dikembangkan agar tetap
terintegrasi dengan SIKDA Generik.

SIP merupakan bagian dari sistem informasi kesehatan


kabupaten/kota. SIP paling sedikit mencakup:
a. Pencatatan dan pelaporan puskesmas dan jaringannya,
b. Survei lapangan,
c. Laporan lintas sector terkait,
d. Laporan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya.
Dalam menyelenggarakan SIP, Puskesmas wajib
menyampaikan laporan kegiatan Puskesmas secara berkala kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota (Kemenkes, 2014). Sebelum
diberlakukan SIP, puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan
melalui Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP).
2. Tujuan Sistem Informasi Puskesmas

a. Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil


guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal data
sistem pencatatan dan pelaporan terpadu puskesmas (SP2TP)
maupun informasi lainnya yang menungjang kegiatan pelayanan.
13

b. Sebagai pedoman penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas


(PTP) dan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas melalui mini
lokakarya.

c. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan


puskesmas.

d. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan program pokok


puskesmas.
3. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
a. Pengertian
SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum,
sarana, tenaga, dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas
termasuk puskesmas pembantu.
b. Tujuan
Menurut Ahmad tujuan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
adalah untuk meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara
lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara
optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang.
1) Data SP2TP dan data lainnya diolah disajikan dan
diinterpretasikan sesuai dengan petunjuk Pengolahan dan
Pemanfaatan data SP2TP.

2) Pengolahan, analisis, interpretasi dan penyajian dilakukan oleh


para penanggung jawab masing-masing kegiatan di Puskesmas
dan mengelola program disemua jenjang administrasi.

3) Informasi yang diperoleh dari pengolahan dan interpretasi data


SP2TP dan sumber lainnya dapat bersifat kualitatif (seperti
meningkat, menurun dan tidak ada perubahan) dan bersifat
kuantitatif dalam bentuk angka seperti jumlah, persentase dan
sebagainya.
c. Manfaat
1) Memudahkan dalam mengelola informasi
14

2) kegiatan di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.


3) Memudahkan dalam memperoleh data untuk perencanaan
dalam rangka pengembangan tenanga kesehatan.
4) Memudahkan dalam melakukan pembinaan tenaga
kesehatan
5) dan memudahkan dalam melakukan evaluasi hasil.

d. Jenis Pelaporan
Jenis pelaporan SP2TP yang dibuat oleh puskesmas antara lain:
1) Laporan harian untuk melaporkan kejadian luar biasa
penyakit tertentu.
2) Laporan mingguan untuk melaporkan kegiatan
penyakit yang sedang ditanggulangi.
3) Laporan bulanan untuk melaporkan kegiatan rutin
program. Laporan jenis ini ada 4 jenis, yaitu:

a) LB1, berisi data kesakitan


b) LB2, berisi data obat-obatan, LPLPO (laporan
pemakaian dan lembar permintaan obat)
c) LB3, berisi data program gizi, KIA, imunisasi,
P2M.
d) LB4, berisi data kegiatan puskesmas.
4) Laporan sentinel, mencakup:
a) LB1S, berisi data penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I) dan penyakit diare.
b) LB2S, berisi data KIA, Gizi, ISPA dan Penyakit
Akibat Kerja khusus untuk rawat inap.
5) Laporan tahunan yang terdiri dari:
a) LT1, yaitu data dasar
b) LT2, yaitu data kepegawaian
c) LT3, yaitu data peralatan
e. Alur Sistem Informasi Puskesmas dalam Sistem Pencatatan dan
15

Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)


1) Alur pengumpulan, penyimpanan, dan retrieving data
dengan penanggung jawab yaitu bagian SP2TP dan unit
terkait yaitu semua unit, sebagai berikut:
a) Petugas penanggungjawab pengelola data bulanan dan
informasi menerima pengumpulan data setiap tanggal 5
setiap bulannya.
b) Petugas menginput data ke dalam sistem SP2TP.

c) Petugas menyajikan data yang diminta dalam bentuk


hardcopy
d) Petugas menyimpan data di lemari arsip berdasarkan
bulan.
e) Petugas mengirimkan data bulanan yang sudah direkap
paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.
f) Pengelola data menerima, menginput, dan merekap
data dan informasi untuk laporan per semester.
2) Alur Pelaporan dan Distribusi Informasi dengan
penanggungjawab yaitu bagian SP2TP unit terkait yaitu
seluruh unit atau program puskesmas, sebagai berikut:
a) Pelaksana program mencatat setiap kegiatan.
b) Pelaksana program mengolah data hasil kegiatannya
c) Pelaksana program mengisi format laporan sesuai
kegiatannya
d) Pelaksana program melaporkan hasil kegiatan
kepada petugas Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas
e) Petugas Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas
merekap semua hasil kegiatan Puskesmas.
3) Alur Analis Data dengan penanggungjawab yaitu bagian
SP2TP Puskesmas unit terkait yaitu seluruh unit atau
program puskesmas, sebagai berikut:
16

a) Pelaksana program mencatat setiap kegiatan


b) Pelaksana program mengolah data hasil kegiatan
c) Pelaksana program mengisi format laporan sesuai
kegiatannya
d) Pelaksana program melaporkan hasil kegiatan kepada
petugas Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas
e) Petugas Pencatatan dan Pelaporan melakukan analisis
data, terkait data demografi, pola penyakit terbanyak,
survailance epidemiologi, evaluasi, dan pencapaian
kinerja dengan cara membandingkan data yang lalu

f. Pelaksanaan Pelaporan
Laporan Bulanan (LB) dilakukan setiap bulan dan paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II.
Laporan bulanan sentinel LB1S dan LB2S setiap tanggal 10 bulan
berikutnya dikirim ke Dinas Kesehatan Dati II, Dati I dan Pusat
(untuk LB1S ke Ditjen PPM dan LB2S ke Ditjen Binkesmas),
sedangkan Laporan Tahunan (LT) dikirim selambat-lambatnya
tanggal 31 januari tahun berikutnya. Khusus untuk laporan LT2
(data kepegawaian) hanya diisi bagi pegawai yang baru/belum
mengisi formulir data Kepegawaian.

D.Tinjauan Sistem Informasi KIA


1. Program Kesehatan Ibu dan Anak
Program KIA merupakan upaya kesehatan ibu dan anak adalah
upaya dibidang Kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak
balita serta anak prasekolah.
2. Tujuan Program KIA
Tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat
kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju
17

Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta


meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh
kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas
manusia seutuhnya.

3. Tujuan Khusus Program KIA


a. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan , sikap dan perilaku),
dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan
menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan
keluarga,paguyuban 10 keluarga, Posyandu dan sebagainya.
b. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.
c. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
d. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat , keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,
anak prasekolah, terutama melalui peningkatan peran ibu dan
keluarganya.
4. Tahap Penerapan Sistem
Penerapan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan anak
untuk mendukung evaluasi program KIA Puskesmas menggunakan
pendekatan paralel yaitu pendekatan yang dilakukan dengan
mengoperasikan sistem yang baru bersama-sama dengan sistem yang
lama selama satu periode waktu tertentu. Kedua sistem ini
dioperasikan bersama-sama untuk meyakinkan bahwa sistem yang
baru telah benar-benar beroperasi dengan sukses sebelum sistem lama
dihentikan. Penerapan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan
bayi untuk mendukung evaluasi program KIA Puskesmas dilakukan
sesuai dengan rancangan multiuser Adapun prosedurnya sebagai
berikut:

a. Pasien didaftar ke bagian pendaftaran, kemudian bagian


18

pendaftaran meneruskan pencatatan rekam medis pasien


kepada bagian pengelola data KIA.
b. Kemudian pasien menuju Bagian pengelola data KIA, dan
dilakukan pengisian data pasien sesuai kebutuhan melalui
input data master ibu, kecamatan, petugas, vitamin, imunisasi,
tempat pelayanan., data ibu hamil, data persalinan, data bayi,
data kunjungan ibu, dan data kunjungan bayi.
c. Setelah beberapa waktu yang ditentukan penanggungjawab
program KIA dapat melakukan pengisian data sesuai dengan
pelayanan yang diberikan baik kepada ibu maupun bayi.
d. Dari data yang telah terisi tersebut diperoleh isian laporan
bulanan kegiatan KIA di Puskesmas dalam waktu kurun
tertentu.

Gambaran Rancangan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan


bayi untuk mendukung evaluasi program KIA Puskesmas :
1) Basis data yang dikembangkan adalah berupa master data
yang bersifat statis yaitu Kecamatan, Puskesmas, desa,
Proyeksi penduduk, petugas, vitamin, imunisasi, tempat
pelayanan, dan data ibu/calon ibu. Dan dikembangkan juga
basis data dinamis berupa file-file pada kegiatan transaksi.

2) Input pengelola data KIA berupa master data Kecamatan,


Puskesmas, desa, Proyeksi penduduk, petugas, vitamin,
imunisasi, tempat pelayanan, dan data ibu/calon ibu.
3) Output yang dihasilkan berupa laporan meliputi : Laporan
bulanan KIA, Laporan bulanan PWS KIA anak, PWS KIA
ibu, Laporan bulanan SPM, Laporan bulanan kelahiran dan
kematian, Laporan bulanan penemuan kasus BBLR, Laporan
penemuan kasus Tetanus Neonatorum, Laporan bulanan
kematian ibu, Laporan bulanan register kematian perinatal (0-
7) hari, Laporan bulanan Rekapitulasi pelacakan kematian
19

neonatal. (Nuraeni ,2011)

E. Rekam Medis

Rekam medis hanya merupakan catatan dan dokumen yang berisi


tentang kondisi keadaan pasien, tetapi jika dikaji lebih mendalam rekam
medis mempunyai makna yang lebih kompleks tidak hanya catatan biasa,
karena didalam catatan tersebut sudah tercermin. Segala informasi
menyangkut seorang pasien yang akan dijadikan dasar didalam
menentukan tindakan lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun
tindakan medis lainnya yang diberikan kepada seorang pasien yang
datang kerumah sakit. Rekam Medis adalah berkas yang berisikan
catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
(Christian, Hendra 2012).

Rekam Medis mempunyai pengertian yang sangat Iuas tidak hanya


sekedar kegiatan pencatatan akan tetapi mempunyai pangertian sebagai
satu sistem penyelenggaraan suatu instalasi/unit kegiatan. Sedangkan
kegiatan pancatatannya sendiri hanya merupakan salah satu bentuk
kegiatan yang tercantum didalam uraian tugas pada unit/instalasi rekam
medis. (Christian, Hendra 2012).
Proses kegiatan penyelenggaraan rekam medis dimulai pada saat
diterimanya pasien dirumah sakit, dilanjutkan dengan kegiatan
pencatatan data medis pasien oleh dokter atau dokter gigi atau tenaga
kesehatan lain yang memberikan pelayanan kesehatan Iangsung kepada
pasien. Selama pasien itu mendapatkan pelayanan medis di rumah sakit,
dan dilanjutkan dengan pengelolaan berkas rekam medis yang meliputi
penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat
penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman karena pasien
datang berobat, dirawat, atau untuk keperluan Iainnya. (Kasim, 2017)
Kegiatan panyelenggaraan rekam medis yang sudah
menggunakan sistem komputerisasi dapat menghasilkan data-data yang
20

bersumber pada seluruh kegiatan palayanan kesehatan didalam suatu


institusi pelayanan kesehatan. Pengolahan data dan informasi mengenai
kondisi kesehatan pasien tidak hanya dapat tersimpan didalam catatan
rekam medis secara fisik saja akan tetapi data dan informasi medis
seorang pasien harus juga dapat tersimpan secara otomatis dengan
menggunakan sistem komputerisasi yang handal sehingga informasi
medis mangenai kondisi kesehatan pasien merupakan data dan
informasi yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya,
keakuratannya serta up to date. (Dedy ,2019)

1. Pengertian Rekam Medis Khusus Pasien Hamil

Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah


kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
dokter. Menurut Huffman EK, 1992 rekam medis adalah rekaman atau
catatan mengenai siapa, apa mengapa bilamana pelayanan yang
diberikan kepada pasien selama masa perawatan yang memuat
pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta
memuat informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien,
membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya.

2 Tujuan Rekam Medis

Tujuan rekam Medis berdasarkan Hatta (1985) terdiri dari


beberapa aspek diantaranya aspek administrasi, legal, finansial, riset,
edukasi dan dokumentasi, yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Aspek administrasi. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
administrasi karena isinya meyangkut tindakan berdasarkan
wewenang dan tanggung jawab sebagai tenag medis dan
paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2. Aspek Medis. Suatu berkas rekam Medis mempunyai nilai
medis, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk
merencanakan pengobatan /perawatan yang harus diberikan
21

seorang pasien.

3. Aspek Hukum. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai


hukum karena isinya menyangkut masalah adanya jaminan
kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha
menegakkan hukum serta penyediaan bahan bukti untuk
menegakkan keadilan.
4. Aspek keuangan. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
uang karena isinya menyangkut data dan informasi yang dapat
digunakan dalam menghitung biaya pengobatan/tindakan dan
perawatan.
5. Aspek penelitian. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
penelitian, karena isinya menyangkut data/informasi yang dapat
dipergunakan dalam penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan di bidang kesehatan.
6. Aspek pendidikan. Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai
pendidikan, karena isinya menyangkut data/informasi tentang
perkembangan/ kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan
sebagai bahan/referensi pengajaran di bidang profesi kesehatan.
7. Aspek dokumentasi. Suatu berkas reka medis mempunyai nilai
dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang
harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan pertanggung
jawaban dan laporan sarana pelayanan kesehatan.

3. Fungsi Rekam Medis

1. Dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien;

2. Bahan pembuktian dalam perkara hukum;

3. Bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan;

4. Dasar pembayaran biaya pelayanan kesehatan; dan

5. Bahan untuk menyiapkan statistik kesehatan.


22

4 Isi rekam medis pasien yang sedang hamil.

1. Identitas pasien;

2. Diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;

3. Ringkasan hasil pemeriksaan fisik ddan penunjang, diagnosis


akir, pengobatan dan tindak lanjut;

4. Kondisi saat pasien tiba disarana pelayanan kesehatan;

5. Tanggal dan waktu;

6. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dna


riwayat penyakit;

7. Pengobatan dan/atau tindakan

8. Diagnosis.

9. Riwayat penyakit sebelumnya.

5. Manfaat Rekam Medis

Manfaat rekam medis berdasarkan Permenkes Nomor


269/MenKes/Per/III/2008, tentang Rekam Medis adalah sebagai
berikut:
1. Pengobatan. Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan
petunjuk untuk merencanakan dan menganalisis penyakit
serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan
medis yang harus diberikan kepada pasien.
2. Peningkatan Kualitas Pelayanan. Membuat Rekam Medis
bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan
lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk
melindungi tenaga medis dan untuk pencapaian kesehatan
masyarakat yang optimal.
23

3. Pendidikan dan Penelitian. Rekam medis yang merupakan


informasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan
medis, pengobatan dan tindakan medis, bermanfaat untuk
bahan informasi bagi perkembangan pengajaran dan
penelitian di bidang profesi kedokteran dan kedokteran
gigi.Pembiayaan Berkas rekam medis dapat dijadikan
petunjuk dan bahan untuk menetapkan pembiayaan dalam
pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. Catatan tersebut
dapat dipakai sebagai bukti pembiayaan kepada pasien.
4. Statistik Kesehatan Rekam medis dapat digunakan sebagai
bahan statistik kesehatan, khususnya untuk mempelajari
perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan
jumlah penderita pada penyakit- penyakit tertentu .
5. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik Rekam
medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga
bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin
dan etik.

6. Kegiatan Rekam Medis

Dari pengertian rekam medis secara luas diatas, maka


dapat dijelaskan bahwa rekam medis bukan hanya sebagai
kegiatan pencatatan tetapi juga berbagai kegiatan, seperti
berikut ini, kegiatan Rekam Medis berdasarkan SK Dirjen
Yanmed No. YM.00.03.2.2.1296 tahun 1996, yaitu :
1. Penerimaan pasien
2. Pencatatan
3. Pengelolaan data medis
4. Penyimpanan rekam medis
5. Pengambilan kembali (retrival)
Dari penjelasan di atas maka secara garis besar
kegiatan rekam medis terdiri dari 3 kegiatan yaitu:
24

a. Pencatatan, yaitu pencatatan identitas pasien dilakukan


di tempat pendaftaran atau tempat penerimaan pasien
baik dirawat jalan, UGD maupun rawat inap dan
dikerjakan oleh petugas rekam medis. Pencatatan
Anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosis, pemeriksaan
penunjang, terapi dan tindakan medis dilakukan di
tempat pelayanan kesehatan rawat jalan, UGD, dan
Rawat Inap serta ruang pemeriksaan penunjang
b. Pengelolaan dokumen atau pengarsipan, yaitu upaya
mengelola rekam medis agar isisnya lengkap, mudah
disimpan dan mudah diambil kembali jika dibutuhkan,
pengelolaan ini berkaitan dengan temapt penyimpanan
rekam medis, sistem penomoran, alat–alat yang
digunakan, Assembling, Analisa kuantitatif dan analisa
kualitatif
c. Pengolahan data, yaitu kegiatan mengumpulkan,
menghitung dan menganalisa data–data dari kegiatan
maupun data–data medis dan non medis yang ada
direkam medis sehingga
25

F. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah konsep –konsep yang sebenarnya merupakan


abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka dan acuan yang pada dasarnya
beretujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi.
(L.Moleong, 2002)

INPUT PROSES OUTPUT

1. SDM
A. Pengelolahan data Informasi
 Kepala
B.  Pengumpulan  Akurat
Puskesmas
 Pengolahan  Tepat waktu
 Petugas
C.  Penyajian dan  Relevan
SP2TP
penyebar luasan  Lengkap
 Para
D.
 Penataan
petugas
pemegang dokumentasi
program

2. Teknologi

3. Data

Skema 2.1 Kerangka Teori

G. Kerangka Konsep

Kerangka konsep atau kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran


pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan
tinjauan pustaka. Kerangka konsep memuat teori, dalil, atau konsep-
konsep yang akan dijadikan dasar dan pijakan untuk melakukan
penelitian (Saryono, 2008).
.

Gambaran sistem informasi puskesmas bagian rekam


medis untuk ibu hamil dan anak pada puskesmas Garuda
Skema 2.2 Kerangka pikir
26

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini
mementingkan penguraian fenomena yang teramati dan konteks makna yang
melingkupi suatu realitas. Pendekatan kualitatif berlangsung dalam latar alami,
peneliti merupakan instrumen utama,data-data yang dikumpulkan berupa data
deskriptif. Oleh karena pendekatan yang digunakan adalah kualitatif
(Sugiyono, 2007).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Garuda Kota Pekanbaru

C. Subjek Penelitian
Pemilihan informan dilakukan dengan menggunakan tehnik Purposive
Sampling. Informan yang dipilih adalah yang mengetahui permasalahan
dengan jelas, dapat dipercaya untuk dapat menjadi sumber data yang baik serta
mampu mengemukakan pendapat secara baik dan benar ( Notoatmodjo, 2005).

Informan kunci dalam penelitian ini adalah kepala puskesmas, penanggung


jawab rekam medis ,bidan dan dokter, Jadi, seluruh informan berjumlah 4
orang.
27

D. Variabel Penelitian dan Definisi Istilah


1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah Gambaran sistem informasi


rekam medis

2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Teknik Hasil
Instrumen
Variabel Defenisi Istilah pengumpula
penelitian
n

Sistem Suatu sistem yang Panduan Wawancara Deskriptif


informasi dibangun dengan wawancara kualitatif
rekam mengabungkan
medis kemampuan hardware
,software guna
menghasilkan suatu
informasi data medis
yang dapat dijadikan
acuan untuk
kedepannya dalam
pengambilan suatu
keputusan yang
bertujuan untuk
melakukan pencatatan ,
penyimpanan maupun
pelaporan rekam medis
dengan aman, cepat dan
tepat.
28

E. Instrumen Penelitian

Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan, maka peneliti


mengumpulkan data sebagai berikut:

Data Primer

Data mengenai gambaran sistem informasi rekam medis pada ibu


hamil dan anak diperoleh dari informan kunci yakni kepala puskesmas,
penanggung jawab rekam medis ,bidan dan dokter puskesmas, melalui
wawancara mendalam (indepth interview) alat bantu berupa handphone. alat
perekam suara, dan kamera dengan wawancara langsung ataupun
wawancara via videocall.

G. Pengolahan Data

Analisis data disajikan dalam bentuk naskah (content analysis).


Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini guna membahas
permasalahan yang dirumuskan digunakan tehnik analisis kualitatif. Dalam
teknik analisis kualitatif, untuk menganalisis permasalahannya dilakukan
secara deskriptif
F. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif deskriptif dengan pengolahan
data primer dan sekunder yang dikumpulkan berdasarkan data atau informasi
dari informan kunci serta observasi langsung di puskesmas Garuda

Proses analisis dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber dari


wawancara mendalam.
2. Proses transkrip data dengan cara menganalisa semua data yang
didapat tanpa menunggu semua data terkumpul terlebih dahulu untuk
menghindari penumpukan data.
3. Membuat urutan data yang ada hubungannya dengan penelitian
kualitatif
29

4. Kategorisasi data untuk memudahkan pengelompokkan dan


interprestasi data pada matriks wawancara mendalam.
5. Menginterprestasi data sesuai dengan temuan dan membandingkan
dengan teori yang ada.
G. Triangulasi
Untuk mencari keabsahan ( validasi ) data yang dikumpulkan, dilakukan,
triangulasi yaitu:
1. Triangulasi Sumber
Dilakukan dengan cara croos-check data, dengan fakta dari sumber
yang lainnya yaitu data yang didapatkan dari informan yang berbeda
yaitu dari petugas lainnya di Puskesmas Garuda
2. Triangulasi Metode
Melakukan cross-check data dengan berbeda metode yaitu dari
wawancara mendalam dan observasi.
3. Triangulasi data
6. Analisis data dilakukan oleh lebih dari satu orang. Analisis data biasa
dilakukan oleh peneliti dan orang lain yang ahli dalam analisis data
kualitatif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar intreprestasi yang
dilakukannya hasilnya sama dengan yang dilakukan dengan orang lain

H. Etika Penelitian

Penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian yang merupakan


standar etika dalam melakukan penelitian. Adapun prinsip-prinsip etika
penelitian adalah :
1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia (respect for persons).
Peneliti akan menghormati hak-hak responden yang terlibat dalam
penelitian diantaranya : hak untuk membuat keputusan untuk terlibat
atau tidak terlibat dalam penelitian dan hak untuk dijaga
kerahasiannya berkaitan dengan data yang diperoleh selama
penelitian.
30

2. Prinsip berbuat baik (beneficence). penelitian yang dilakukan tidak


membahayakan jiwa dan membahayakan responden/partisipan dan
bebas dari eksploitasi; memperoleh manfaat dari penelitian dan
mempertimbangkan risiko dan manfaat penelitian.
3. Prinsip keadilan (Justice). peneliti akan memperlakukan semua yang
terlibat dalam penelitian secara adil dan tidak membeda-bedakan
berdasarkan ras, agama, atau status sosial ekonomi, memperlakukan
responden/partisipan sesuai dengan desain penelitian dan tujuan
penelitian, antara lain hak untuk mendapat perlakukan yang sama
dan hak untuk dijaga privasinya

Anda mungkin juga menyukai