PENDAHULUAN
untuk menerapkan dasar dan peranan hukum dalam pelayanan kesehatan. Yang
berorientasi pada perlindungan dan kepastian hukum pada hak pasien dalam
tanggung jawab negara, dan Pasal 28 H Ayat (1) yang menetapkan mengenai
tersebut merupakan perwujudan dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab
1
Zahir Rusyad,2018, Hukum Perlindungan Pasien, Konsep Perlindungan Hukum dalam Pemenuhan Hak
Kesehatan Oleh Dokter dan Rumah Sakit, Malang: Setara Press, hal,1.
1
dan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.2
masyarakat.3
yang dilaksanakan oleh rumah sakit didukung dengan adanya tenaga medis,
menciptakan bisnis rumah sakit, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
layanan kesehatan terhadap masyarakat. Data tahun 2013, menurut Ditjen Bina
perseorangan, Rumah Sakit memiliki tugas dan fungsi yang amat penting.
2
Ibid
3
Soekijo Notoatmodjo,Agustus 2010, Etika & Hukum Kesehatan, Jarkarta: Rineka Cipta, Cetakan
Pertama,hal.62
4
Zahir Rusyad, 2018, Hukum Perlindungan PasienKonsep Perlindungan Hukum dalam Pemenuhan Hak
Kesehatan Oleh Dokter dan Rumah Sakit, Malang: Setara Press, hal,2
2
Sebagai salah satu bentuk pelayanan publik mengemban tugas pemerintah
Rumah Sakit atas pelayanan kepada pasien.6 Rumah Sakit adalah merupakan
yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam
medis harus memiliki SIP (Surat Ijin Praktek) dan STR (Surat Tanda
Registrasi), Pasal 1 butir 7, Surat Izin Praktik adalah bukti tertulis yang
diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter gigi yang akan menjalankan
Registrasi dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Konsil Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah
diregistrasi.
hubungan dokter pasien kini sangat memerlukan intervensi pihak lain, baik
5
Endang Wahyati Yustina,2012, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Bandung: Keni Media, Cetakan Pertama, hal
1
6
Ibid,hal 2.
7
Soekijo Notoatmodjo,Agustus 2010, Etika & Hukum Kesehatan, Jarkarta: Rineka Cipta, Cetakan
Pertama.hal 63.
3
berupa sarana teknologi, kendali sosial, pengawasan pemegang kebijakan,
pengaturan oleh norma, bahkan pembatasan oleh nilai, keyakinan dan sikap
yang dianut masyarakat yang beradab. Namun demikian bagi dokter tentu
dasar kepercayaan.8
pasien: usia, psikis, tingkat penyakit, sifat penyakit, komplikasi, dan lain-lain. 7
mengatur hak dan kewajiban seorang dokter tertuang dalam Pasal 50 dan 51
diatur tentang ketentuan sanksi disiplin dokter adalah untuk melindungi hak
8
Benyamin Lumenta, 1989, Dokter Citra, Peran, dan Fungsi, Yogyakarta : Kanisius, hal.18
4
kenyataan menunjukkan bahwa hampir secara berkala dapat dibaca dalam
media cetak maupun dilihat di media elektronik adanya berbagai berita tentang
malpraktik medis.
akan hak-hak pasien baru disadari hanya oleh lapisan masyarakat tertentu. Dan
untuk mengambil keuntungan sepihak. Dan bila muncul kondisi yang tidak
diinginkan, maka pasien hanya bisa pasrah dan menerimanya sebagai sebuah
pihak yang terlibat dalam pelayanan medis, baik dokter maupun pasien. Seperti
the just”. Bahwa hukum tidak hanya terbatas pada masalah adil tetapi jauh
lebih besar dari yakni memberikan suatu kepastian dan perlindungan hukum.
9
Peter Mahmud Marzuki, 2006; Penelitian Hukum, Kencana: Jakarta; hlm. 58
5
Hubungan hukum antara dokter dengan pasien ini berawal dari pola
hubungan vertikal paternalistik seperti antara bapak dengan anak yang bertolak
dari prinsip “ Father knows best” yang melahirkan hubungan yang bersifat
best”. Dokter berupaya untuk bertindak sebagai “bapak yang baik” yang
cermat, dan hati-hati untuk menyembuhkan pasien. Dalam hal ini, dokter
dibekali oleh lafal sumpah dan kode etik kedokteran Indonesia. Seiring
perubahan jaman pola hubungan yang vertikal paternalistik bergeser pada pola
pasien yang berkedudukan sederajat melahirkan hak dan kewajiban bagi para
karena hukum ini berupa upaya dokter berdasarkan ilmu pengetahuan dan
manusia yang dirugikan orang lain.18 Perlindungan yang diberikan oleh hukum,
terkait dengan adanya hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan
hukum. Upaya hukum yang harus diberikan untuk memberikan rasa aman, baik
secara fikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak
manapun. 12
pasien atas layanan kesehatan dirumah sakit, oleh sebab itu hak tersebut juga
10
Endang Kusuma Astuti, 2003, Hubungan Hukum antara Dokter dan Pasien Dalam Upaya Pelayanan Medis,
Jakarta: ISSN 0854-6509, hal.4.
11
Bahder Johan Nasution,2005, Hukum Kesehatan (Pertanggung jawabn dokter),Jakarta-Rineka Cipta, hal.11.
12
Zahir Rusyad, 2018, Hukum Perlindungan Pasien, Konsep Perlindungan Terhadap Pasien Dalam
Pemenuhan Hak Kesehatan oleh Dokter dan Rumah Sakit, Malang: Setara Press, hal, 42.
6
menjadi bagian dari rumah sakit.Tetapi tidak semua hak pasien menjadi
kewajiban rumah sakit, dan tidak semua hak rumah sakit menjadi kewajiban
pasien.13
menerima layanan kesehatan yang bermutu, sehingga hak atas mutu tersebut
begitu optimal, karena masih adanya Standar Operasional Prosedur yang belum
seluruhnya ditaati dan dilaksanakan, sebagian masih adanya tenaga medis yang
pihak manajemen dan Kesempatan berkarir masih kurang. Sehingga hal ini
13
Ibid, hal, 69
14
tintin supriyatin ,2018,perlindungan hak pasien untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu
terkait perundang-undangan(studi kasus di rsud kota tangerang)
7
Sakit sendiri maupun dari tenaga medis/ non medis dan tenaga lainnya yang
pasien yang terus meningkat. Pasien mulai memperjuangkan hak mereka jika
data yang ada pada Ikatan Dokter Indonesia (IDI), untuk wilayah Jakarta,
dalam setiap minggu terdapat satu kali pengaduan dugaan malpraktik medis
yang disampaikan kepada IDI dan sekitar 90% malpraktik medis tersebut
dilakukan oleh tenaga medis di rumah sakit. Pada periode 1998 - 2004,
medis sering kali dalam posisi lemah. Beberapa dekade ini hubungan antara
rumah sakit dan dokter selaku produsen jasa layanan kesehatan dengan pasien
selaku konsumen belumlah harmonis, hal ini dapat dilihat dari banyaknya
kasus malpraktek yang marak terjadi sejak 2006 hingga 2021, tercatat ada 246
15
Ibid
16
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 3, Desember 2007 Perlindungan Hak
Pasien di RS Kanker Dharmais Jakarta Harvensica Gunnara, hlm.137.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=269690&val=7113&title=Perlindungan%20 Hak
%20Pasien%20di%20RS%20Kanker%20Dharmais%20Jakarta
8
terbukti dilakukan dokter di seluruh Indonesia. Malpraktek ini terbukti
pasien mereka memiliki hak-hak tertentu yang wajib dihormati oleh dokter.
Kesadaran ini membuat mereka tidak lagi bersikap pasif menunggu dan
mengiyakan apa pun yang disodorkan dokter. Namun seringkali kesadaran ini
pasien, sehingga ketika muncul kondisi yang tidak diinginkan oleh pasien, akan
landasan untuk melakukan gugatan atau tuntutan hukum. Dan gugatan maupun
tuntutan hukum ini kemudian sering diartikan oleh kalangan profesi dokter
Pada akhirnya reaksi ini berujung pada mutu tindakan medis yang diberikan.
penyembuhan. 18
dan fasilitas rumah sakit yang memadai, kelengkapan sarana pendukung dalam
pelayanan.
Bangkinang, karena peneliti lihat Rumah Sakit ini, adalah Rumah Sakit yang
yang berlaku. Dan peneliti ingin mengetahui lebih lanjut, apakah di rumah
Sakit yang sudah akreditasi Paripurna masih ada komplain pasien. Apakah
Apakah Sumber Daya Manusia (SDM) cukup dan paham tentang hubungan
B. Rumusan Masalah
10
Agar permasalahan yang hendak diteliti tidak mengalami perluasan
Bangkinang?
11
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Bangkinang
Bangkinang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
a. Bagi Pemerintah
peraturan perundang-undangan.
b. Bagi Dokter
dokter dan juga dapat dijadikan bahan kajian ilmiah bagi kalangan
13
F. TINJAUAN PUSTAKA
masyarakat tertentu. 19
Pengertian lain mengenai hukum
14
c. Paul Bohannan : Hukum merupakan himpunan
seharusnya.22.
15
b. Adat atau kebiasaan.
c. Jurisprudensi.
d. Traktat.
e. Doktrin hukum.23
23
Ibid., hal. 38
16
atau perbuatan manusia. Perlindungan hukum juga
masyarakat. 24
lain.25
24
Juwita Suma, “Tanggung Jawab Hukum dan Etika Kesehatan”, Jurnal Legalitas Vol. 2 Nomor 3
(2009) hlm. 92
25
Sudarsono, 2013, Kamus Hukum, Jakarta, Rineka Cipta, hlm.167
26
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta, Liberty, hlm.
57- 61
17
dapat memberikan kepastian, kedamaian, ketertiban, keadilan,
secara holistik. 27
27
Anak Agung Putu Wiwik Sugiantari, “Karakteristik Pelayanan Kesehatan dalam
Perlindungan Pasien”, Jurnal Universitas mahasaraswati press, (2016), hlm. 191
18
represif yaitu untuk menyelesaikan sengketa yang
Administrasi. 28
19
Dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
kesehatan.
hlm. 178
32
Megi Akbar, 2013, Pelaksanaan Instruksi Medis via Telepon oleh Perawat di Ruang Rawat
Inap RSI YARSIS Surakarta, (Tesis, Magister Hukum Kesehatan Universitas Gadjah Mada),
hlm. 3
20
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna
21
memenuhi atau bahkan melebihi kebutuhan dan keinginan
a) Mengutamakan pelanggan
b) Memberdayakan pelanggan
sehari-hari.
22
organisasi perpaduan tersebut harus terlihat sebagai
e) Perbaikan berkelanjutan
menerus.
kesehatan.36
23
1. Mudah dicapai (accessible)
Pengertian ketercapaian adalah dari sudut lokasi.
ditemukan di pedesaan.
24
baik.
5. Bermutu (quality)
25
4. Tanggung Jawab dalam Pelayanan Kesehatan
antara tujuan dan sarana, antara sarana dan hasil, antara manfaat dan
2 (dua) macam akibat, yaitu akibat positif dalam arti tindakan medik
diharapkan dan pasien bisa pulang dengan sembuh, dan akibat dengan
hasil yang negatif yang sama sekali tidak terduga dan tidak
diharapkan.
39
Ahdiana Yuni Lestari, Muh Endriyo Susilo, Konstruksi Hukum Malpraktik Medik dalam Perspektif
Hukum Islam, Jurnal Media Hukum UMY Vol. 1 (Juni 2009), hlm. 16
26
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah
dikatakan cakap jika sudah dewasa dan sehat pikirannya. Bagi badan
“Keadaan cakap menurut hukum baik orang atau badan hukum, serta
dilakukan”.41
sebagai berikut:43
40
Soekidjo Notoatmojo, Op.Cit., hlm.13
41
Mona Wulandari, “Tanggungjawab Perdata Atas Tindakan Kelalaian Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit”, Jurnal Varia Hukum Vol. 38 (September 2017), hlm. 10
42
Veronica Komalawati, 2002. Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik (Persetujuan
Dalam Hubungan Dokter Dan Pasien); Suatu Tinjauan Yuridis, Bandung, Citra Aditya Bhakti, hlm. 93-
94
43
Moh Hatta, 2013, Hukum Kesehatan dan Sengketa Medik, Yogyakarta, Liberty, hlm. 97-98
27
a. Setiap tindakan yang mengakibatkan kerugian atas diri orang
Pasal 1365
Pasal 1366
28
yang dideritanya. Biasanya ini dihubungkan dengan produk
lain.44
44
Ibid, hlm. 210
45
Jef.Leibo, 1986, Bunga Rampai: Hukum dan Profesi Kedokteran dalam Masyarakat Indonesia,
Yogyakarta, Liberty, hlm. 6
46
Ibid hal 13
47
Ibid hal 15
48
J. Guwandi, 2009, Dugaan Mapraktek Medik & Draft RPP: “Perjanjian Terapetik antara Dokter dan
Pasien, Jakarta, FKUI, hlm. 47-48
29
Menurut Azwar (1996), Mutu Pelayanan Kesehatan adalah yang
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara
tentunya ada kompensasi yang didapatkan oleh Rumah Sakit dari pihak
pelayanan kesehatan.
49
Hermein hadiati koeswadji, hukum untuk perumahsakitan, citra aditya bakti, Bandung, 2002, hlm 188-
189 18
50
KepMenKes No.582 Tahun 1997 Tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah
31
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Permekes No.
159b/1988).51
51
Soekidjo notoatmodjo, etika & hukum kesehatan, rineka cipta, jakarta, 2010, hlm 154.
52
Psl 1 angka 1Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
53
Ibid
54
Ibid
55
Ibid
56
Ibid
32
D. Tinjauan Umum Mengenai Pasien
1. Pengertian Pasien
57
Ni Luh Gede, Made Emy Andayani Citra, “Perlindungan Hukum bagi Pasien Selaku Konsumen Jasa
Pelayanan Kesehatan yang Mengalami Malpraktek”, Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati
Denpasar, hlm. 121
33
tindakan yang dilakukan oleh dokter. Dengan hak tersebut maka
yang besar atas hasil akhir layanan dan bukan hanya sekedar objek.
menjamin pemenuhannya.
d. Hak yang lahir dari hukum, yaitu hak yang diberikan oleh
hukum.
58
Ni Luh Gede, Op.Cit., hlm. 124
59
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 24
60
Janus Sidabalok, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia: Pertanggungjawaban menurut
Hukum Perdata, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm. 18
34
dengan yang lain.
jenis hak dasar. Yang dimaksud dengan hak dasar adalah hak- hak
warga negara yang sudah ada dan pada dasarnya tidak boleh diganggu
merupakan hak yang asasi yang bersumber dari hak dasar yang
menentukan nasib sendiri (the right of self determination) dan hak atas
dokter, hak dirawat dokter yang “bebas”, hak menerima atau menolak
61
S. Verbogt dan F. Tengker, 1990, Bab-bab Hukum Kesehatan, Bandung, Nova, hlm. 8
62
Zaeni Asyhadie, 2017, Aspek-Aspek Hukum Kesehatan di Indonesia, Depok, Rajawali Pers, hlm. 69
63
Muthia Septarina, Salamiah, Op.Cit., hlm. 74
64
Jendri Maliangga, “Hak Informed Consent sebagai Hak Pasien dalam Perlindungan Hak Asasi
Manusia”, E-journal Unsrat Lex Et Societatis Vol. I Nomor 4 (Agustus 2013), hlm. 10
35
risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
a. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati
secara wajar.
akan diikutinya.
kedokteran.
36
tindak lanjut.
Sakit.
apabila:66
ataupun tidak
Undang-Undang
diungkapkan
37
dengan pelayanan kesehatan yang akan dijalani pasien tersebut. Pasien
tindakan kedokteran yang sesuai dengan standar profesi medis. Hal itu
Pasal 10
67
Bahder Johan, Op.Cit., hlm. 34
38
yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.”
Pasal 11
Pasal 12
dunia.”
Pasal 13
68
As’ad Sungguh, 2014, Kode Etik Profesi tentang Kesehatan, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 11
69
Ibid, hlm. 37
39
E. Tinjauan Umum Mengenai Transaksi Terapeutik
diterimanya.72
70
Veronica Komalawati, Op.Cit., hlm. 14
71
Hermien Hadiati Koeswadji, 1998, Hukum Kedokteran (studi tentang hubungan dalam mana dokter
sebagai salah satu pihak), Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 132
72
Achmad Muchsin. “Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Sebagai Konsumen Jasa Pelayanan Kesehatan
dalam Transaksi Terapeutik”, Jurnal Hukum Islam (JHI) Vol. 7 Nomor 1 (Juni 2009), hlm. 36
40
2. Syarat Sah Transaksi Terapeutik
yaitu:73
1. Kesepakatan
kehendak pihak yang satu sesuai dengan kehendak pihak yang lain
73
Ibid, hlm. 4
74
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 111
41
dianggap cakap untuk membuat perjanjian kecuali mereka secara
bahwa obyek itu dapat berupa benda yang sekarang ada dan nanti
akan ada.75
dengan sebab yang halal adalah bahwa suatu perjanjian tidak boleh
75
ariam Darus Badrulzaman, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 79
42
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban
agama lain.76
umum.77
76
Prof. Subekti, 1982, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Bandung, PT Intermasa, Hlm. 137
77
Adami Chazawi, 2016, Malapraktik Kedokteran, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 40
43
Consent.78 Informed Consent merupakan suatu persetujuan yang
78
Ahdiana Yuni Lestari, Siti Ismijati Jennie, “Philosophical Basis of Informed Consent, Informed Refusal
and Documentation of Medical Information into Medical Record”, Jurnal Media Hukum Vol. 26 Nomor 1
(Juni 2019), hlm. 61
79
Zaeni Asyhadie, Op.Cit., hlm. 58
80
Ibid, hlm. 59
44
hubungan antara subjek hukum dengan subjek hukum lainnya yang
dokter dan pasien, selalu menimbulkan hak dan kewajiban yang sama,
kepada apa yang dikenal sebagai profesi dokter, yaitu pedoman dokter
perubahan warna kulit, dan tanda tidak wajar pada permukaan tubuh.
suhu badan, kelainan pada bentuk dan konsistensi pada bagian tubuh,
denyut nadi, kebebasan dan kekuatan gerak anggota badan yang hanya
81
L. Niken Rosari, 2010, “Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Sebagai Konsumen Jasa di Bidang
Pelayanan Medis Berdasarkan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata”, (Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta), hlm. 56
82
Hargianti Dini Iswandari, “Aspek Hukum Penyelenggaraan Praktik Kedokteran”, Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan Vol. 09 Nomor 02 (Juni 2006), hlm. 54
83
Hendrojono Soewono, Op.Cit., hlm. 85
45
dapat diperiksa dan dinilai dengan jalan dipegang, diraba, dan
pasien adalah:85
84
Ibid
85
Endang F, “Komunikasi yang Relevan dan Efektif antara Dokter dan Pasien”, Jurnal
Psikogenesis Vol. I No. 1 (Desember 2012), hlm. 83
46
pengobatan dan interaksinya.
praktek.
hal tersebut atau tidak, dan lain sebagainya. Selanjutnya dokter akan
diagnosa itulah yang akan menentukan tindakan medis apa yang akan
86
Hendrojono Soewono, Op.Cit., hlm. 11-12
47
spesialisasi.
48
menuntut dokter di pengadilan jika ia berpendapat bahwa
vi. Hukum mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari etik, dan
membayar.
keadaan yang terjadi akibat jangka pendek atau jangka panjang dan
87
Danny Wiradharma, 1996, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, Jakarta, Binarupa Aksara,
hlm.12
49
rencana tindakan kedokteran yang akan dilakukan oleh dokter tersebut.
50
menjelaskan sebab dan keadaan yang berkaitan dengan
berwasiat lain.88
1. Contract Theory
2. Undertaking Theory
88
Andy Y.S dan Dahlia Herawati, “Hubungan Dokter Pasien Sesuai Harapan Konsil Kedokteran
Indonesia (Tinjauan pada Profesi Dokter)”, Majalah Kedokteran Gigi Vol. 19 Nomor (2)
(Desember 2012), hlm. 173
89
Veronica Komalawati, Op.Cit., hlm. 85
51
memberikan dasar yang memuaskan bagi terciptanya
3. Meninggalnya pasien
90
J. Guwandi, 2005, Hukum Medik, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hlm. 33
91
Maya Ruhtiani, Op.Cit., hlm. 54
52
dokter lain atau rumah sakit lain yang lebih ahli dengan
92
Muhamad Sadi, 2015, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta, Kencana, hlm. 11
53
persoalan mengenai kesehatan merupakan suatu unsur yang sangat
dicantumkannya Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3)
memiliki jumlah pasal yang sangat banyak yaitu terdiri dari 205
bagian dari hak asasi manusia yang harus dipenuhi oleh pemerintah
berbunyi:
pasal 4
Pasal 5
93
Ibid, hlm. 12
94
Arman Anwar, 2011, Peraturan Perundang-undangan Bidang Kesehatan,
https://fhukum.unpatti.ac.id/umum/85-peraturan-perundang-undangan-bidang-kesehatan, diakses pada
tanggal 10 desember 2021
54
“Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
dirinya."
Pasal 6
Pasal 7
bertanggungjawab.”
Pasal 8
55
rahasia kondisi kesehatannya, dan berhak untuk menuntut ganti
95
L. Niken Rosari, Op.Cit., hlm.53
56
G KERANGKA TEORI
Pelayanan Kesehatan
UU No.36 Tahun 2009
Pelayanan Kesehatan
di
Rumah Sakit
Perlindungan Hak
Pasien
Di RSUD Kota
Bangkinang
57
H. METODE PENELITIAN
masyarakat96.
masyarakat26.
96
Zainuddin Ali, 2015, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 105.
58
perundang-undangan di RSUD Kota Bangkinang
uraian naratif98.
97
Suratman dan Philips Dillah, 2012, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfa Beta, hal. 92.
98
Imam Gunawan, 2016, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, hal. 87.
59
Dalam peneltitian ini ingin mengetahui ketentuan
2. Lokasi Penelitian
memiliki tenaga medis dan non medis yang handal, terampil dan
Kota Bangkinang
60
Informan yang akan diwawancarai dalam proses penelitian
ini adalah:
e) Dokter : 2 orang
f) Perawat: 2 orang
g) Pasien: 4 orang
4. Sumber data
Fasilitas Kesehatan.
a) Karya Ilmiah;
62
primer dan bahan hukum sekunder.101 Terdiri dari :
1. Kamus hukum;
kepustakaan.
a. Studi Lapangan
b. Studi Kepustakaan
101
Iskandar.2008, Metode Penelitian Pendidikan dan sosial ( kualitatif dan kuantitatif ),
Jakarta:GP pres,.hal, 178.
102
Bambang Waluyo, 1996, Penelitian Hukum dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 16.
103
Agnes Widanti, 2015, Petunjuk Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis, Semarang:
Program Studi Magister Ilmu Hukum, Unika Soegijapranata., hal, 9.
63
Studi kepustakaan merupakan metode pengumpulan
kalimat.104
Metode Sampling
104
Bambang Waluyo, op.cit., hal, 50.
105
Soekidjo Notoatmojo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, hal. 194
64
efektif dalam pengumpulan data primer di lapangan. Dianggap
6. Analisis Data
106
Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum,Cetakan Keempat, Jakarta: Rineka
Cipta, hal. 91.
65
kualitatif. 107
pengamatan108.
a. Pengumpulan data
b. Penyajian data
110
Soekidjo Notoatmojo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, hal,194
67
68
69