A. Pendahuluan
1. Perkembangan Hukum Kesehatan di Indonesia
Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Kesehatan merupakan salah satu indikator penting dalam menilai
kesejahteraan suatu bangsa. Bangsa yang maju dan sejahtera senantiasa
memiliki indeks kesehatan yang baik. Sehingga untuk mewujudkan
kesejahteraan umum maka bidang kesehatan perlu diberikan perhatian
penting. Pengaturan yang baik terhadap bidang kesehatan merupakan titik
tolak dalam melakukan upaya pelayanan kesehaan yang baik guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karenanya hukum
kesehatan, baik berupa produk perundang-undangan maupun turunannya,
memiliki peran sentral sebagai bagian sistem kesehatan nasional sekaligus
bagian dari sistem hukum nasional.
Sejak
beberapa
dekade
terakhir,
hukum
kesehatan
mengalami
Disampaikan dalam Health Law Policy Forum 2013, Bandung, 13 November 2013.
Praktisi Hukum Kesehatan
3
4
Hanafiah, M.J, Amir, A., 1999, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Jakarta : EGC.
Ibid
B. Pembahasan
Perkembangan hukum kesehatan tidak dapat terlepas dari perkembangan
hukum kesehatan positif yang berlaku. Undang-Undang tentang Kesehatan
telah tiga kali diimplementasikan dalam tiga produk hukum berupa undangundang. Undang-undang tersebut adalah:
a. Undang-Undang Nomor 90 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Kesehatan
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan7
Terdapat perbedaan diantara ketiga produk hukum tersebut. Perbedaan
tersebut terlihat dari jumlah pasal berikut isi dari undang-undang tersebut. Pada
5
Pemerintah berusaha mencukupi keperluan rakyat yang pokok untuk hidup sehat,
yang terdiri dari sandang-pangan, perumahan dan lain-lain, serta melakukan
usaha-usaha untuk mempertinggi kemampuan ekonomi rakyat.
Pasal 6 mengatur tentang upaya pemerintah melakukan pencegahan
penyakit dengan menyelenggarakan hygiene lingkungan termasuk kebersihan,
pengebalan (immunisasi), karantina, dan hal-hal lain yang dianggap perlu. Pasal 7
mengatur tugas pemerintah dalam memberantas penyakit menular dan penyakit
endemis (penyakit rakyat). Pasal 8 berisi tentang akses pelayanan kesehatan yang
merata dan terjangkau bagi seluruh warga negara. Oleh karena itu pemerintah
mengadakan balai pengobatan, pusat kesehatan, sanatorium, rumah sakit dan
lembaga-lembaga lain yang diperlukan. Dalam bidang kesehatan kerja pemerintah
juga melakukan usaha-usaha khusus untuk menjamin kesehatan pegawai, buruh
dan golongan-golongan karya lain beserta keluarganya sesuai dengan fungsi dan
lingkungan hidupnya. Diatur pula bahwa pemerintah mengatur dan menggiatkan
usaha-usaha dana sakit.
Pengaturan tentang upaya preventif dan promotif juga diatur dalam Pasal
9. Dalam pasal 9 tersebut pemerintah melakukan usaha-usaha agar rakyat
memiliki pemahaman dan kesadaran tentang pemeliharaan dan perlindungan
kesehatan. Selain itu pemerintah dapat mengadakan usaha-usaha khusus terkait
dengan kesehatan keturunan dan pertumbuhan anak yang sempurna, baik dalam
lingkungan keluarga, maupun dalam lingkungan sekolah serta lingkungan
masyarakat remaja dan keolahragaan.
Pengaturan tentang sumber daya manusia di bidang kesehatan diatur
dalam Pasal 10. Pemerintah mengadakan, mengatur, mengawasi dan membantu
pendidikan
tenaga
kesehatan.
Pemerintah
menetapkan
penggunaan
dan
untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, hingga upaya kehamilan
diluar cara alami. Diatur pula kesehatan anak, kesehatan manula, pengamanan
makanan dan minuman, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, kesehatan jiwa,
pemberantasan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,
penyuluhan kesehatan masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat
kesehatan, pengamanan zat adiktif, kesehatan sekolah, kesehatan olah raga,
pengobatan tradisional. Kesehatan matra diatur dalam Pasal 48 meliputi kesehatan
lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, serta kesehatan kedirgantaraan.
Peraturan ini juga mengatur tentang sumber daya kesehatan. Sumber daya
kesehatan meliputi:
a. Tenaga Kesehatan.
b. Sarana Kesehatan.
c. Perbekalan Kesehatan.
d. Pembiayaan Kesehatan.
e. Pengelolaan Kesehatan.
f. Penelitian dan pengembangan kesehatan.
Pengaturan tentang pidana di bidang kesehatan berikut dengan penyidikan
diatur dalam beberapa pasal. Ketentuan pidana dapat berupa tindakan medis
terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan, penghimpunan dana dari
masyarakat untuk penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang tidak sesuai
dengan perundang-undangan, transplantasi organ dengan tujuan komersial,
mengedarkan makanan dan minuman tidak memenuhi standar, produksi dan
mengedarkan sediaan farmasi berupa obat dan bahan obat tidak memenuhi
farmakope Indonesia, dan lain-lain.
Produk perundangan terakhir tentang kesehatan adalah Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Terdapat 205 pasal terkait aturan
tentang kesehatan pada undang-undang tersebut. Dalam undang-undang ini yang
dimaksud kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan kondisi tersebut maka dibutuhkan
adanya sumber daya di bidang kesehatan. Sumber daya di bidang kesehatan
adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat
kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Pembangunan
kesehatan
diselenggarakan
dengan
berasaskan
masyarakat
yang
setinggi-tingginya,
sebagai
investasi
bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Disebutkan dalam Pasal 4 bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Hak
tesebut meliputi hak yang sama atas akses sumber daya di bidang kesehatan,
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau,
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya,
mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan,
mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab, serta memperoleh informasi tentang data kesehatan dirinya
termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan diterimanya dari
tenaga kesehatan.
Hak selalu diiringi oleh kewajiban yang harus dipenuhi. Adapun
kewajiban setiap orang dalam bidang kesehatan yaitu ikut mewujudkan,
mempertahankan, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Pelaksanaannya meliputi upaya kesehatan perseorangan, upaya
kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan kesehatan. Selain itu setiap
orang juga berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial, berperilaku hidup sehat
untuk mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan kesehatan yang setinggitingginya, serta menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang
menjadi tanggung jawabnya. Kewajiban untuk turut serta dalam jaminan
kesehatan
masyarakat
yang
baik
dicapai
dengan
Referensi
Bambang Poernomo, 2008, Hukum Kesehatan, Yogyakarta : Aditya Media.
Hanafiah, M.J, Amir, A., 1999, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Jakarta :
EGC.
Soekidjo Notoatmodjo, 2010, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta : Rineka
Cipta.
Undang-Undang Nomor 90 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan