Anda di halaman 1dari 14

Nama : Natasya Ayu Safira

Kelas : A.3.6 Malam


Mata Kuliah : Hukum & HAM
Dosen : Ahmad Munir, SH., MH.

Tugas: Resume mengenai Hukum dan HAM

A. SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN HAM

Dianut dengan menggunakan optik historikal, sejarah HAM bermula dari dunia Barat
(Eropa) melalui kristalisasi pemikiran seorang filsuf Inggris pada abad ke-17 bernama Jhon
Locke. Ia menyatakan adanya hak kodrati (natural right) yang melekat pada setiap diri
manusia, yaitu ha katas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Hak kodrati ini terpisah dari
pengakuan politis yang diberikan negara kepada mereka dan terlebih dahulu ada dari negara
sebagai komunitas politik. Justru negaralah yang harus melindungi dan melayani hak-hak
kodrati yang dimiliki oleh setiap individu. Sejarah perkembangan HAM juga ditandai dengan
adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan
Revolusi Perancis. Kolerasi dengan proposisi tersebut, terlebih dahulu signifikan dikemukakan
perkembangan system pemikiran HAM di dunia.
Sejarah mencatat, bahwa system pemikiran HAM muncul dalam rangka
memperjuangkan HAM untuk diakui, dihormati, dilindungi, dan ditegakkan demi harga diri
dan martabat manusia, serta keberlangsungannya sebagai landasan moral dalam pergaulan
kehidupan manusia, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara.
System pemikiran demikian itu disuarakan secara internasional ke seluruh dunia sehingga
sampai ke negara-negara yang kebetulan ketika itu rakyatnya mengalami penindasan terhadap
hak-hak asasinya. Raja-raja atau pemimpin negaradan/atau pemerintahan serta para kaum
kapitalis, memperlakukan rakyatnya secara sewenang-wenang menurut kehendak pemimpin
sendiri, terutama terhadap rakyat kelas bawah secara ekonomi atau kaum buruh maupun orang-
orang berkasta rendah secara kebangsawanan. Pada akhirnya system pemikiran yang bersifat
universal dari para filsuf demikian itu diaplikasikan sebagai landasan pijak dalam
memperjuangkan pengakuan terhadap HAM, baik secara persial di masing-masing negara
maupun secara internasional.
1
Konteksnya dalam skala internasional, system pemikiran terhadap HAM mendapat pula
pengakuan dari seluruh negara beradab di dunia, sehingga menjadi salah satu capaian paling
penting dalam sejarah peradaban manusia modern dari bangsa-bangsa beradab diseluruh dunia
yang prinsip-prinsipnya telah diakui dalam Hukum Internasional (HI) sebagi prinsip-prinsip
umum HI. Hukum HAM internasional telah mendekontruksikan sifat tradisional dari HI. Jadi,
Hukum HAM Internasional berbeda dengan HI yang hanya mengakui hak- hak negara, rezim
Hukum HAM Internasional mengakui hak-hak individu dan klaim individu atas hak-hak
tersebut. Dalam HI tradisionalsional, suatu negara memegang sepenuhnya kebebasan bertindak
dalam hubungannya dengan warga dan wilayahnya, termasuk domain public seperti laut,
atmosfer, dan angkasa luar. Kebebasan demikian ini dikoreksi oleh rezim Hukum HAM
Internasional yang memungkinkan dilakukannya intervensi oleh rezim Hukum HAM
Internasional terhadap negara pihak yang melakukan pelanggaran HAM di wilayahnya.
Secara historis konsepsi hak asasi manusia yang dipahami saat ini merupakan suatu hasil
dari shering idea dari umat manusia. The New enciyclopedia britannica, 1992 membagi
perkembangan hak asasi manusia dalam beberapa tahap; pertama bahwa pengaruh ajaran
romawi (jus gentium) begitu besar khususnya dalam merumuskan hak-hak dasar bagi warga
negara. Sumber kedua rumusan konseptual hak asasi manusia muncul dari beberapa doktrin
hukum alam, khususnya ajaran Thomas Aquinas (1224-1274). Hugo de Gorte, (1583-1645)
ajaran agama mereka itu, kemudian disusul oleh lahirnya Magna Charta (1215) Petisi hak asasi
manusia (1628), dan undang-undang HAM Inggris ( The English bill rihgts, 1689). Pemikiran
mereka kemudian dielaborasi lebih modern oleh para empirisme, seperti Francis baccon, Jhon
locke, dimana ajaran mereka lebih mempertegas kedudukan hak asasi manusia dalam hukum
alam lebih rasional,
Secara historis, prinsip-prinsip hak asasi manusia tidak bisa dilepaskan dari hukum dan
politik kenegaraan. Dokumen-dokumen hukum hak asasi manusia selalu dapat ditemukan
persamaan-persamaannya dengan dokumen-dokumen hak asasi manusia yang telah ada
sebelumnya disuatu negara. Oleh karena itu, dokumen-dokumen itu dipandang sebagai suatu
kesatuan historis yang saling berkaitan. Hak mengandung unsur perlindungan, kepentingan dan
juga berkehendak, demikian kata Paton (satjipto. Rahardjo, 1982:95).
Dalam hukum, hak selalu dikaitkan dengan orang dan tertuju kepada orang. Dengan
demikian, sebagaimana diketahui orang dan badan hukum merupakan subyek hukum. Sebgai
subyek hukum orang dan badan hukum memiliki hak, kewajiban dan tanggungjawab. Hak, ada
yang bersifat relatif relatif dan absolut. Sebagai pribadi orang perorang mempunyai hak asasi
(personal rights), berubah menjadi hak asasi manusia ( human rights), ketika antara sesamanya

2
bergumul dalam kehidupan bersama.Salah satu tonggak sejarah penting dalam modernisasi
hubungan internasional hukum internasional adalah pernjanjian Wesphalia 1647. perjuangan
penegakan hak asasi manusia didaratan eropa, puncaknya lewat deklarasi hak-hak asasi
manusia dan penduduk negara ( declaration des droits l’hommes et du citoyen) 1789, di
prancis. Dalam deklarasi tersebut ditegaskan sebagai berikut :
- Pasal 1: semua manusia itu lahir bebas dan sama dalam hukum. Perbedaan sosial hanya
didasarkan pada kegunaan umum.
- Pasal 2: tujuan negara melindungi hak-hak alami dan tidak dapat dicabut atau dirampas.
Hak-hak alami meliputi, hak hidup, hak kebebasan, hak milik dan hak perlindungan
(bebas dari penindasan).
Sebagaimana diketahui, pada tahun 1215 dalam piagam besar (magna Charta), Jhon
lockland telah mengakui hak-hak rakyat secara turun-temurun:
- Hak kemerdekaan (kebebasan) tidak boleh dirampas tanpa keputusan pengadilan,
- Pemungutan pajak harus dengan persetujuan dewan permusyawaratan.
Dalam perjalanan sejarah inggris pengakuan dalam Magna Charta masih sering
dilanggar sehingga pada tahun 1679. Disamping itu adanya Bill of rights merupkan awal
menuju kemonarchi konstitusional. Bill of rights merupakan dokumen penting dalam rangka
menghormati hak asasi manusia. Pada dokumen tersebut hak-hak individu dan kebebasannya
mendapat perlindungan formal. Kemajuan hak asasi manusia di abad modern dipertegas
kembali oleh presiden Franklin D. Roosevelt yang disampaikan pada tahun 1941,yang dikenal
dengan four freedoms, isinya:
- freedom to speech (kebebasan berbicara)
- Freedom to religion (kebebasan beragama)
- freedom from want (kebebasan dari kemiskinan)
Dari pergolakan penegakan hak asasi manusia tersebut diatas, diawali di Inggris,
Amerika dan Prancis, menurut Scoot Devidson, dalam menegakkan hak asasi ada tiga hal yang
perlu mendapat perhatian:
- bahwa hak-hak tersebut secara kodrati Inheren, universal dan tidak dapat dicabut,
dimiliki setiap individu semata-mata karena ia manusia.
- perlindungan terbaik atas hak-hak asasi tersebut hanya pada negara demokrasi
- Batas-batas pelaksanaan hak hanya dapat ditetapkan dan dicabut oleh Undang-undang.
Sebagaimana diketahui, salah satu indikasi untuk disebut sebagai negara hukum, antara
lain ditegakkannya hak asasi manusia, dan agar penegakannya cepat tercapai menurut
Hans Kelsen sebagaimana dikutip oleh Moh. Hatta “ negara hukum (Allgemeine
3
staatslehre) akan lahir, apabila sudah dekat sekali identieit der staatsordnung mit der
rechtsordnung, semakin bertambah keinsafan hukum dalam masyarakat, berarti semakin
dekat kita dalam pelaksanaan negara hukum yang sempurna. Dengan demikian, negara
yang menyatakan dirinya sebagai negara hukum mengakui supremasi hukum, tetapi
dalam praktek tidak mengakui/menghormati sendi-sendi hak-hak asasi manusia, tidak
dapat dan tidak tepat disebut sebagai negara hukum.
Para ahli Eropa Kontinental (eropa daratan) antara lain,Immanuel Kant, Julius Sthal
menyebur rechsstaat, sedangkan para ahli hukum Anglo saxon (inggris dan Amerika) memakai
istilah rule of law. Puncak pengakuan hak asasi manusia dikukuhkan dalam suatu memorial
kemanusiaan pada tanggal 10 desember 1948, dimana negara-negara secara bulat menyepakati
lahirnya Declaration of Human Rights. Piagam tersebut berisi mengenai pengakuan dan
penegasan akan hak-hak manusia yang asasi yang harus dijunjung tinggi oleh negara yang
beradab. Dalam pasal 1 menyebutkan bahwa: salah satu tujuan dari DUHAM yakni untuk
meningkatkan penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan yang fundamental
bagi semua orang. PBB seabagai perserikatan negara-negara dunia mempunyai andil besar
dalam membantu perkembangan hak asasi manusia yang ditegaskan dalam pasal 55 dan pasal
56: negara-negara berikrar untuk mengambil tindakan secara bersama-sama atau sendiri-
sendiri dalam kerja sama untuk mencapai tujuan dalam penegakan hak asasi manusia.

B. ISTILAH, PENGERTIAN HUKUM, HAM DAN HUKUM HAM

1. Deskripsi Singkat tentang Hukum (Pengertian, Ciri-Ciri Khusus dan Ruang


Lingkupnya)
Dalam konteks diskursus perihal pengertian hukum, sebagaimana diketahui,
hukum itu memiliki banyak “intensi pengertian” yang berwujud dalam suatu “terminologi”
atau aforisme hukum (variabel hukum tertentu). Masing-masing “Intensi” atau “isi
pengertian” tersebut mengandung pula “ekstensi pengertian” hukum yang mencerminkan
“luas lingkup cakupan” dari “instensi pegertian” hukum. Dengan demikian, berdasarkan
penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa hukum itu adalah suatu kumpulan peraturan
atau kaidah yang mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif. Bersifat umum karena
berlaku bagi setiap orang, sedangkan bersifat normatif karena menentukan apa yang
seyogyanya atau seharusnya dilakukan.

4
Menurut Soerjono Soekanto hukum memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda
dengan kaidah-kaidah sosial lainnya maupun dengan kaidah agama. Cii-ciri tersebut di
antaranya adalah sebagai berikut.
a. Hukum bertujuan untuk menciptakan keseimbanagan di antara kepeningan-
kepentingan yang terdapat dalam masyarakat.
b. Mengatur perbuatan manusia secara lahiriah
c. Dijalankan oleh badan-badan yang diakui oleh masyarakat sebagai badan
pelaksana hukum. Dalam masyarakat sederhana badan serpa ini dapat berupa
kepala adat, dewan para sesepuh atau lainnya

Jadi “ruang lingkup” hukum secara keseluruhan dapat diketahui dari turunan yang
terkandung secara implisit dari setiap “isi pengertian” hukum disebut “definisi
ekstensional”. Dengan deikian, definisi ekstensional hukum (ruang lingkup hukum)
adalah segala turunan atau hal-hal yang menjadi realitas hukum yang dikaji yang berkaitan
langsung dengan setiap terminologi hukum dan atau aforismehukum yang telah disebutkan
dalam definisi intensi hukum di atas.

2. Istilah dan Pengertian HAM


Istilah HAM dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai istilah hak-hak dasar manusia
atau hak dan kewajiban dasar manusia. Sedangkan dalam bahasa asing dikenal berbagai
istilah, misalnya human rights (bahasa inggris), droit de I’homme (bahasa Perancis) dan
menselijkerechten atau groundrechten (bahasa Belanda). Mengacu pada istilah-istilah
tersebut, secara konstitusional dan formal yuridikal, di dalam negara hukum Indonesia
telah disepakati utuk menggnakan istilah disepakati untuk menggunakan istilah hak asasi
manusia yang disingkat dengan HAM.
Hak adalah kepentingan yang dilindungi oleh hukum,. Sedangkan hak asasi
adalah kepentingan mendasar dan bersifat sangat mutlak yang harus dilindungi oleh
hukum, kepentingan adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharaapkan untuk
dipenuhi, pada hakikatnya meangandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh
hukum dalam pelaksanaannya, sedangkan manusia adalah suatu etitas yang terdiri atas
realitas jasmani dan rohani serta indrawi dan nonindrawi yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya.

5
Mengacu pada pengertian dari “hak asasi” dan “manusia” sebagaimana dijelaskan
diatas, maka pengertain ham dapat dikemukakan sebagai berikut,
“HAM adalah seperangkat hak yang bersifat sangat menasar yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dari maartabat manusia.”
Mengacu pada pengertian di atas, dapat disadari bahwa HAM itu sesungguhnya
adalah hak-hak absolut yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia (inherent
dignity) yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan diproteksi oleh negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, ini mengandung konsekuensi, bahwa hak-hak yang melekat
secara absolut tersebut tidak dapat dicabut (inalinable), tidak boleh dikesampingkan
(inderogable) dan tidak boleh dilanggar (inviolable) oleh siapapun. Pencabutan dan
pelanggara secara sengaja da melawan hukum terhadap hak-hak dasar kemanusiaan
meupakan “kejahatan erat terhadap HAM”. Sebagai hak dasar yang secara kodrati melekat
pada setiap diri manusia yang ada di muka bumi ini, maka HAM bersifat universal dan
langgeng (enternal). Tidak boleh ada penindasan terhadap HAM, apapun ras nya, warna
kulitnya, jenis kelaminnya, bahasanya, agama atau kepercayannya, pendapat politiknya,
kebangsaan atau nasionalitasnya, dan sku bangsanya, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi,
atau dirampas oleh siapapun.

C. ASAS-ASAS DAN KAIDAH-KAIDAH HUKUM HAM

1. Asas-Asas Hukum HAM

a. Asas kemelekatan (Alienable Principle)


Suatu prinsip dasar yang menentukan bahwa hak asasi melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupaka anugerah-Nya, sehingga
tidak dapat dicabut (inalialeble) dan diabaikan (inderogable) oleh siapapun. Dengan
demikian asas kmelekatan ini menurunkan asas atau prinsip tidak boleh dicabut
(nalianable principle) dan asas atau prinsip tidak boleh diabaikan (inderogable principle).

6
b. Asas Kesederajatan/Kesetaraan (Equality Principle)
Suatu prinsip dasar yang menentukan bahwa oleh karena setiap individu manusia
(orang) memiliki HAM, maka setiap individu manusia memilki kedudukan yang sederajat
atau setara dengan individu manusia lainnya. Asas ini juga melahirkan asas ekualtas
(equality principle). Artinya setiap orang harus diperlakukan sama (diperlakukan setara
degan orang/manusia lainnya) pada situasi yang sama, dan diberlakukan berbeda pada
situasi yang berbeda.

c. Asas nondiskriminasi (Nondiscrimination Principle)


Asas nondiskriminasi timbul sebagai konsekuensi dari adanya asas atau prinsip
ekualitas. Pengertian asas nondiskriminasi adalah, Suatu prinsip dasar yang menentukan
bahwa setiap manusia adalah sama sbagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa tanpa
membedakan agama (keyakinan kepada Tuhan YME), warna kulit, Bahasa, suku bangsa,
kewarganegaraan, keyakinan politik dan lain sebagainya. Oleh karena itu, harus mendapat
perlakuan sama (nondiskriminasi). Di dalam Hukum HAM, kebebasan adalah HAK yang
bersifat mendasar yang tidak boleh dicabut oleh siapa pun, tidak terkecuali Negara, hokum
dan pemerintahan. Oleh karena itu hokum HAM (dan juga Negara dan pemerintah) tidak
boleh membeda-bedakan perlakuan antara manusia satu dengan yang lainnya, karena tidak
satupun manusia itu istimewa dihadapan Tuhan.

d. Asas Universal
Suatu prinsip dasar yang menentukan bahwa eksistensi HAM melekat pada hakikat
dan keberadaan setiap diri manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan merupakan
anugerah-Nya tanpa memandang apa pun rasnya, warna kulitnya, jenis kelaminnya,
bahasanya, agama atau kepercayannya, pendapat politiknya, kebangsaan atau
nasiolitasnya, dan suku bangsanya. Kebenarannya telah diakui sebagai prinsip-prinsip
umum hokum Internasional yang telah diakui oleh bangsa-bangsa beradab di seluruh dunia
(general principlesof law recognized by civilized nations). Sebagai konsekuensinya, asa
HAM yang bersifat universal melahirkan asas turunan yang diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Asas perlindungan terhadap HAM
2) Asas penghormatan terhadap HAM
3) Asas mempertahankan eksistensi HAM

7
4) Asas tidak boleh mengabaikan HAM
5) Asas tidak boleh mengurangi HAM orang lain
6) Asas tidak boleh melanggar HAM
7) Asas tidak boleh merampas HAM

e. Asas Eternal
Asas Eternal adalah, suatu prinsip dasar yang menentukan bahwa HAM
eksistensinya melelkat pada hakikat dan keberadaan manusia secara terus menerus,
bersifat langgeng atau abadi. Lahir sebagai derivasi dari prinsip, bahwa eksistensi HAM
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan
merupakan anugerah-Nya. Substansinya sama dengan pemetapan Asas Nondiskriminasi
(Nondiscrimination Principle). Hanya saja pada tataran praksis pemberlakuan dan atau
penerapan terhadap asas (sementara), tetapi harus diaplikasi secara terus menerus, dan
bersifat abadi atau langgeng (eternal).

f. Asas Saling Keterhubungan, Ketergantungan dan Tidak Terbagi


Yang dimaksud dengan asas saling keterhubungan, ketergantungan, dan tidak
terbagi (interrelated, interpendent, dan indivisible) adalah suatu prinsip dasar yang
menentukan bahwa eksistensi prinsip-prinsip HAM memiliki saling keterhubungan,
ketergantungan dan tak terbagi antara satu dengan yang lain. Prinsip ini berangkat dari
perbedaan pandangan antara negara-negara maju yang lebih menekankan pada hak sipil
dan politik dengan negara-negara berkembang yang lebih menekankan pentingnya hak-
hak ekonomi, social dan budaya. Situasi ini melahirkan kesepakatan bahwa HAM harus
diperhitungkan sebagai satu kesatuan yang menyeluruh.
Sebagai contoh, kesempatan social dalam bentuk penyediaan fasilitas Pendidikan
dan kesehatan, dapat memfasilitasi partisipasi ekonomi. Fasilitas ekonomi dalam bentuk
partisipasi perdagangan dan produksi dapat mendorong kemakmuran dan pengayaan
sumber-sumber public untuk fasilitas social. Dengan demikian, kebebasan akan
meningkatkan kepabilitas dan kemudian kualitas hidup, sehingga kebebasan dalam
berbagai bentuknya dapat saling memperkuat hak yang lain.

2. Kaidah-Kaidah Hukum HAM


Asas-asas HAM sebagaimana disebutkan diatas, demi penghormatan, pengakuan,
dan perlindungannya, oleh negara-negara beradab dan penganut negara hokum

8
kesejahteraan, secara moral mengimplementasikan asas-asas HAM dimaksud kedalam
suatu kaidah hokum atau seperangkat aturan normatif Hukum HAM, yang bias disebut
dengan instrument Hukum HAM, baik (dalam skala) internasional maupun nasional.
Instrument HAM (dalam skala) internasional dimotor oleh PBB, yang dikenal juga
dengan istilah “the international bill of human rights” dan (dalam skala) nasional dilakukan
oleh masing-masing negara nasional. Di dalam negara nasional ditetapkan secara rinci di
dalam konstitusinya maupun dalam peraturan perundang-undangan ysng secara khusus
substansinya mengatur secara persial, namun erat berkaitan dengan penghormatan,
pengakuan dan perlindungan terhadap HAM.

D. TEORI-TEORI HAM

1. Hak-Hak Alami (Natural Rights)


Hak-hak alami berpandangan, bahwa HAM adalah hak yang dimiliki oleh seluruh
manusia pada segala waktu dan tempat berdasarkan takdirnya sebagai manusia (human
rights are rights that belong to all human beings at all times and in all places by vitrtue of
bring bborn as human beings)

2. Teori Positivis (Positivis Theory)


Teori ini berpandangan, bahwa hak harus tertuang dalam hukum riil, maka
dipandang sebagai hak melalui adanya jaminan konstitusi (rights then should be created
and granded by constitution, law and contract). Pandangan ini secara nyata berasal dari
Jeremy Bentham yang menyatakan, “Rights is child of law, from real law comes real rights
is simple, but from imaginary law, law of nature, come imaginary rights. Natural rights is
simple nonsene, natural and imprescible rights rethorical nonsene, nonsene upon still.”

3. Teori Relativis Kultural (Cultural Relativist Theory)


Teori ini salah satu bentuk anti tesis dari teori hak-hak alami. Teori ini
berpandangan, bahwa menganggap hak itu bersifat universal, merupakan pelanggaran satu
dimensi kultural terhadap dimensi kultural lainnya atau imperialisme kultural. Teori ini
mnekankan, bahwa manusia merupakan interaksi social dan kultural, serta perbedaan
tradisi budaya, dan peradaban berisikan perbedaan cara pandang kemanusiaan ( different
ways of being human). Oleh karena itu penganut teori mengatakan “that rights belonging

9
to all human beings at .all times in all places woukld be the rights of desocialized and
deculturalizes being”.

4. Doktrin Marxis (Marxist Doctrine and Human Rights)


Doktrin ini menolak hak-hak alami, karena negara atau kolektivitas adalah sumber
galian seluruh hak (repostisiory of all rights).

E. TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM TERJADINYA PELANGGARAN HAM

1. Pengertian Pelanggaran HAM


Menurut Rohana K.M. Smith, et al. dalam buku Hukum Hak Asasi Manusia, kata
pengantar Philip Alston dan Franz Mgnis Suseno yang diterbitkan oleh PUSHAM UII,
Pelanggaran HAM adalah:

“Suatu pelanggaran terhadap kewajiban negara yang lahir dari instrument-instrumen


Internasional HAM”. Pelanggaran negara terhadap kewajibannya itu dapat dilakukan baik
dengan perbuatannya sendiri (act of commission) maupun karena kelalaian (acts of
ammssion).”

2. Pengertian Tanggung Jawab Negara Menurut Hukum Internasional, Hukum


HAM Internasional, dan UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM
 Menurut Hukum Internasional, Brownlie mengatakan bahwa “tanggung jawab
negara” adalah:
“Suatu prinsip fundamemntal dalam HI yang bersumber dari doktrin kedaulatan dan
persamaan hak antar negara. Tanggung jawb negara timbul apabila terdapat
pelanggaran atas suatu kewajiban internasional untuk berbiuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu, baik kewajiban ttersaebut berdasarkan suatu perjanjian
internasional maupun hokum kebiasaan internasional.”
 Menurut Hukum HAM Internasional, “tanggung jawab negara” adalah, “tanggung
jawab yang timbul sebagai akibat dari pelanggaran terhadap kewajiban untuk
melindungi dan menghormati HAM oleh negara”.

10
 Menurut UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 1 angka 6, yang dimaksud dengan
“pelanggaran HAM” adalah:
“Setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk apparat negara baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hokum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan/atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang ini, dan tidak
mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hokum yang
adil dan benar, berdasarkan mekanisme hokum yang berlaku.”
Kewajiban yang dimaksud itu adalah “kewajiban yang lahir dari perjanjian-
perjanjian Internasional HAM, maupun dari Hukum Kebiasaan Internasional
(International Customary Law), khususnya norma-norma Hukum Kebiasaan Internasional
yang memiliki sifat Jus Cogens.

F. PENEGAKAN HUKUM HAM DAN MEKANISMENYA DI INDONESIA

1. Penegakan Hukum HAM


Secara sederhana sebenarnya istilah penegakan hokum bias diartikan sebagai upaya
untuk membuat hukum dapat berfungsi, beroperasi dan terwujud secara konkret. Mengacu
pada pengertian demikian, istilah penegakan hokum idem dito dengan istilah
fungsionalisasi hukum, dan “konkretisasi hukum”. Upaya untuk membuat hokum itu
menjadi berfungsi, beroperasi (bekerja) sehingga terwujud secara konkret diperlukan suatu
proses. Jadi dapat dikatakan “penegakan hukum HAM “ adalah :
“Suatu proses bekerja dan berfungsinya hokum HAM oleh Lembaga atau apparat
hukum terhadap perilaku-perilaku yang secara formal dan materil berlawanan
dengan norma-norma hukum HAM”
Jika pengertian diatas dikaitkan dengan penegakan Hukum HAM, sejatinya
terdapat 3 komponen penting yang saling berinteraksi dan memengaruhi antar komponen,
yaitu :
 Hukum HAM (Peraturan perundang-undangan tentang HAM)
 Aparat Hukum HAM (Lembaga penegak Hukum HAM)
 Perilaku-perilaku yang secara formil dan materil berlawanan dengan norma
Hukum HAM (Kesadaran Hukum masyarakat terhadap HAM)

11
2. Mekanisme Penegakan Hukum HAM
Soetandyo Wigojosoebroto secara bebas telah memberi pengertian secara umum
mengenai Mekanisme HAM nasional, adalah :
“Seluruh perangkat, berikutbprosedur kerjanya yang disiapkan oleh Lembaga yang
berwenang untuk memajukan dan melindungi serta menegakkan HAM sesuai
prinsip universalitas HAM dan standar internasional sebagaimana yang telah
dijabarkan dalam instrument-instrumennya.”

G. INSTRUMEN-INSTRUMEN HAM INTERNASIONAL

Ketentuan-ketentuan hukun internasional yang mengatur tentang tanggung jawab negara


dibidang hak-hak asasi manusia diatur dalam :

a. Piagam PBB (United Nations Chater)1945


b. Deklarasi Universal tentang hak-hak asasi manusia (Declaratins Of Human
Rights)1948
c. Konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial (International Convension
On The Eliminatioan Of All Forms Of Racial Discrimination)1965
d. Konvensi hak sipil dan politik (International Covenant On civil and Polical Rights)
1966
e. Konvensi hak Ekonomi, Sosila dan Budaya (Internatonal Covenant and Economic,
Social, and Cultural Right) 1966
f. Konvensi Tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita
(International Covenant On The Elimination Of All Froms Of The Racial
Discriminatioan Agains Women) 1979

H. ASAS-ASAS DASAR DAN KEBEBASAN DASAR DALAM UU NO. 39/1999


TENTANG HAM

Asas-asas dasar sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999


Tentang HAM adalah sebagai berikut: Negara Republik Indonesia mengakui dan
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar menusia sebagai hak yang
secara kodratai nelekar pada dan tidak terpisahkan dari manusia yang harus dilindungi,

12
dihormati dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan,
kesejahteraan,kebahagiaan dan kecerdasan serta keadilan.

Kebebasan dasar dan hak-hak dasar itulah yang disebut hak asasi manusia yang
melekata pada manusia secara kodrati sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak
ini tidak dapat diingkari.Peningingkaran terhadap hak tersebut berarti berarti mengingkari
martabat kemanusiaan. Oleh karena itu negara, pemerintah atau organisasai apapun
mengemban kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak asasi manusia pada setiap
manusia tanpa kecuali. Ini berarti bahwa hak asasi manusia harus selalu menjadi titik tolak
dan tujuan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam penjelasan pasal 2 UU No.39/99 tentang HAM dijelaskan bahwa hak asasi
manusia dan kebebasan dasar manusia tdak dapat dilepaskan dari manusia pribadi, karena
tanpa hak asasi dan kebebasan dasar tersebut yang bersangkutan kehilangan harkat dan
martabanya sebagai manusia. Oleh karena itu pemerintah berkewajiban baik secara hukum
maupun secara politik, ekonomi, sosial dan moral, untuk melindungi dan memajukan serta
mengambil langkah-langkah konkrit demi tegaknya hak asasi manusia dan kebebasan
dasar manusia.
Sejalan dengan pandangan diatas, Pancasila sebagai dasar negara mengandung
pemikiran bahwa manusia adalah ciptaan Tuahan Yang Maha Esa dengan menyandang
dua aspek yakni aspek pribadi (individualitas) dan aspek sosialitas (bermasyarakat). Oleh
karena itu kebebasan setiap orang dibatasi oleh hak asasi orang lain. Kewajiban
menghormati hak asasi manusia tersebut tercermin dalam pembukaan UUD 1945 yang
menjiwai batang tubuhnya terutama berkaitan dengan persamaan kedudukan warga negara
dalam hukum dan pemerintahan, hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak,
kemerdekaan berserikat dan berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan, kebebasan memeluk agama dan beribadat sesuai dengan agama dan dengan
kepercayaannya itu dan lain sebagainya.
Asas-asas dasar diwujudkan dalam pasal 3-8 UU No. 39/99 tentang HAM yang
dirumuskan sebagai berikut:
Ayat (1) : setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang
sama dengan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani utnuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam semangat persaudaraan.

13
Ayat (2) : setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan dan perlakuan
hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan pengakuan yang sama di
depan hukum.

Ayat (3) : setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan
dasar manusia, tanpa diskriminasi.

Pasal 4 ayat (1) : Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi,
pikiran dan hati nurani, hak untuk beragama, untuk tidak iperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dan persamaan didepan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat di kurangi
dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.

Kebebasan dasar manusia menurut UU. No. 39 Tahun 1999 tentang HAM meliputi:

- hak untuk hidup (pasal 9)


- hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal 10)
- hak mengembangkan diri (pasal 11)
- hak memperoleh keadilan (pasal 17)
- Hak atas kebebasan pribadi (pasal 20)
- Hak atas rasa aman (pasal 28)
- Hak atas kesejahteraan (pasal 36)
- Hak turut serta dalam pemerintahan (pasal 43)
- Hak wanita (pasal 45)
- Hak anak (pasal 52)

14

Anda mungkin juga menyukai