Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah yang berjudul “Pelanjutan Keadaan Hukum” ini dalam
bentuk maupun isinya yang masih sangat sederhana. Semoga makalah kami ini
bisa dipergunakan sebagai salah satu media pembelajaran.
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran guna untuk
memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I (Pendahuluan)
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II (Pembahasan)
2.1 Landasan Teori
2.2 Contoh Pelanjutan Keadaan Hukum
BAB III (Penutup)
3.1 Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prof.Gautama mengistilahkan dengan hak-hak yang telah diperoleh. Dibidang HATAH
intrem, terutama HAW kita melihat adanya pengertian tentang pelanjutan keadaan hukum
ini. Hukum yang baru pada umumnya tidak mempunyai kekuatan berlaku surut. Dirassakan
perlu untuk memberikan perlindungan kepada pelanjutan keadaan hukum (hal-hal yang
diperoleh).
Untuk HPI istilah pelanjutan keadaan hukum (hal-hal yang diperoleh ini) dipakai
untuk mengedepankan bahwa perubahan dari fakta-fakta, tidak akan mempengaruhi
berlakunya kaidah yang semula dipakai.
Van Brakel menganggap bahwa hak-hak yang diperoleh diluar negeri sedapat
mungkin harus diakui dan dihormati, merupakan salah-satu asas pikiran fundamental
diatas mana sistem HPI dibangun. Tanpa adanya pengakuan dari pada asas ini, lalu lintas
internasional akan tidak mungkin.pelanjut tali keadaan hukum(hak-hak yang telah
diperoleh)tidak berarti memperlindungi hak-hak atau kekuasaan hukum,melainkan
ketertiban umum dalam HPI.
Pemakaian ketertiban umum dalam HPI digunakan untuk menyebutkan suatu alasan
guna untuk melakukan HPI dalam hal yang sebelumnya hukum perdata asing harus
dilaksanakan.sebaliknya hak yang telah diperoleh(pelanjutan keadaan hukum)dalam HPI
merupakan alasan untuk melaksanakan hukum perdata asing.
Dalam pelanjutan keadaan hukum(hak-hak yang telah diperoleh)adalah penting soal
asas repsositeit,bahkan dapat dikatakan bahwa seluruh HPI pada pokoknya harus berdasar
atas asas repsositeit,oleh karena hanya dengan memperhatikan prinsip inilah akan
terlaksana penuntutan saling harga menghargai di antara berbagai negara di dunia.
Kalua suatu negara kurang memperhatikan hal pelanjutan keadaan hukum ini
terhadap lain negara,maka tidak boleh diharapkan bahwa negara lain itu akan
memperhaatikan hal pelanjutan keadaan hukum itu sepatutnya terhadap negara yang
tersebut pertama kali.
Dalam hukum nasional soal pelanjutan keadaan hukum yang betul merupakan
perlindungan hak-hak yang sudah terdapat sering di kaitkan dengan syarat kejujuran.
D. Perkembangan di Nederland
Dalam pandangan para sarjana HPI Belanda teori tentang hak-hak yang diperoleh juga
diterima pada umumnya. Van Brakel menyatakan bahwa harus diadakan pengakuan terhadap
hak-hak yang telah tercipta di luar negri. Tanpa pengakuan itu tidak akan mungkin dibina
hubungan lalu lintas internasional. HPI tidak akan berkembang. Pengakuan hak-hak yang telha
diperoleh di tempat lain merupakan salah satu pikiran yang fudamentil. Pengakuan daripada
status personil orang asing, pemakaian daripada lex rei sitae, untuk barang-barang, pengakuan
darpada sahnya suatu perbuatan yang sesuai dengan syarat formil di luar negri, semua
dianggap disandarkan pada “azas” “hak-hak yang telah diperoleh”.
Dalam negara X terdapat badan-badan hukum yang khusus. Negara X ini kemudian dicaplok
(annexatie) oleh negara Y, yang dalam sistem hukumnya tidak mengenal badan-badan hukum
dari type itu. Apakah badan-badan hukum bersangkuta akan tetap diakui?
Seorang perempuan asal Inggris menikah dengan pria Jerman. Karena perkawinan pihak
perempuan menjadi WN Jerman pula. Suami-istri Jerman ini telah membuat suatu testamen
timbal-balik di Jerman. Hal ini diperbolehkan di Jerman. Mereka secara timbal-balik menunjuk
sebagai ahliwaris. Juga ditentukan bahwa seorang putra akan menjadi ahliwaris dari masing-
masing ini. Setelah meninggalnya pihak suami sang istri menjadi WN Inggris kembali. Di negara
Inggris istri ini membuat testamen baru dengan mana ia batalkan yang pertama dan menunjuk
seorang ahliwaris lain. Setelah istri ini meninggal terjadilah perselisihan di muka hakim untuk
menentukan ahliwaris. Siapakah yang berhak?
Untuk menentukan apakah testamen timbal-balik pertama dibuat itu boleh dicabut kembali
atau tidak, berhubungan sang anak telah dirugikan, hanya dapat dipertimbangkan berlakunya
dua macam hukum: hukum Jerman atau hukum Inggris. Hukum Belanda tidak turut
dipersoalkan
Pasal 977 BW (N) karenanya tidak berlaku. Baik menurut hukum Jerman maupun hukum Inggris
testamen sedemikian itu tidak dapat dicabut kembali. Karenanya pihak anak harus
dimenangkan.
A mempunyai hak atas benda bergerak yang terletak di negara X. Kemudian benda ini dibawa
ke luar dan masuk ke negara Y. Apakah hak milik A masih tetap diakui.
Jika kompleks fakta-fakta berubah, karena perubahan bendera kapal atau perubahan
kewarganegaraan, maka menjadi persoalan apakah hak-hak atas kapal bersangkutan menjadi
berubah pula atau tidak?
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam ketertiban umum hukum perdata nasional sang hakim yang dipakai menurut
kaidah HPI sang hakim sendiri kaidah-kaidah hukum perdata asing yang harus dipergunakan.
Ajaran ‘hak-hak yang telah diperoleh’, bukan hukum asing yang dikesampingkan justru hukum
asing inilah yang diakui dan dipergunakan. Prinsip “hak-hak yang telah diperoleh” dapat
dipergunakan untuk memperbaiki atau memperlembut pelaksanaan prinsip ketertiban umum.
Dalam hal ini azas reprositas (timbal balik) perlu diperhatikan. Seperti dalam ketertiban umum
tidak terlalu cepat kita pakai azas ini demi reprositas dengan negara-negara lain. Demikian pula
dengan hak-hak yang telha diperoleh. Jika suatu negara kurang memerhatikan hal pelanjutan
keadaan hukum terhadap negara lain, maka negara lain juga tidak dapat diharapkan akan
memerhatikan hal kelanjutan keadaan hukum dari pada negara pertama ini. Pengakuan prinsip
hak-hak yang diperoleh ini hanya dapat dihentikan jika hak-hak yang telah diperoleh di luar
negEri akan mengakibatkan tersinggungnya perasaan keadilan dari rakyat sang hakim, sehingga
keadaan hukum itu tidak dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Beberapa istilah yang digunakan orang : verkregen rechten (Belanda), vested right (Inggris),
droit acquis (Prancis)
Sunaryati Hartono, id, hh. 111 dan 112
Contoh ini dari Wirjono Prodjodikoro, halaman 41 dan seterusnya.
http://annisawally0208.blogspot.co.id/2016/04/rangkuman-materi-kuliah-hukum-
perdata_24.html