Anda di halaman 1dari 16

perbandingan hukum FH-UP

PERTEMUAN KE 13

POKOK BAHASAN PERBANDINGAN HUKUM PERDATA

1. Pengertian Perbandingan Hukun Perdata.


2. Objek Kajian Perbandingan Hukum Perdata
SUB POKOK BAHASAN
3. Macam-macam Perbandingn Hukum Perdata dan
Ruang Lingkup Perbandingan Hukum Perdata.

Setelah mengikuti perkuliahan ini diharapkan


mahasiswa mampu :
TUJUAN PEMBELAJARAN
Memahami dan menjelaskan Perbandingan
Hukum Perdata.
perbandingan hukum FH-UP

PERBANDINGAN HUKUM PERDATA.


PERTEMUAN KE 13

A. Pengertian Perbandingan Hukun Perdata

Perbandingan hukum perdata atau yang dikenal di dunia dengan


istilah ”comparation of civil law system” (Inggris), ”vergelijken burgelijk
recht” (Belanda), atau ”vergleichenden zivilrechts” (Jerman) adalah salah satu
mata kuliah kuliah yang penting untuk di ajarkan, karena studi ini mengkaji dan
menganalisa perbedaan dan persamaan yang ada pada sistem-sistem hukum,
khususnya dalam ranah hukum perdata yang berlaku di dunia.
Dalam memberikan pengertian mengenai hukum komparatif ini
Michael Bogdan, dalam buku Salim HS berpendapat: ”Membandingkan sistem-
siten hukum yang berbeda-beda dengan tujuan menegaskan persamaan dan
perbedaan masing-masing; bekerja dengan menggunakan persamaan dan
perdedaan yang telah ditegaskan itu, misalnya, menjelaskan asal-usulnya,
mengevaluasi solusi-solusi yang dipergunakan dalam sistem-sistem hukum
yang berbeda; mengelompokkan sistem-sistem hukum dalam keluarga-keluarga
hukum atau mencari kesamaan inti dalam sistem hukum tersebut; dan
menguraikan masalah-masalah metodologis yang muncul berhubungan dengan
tugas-tugas ini, termasuk masalah metodologis yang terkait dengan sistem
hukum luar negeri”.
Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh Michael Bogdan tersebut,
terdapat tiga hal yang menjadi cakupan perbandingan hukum (comparative law)
ini, yaitu yang meliputi: 1) tujuannya; 2) bekerjanya; dan 3) metodenya.
1. Tujuan dari hukum komparatif yaitu untuk menegaskan:
a. Perbedaan; dan
b. persamaan sistem hukum.
2. Bekerjanya hukum komparatif adalah didasarkan pada perbedaan dan
persamaan sistem hukum. Yang dikaji dan dianalisa dalam hukum
komparatif, yang meliputi:
a. penjelasan asal-usulnya;
perbandingan hukum FH-UP

b. mengevaluasi solusi-solusi yang dipergunakan dalam sistem hukum yang


berbeda;
c. mengelompokkan sistem-sistem hukum menjadi keluarga-keluarga
hukum; atau
d. mencari kesamaan inti dari sistem-sistem hukum tersebut.
3. Metode, yaitu suatu cara untuk mengetahui perbedaan dan persamaan sistem
hukum komparatif.

Dari paparan di atas, dapat dikemukakan pengertian-pengertian dari


Perbandingan Hukum Perdata. Comparative Civil Law atau Perbandingan
Hukum Perdata merupakan: ”Metode atau cara untuk mengetahui perbedaan
dan persamaan dari ketentuan-ketentuan hukum perdata yang berlaku di dalam
suatu negara atau antara sistem hukum perdata antara negara (state) yang satu
dengan negara yang lain.” (Salim HS. dan Erlies Septiana Nurbani, 2015 : 6)

Dari pengertian yang dikemukakan oleh Salim dan Erlies, mengenai


definisi perbandingan hukum ini, apabila ditelaah lebih lanjut, Salim dan Erlies
memasukkan empat faktor sebagai fokus kajian perbandingan hukum perdata
dalam difinisinya tersebuti, yaitu meliputi:
1. Adanya metode.
2. Perbedaan dan persamaannya.
3. Adanya sistem hukum perdata lain.
4. Ruang lingkup kajiannya.

Metode, yaitu merupakan cara, atau jalan (aturan, sistem) untuk


melakukan sesuatu. Perbedaan adalah hal-hal yang berlainan atau tidak sama
antara sistem atau lembaga hukum yang terdapat pada masing-masing keluarga
hukum. Sedangkan persamaan merupakan hal-hal yang serupa atau tidak
berbeda. Sistem hukum perdata merupakan sistem hukum yang mengatur
hubungan antara individu atau subyek hukum yang satu dengan yang lainnya.
Ruang lingkup kajian perbandingan hukum perdata dibagi menjadi dua macam,
yakni:
1. Kajian terhadap perbandingan hukum perdata yang berlaku dalam satu
negara.
perbandingan hukum FH-UP

Kajian ini difokuskan untuk menganalisis atau mengkaji tentang perbedaan


dan persamaan antara sistem hukum perdata yang berlaku di dalam negara
yang bersangkutan. Perbandingan hukum seperti ini dapat terjadi di suatu
negara di mana beraneka ragam sistem hukum perdata. Misalnya yang
dianalisa yaitu perbedaan dan persamaan hukum perdata yang ada di BW,
hukum Islam dan hukum Adat, serta hukum nasional.
Sebagai contoh melakukan perbandingan hukum terhadap lembaga
perkawinan khususnya tentang kententuan batasan umur untuk dapat
melangsungkan perkawinan.
Di dalam BW, seorang pria harus sudah berumur 18 tahun dan wanita 15
tahun.
Berdasarkan hukum nasional UU no. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,
seseorang diperbolehkan menikah, untuk laki-laki berumur 19 tahun dan
untuk wanita 16 tahun. Namun itu saja belum cukup, dalam tataran
implementasinya masih ada syarat yang harus ditempuh oleh calon
pengantin , yakni jika calon suami dan calon isteri belum genap berusia 21
tahun maka harus ada ijin dari orang tua atau wali nikah, hal itu sesuai
dengan Peraturan Menteri Agama No.11 tahun 2007 tentang Pencatatan
Nikah.
Dalam hukum Islam, bagi seorang laki-laki untuk dapat melangsungkan
perkawinan harus sudah “aqil-baliq”. Bagi perempuan aqil baliq ditandai
dengan telah mengalami menstruasi. Bagi laki-laki ditandai dengan adanya
perubahan pada ciri-ciri fisiknya.
Hasil ,memperbandingkan ketiga sistem hukum itu berbeda pandangan
tentang umur untuk melangsungkan perkawinan. Pengkajian perbandingan
hukum perdata tidak lantas berhenti hanya sampai di sini saja, tetapi masih
akan dilakukan pengkajian lebih mendalam yaitu apa yang menjadi
penyebab ketiga sistem hukum tersebut menentukan batas umur yang
berbeda-beda terhadap kecakapan untuk melangsungkan perkawinan.

2. Kajian terhadap perbandingan hukum perdata yang berlaku antara negara


yang satu dengan negara yang lain.
Perbandingan hukum perdata seperti ini difokuskan untuk menganalisis dan
mengkaji tentang perbedaan dan persamaan antara sistem hukum perdata
perbandingan hukum FH-UP

yang berlaku antara negara yang satu dengan sistem hukum perdata di
negara lainnya. Misalkan membandingkan tentang sistem hukum
perkawinan Indonesia (UU no 1 tahun 1974) dengan sistem hukum
perkawinan Rusia (The Family Code of Russian Federation No. 233 Tahun
1995).
Perihal batas umur untuk dapat melangsungkan perkawinan:
 The Family Code of Russian Federation No. 233 Tahun 1995, Pasal 12
sampai pasal 15 menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
calon pasangan suami istri, diantaranya adalah:
1) batas umur untuk dapat melangsungkan perkawinan adalah 18 tahun,
baik laki-laki maupun perempuan.
2) Calon pasangan suami istri yang belum berumur 18 tahun harus
mendapatkan ijin dari orang tuanya atau walinya.

 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,


Pasal 7 ayat 1 menetapkan persyaratan bagi calon pasangan suami istri
yaitu:
“Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.”
Pasal 7 ayat 2 :
“Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta
dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua
orang tua pihak pria maupun pihak wanita.”

Dari hasil kajian terhadap kedua sistem hukum tersebut didapatkan adanya
beberapa perbedaan dan persamaan, diantaranya adalah:

 Perbedaan:
1. Batas usia yang diperbolehkan untuk melangsungkan perkawinan.
2. Apabila calon pasutri tersebut belum cukup umur, pemberian ijin
dilakukan oleh pihak yang berbeda. Di Rusia, ijin cukup di dapat
oleh orang tua atau walinya, sedangkan di Indonesia bukan berupa
ijin tetapi dispensasi yang diberikan oleh pengadilan atau pejabat
yang ditunjuk.
perbandingan hukum FH-UP

3. Di Rusia, umur calon pasutri disamakan antara laki-laki dan


perempuan. Di Indonesia dibedakan.

 Persamaan:
1. Adanya penetapan batas umur untuk dapat melangsungkan
perkawinan.
2. Adanya solusi yang diberikan apabila terjadi penyimpangan
terhadap umur dari calon pasutri.

B. Objek Kajian Perbandingan Hukum Perdata

Perihal objek dari perbandingan hukum perdata ini, dari para ahli
belum ada yang menyebutkannya secara khusus , namun yang dikajinya hanya
objek kajian perbandingan hukum (comparative law). Zweigert dan Kotz
menyajikan objek perbandingan hukum adalah:
”Sebuah aktivitas intelektual dengan hukum sebagai obyeknya dan
perbandingan sebagai prosesnya. Hukum komparatif dapat digunakan untuk
menggambarkan studi sistematik mengenai tradisi hukum dan peraturan hukum
tertentu yang berbaisi komparatif. Untuk bisa dikatakan sebagai bidang
komparatif sesungguhnya, ia juga membutuhkan perbandingan dua atu lebih
sistem hukum atau dua atau lebis tradisi hukum, atau aspek-aspek yang
terseleksi, institusi atau cabang-cabang dari dua atau lebih sistem hukum.”
(Peter de Cruz, 2010 : 4)

Dari pengertian yang di kemukakan oleh Zweigert dan Kotz, terdapat


dua hal penting yang menjadi perhatian, yaitu: 1) obyek perbandingan hukum;
dan 2) prosesnya.
Objek perbandingan hukum ini meliputi:
1. tradisi hukum; dan
2. peraturan hukum.

Hug sebagaimana dikutip oleh Peter de Cruz, mengemukakan lima


kelompok studi perbandingan hukum, Kelima kelompok itu meliputi:
perbandingan hukum FH-UP

1. memperbandingkan system asing dengan sisstem domestic dalam rangka


menemukan kesamaan dan perbedaan ;
2. studi yang menganalisis berbagai solusi secara obyektif dan sistematis yang
ditawarkan oleh ebrbagai system untuk suatu masalah hukum tertentu;
3. studi yang menginvestigasi hubungan kausal antara sistem-sistem hukum
berbeda;
4. studi-studi yang membandingkan tahap-tahap dari beberapa sistem hukum;
dan
5. studi yang berusaha menemukan atau mengkaji evolusi hukum secara umum
berdasarkan sistem dan periodenya. (Peter de Cruz, 2010 : 10)

Di dalam literatur yang ada, yang menjadi objek kajian perbandingan


hukum perdata sementara ini adalah pada sistem hukum perdata yang berlaku di
dalam suatu negara atau antar negara yang satu dengan negara yang lainnya.
Objek kajian tersebut antara lain:
1. sistematika hukum perdata;
2. kapasitas hukum;
3. domisili;
4. catatan sipil;
5. hukum keluarga;
6. hukum jaminan;
7. hukum kontrak; dan
8. hukum waris.

C. Macam-macam Perbandingan Hukum Perdata dan Ruang Lingkup


Perbandingan Hukum Perdata.

Berawal dari keinginan untuk mengetahui perbedaan-perbedaan dan


persamaa-persamaan yang mungkin ada terhadap lembaga-lembaga hukum
yang terdapat dalam berbagai sistem hukum yang di anut oleh berbagai negara
dengan membanding-mbandingkan yang satu dengan yang lainnya, pada
perkembangannya timbul berbagai macam perbandingan hukum, seperti
perbandingan hukum pidana, perandingan hukum tata negara, perbandingan
perbandingan hukum FH-UP

hukum administrasi negara, dan perbandingan hukum perdata. Perbandingan


hukum perdata meliputi segala segi dalam bidang hukum perdata, yakni:
1. Perbandingan hukum perdata secara umum:
Membandingkan sistem-sistem hukum perdata berbagai negara, misalnya
Eropa Kontinental (civil law) dan Anglo Saxon (common law).
2. Perbandingan hukum perdata secara khusus, yang meliputi:
Membandingkan lembaga-lembaga hukum yang terdapat di negara lainnya
atau di dalam suatu negara.

Menurut Beni Ahmad Saebani, dalam perbandingan hukum selalu ada


kecenderungan yang sangat kuat untuk menggunakan bidang tata hukum
sebagai dasar sistematika sebuah perbandingan. Bidang-bidang hukum yang
sering dianalisis dan dikaji diantaranya adalah:
1. air law;
2. civil procedures;
3. corporate law;
4. comparative and unification law;
5. constitutional; law;
6. labour law;
7. legal history and etonologi;
8. legal philosophy and legal education;
9. patents, trade marks, copy and intelectual property;
10. private law;
11. private international law;
12. tax law;
13. public international law;
14. public (administrative) law;
15. rural law.

Dengan demikian, dalam perbandingan hukum perdata ini terdapat


ruang lingkup yang menjadi kajiannya, adalah sebagai berikut: (Beni Ahmad
Saebani, 2015 : 35)
1. pengertian dasar mengenai perbandingan hukum perdatayang mencakup dari
segala segiperbandingan hukum perdata;
perbandingan hukum FH-UP

2. perbandingan hukum perdata hanya membanding-bandingkan sistem hukum


berbagai negara, misalnya, membanding sistem hukum Eropa Kontinental
(civil law) dan Anglo Saxon (common law).
3. Perbandingan hukum perdata secara khusus hanya membandingkan
lembaga hukum negara yang satu dengan lainnya. Misalnya lembaga
perkawinan di negara Inggris dengan lembaga perkawinan Jerman, atau
lembaga perkawinan adat Bali dengan lembaga perkawinan adat Sunda,
dansebagainya.

Dari uraian-uraian di atas, perihal ruang lingkup perbandingan hukum


perdata ini meliputi bidang keperdataan yang bersifat privat antar golongan
yang membidangi kepentingan pribadi yang dilindungi oleh lembaga negara
dalam suatu pemerintahan dengan sistem hukumnya, di mana setiap negara
memiliki sistem hukum berbeda-beda, khususnya sistem hukum perdatanya.
Hal ini berarti bahwa ruang lingkup dan cakupan perbandingan hukum perdata
ini sangatlah luas, karena dalam perkembangannya tidak hanya
memperbandingkan antara sistem hukum perdata yang dianut oleh tiap-tiap
negara yang diperbandingkan, akan tetapi mencakup juga lembaga-lembaga
hukum yang ada di dalam sistem hukum itu.

D. Sistimatika Hukum Perdata

Salah satu ciri yang paling khas dari sistem hukum Civil Law (Eropa
Kontinental) adalah melakukan pembagian yang tajam diantara hukum publik
dan hukum privat, yang masing-masing dibuat dalam suatu bentuk kitab
undang-undang (kodifikasi) dan ini merupakan sumber hukum utama dari
hukum privat ataupun hukum publik. Oleh karena bentuknya dalam sebuah
kitab undang-undang maka dapatlah dibuat suatu susunan atau struktur dari
kitab undang-undang mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur berbagai
hal yang berkaitan dengan bidangnya masing-masing.
Susunan atau struktur di dalam kitab undang-undang itulah yang
dinamakan ”sistematika” (Inggris = systematics; Belanda = systematiek; Jerman
= systematiken).
perbandingan hukum FH-UP

Sedangkan dalam sistem hukum Common Law (Anglo Saxon) tidak


melakukan seperti itu sehingga ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan
hukum privat tersebar di dalam berbagai ”act” atau undang-undang. Oleh
karena keberadaannya yang tercerai berai itu mengakibatkan tidak dapat di
rumuskannya suatu sistematika hukum mengenai ketentuan-ketentuan yang
mengatur berbagai hal yang berkaitan dengan bidangnya masing-masing.

Berikut, adalah sistematika hukum perdata yang terdapat di dalam


Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia, Belanda,
Rusia, Perancis dan Jerman.

1. Sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Perdata di Indonesia meliputi:


Buku I : tentang Orang;
Buku II : tentang Benda;
Buku III : tentang Perikatan; dan
Buku IV : tentang Pembuktian dan Daluarsa

2. Di negara Belanda, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang saat ini


berlaku telah dilakukan penyempurnaan. Dengan demikian telah terjadi
perubahan sistematikanya, yang semula terdiri atas lima buku, sebagai
berikut:
Buku I : tentang Orang dan Keluarga (Personen-en-Familierecht);
Buku II : tentang Badan Hukum (Rechtspersoon);
Buku III : tentang Kebendaan (van Zaken);
Buku IV : tentang Perikatan (van Verbintenissen); dan
Buku V : tentang Daluarsa (van Verjaring).

Setelah dilakukan penyempurnaanm saat ini menjadi sepuluh buku, yaitu


meliputi:
Book 1 : Persons and Familiy Law (hukum orang dan keluarga);
Book 2 : Legal Persons (Badan Hukum);
Book 3 : Property Law in General (hukum harta kekayaan secara
umum); dan
Book 4 : Succession (Inheritance) (hukum warisan).
perbandingan hukum FH-UP

Book 5 : Real Property Rights (hak atas harta kekayaan);


Book 6 : Obl;igations and Contracts (perikatan dan kontrak);
Book 7 : Particular Contracts (perjanjian khusus) (unrevised)*;
Book 8 : Transport Law (hukum pengangkutan);
Book 9 : Intellectual Property (hak kekayaan intelektual); dan
Book 10 : Private International Law (hukum perdata internasional)

3. Rusia, khususnya dalam bidang hukum perdata merupakan salah satu negara
yang cukup maju dalam perkembangan hukumnya. Rusia telah menetapkan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Rusia, yang disebut dengan The
Civil Code of The Russian Federation. Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata Federasi Rusia ini ditetapkan dalam dua tahap, yaitu:
1) tahap pertama ditetapkan pada tahun 2003; dan
2) tahap kedua ditetapkan pada tanggal 18 Desember 2006.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Federasi Rusia ini terdiri dari 1551
pasal (article) dalam empat bagian dan masing-masing bagian dibagi dalam
divisi-divisi. Keempat bagian tersebut, disajikan seperti berikut ini:
First Part : persons (hukum orang);
Second Part : particular kinds of obligation (perikatan jenis-jenis
tertentu);
Third Part : inheritance law (hukum waris); dan
Fourth Part : rights to the result of intellectual activity and means of
individualization (hak atas kekayaan intelektual).

4. Di negara Perancis, sistematikanya terdiri dari empat buku (book), dan


terdiri atas chapter (bagian) dan pasal-pasal. Jumlah pasal yang tercantum
dialam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Perancis, yakni sebanyak
2302 pasal. Keempat buku tersebut meliputi :
Buku I : persons (hukum orang);
Buku II : property and of the various modification of ownership
(hukum harta kekayaan dan beerbagai modifikasi dengan
hak milik); dan
Buku III : the various ways in which ownership is acquired (cara-
perbandingan hukum FH-UP

cara memperoleh hak milik); dan


Buku IV : Provission applicable in mayotte (hukum waris).

5. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Jerman atau disebut dengan German


Civil Code atau Burgerlichen Gesetzbuches (BGB), yeang terdiri dari lima
buku, dan 2385 pasal, yang ditetapkan pada 18 Agustus tahun 1896. Kelima
buku ini meliputi:
Buku I : persons (hukum orang);
Buku II : law of obligations (hukum perikatan);
Buku III : law of property hukum benda);
Buku IV : family law (hukum keluarga);
Buku V : law of succession (hukum waris).

Apabila semua data tersebut diperhatikan, maka diantara diantara


masing-masing Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tersebut, terdapat
persamaan maupun perbedaan dalam sistematika hukumnya. Misalnya antara KUH
Perdata Belanda dan KUH Perdata Indonesia, mempunyai persamaan yang
meliputi:
1) hukum orang;
2) hukum benda; dan
3) hukum perikatan.
Penyebab adanya kesamaan ini dikarenakan KUH Perdata Indonesia
ini merupakan produk dari pemerintah Hindia Belanda yang saat itu ditetapkan
berlakunya di Belanda pada tahun 1838, sedangkan di Indonesia diberlakukan pada
tahun 1848. Sementara itu yang berbeda adalah:
1) Book 2: legal persons;
2) Book 3: properti law in general;
3) Book 5: real property rights;
4) Book 8: transport law;
5) Book 9: intellectual property; dan
6) Book 10: private international law.
7) Buku IV : Pembuktian dan Daluarsa.
Perihal badan hukum tidak diatur dalam KUH Perdata Indonesia,
karena perihal badan hukum ini baru berkembang setelah ditetapkannya KUH
perbandingan hukum FH-UP

Perdata itu (1848). Di samping itu, penetapan badan hukum dalam KUH Perdata
Belanda baru dilakukan dan diundangkan pada tanggal 3 Desember 1987, Stb. 590
dan mulai berlaku 1 April 1988.

Tabel 1: Perbedaan dan Persamaan antara KUH Perdata Indonesia dan KUH Perdata Belanda.
No Negara Sistematika Perbedaan Persamaan

1 Indonesia 1 Buku I Hukum Orang; 1 Buku IV Pembuktian 1 Buku I Hukum Orang;


dan Daluarsa
2 Buku II Hukum Benda 2 Buku II Hukum Benda
3 Buku III Perikatan 3 Buku III Perikatan
4 Buku IV Pembuktian dan
Daluarsa

2 Belanda 1 Book 1 Persons and 1 Book 2 Legal Persons 1 Book 1 Persons and
Family Law Family Law
2 Book 2 Legal Persons 2 Book 3 Property Law 2 Book 5 Real Property
in General Rights
3 Book 3 Property Law in 3 Book 5 Real Property 3 Book 6 Obligations and
General Rights Contracts
4 Book 4 Succession 4 Book 8 Transport Law
(Inheritance)
5 Book 5 Real Property 5 Book 9 Intellectual
Rights Property
6 Book 6 Obligations and 6 Book 10 Private
Contracts International
Law
7 Book 7 Particular
Contracts
(revised)
Book7a Particular
Contracts
(unrevised)
8 Book 8 Transport Law
9 Book 9 Intellectual
Property
10 Book 10 Private
International Law
perbandingan hukum FH-UP

UJI PEMAHAMAN MATERI

Petunjuk : Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan tulisan tangan di atas


kertas folio bergaris, dan dikumpulkan pada saat perkuliahan berikutnya
di kelas.

Pertanyaan :

1. Jelaskan mengenai objek dari perbandingan hukum perdata!


2. Apakah yang dimaksud dengan sistematika hukum?
3. Lakukan perbandingan hukum terhadap sistematika KUH Perdata Indonesia,
KUH Perdata Jerman dan KUH Perdata Rusia.
perbandingan hukum FH-UP

DAFTAR PUSTAKA

Amir Syarifuddin, Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam, 1990, Angkasa


Raya, Padang.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Falsafah Hukum Islam, 2001,


Pustaka Rizki Putra, Semarang.

Beni Ahmad Saebani, Dewi Mayangningsih, Ai Wati, Perbandingan Hukum


Perdata, 2016, Pustaka Setia, Bandung.

Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, 1999, Logos Wacana Ilmu, Jakarta

Djazuli, A., Kaidah-Kaidah Fikih, 2007, Kencana, Jakarta.

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni – Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, 2011,
Nusa Media, Bandung.

H. Salim HS., Perbandingan Hukum Perdata – Comparative Civil Law, 2015, PT.
Rajagrafindo Persada, Kota Depok.

Ismatullah, Dedi, Sejarah Sosial Hukum Islam, 2011, Pustaka Setia, Bandung.

L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, 1985, P.T. Pradnya Paramitha,
Jakarta.

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam-Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia, 1998, Rajawali Pers, Jakarta.

Peter de Cruz, Perbandingan System Hukum Common Law, Civil Law dan
Socialist Law, Penerjemah : Narulita Yusron, 2010, Nusa Media,
Bandung

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, 2012, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.


perbandingan hukum FH-UP

Sinamo Nomensen, Perbandingan Hukum Tata Negara, 2010, Jala Permata


Aksara, Bekasi.

Soeroso, Bunga Rampai Perbandingan Hukum, 2003, Perpustakaan Nasional.

_______, Pengantar Ilmu Hukum, 2004, Sinar Grafika, Jakarta

Subekti, Perbandingan Hukum Perdata, 1974, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Sudikno, Mengenal hukum, 1988, Liberty, Yogyakata.

Supomo , Bab-Bab Tentang Hukum Adat, 1968, Penerbitan Universitas, Jakarta:.

Suriyaman Mustari Pide, Hukum Adat (Dulu, Kini dan Akan Datang), 2009, Pelita
Pustaka , Jakarta.

Wignjodipuro, Surojo, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. 1979, Alumni,,


Bandung,.

Anda mungkin juga menyukai