PERTEMUAN KE 14
3. Klasifikasi Kontrak.
Perihal klasifikasi kontrak ini telah diatur di dalam ketentuan Buku III KUH
Perdata, yang dimulai dari Bab 5 sampai dengan Bab 18. Jumlah pasal yang
mengatur tentang kontrak nominaat (benoemd oveerenkomst = kontrak yang
dikenal di dalam KUH Perdata) ini sebanyak 394 pasal. Di dalam KUH
Perdata, terdapat lima belas jenis kontrak, antara lain:
1. jual beli;
2. tukar menukar;
3. sewa-menyewa;
4. perjanjian melakukan pekerjaan;
5. persekutuan perdata;
6. badan hukum;
perbandingan hukum FH-UP
7. hibah;
8. pemitipan barang;
9. pinjam pakai;
10. pinjam-meminjam;
11. pemberian kkuasa;
12. bunga tetap atau abadi;
13. perjanjian untung-untungan;
14. penanggungan utang;
15. perdamaian.
4. Syarat Sahnya Kontrak.
Mengenai apa yang menjadi syarat sahnya suatu kontrak diatur di
dalam pasal 1320 KUH Perdata. Di dalam pasal ini menentukan empat
syarat sahnya perjanjian, yaitu: 1) adanya kesepakatan kedu belah pihak; 2)
kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum; 3) adanya hal tertentu; dan
4) adanya causa yang halal.
Keempat syarat tersebut, penjelasan singkatnya, sebagai berikut:
1) Adanya kesepakatan kedua belah pihak.
Syarat pertama sahnya kontrak adalah adanya kesepakatan atau
consensus dari para pihak. Perihal kesepakatan ini diatur dalam pasal
1320 ayat (1) KUH Perdata. Kesepakatan adalah merupakan persesuaian
pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lainnya.
Yang dimaksud persesuaian adalahmengenai pernyataannya bukan
kehendaknya, karena kehendak ini tidak dapat dilihat atau diketahui olej
orang lain.
2) Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum.
Kecakapan bertindak adalah merup[akan kemampuan untuk melakukan
perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan
menimbulkan akibat hukum. Terhadap orang-orang yang akan
mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan wenang
untuk melakukan perbuatan hukum sebagaimana telah ditentukan oleh
Undang-undang. Orang yang cakap/wenang melakukan perbuatan hukum
adalah orang yang sudah dewasa. Standar kedewasaan menurut KUH
Perdata adalah telah berusia 21 tahun da/atau sudah pernah kawin.Dan
orang yang termasuk tidak berwenang dalam melakukan perbuatan
perbandingan hukum FH-UP
3) Hal tertentu.
Yang dimaksudkan sebagai hal tertentu dalam perjanjian adalah sesuatu
yang menjadi objek perjanjian (het onderwerp der overeenskomst). Jika
undang-undang berbicara tentang objek perjanjian kadang yang
dimaksudkan adalah “pokok perikatan” yaitu prestasi berupa
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu. Prestasi
merupakan apa yang menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi
hak kreditur, kedua hal ini timbul dari perjanjian.
Menurut tradisi, untuk sahnya perjanjian, maka objek perjanjian haruslah:
a) dapat ditentukan;
b) dapat diperdagangkan;
c) memungkinkan untuk dilakukan; dan
d) dapat dinilai dengan uang.
5. Somasi.
Yang dimaksud dengan somasi adalah suatu teguran dari pihak yang
berpiutanng (kreditur) kepada si berutang (debitur) agar dapat memenuhi
prestasi sebagaimana telah ditentukan di dalam perjanjian yang telah mereka
sepakati. Perihal somasi ini diatur dalam Pasal 1238 dan Pasal1243 KUH
Perdata.
Somasi dapat timbul disebabkan debitur tidak memenuhi prestasinya sesuai
dengan ketentuan yang diperjanjikan. Terdapat tiga cara terjadinya somasi
ini, yaitu:
1) debitur melaksanakan prestasi yang keliru, misalnya kreditur menerima
sekeranjang manga, yang seharusnya sekeranjang apel;
2) debitur “tidak memenuhi prestasi” pada hari yang telah dijanjikan. Tidak
memenuhi prestasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
keterlambatan melaksanakan prestasi dan sama sekali tidak memberikan
prestasi. Penyebab tidak melaksanakan prestasi ni dapat dikarenakan
prestasi itu tidak mungkin dilaksanakan atau karena debitur terang-
terangan menolak melaksanakan prestasi;
3) prestasi yang dilaksanakan oleh debitur tidak lagi berguna bagi kreditur
setelah lewat waktu yang diperjanjikan.
6. Wanprestasi.
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan
kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara
kreditur dengan debitur. Wanprestasi ini mempunyai hubungan yang erat
dengan somasi sebab seorang debitur baru dapat dikatakan wanprestasi
apabila dia telah diberikan somasi oleh kreditur atau juru sita. Apabila
somasi itu tidak diindahkannya, maka kreditur berhak membawa
persoalannya ke pengadilan. Dan pengadilanlah yang memutuskan, apakah
debitur wanprestasi atau tidak.
Wanprestasi dapat menimbulkan empat akibat, antara lain:
1) Perikatan tetap ada,
Kreditur masid dapat menuntut debitur terhadap pelaksanaan prestasi,
apabila debitur terlambat memenuhi prestasi. Di samping itu, kreditur
berhak untuk menuntut ganti rugi akibat keterlambatan melaksanakan
prestasinya. Hal ini disebabkan kreditur akan memperolej keuntungan
apabila debitur melaksanakan prestasi itu tepat pada waktunya.
2) Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (pasal 1243 KUH
Perdata);
3) Beban resiko beralih untuk kerugian debitur, jika halangan itu timbul
setelah debitur wanprestasi, kecuali apabila ada kesengajaan atau
kesalahan besar dari pihak kreditur. Oleh karena itu tidak dibenarkan
bagi debitur untuk berpegang pada keadaan memaksa;
4) Jika perikatan lahir karena perjanjian timbal balik, kreditur dapat
membebaskan diri dari kewajiban memberikan kontra prestasi dengan
menggunakan pasal 1266 KUH Perdata.
2) Kreditur dapat menuntur prestasi disertai ganti rugi kepada debitur (1267
KUHPerdata).
3) Kreditur dadat menuntut dan meminta ganti rugi, hanya mungkin
kerugian karena keterlambatan (H.R. 1 November 1918)
4) Kreditur dapat menuntut pembatalan perjanjian.
5) 6 Kreditir dapat menuntut pembatalan disertai ganti rugi kepada debitur.
Ganti rugi itu berupa pembayaran uang denda.
7. Ganti Rugi.
Timbulnya ganti rugi dapat disebabkan oleh dua hal,yaitu ganti rugi
yang disebabkan oleh wanprestasi dan ganti rugi yang disebabkan oleh
perbuatan melawan hukum. Ganti rugi karena wanprestasi diatur dalam
Buku III KUH Perdata, yang dimulai dari pasal 1243 sampai dengan pasal
1252. Sedangkan ganti rugi yang disebabkan oleh perbuatan melawan
hukum adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada seseorang
yang oleh karena kesalahannya telah menimbulkan kerugian pada orang lain
(onrechtmatigedaad - pasal 1365 KUH Perdata). Ganti rugi ini timbul
karena adanya kesalahan dari seseorang, bukan karena wanprestasi.
Ganti rugai yang disebabkan wanprestasi adalah bentuk ganti rugi
yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi ketentuan dari
perjanjian yang telah dibuatnya dengan kreditur. Misalnya, A berjanji akan
mengirimkan beras kepada B pada tanggal 29 Februari 1988. Tetapi pada
tanggal yang telah ditentukan tersebut A belum juga mengirimkan beras itu
kepada B, maka B harus memberikan peringatan (somasi) kepada A,
minimal tiga kali.
Apabila somasi itu telah dilakukan, maka barulah B dapat menuntut
kepada A untuk membayar ganti kerugian. Jadi momentum timbulnya ganti
rugi itu adalah saat telah dilakukan somasi. (H. Salim HS., 2014 : 261)
Ganti kerugian yang dapat dituntut oleh kreditur kepada debitur
adalah:
1) kerugian yang telah dideritanya, yaitu berupa penggantian biaya-biaya
dan kerugian; dan
2) keuntungan yang sedianya akan diperoleh, ini biasanya ditujukan kepada
bung-bunga.
perbandingan hukum FH-UP
9. Risiko.
Perihal risiko ini didasarkan pada suatu ajaran di dalam teori hukum
yang disebut “resicoleer” (ajaran tentang resiko). Resicoleer adalah suatu
ajaran, di mana seseorang berkewajiban untuk memikul keruigian, jikalau
ada sesuatu kejadian diluar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda
yang menjadi objek perjanjian. Ajaran ini timbul apabila terdapat keadaan
memaksa (overmacht). Resicoller dapat diterapkan pada perjanjian sepihak
ataupun perjanjian timbal balik.
perbandingan hukum FH-UP
6 consideration.
Persamaan syarat sahnya kontrak antara hukum Amerika dan Inggris adalah:
1) offer and acceptance;
2) certainly;
3) capacity; dan
4) consideration.
perbandingan hukum FH-UP
Sedangkan yang berbeda antara hukum Amerika dan Inggris, yaitu dalam
hukum Amerika mengenal legal subject matter, dan hukum Inggris
mengenal:
1) intention to create legal relations (maksud para pihak);
2) formalities (bentuk kontrak).
No Sistem
.
Berakhirnya Kontrak Perbedaan Persamaan
Hukum
1 Amerika 1 complete 1 complete
Serikat performance; performance;
2 rescission of the 2 rescission of the
contract; contract;
3 subtitues contract; 3 subtitues contract;
4 accord and 4 accord and
satisfaction; satisfaction;
5 novation; 5 novation;
6 an account stated; 6 an account stated;
7 avoidance of duties 7 avoidance of duties
in a voidable in a voidable
contract; contract;
8 illegality; 8 illegality;
9 bankruptcy; 9 bankruptcy;
10 rejection of proper 10 rejection of proper
tender; tender;
11 occurance of a 11 occurance of a
condition subsequent; condition subsequent;
perbandingan hukum FH-UP
12 breach by the other 12 breach by the other
party; party;
13 impracticability and 13 impracticability and
frustration of frustration of
purpose; dan purpose; dan
14 failure of 14 failure of
consideration. consideration.
Discharging by Discharging by
2 Inggris 1 1
performance; performance;
2 Discharging by 2 Discharging by
agreement; agreement;
3 Discharging by 3 Discharging by
frustration; dan frustration; dan
4 Discharging by 4 Discharging by
breach. breach.
3 Rusia 1 Proper performance; 1 Proper performance;
2 Accord and 2 Accord and
satisfaction; satisfaction;
3 The offset in the 3 The offset in the
cession of the claim; cession of the claim;
4 Merger; 4 Merger;
5 Termination of the 5 Termination of the
obligation by the obligation by the
novation; novation;
6 Termination of the 6 Termination of the
obligation because obligation because
of the impossibility to of the impossibility to
discharge; discharge;
7 Termination of the 7 Termination of the
obligation on the obligation on the
grounds of an act, grounds of an act,
issues by the state issues by the state
body; body;
8 Termination o f the 8 Termination o f the
obligationwith the obligationwith the
citizen’s death; dan citizen’s death; dan
9 Termination o f the 9 Termination o f the
obligationwith the obligationwith the
lliquidation of the lliquidation of the
legal entity. legal entity.
4 Indonesia 1 Pembayaran; 1 Pembayaran;
2 Konsignasi; 2 Konsignasi;
3 Novasi; 3 Novasi;
4 Kompensasi; 4 Kompensasi;
5 Konfusio; 5 Konfusio;
6 Pembebasan utang; 6 Pembebasan utang;
7 Musnahnya barang 7 Musnahnya barang
terutang; terutang;
8 Kebatalan atau 8 Kebatalan atau
pembatalan; pembatalan;
9 Berlaku syarat batal; 9 Berlaku syarat batal;
dan dan
10 daluarsa 10 daluarsa
perbandingan hukum FH-UP
Pertanyaan :
DAFTAR PUSTAKA
Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, 1999, Logos Wacana Ilmu, Jakarta
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni – Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, 2011,
Nusa Media, Bandung.
H. Salim HS., Perbandingan Hukum Perdata – Comparative Civil Law, 2015, PT.
Rajagrafindo Persada, Kota Depok.
Ismatullah, Dedi, Sejarah Sosial Hukum Islam, 2011, Pustaka Setia, Bandung.
L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, 1985, P.T. Pradnya Paramitha,
Jakarta.
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam-Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia, 1998, Rajawali Pers, Jakarta.
Peter de Cruz, Perbandingan System Hukum Common Law, Civil Law dan
Socialist Law, Penerjemah : Narulita Yusron, 2010, Nusa Media,
Bandung
Suriyaman Mustari Pide, Hukum Adat (Dulu, Kini dan Akan Datang), 2009, Pelita
Pustaka , Jakarta.