Anda di halaman 1dari 9

1

Pertemuan ke 7

Sejarah umum perkembangan Hukum Perdata Internasional (HPI)


Tradisional.

A. Tujuan Pembelajaran

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah umum perkembangan HPI tradisional,
sehingga mahasiswa mampu:

1. Menjelaskan sejarah perkembangan HPI dari jaman kejaman.


2. Menjelaskan teori-teori tentang model-model pendekatan dalam HPI.
3. Asas-asas HPI sesuai sesuai dengan perkembangannya.

B. URAIAN MATERI

1. Pendahuluan

HPI dapat dianggap sebagai bidang hukum yang dinamis dan selalu berkembang
menyesuaikan diri pada perkembangan kebutuhan dalam masyarakat modern, namun begitu
adalah kurang tepat apabila orang beranggapan bahwa HPI adalah sebuah hukum baru yang
tumbuh di abad ke 20. Asasa asas dan pola berfikir HPI sudah dapat dijumpai dan tumbuh
dalam masyarakat, sekurang kurangnya sejak kekaisaran romawi (abad 2 M – abad 6 M)
seiring dengan pertumbuhan peradaban barat (veestrn civilization)di eropa daratan.

Dalam pertemuan kali akan memberikan gambaran sekitar perkembangan HPI didalam
konteks perkembangan peradaban dan hukum barat, yang pada dasarnya membentuk apa
yang dewasa ini disebut pendekatan HPI Tradisional. Sehingga para mahasiswa diharapkan
dapat memproleh gambaran sekilas tentang titik penting dalam sejarah perkembangan HPI
Tradisional yang didasari oleh tumbuhnya pola pola berfikir yang menggunakan titik tolak
yang berbeda beda.

Akan tetapi secara umum perlu disinggung terlebih dahulu beberapa penggolongan model
pendekatan HPI yang pada gilirannya melahirkan berbagai teori HPI dengan ukuran ukuran
yang berbeda, tetapi pada titik-titik tertentu dapat menjadi tumbuh satu sama lain.

1
2

2. Model-Model Pendekatan dalam HPI


a. Pendekatan berdasarkan tujuan HPI ada dua jenis model pendekatan HPI
ditinjau dari anggapan dasar tentang tujuan HPI yang berbeda, yaitu:
1) HPI bertujuan untuk mewujudkan keadilan dalam perselisihan hukum
(conflict justice)
Kelompok ini menghimpun teori-teori dan doktrin-doktrin HPI yang
lebih mementingkan keseragaman pola penyelesaian perkara perkara
HPI dalam bidang-bidang hukum tertentu. Dimanapun dan berdasarkan
hukum apapun perkara diselesaikan (decisional harmony). Jadi
kelompok ini memusatkan perhatiannya pada perkembangan asas asas
HPI yang cenderung bersifat kaku yang dapat diterapkan pada setiap
perkara hukuman yang sejenis.
2) HPI yang bertujuan memujudkan keadilan substansial dalam setiap
perkara (substantive justice)
Kelompok ini menghimpun teori-teori dan doktrin-doktrin HPI yang
lebih mementingkan keadilan substansial dalam setiap perkara yang
dihadapi, dengan memperhatikan kondisi dan situasi khusus yang
melingkupi perkara yang dihadapi.
Teori-teori dalam kelompok ini menganjurkan metode-metode yang
harus digunakan untuk menentukan dan menetapkan aturan-aturan
hukum substansial (substanstive rule) atau hukuman materil diantara
aturan-aturan yang berhadapan dalam perkara tertentu yang lebih
relevan untuk diberlakukan dalam penyelesaian perkara.
Relevansi ditentukan oleh sejarah mana aturan tersebut dapat dapat
memberikan penyelesaian yang paling adil dalam perkara tersebut.
b. Pendekatan Berdasarkan hasil yang dicapai dari proses HPI
Berdasarkan ukuran ini ora:ng membedakan antara:
1. Pendekatan HPI yang berfungsi menetapkan sistem hukum
yang seharusnya berlaku atas semua peersoalan hukum yang dapat
timbul dari semua perkara HPI.
2. Pendekatan HPI yang berfungsi memilih dan menetapkan
aturan hukum lokal yang harus diberlakukan atas masalah hukum

2
3

(legal issue)tertentu yang terbit dari sebuah perkara HPI (Rule


Selecting Approaches).
(Juridiction Selecting Approaches) yang tumbuh dalam masyarakat
tradisi hukum eropa kontinental umumnya dianggap sebagai metode
HPI yang bertujuan mencapai Conflict Justice, sedangkan Rules
Selecting Approachestumbuh dalam tradisi hukum Amerika (AS) yang
perkembangan HPI nya berakar pada metode menyelesaikan persoalan
hukum antar negara bagian (interstate conflicts)
c. Pendekatan berdasarkan metodology penetapan hukum yang harus
diberlakukan.
Cara lain yaitu mengklasifikasi teori-teori HPI secara fundamental kedalam:
1. Pendekatan Lex Fori
Yang beranggapan bahwa pengadilan yang menggadili perkaralah
yang akan memberlakukan hukumnya sendiri untuk memutus perkara
yang dihadapi.
2. Pendekatan Multilateralism
Yang bertitik tolak dari prinsip bahwa pengadilan harus bersikap netral
dan menetapkan terlebih dahulu tempat kedudukan dari hubungan
hukum yang menjadi perkara dengan bantuan titik-titik taut.
Apabila tempat kedudukan itu telah ditetapkan, hukuman dari tempat
itulah yang harus digunakan untuk menyelesaikan semua persoalan
hukum yang timbul dari hubungan hukum, jadi pendekatan ini bersifat
Jurisdiction Selecting
3. Pendekatan unilateralism
Yang beranggapan bahwa forum harus menentukan aturan hukum
diantara aturan-aturan hukum yang relevan (baik dari lex fori maupun
hukum asing) yang akan diberlakukan untuk menyelesaikan hukum
tertentu yang timbul dalam suatu hubungan hukum
4. Pendekatan hukum substansif
Yang cenderung menyelesaikan persoalan-persoalan HPI dengan
menggunakan asas asas atau aturan-aturan hukum substansif (hukum
materil) yang diterima dan diakui secara internasional.
5. Pendekatan elektri (eclecticism)

3
4

Yang menurut prof.juenger mengambarkan kecenderungan untuk


mengakomodasikan semua pendekatan yang berbeda beda itu dan
mengkombinasikannya dalam penetapan hukum atau aturan hukum
yang seharusnya berlaku dalam penyelesaian suatu perkara.
3. Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional
Telepas dari perbedaan model-model pendekatan tersebut diatas, maka dalam
kelanjutannya akan meninjau secara umum pertumbuhan HPI, khususnya di eropa
kontinental yang dianggap sebagai masa dimana pendekatan tradisional HPI
melampui puncak pertumbuhan dan mewarnai pola penyelesaian suatu perkara HPI
dan inggris sampai saat ini bahkan dalam perkembangan praktek penyelesaian perkara
(conflict ofcause) di amerika serikat yang dianggap sebagai perkembangan revolusi
HPI, orang masih menjumpai pengadilan negara bagian yang masih merasa
(comfortable dengan menggunakan pendekatan tradisional ini.

Jadi mahasiswa akan memperoleh gambaran tentang pola penyelesaian HPI


diberbagai priode waktu dari masa ke masa. Dimulai pada abad sebelum masehi. Pada
abad ke 19 yang tokohnya yaitu: friedrich carl von savigny.
Dalam penyelesaian ini dapat memperoleh gambaran tentang asas-asas dan doktrin
utama HPI yang banyak berpengaruh dan masih digunakan orang dalam
menyelesaikan perkara HPI dalam arti modern yaitu: perkara perkara yang
mengadung foreign elements.
Beberapa asas HPI yaitu
a. Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs)
yang berati perkara-perkara yang menyangkut benda-benda tidak bergerak
tunduk pada hukum dari tempat dimana benda itu terletak. Penerapan asas ini
hanya pada benda benda tetapsaja sebenarnya tumbuh karena semakin
tingginya mobilitas benda benda tertentu yang di masa modern ini diang.gap
sebagai benda bergerak (movebles) sehingga menjadi tidak wajar lagi, jika
status benda bergerak juga digantungkan pada benda itu terletak oleh karena
itu status benda yang dewasa ini dianggap benda bergerak, akan ditentukan
dengan mendasafkan diri pada hukum personal dari orang atau subyek hukum
yang menguasai benda itu
b. Asas domicili

4
5

Yang menetapkan bahwa hak dan kewajiban perorangan harus diatur oleh
hukum dari tempat perorangan perorangan berkediaman tetap, yang menjadi
persoalan dalam hukum romawi. Kedudukan seseorang dapat di kaitkan
dengan dua titik taut yaitu : kewarganegara (origin) yang dapat ditentukan
karena tempat orang tua atau domisili. Domisili adalah komunitas yang telah
dipilih seseorang sebagai tempat kediaman tetap.
Perbedaan titik tau inimenyebabkan adanya persoalan tentang hukum mana
yang harus digunakan. Hukum origin atau domicile dalam perkembangan asas
lex domicile untuk menunjukan kearah tempat kediaman tetap (Permanent
residence), tempat kediaman sehari-hari (habitual residence) untuk badan
hukum, menunjuk kearah tempat usaha (julace of businnes)asas ini
memperoleh saingan baru yaitu asas kewarganegaraan (Lex Patriate) sampai
sekarang banyak mendasari sistem HPI di eropa kontinental dan bekas bekas
negara sejarahnya termasuk indonesia yang menganut prinsip nasionalitas
dalam menentukan status personalnya.
c. Asas Loci Solutionis
Yang menetapkan bahwa terhadap perjanjian yang melibatkan pihak pihak
warga dari ekonomi yang berbeda beda berlaku hukum dari tempat pmbuatan
perjanjian. Asas ini memiliki peran yang sangat penting sampai abad 20 dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan HPI dibidang kontrak, namun semakin
tambahnya teknology dibidang komunikasi dan transportasi semakin besar
pula kontrak2 dibuat secara interstate.
Dimana pihak pihak dalam kontrak berhubungan satu sama lain tapi bertatap
muka satu sama lain, dalam memunculnya kontrak kontrak permohanan
kontrak tidak relevan, dalam hal asas HPI penting. Yang menjadi lebih
berperan adalah lex yang mengarahkan jadi hukum dari tempat penyelesaian
di kontrak (place of performance).

5
6

C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Dalam menyelesaikan dibidang HPI dikenalkan pendekatan HPI. Menurut saudara


model pendekatan mana yang cocok menyelesaikan HPI tsb! coba saudara jawab dan
apa alasannya? (dalam HPI tradisional)
2. Disamping itu juga dikenal asas HPI model bagaimana pendapat saudara dalam
menyelesaikan perkara HPI sesuai dengan asas asas doktrin utama HPI!
Dihubungkan dengan perkembangan saat ini. Apakah masih dapat digunakan?
Silahkan dibuatkan pendapatnya.

D. DAFTAR PUSTAKA

Bayu Seto. H.2013. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung.PT. Citra Aditya


Bakti.2013.

Ridwan Khairady. 2010. Pengantar Hukum Perdata Internasional. Yogyakarta, FH UII Press.
S. Gautama. 1987. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonsia. Jakarta. Binacipta.
1987.
Sudargo Gautama. 2010. Hukum Antar Tata Hukum. Bandung, PT. Alumni. 2010.

SELAMAT Pagi pak ijin menjawab>

1.Dalam menyelesaikan dibidang HPI dikenalkan pendekatan HPI. Menurut saudara model
pendekatan mana yang cocok menyelesaikan HPI tsb! coba saudara jawab dan apa
alasannya? (dalam HPI tradisional)

Dalam teori HPI tradisional suatu kaidah HPI (choice of law rule) pada dasarnya dibuat untuk
menunjuk (aanwijzen) ke arah suatu sistem hukum tertentu, sebagai hukum yang seharusnya
berlaku untuk menyelesaikan masalah HPI yang sedang dihadapi (the applicable law in a
given case) bilamana hakim Indonesia berdasarkan ketentuan HPI indonesia telah

6
7

menyatakan bahwa hukum yang berlaku terhadap perkara yang ia periksa atau adili adalah
hukum Inggris, maka timbul persoalan atau pertanyaan apakah yang diartikan dengan hukum
inggris itu? Dalam hal ini dapat terjadi dua kemungkinan. 1. Hukum intern (domestic law =
municipal law = local law) Inggris yang berlaku di Inggris untuk hubungan-hubungan hukum
sesama orang Inggris; atau 2. Di dalamnya termasuk pula ketentuan-ketentuan HPI Inggris,
jadi termasuk pula ketentuan choice of law. Bilamana kita hanya menunjuk pada hukum
intern saja, orang Jerman menyebutnya sebagai sachnormen, penunjukkannya dinamakan
sachnormverweisung. Bilamana yang dimaksud dengan hukum asing itu adalah seluruh
sistem hukum (jadi termasuk ketentuan HPI-nya) disebut kollisionsnormen, penunjukkannya
dinamakan gesamtverweisung.

Menurut Saya, yang cocok untuk menyelesaikan HPI tradisional adalah pendekat HPI yang
bertujuan untuk mewujudkan keadilan dalam perselisihan hukum (conflict justice). Karena,
kelompok ini memusatkan perhatiannya pada perkembangan asas asas HPI yang cenderung
bersifat kaku yang dapat diterapkan pada setiap perkara hukuman yang sejenis. Asas hukum
yang bersifat universal menurut Savigny itulah yang berkembang menjadi asas HPI (choice
of law rules) yang menurut pendekatan tradisional menjadi titik taut sekunder / penentu yang
harus digunakan dalam menentukan Lex Causae. Menggunakan sebuah asas (yang ditentukan
dengan bantuan titik pertautan) untuk menyelesaikan pelbagai perkara HPI sejenis itulah
yang kemudian menjadi pola dasar penyelesaian perkara HPI di dalam sistem Eropa
Kontinental.

Terima Kasih.

SELAMAT PAGI PAK IJIN MENJAWAN NOMOR 2 DALAM PERTEMUAN 7 INI.

2, Disamping itu juga dikenal asas HPI model bagaimana pendapat saudara dalam
menyelesaikan perkara HPI sesuai dengan asas asas doktrin utama HPI!

Dalam teori dan praktek HPI berkembang beberapa doktrin atau asas yang dapat digunakan
untuk menentukan status badan hukum, yaitu

a. Asas Kewarganegaraan atau Domisili Pemegang Saham Asas ini beranggapan bahwa
status badan hukum ditentukan berdasarkan hukum dari tempat di mana mayoritas pemegang
sahamnya menjadi warga negara (lex patriae) atau berdomisili (lex domicile). Asas atau
doktrin ini dianggap sudah kurang menguntungkan karena kesulitan untuk menetapkan

7
8

kewarganegaraan atau domisili dari mayoritas pemegang saham, terutama bila komposisi
kewarganegaraan atau domisili yang beraneka ragam (beberapa negara).

b. Asas Centre of Administration / Business Asas ini beranggapan bahwa status dan
kewenangan yuridik suatu badan hukum harus tunduk pada kaidah-kaidah hukum dari tempat
yang merupakan pusat kegiatan administrasi badan hukum tersebut. Teori ini menghendaki
agar hukum dari tempat dimana suatu badan hukum memusatkan kegiatan bisnis atau
manajemennya harus digunakan untuk mengatur status yuridik badan hukum yang
bersangkutan. Asas ini umumnya diterima di negara-negara yang menganut sistem hukum
Eropa Kontinental seperti Italia, Spanyol, Perancis, Swiss, Jerman, dan Belanda.

c. Asas Place of Incorporation Asas ini beranggapan bahwa status dan kewenangan badan
hukum sebaiknya ditetapkan berdasarkan hukum dari tempat badan hukum itu didirikan /
dibentuk. Asas ini dianut di Indonesia (dan umumnya negara-negara berkembang) sebagai
reaksi terhadap penggunaan asas Centre of Administration / Siege Social.

Dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, pasal 3
ditetapkan bahwa : “Pihak asing yang menanamkan modalnya di Indonesia haruslah :

- mendirikan badan hukum berdasarkan hukum Indonesia;

- dan badan hukum yang didirikan itu harus berkedudukan di Indonesia.

d. Asas Centre of Exploitation Asas ini beranggapan bahwa status dan kedudukan badan
hukum harus diatur berdasarkan hukum dari tempat perusahaan itu memusatkan kegiatan
operasional, eksploitasi, atau kegiatan produksi barang maupun jasa.

Asas HPI selanjutnya yaitu domicili

b.Asas domicili

Yang menetapkan bahwa hak dan kewajiban perorangan harus diatur oleh hukum dari
tempat perorangan perorangan berkediaman tetap, yang menjadi persoalan dalam hukum
romawi. Kedudukan seseorang dapat di kaitkan dengan dua titik taut yaitu : kewarganegara
(origin) yang dapat ditentukan karena tempat orang tua atau domisili. Domisili adalah
komunitas yang telah dipilih seseorang sebagai tempat kediaman tetap.

8
9

Perbedaan titik tau inimenyebabkan adanya persoalan tentang hukum mana yang harus
digunakan. Hukum origin atau domicile dalam perkembangan asas lex domicile untuk
menunjukan kearah tempat kediaman tetap (Permanent residence), tempat kediaman sehari-
hari (habitual residence) untuk badan hukum, menunjuk kearah tempat usaha (julace of
businnes)asas ini memperoleh saingan baru yaitu asas kewarganegaraan (Lex Patriate)
sampai sekarang banyak mendasari sistem HPI di eropa kontinental dan bekas bekas negara
sejarahnya termasuk indonesia yang menganut prinsip nasionalitas dalam menentukan status
personalnya.

Dihubungkan dengan perkembangan saat ini, dalam penyelesaian dapat memperoleh


gambaran tentang asas-asas dan doktrin utama HPI yang banyak berpengaruh dan masih
digunakan orang dalam menyelesaikan perkara HPI dalam arti modern yaitu: perkara perkara
yang mengadung foreign elements.

Beberapa asas HPI yaitu (Lex Situs, domicili, Loci Solutionis )

a.Asas Lex Rei Sitae (Lex Situs)

yang berati perkara-perkara yang menyangkut benda-benda tidak bergerak tunduk pada
hukum dari tempat dimana benda itu terletak. Penerapan asas ini hanya pada benda benda
tetapsaja sebenarnya tumbuh karena semakin tingginya mobilitas benda benda tertentu yang
di masa modern ini diang.gap sebagai benda bergerak (movebles) sehingga menjadi tidak
wajar lagi, jika status benda bergerak juga digantungkan pada benda itu terletak oleh karena
itu status benda yang dewasa ini dianggap benda bergerak, akan ditentukan dengan
mendasarkan pada hukum personal dari orang atau subyek hukum yang menguasai benda itu

Anda mungkin juga menyukai