Anda di halaman 1dari 6

PERTEMUAN KE 1

PENGERTIAN HUKUM ANTAR TATA HUKUM (HATAH) INTERN

A. IDENTITAS MATA KULIAH

1. PROGRAM STUDI ​ ​: ILMU HUKUM

2. NAMA MATA KULIAH ​: HUKUM ANTAR TATA HUKUM

3. JUMLAH SKS ​ ​ ​: 2 SKS

4. MATA KULIAH PRASYARAT ​:

5. DESKRIPSI MATA KULIAH ​:

Mata Kuliah ini membahas tentang HATAH INTERN dan HATAH EXTERN
(Hukum Perdata Internasional), beserta dengan masing-masing kasus dan
penyelesainnya baik dalam maupun HATAH INTERN maupun Hukum Perdata
Internasional (HPI) / HATAH EXTERN.

6. CAPAIAN PEMBELAJARAN ​:

Setelah mahasiswa mempelajari mata kuliah HATAH, diharapkan dapat memahami


perumusan HATAH INTERN beserta bagian-bagaiannya, memahami HPI bererta
kasus-kasusnya, dan bagaimana cara memahami dalam penyelesaian kasus-kasus
yang berkaitan dengan HATAH INTERN dan HPI (Hukum Perdata Internasional).

7. PENYUSUN ​ ​ ​: DADANG GANDHI. S.H.,M.H.

A. KATA PENGANTAR

Setiap mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Hukum sebelum menyelesaikan


pendidikan S1 wajib menyelesaikan tugas penyusunan skripsi salah satu mata kuliah pada
Program Studi S1 Ilmu Hukum yaitu Hukum Antar Tata Hukum (HATAH) dan Mata
Kuliah HATAH ini merupakan salah satu makalah wajib yang diberikan atau diajarkan
pada mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pamulang pada semester ganjil yaitu
semester V (Lima).

Mata Kuliah HATAH ini pembagiannya terdiri atas HATAH INTERN yang
berlaku secara intern dilingkungan hukum di Indonesia beserta contoh-contoh kasusnya
dan HATAH EXTERN atau lebih dikenal sebagai Hukum Perdata Internaisonal (HPI)
beserta contoh-contoh kasus-kasusnya dan HPI ini sebenarnya merupakan hukum
dan HATAH EXTERN atau lebih dikenal sebagai Hukum Perdata Internaisonal (HPI)
beserta contoh-contoh kasus-kasusnya dan HPI ini sebenarnya merupakan hukum
nasionalnya masing-masing Negara karena adanya titik pertalian antara hukum
nasionalnya masing-masing warga Negara ( ) dinamakan HPI. Semoga mahasiswa dapat
memahami Mata Kuliah Hukum Antar Tata Hukum ini.

Terima Kasih

​ ​ ​ ​ ​ ​ ​Tangerang Selatan
​ ​ ​ ​ ​ ​ ​ ​
​ ​ ​ ​ ​ ​ ​Penyusun

​ ​ ​ ​ ​ ​ ​Dadang Gandhi. S.H.,M.H.

A. DAFTAR ISI

Pertemuan 1: Pengertian Hukum Antar Tata Hukum (HATAH) Intern

a) Tujuan Pembelajaran
b) Uraian Materi
c) Latihan Soal/Tugas
d) Daftar Pustaka

PERTEMUAN KE 1
PENGERTIAN HUKUM ANTAR TATA HUKUM (HATAH) INTERN
PERTEMUAN KE 1
PENGERTIAN HUKUM ANTAR TATA HUKUM (HATAH) INTERN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Pada Bab ini akan dijelaskan mengenai HATAH INTERN beserta perumusannya
sehingga mahasiswa mampu :

1. Menjelaskan pembagian HATAH INTERN kedalam Hukum Antar Waktu (HAW),

2. Menjelaskan perumusan Hukum Antar waktu (HAW) dan skema Hukum Antar Waktu
(HAW).

B. URAIAN MATERI

1. PENGERTIAN HUKUM ANTAR TATA HUKUM (HATAH) INTERN

Pengertian Hukum Antar Waktu (HAW). Di Indonesia Hukum Perselisihan


(Conflict of Law) lebih dikenal dengan istilah Hukum Antar Tata Hukum (HATAH).
Suatu istilah yang sudah diterima secara umum.HATAH dibagi menjadi 2 (Dua) bagian,
yaitu HATAH INTERN dan HATAH EXTERN dan HATAH INTERN terdiri atas Hukum
Antar Waktu (HAW), Hukum Antar Tempat (HAT), dan Hukum Antar Golongan (HAG).
Sedangkan HATAH EXTERN lebih dikenal dengan istilah Hukum Perdata Internasional
(HPI).

Antara HATAH INTERN dan HATAH EXTERN terdapat hubungan yang erat,
karena pada awalnya dimulai dengan adanya terlebih dahulu pengertian HATAH
INTERN, setelah itu baru muncul HATAH EXTERN.

Apakah yang termasuk masalah Hukum Antar Waktu (HAW) bukan spesifik
hanya berlaku di Indonesia saja, HAW juga terdapat di Negara-negara lain di dunia.
Hukum Antar Waktu (HAW) berhubungan dengan suatu peraturan perundang-undangan,
artinya bahwa dalam setiap peraturan perundang-undangan dikenal adanya HAW. Karena
HAW berlakunya dengan apa yang dinamakan dengan suatu ketentuan peralihan atau
disebut Transitory Regulation (Inggris) atau Overgang Bepalingen (Belanda).

Maksudnya apabila mempelajari suatu peraturan perundang-undangan, baik


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945),
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri maupun
Peraturan Kepala Daerah akan menentukan suatu pasal ketentuaan peralihan, sebelum
pasal ketentuan penutup.

Di dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan diatur tentang tujuan adanya suatu ketentuan peralihan
dalam Peraturan Perundang-Undangan, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengisi kekosongan hukum

2. Untuk memberikan kepastian hukum

3. Untuk memberikan perlindungan kepada para pihak sebagai dampak perubahan


Peraturan Perundang-Undangan.

4. Untuk mengatur hal-hal yang bersifat sementara (Transisional)


Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Dalam pasal I Aturan Peralihan UUDNRI Tahun 1945 menjelaskan bahwa segala
Peraturan Perundang-Undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini,
Peraturan Perundang-Undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakan
yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini,

Dalam ketentuan peralihan tersebut maksudnya bahwa apabila terdapat suatu


Peraturan Perundang-Undangan yang masih diberlakukan walaupun dibentuk jauh
sebelum Indonesia merdeka Peraturan Perundang-Undangan tersebut masih
diberlakukan sebagai bagian dari pada sistem hukum di Indonesia. Maka Peraturan
Perundang-Undangan tersebut tetap berlalu.
Inilah merupakan contoh ketentuan peralihan dalam UUDNRI Tahun 1945, misalnya
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Kitab Udang-Undang Hukum
Perdata (KUHper) dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).

2. Dalam Pasal 64 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok


Perkawinan ditegaskan dalam aturan peralihannya bahwa untuk perkawinan dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang terjadi sebelum Undang-
Undang yang baru berlaku ini yang dijalankan menurut Peraturan Perundang-
Undangan yang lama merupakan perkawinan yang sah.

Dari ketentuan pasal tersebut diartikan sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor I


Tahun 1974 ini bahwa perkawinan antara laki-laki dan perempuan berbeda agama dan
kepercayaannya maka diperbolehkan tetapi setelah diberlakukannya Undang-Undang
tersebut, maka perkawinan beda agama tidak diperbolehkan hal ini dapat ditegaskan
dalam pasal 2 ayat (1) “ Bahwa suatu perkawianan adalah sah apabila dilakukan
menurut Hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu “.
Jadi ketentuan peralihan yang diatur dalam pasal 64 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 memberikan suatu kepastian Hukumkepada para pihak yang telah melakukan
perkawinan beda agama sebelum berlakunya Undang-Undang tersebut.Bahwa
perkawinan tersebut adalah sah dan ssebelumnya apabila perkawinan ampuran beda
agama yang salah satunya masih dilakukan Undang-Undang tersebut maka
perkawinannya tidak sah.
Dari pemahaman tersebut diatas, maka perumusan Hukum Antar Waktu (HAW) dapat
dijelaskan sebagai berikut :

“ Hukum Antar Waktu adalah keseluruhan peraturan dan keputusan Hukum yang
menunjukan Hukum manakah yang berlaku atau apakah yang merupakan Hukum,
jika hubungan-hubungan dan peristiwa antara warga negara dalam satu negara dan
satu tempat merupakan memperlihatkan titik pertalian dengan kaidah hukum yang
berbeda dalam lingkungan kuasa waktu dan soal-soal ”
Dari perumusan HAW tersebut dapat diartikan sebagai berikut :

1. Pengertian Peraturan Hukum dan Keputusan Hukum artinya bahwa Hukum ini
bukan hanya terdiri dari pada Peraturan-Peraturan Hukum yang diciptakan oleh
pembuat Undang-Undang, tetapi juga dari apa yang dirumuskan oleh para hakim
(Pejabat-Pejabat Hukum). Ini yang dinamakan menurut ahli Hukum adat, yaitu
Ter Haar, yaitu Beslissingen Leer, jadi hukum bukan hanya apa yang
diundangkan, diadakan dengan peraturan secara tertulis, tetapi juga apa yang
hidup, karena kepentingan-kepentingan pejabat Hukum, termasuk para Hakim.

2. Pengertian yang menunjukan Hukum manakah yang berlaku artinya pengertian ini
memperlihatkan salah satu sifat dari apa yang kita namakan kaidah penunjuk,
yakni kaidah yang menunjukan kepada sistem Hukum yang harus dipergunakan.

3. Pengertian jika hubungan-hubungan dan peristiwa-peristiwa antara warga Negara


dalam satu Negara dan satu tempat, artinya satu Negara yaitu Republik dan satu
tempat misalya Tangerang Selatan.

4. Pengertian memperlihatkan titik-titik pertalian artinya titik pertalian atau titik-titik


taut. Ini suatu pengertian yang harus selalu diperhatikan dalam HATAH.
Persoalan HATAH mulai timbul dengan adanya titik-titik pertalian ini.
taut. Ini suatu pengertian yang harus selalu diperhatikan dalam HATAH.
Persoalan HATAH mulai timbul dengan adanya titik-titik pertalian ini.

5. Pengertian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah Hukum yang berbeda, artinya


yang berbeda itu dalam HATAH yaitu dalam lingkungan kuasa waktu dan soal-
soal.

2. SKEMA HUKUM ANTAR WAKTU (HAW)


Bahwa sebelum menyusun skema HAW, terlebih dahulu dijelaskan tentang makna-
makna Hukum dalam HATAH. Dikemukakan oleh para ahli bahwa tiap norma
Hukum mempunyai empat lingkungan kekuatan atau ( ) berlakunya Hukum ini
yaitu :
a. Lingkungan kuasa waktu, disingkat dengan Letter W (The Sphere of Time atau
Temporal Sphere), artinya tiap norma mempunyai lingkungan kuasa waktu.

b. Lingkungan kuasa tempat, disingkat dengan Letter W (Material Sphere atau Sphere
of Space), artinya tiap norma mempunyai lingkungan kuasa tempat.

c. Lingkungan kuasa pribadi atau lingkungan kuasa orang, disingkat dengan Lettter P
(Personal Sphere), artinya tiap norma mempunyai lingkungan kuasa pribadi.

d. Lingkungan soal-soal disingkat dengan Letter S (Material Sphere), artinya tiap


norma mempunyai lingkungan kuasa soal-soal.
Jadi tiap-tiap norma Hukum berlaku untuk waktu tertentu. Mengenai tempat tertentu,
mengenai orang-orang pribadi tertentu, jaga mengenai soal-soal tertentu tiap-tiap
kaidah Hukum mempunyai empat macam lingkungan, artinya kaidah-kaidah tersebut
harus bekerja dalam jangka waktu yang mana harus bekerja untuk pribadi-pribadi
atau orang-orang mana dan harus mengatur soal-soal tersebut. Jadi setelah memahami
mengenai perumusan HAW, maka dapat dijelaskan suatu skema (Gambaran) dari
HAW, yaitu waktunya berbeda, tetapi tempatnya adalah bersamaan, pribadinya juga
berbeda, dan soal-soal berbeda pula. Contoh kongkritnya sudah dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang pokok-pokok perkawinan.Sebelum
Undang-Undang ini berlaku, maka perkawinan beda agama dibolehkan, tetapi dengan
berlakunya Undang-Undang tersebut perkawinan campuran beda agama tidak
diperbolehkan, disini peranan ketentuan peralihan sangat besar sekali gunanya untuk
memberikan kepastian Hukum kepada para pihak.
Jadi Skema HAW adalah sebagai berikut :
SKEMA HAW
W ​ ​ ​ ​W
TT
P ​ ​ ​ ​P
S ​ ​ ​ ​S
C. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Dalam Hukum Antar Tata Hukum (HATAH) INTERN terdiri atas Hukum Antar Waktu
(HAW), Hukum Antar Tempat (HAT) dan Hukum Antar Golongan (HAG).
Coba saudara jelaskan perumusan HATAH INTERN tersebut beserta skemanya.

2. Salah satu bagian dari HATAH INTERN yaitu HAW.


Coba saudara jelaskan perumusan HAW itu dengan skema dan contoh kasusnya.

3. HAW itu ada hubungannya dengan suatu ketentuan peralihan dalam suatu Perundang-
Undangan.
Coba saudara jelaskan tujuan dari ketentuan peralihan tersebut dan maksud dari
ketentuan peralihan itu latar belakangnya untuk apa ?

D. DAFTAR PUSTAKA

Bayu Seto. H.2013. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung.


D. DAFTAR PUSTAKA

Bayu Seto. H.2013. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung.


PT. Citra Aditya Bakti.2013.

Ridwan Khairady. 2010. Pengantar Hukum Perdata Internasional. Yogyakarta, FH UII


Press.

S. Gautama. 1987. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonsia. Jakarta. Binacipta.


1987.

Sudargo Gautama. 2010. Hukum Antar Tata Hukum. Bandung, PT. Alumni. 2010.
1

Anda mungkin juga menyukai