Anda di halaman 1dari 9

PERTEMUAN 4

TITIK-TITIK PERTALIAN PRIMER DAN SEKUNDER DALAM HUKUM


PERDATA INTERNASIONAL (HPI)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai titik-titik pertalian primer dan titik-titik
pertalian sekunder sehingga mahasiswa mampu:

1. Memahami terlebih dalam Apa yang dimaksud dengan titik pertalian primer (TPP)
atau dikenal dengan titik taut pembeda dan titik tautsekunder (TPS) atau dikenal
dengan titik taut penentu.

2. Memahami perbedaan prinsip antara TTP dengan TPS

3. Memahami faktor-faktor yang termasuk TPP HPI dan TPS HPI, beserta contoh
keduanya.

4. Memahami substansi yang merupakan objek dari HPI.

A. URAIAN MATERI

Titik pertalian dalam hukum perdata internasional (HPI) adalah suatu hal atau
keadaan yang menyebabkan berlakunya suatu sistem hukum tertentu. Dikenal dua
macam titik pertalian, yaitu titik pertalian primer (titik taut pembeda/ TTP dan titik
Pertalian Sekunder (titik taut penentu/TPS).

Titik Pertalian primer merupakan faktor-faktor atau keadaan-keadaan atau


sekumpulan fakta yang melahirkan atau menciptakan hubungan hukum perdata
internasional atau merupakan bagian yang penting dalam Hukum Antar Tata Hukum
(HATAH).

1
Oleh karena titik Pertalian inilah yang memberikan petunjuk kepada kita bahwa kita
sedang menghadapi suatu masalah HATAH.

Apabila kita dalam menjalankan kewajiban sebagai warga negara Indonesia


menemukan titik pertalian primer maka secara hukum kita sedang menghadapi
masalah yang termasuk HATAH, atau sebaliknya kita dalam menjalankan kewajiban
sebagai WNI tidak menemukan titik pertalian primer makan persoalan yang kita
hadapi tidak termasuk HATAH.

Jadi, kesimpulannya dengan adanya titik taut primer, maka Akan menciptakan
hubungan HATAH baik HATAH INTERN dan HATAH EKSTERN. Selanjutnya
timbul pertanyaan setelah adanya HATAH, hukum manakah yang akan diberlakukan,
maka selanjutnya kita akan mengenal titik pertalian sekunder atau disebut titik taut
penentu sebagai titik taut yang menentukan mana yang harus diberlakukan.

a) Titik-titik taut primer dalam HPI adalah fakta-fakta di dalam sebuah perkara atau
peristiwa hukum yang menunjukkan peristiwa hukum ini mengandung unsur-
unsur asing (foreigent elemens) Dan karena itu peristiwa hukum yang dihadapi
adalah peristiwa HPI dan bukan peristiwa hukum Interen (HATAH INTEREN)
perlu disadari bahwa Pemahaman terhadap titik-titik taut dalam arti primer ini
harus selalu dilihat dari sudut pandang lex spori tertentu. kemudian faktor-faktor
yang tergolong titik Pertalian primer adalah sebagai berikut:
1. Kewarganegaraan;
2. Bendera kapal atau pesawat udara;
3. Domisili;
4. Tempat kediaman;
5. Tempat kedudukan badan hukum;
6. Pihak hukum dalam hubungan hukum intern;
7. Tempat dilaksanakannya perbuatan hukum.

a.d.1 kewarganegaraan
Perbedaan kewarganegaraan (nasionalitas) pihak-pihak yang melakukan suatu
perbuatan atau badan hukum akan melahirkan permasalahan HPI, misalnya orang
Indonesia sehari-hari dibawah hukum Indonesia dan orang Singapura hidup

2
sehari-hari dibawah hukum Singapura, mereka mengadakan jual beli dengan
hukum yang berbeda, maka timbul masalah mengenai hukum mana yang harus
dipakai, untuk jual beli ini karena antara dua orang tersebut adalah warga negara
dari negara yang berlainan.
Kemudian seorang pria kebangsaan Indonesia menikah dengan seorang wanita
yang berkebangsaan Singapura, dari kedua contoh tersebut katagori permasalahan
HPI.

a.d.2 Bendera kapal dan pesawat udara


Dalam arti luas, Kama kapal bermakna sebagai kendaraan air dan jenis apapun
yang digerakkan dengan tenaga mekanik atau tenaga angin, termasuk kendaraan
yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air serta alat
Ampung dan bangunan terapung yang tidak berpidah-pindah.
Sedangkan pesawat udara sebagai setiap alat yang dapat terbang di atmosfir
karena gaya angkat dari reaksi udara, jadi makna pesawat udara antara lain
mencangkup pesawat terbang dan helicopter.
Dalam hubungannya dengan hukum, kapal dan pesawat udara memiliki
kebangsaan. Kebangsaan ini berkaitan dengan hukum negara mana kapal pesawat
udara ini tunduk. Kebangsaan kapal dan pesawat udara tersebut ditentukan
berdasarkan di mana mereka didaftarkan, jika ada kapal yang dimiliki oleh
perusahaan yang berbadan hukum Indonesia dan berdomisili di Indonesia tetapi
terdampar di Panama, maka kebangsaan itu adalah Panama. Status hukum kapal
itu tunduk pada hukum Panama bukan hukum Indonesia.
Hal yang tampak dari kebangsaan kapal tersebut terlihat dari bendera kapal atau
pesawat udara itu, bendera kapal yang dipakai itu melambangkan kebangsaan
kapal itu.
Jika ada warga negara Indonesia melakukan perjanjian kerjasama atau perjanjian
perangkutan laut dengan perusahaan pelayaran yang menggunakan kapal bendera
asing maka akan melahirkan hubungan hukum yang memiliki unsur-unsur hukum
perdata internasional (HPI).

a.d.3 Domisili
Faktor perbedaan domisili (domicile) subyek hukum yang melakukan hubungan
hukum dapat pula menimbulkan suatu hubungan hukum yang memiliki unsur

3
HPI. Misalnya seseorang warga negara Inggris bernama A berdomisili di
Indonesia akan melangsungkan perkawinan dengan warga Inggris juga yang
bernama B yang berdomisili di Singapura, jadi ada dua orang yang memiliki
kewarganegaraan yang sama yang berdomisili di negara yang berlainan, karena
mereka warga negara yang sama sebetulnya tidak menimbulkan persoalan HPI
karena kewarganegaraan, tetapi karena domisilinya berlainan maka timbul pula
masalah HPI. Untuk orang Inggris terdapat ketentuan dalam HPI nya kalau orang
Inggris sudah berdomisili di suatu negara maka dianggap oleh HPI Inggris tunduk
pada hukum perkawinan dari negara domisilinya yang baru. Dalam konsepsi
hukum Anglo-Saxon bahwa domisili merupakan suatu pengertian hukum yang
lahir karena sudah terpenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya kediaman yang
permanen di suatu tempat dan tidak ada maksud untuk pulang ke kembali dan
yang bersangkutan sudah hidup sehari-hari secara benar-benar menetap di tempat
di mana yang bersangkutan mencari nafkah.
Yang bersangkutan tidak memiliki pikiran mau kembali ke negaranya, kalau
sudah dalam situasi seperti ini maka yang bersangkutan memiliki domicile of
choice di Indonesia dengan menghapus domicile of origine. Apabila yang
bersangkutan berminat untuk kembali ke negaranya, maka domicile of origine
orang Inggris ini hidup kembali, inilah yang dinamakan doctrine of revival.

a.d.4 Tempat kediaman


Dalam konsep si sistem Common Law berkaitan dengan kediaman, dibedakan
antara domisili dan tempat kediaman atau (residence). Kediaman lebih mengacu
pada tempat kediaman sehari-hari, misalnya dua orang warga negara Singapura
untuk sementara waktu bekerja di Jakarta dan memiliki kediaman di Jakarta dan
mereka akan melakukan pernikahan juga di Jakarta, dan ini akan melahirkan
hubungan HPI karena mereka walaupun memiliki kewarganegaraan yang sama
tetapi mereka berdiam di Indonesia, timbul persoalan mengenai hukum yang
berlaku.

a.d.5 kebangsaan badan hukum


Di dalam hukum terdapat dua subyek hukum, yaitu manusia (Natuur Person) dan
badan hukum (Rechts Person) atau legal entity atau legal versi person.

4
Badan hukum sebagai subjek hukum juga harus memiliki kebangsaan
(nasionalitas). Kebangsaan ini akan menentukan tunduk kepada hukum negara
pada hukum yang bersangkutan. Jika badan hukum tersebut berkebangsaan
Indonesia, maka status badan hukum tersebut tunduk kepada hukum Indonesia.
Salah satu cara untuk melakukan kebangsaan badan hukum tersebut berdasarkan
tempat atau negara dimana badan hukum tersebut didirikan dan didaftarkan.
a. misalnya David Ming (warga negara Singapura) Abdul Razak(warga negara
Malaysia) danSakimin (warga negara Indonesia) mendirikan Perseroan
Terbatas (PT) di Indonesia, berdasarkan hukum Indonesia maka PT yang
bersangkutan berkebangsaan Indonesia,

b. misalnya ORCHAD (sebuah perseroan yang didirikan berdasarkan badan


hukum Singapura) Sawarak (sebuah perseroan yang didirikan berdasarkan
hukum Malaysia) dan PT Berdikari (sebuah perseroan yang didirikan
berdasarkan hukum Indonesia) membentuk sebuah perusahaan Patungan (joint
venture company) dengan nama PT. Pekerti di Indonesia, berdasarkan hukum
Indonesia. PT yang didirikan tersebut berkebangsaan Indonesia, walaupun
pemegang sahamnya terdiri dari orang atau badan hukum asing dan orang atau
badan hukum Indonesia, adalah PT yang berkebangsaan Indonesia.

a.d.6 Pilihan hak hukum dalam hubungan hukum interen

Untuk menjelaskan apa yang dimaksud dalam pilihan hukum interen dapat
dikemukakan contoh sebagai berikut: dua perusahaan yang memiliki kebangsaan
Indonesia, di Jakarta mengadakan perjanjian jual beli minyak sawit mentah (crude
palm oil) yang penyerahannya mau makan jangka waktu panjang. Penyerahan
barang tersebut akan dilangsungkan di Singapura, di dalam perjanjian jual beli
tersebut ditentukan bahwa perjanjian ini tunduk pada hukum asing yaitu hukum
yang berlaku di Singapura. Disebabkan adanya pilihan hukum yang merujuk
kepada hukum asing yang berlainan dengan kebangsaan perseroan tersebut, maka
lahir hubungan hukum perdata internasional.

5
Selain ke enam titik tautpembeda atau hubungan hukum perdata internasional,
dapat pula terjadi karena faktor tempat dilaksanakannya perbuatan hukum.

Jika ada dua orang WNI yang melakukan pernikahan di luar negeri, maka akan
timbul atau akan melahirkan suatu hubungan internasional pula. Banyak ditemui
WNI yang melangsungkan pernikahan di luar negeri khususnya bagi WNI yang
salah satu calon pasangannya Bukan beragama Islam dengan yang beragama
Islam dengan maksud untuk menghindari hukum Indonesia, khususnya Undang-
Undang nomor 1 tahun 1974 tentang pokok-pokok perkawinan yang tidak
memperbolehkan melakukan perkawinan yang berbeda agama.

Ada kesulitan untuk melakukan perkawinan bagi WNI yang beda agama, untuk
mengatasi hal tersebut mereka melangsungkan perkawinan di negara-negara yang
memungkinkan atau membolehkan terlaksananya perkawinan tersebut.

Permasalahannya bagi mereka itu bahwa pada saat kembali ke Indonesia untuk
melakukan pendaftaran baik di kantor urusan agama, catatan sipil, atau gereja,
maka Instansi tersebut tidak mau mencatatkan adanya perkawinan tersebut karena
sistem hukum di Indonesia tidak mengakui adanya perkawinan berbeda agama.

Apabila mereka akan bercerai, maka perceraian nya tidak bisa dilakukan di
Indonesia tetapi dinegara dimana mereka melakukan pernikahan.

b) Titik-titik Pertalian Sekunder (titik taut penentu)

Titik Pertalian Sekunder (TPS) merupakan faktor faktor atau sekumpulan fakta
yang menentukan hukum manakah yang harus diinginkan atau berlaku dalam
hubungan HPI.
Yang termasuk dalam titik-titik pertalian Sekunder adalah sebagai berikut:
1. Tempat terletaknya benda (lex situs);
2. Kewarganegaraan atau domisili pemilik benda bergerak (mobilia sequuntur
personam);
3. Tempat dilangsungkannya perbuatan hukum (lex loci actus)
4. Tempat terjadinya perang buatan melawan hukum (lex loci delicti commisi);
5. Tempat diresmikannya pernikahan (lex loci celebrationis);
6. Tempat di tandatanganinya kontrak (lex loci contraktus);

6
7. Tempat dilaksanakannya kontrak (lex loci solutionis);
8. Pilihan hukum (choice of law)

Penerapan TPS atau titik taut penentu yang menentukan hukum manakah yang
akan berlaku diberlakukan atau digunakan dapat dilihat dalam contoh kasus
sebagai berikut:

a.d.1 Tempat Terletaknya Benda

PT abadi sukses makmur, adalah sebuah perseroan yang didirikan dan


berkedudukan di Indonesia mendapatkan kredit dari bank Sumitomo cabang
Singapura. Sebagai jaminan sebagai kreditur, debitur membebankan hak
tanggungan hak atas tanah yang dimilikinya. Tanah tersebut terletak di Jakarta.
Sesuai dengan Asas Lex Rei Sitae, Pembebanan hak tanggungan atas tanah itu
harus tunduk pada hukum Indonesia.

a.d.2 Kewarganegaraan atau Domisili Pemilik Benda Bergerak

Apabila dihubungkan dengan contoh kasus di atas, dan jika dijaminkan itu oleh
pihak debitur adalah kapal laut (hipotik kapal) pengaturannya harus didasarkan
pada hukum negara di mana kapal itu terdaftar (hukum bendera kapal laut). Jika
kapal laut itu berbendera Panama maka hukum yang harus digunakan adalah
hukum Panama.

a.d.3 Tempat Dilangsungkannya Hukum

Dalam hal terjadi perselisihan atau persengketaan diantara para pemegang saham
dalam perseroan joint venture yang memiliki yang dimiliki oleh orang asing,
tetapi didirikan berdasarkan hukum Indonesia, maka penyelesaiannya harus
didasarkan pada hukum Indonesia karena perseroan tersebut berkebangsaan
Indonesia.

a.d.4 Tempat Terjadinya Perbuatan Melawan Hukum

7
Seorang WNI melakukan suatu perbuatan melawan hukum terhadap seorang
WNI juga, tetapi perbuatan tersebut dilakukan bukan di wilayah hukum
Indonesia tetapi dilakukan di Singapura maka sesuai dengan Asas Lex Loci
Delicti Commisi penyelesaian hukumnya didasarkan pada hukum Singapura.

a.d.5 Tempat Diresmikannya Pernikahan

Jika ada dua orang WNI melakukan pernikahan di negara yang hukumnya
menganut Asas Lex Loci celebrationis, maka persyaratan materil perkawinan
tersebut didasarkan atas hukum di mana pernikahan tersebut dilaksanakan atau
Asas apa yang dipakai sangat tergantung pada Asas mana yang dianut oleh
sistem hukum negara yang bersangkutan.

a.d.6 Tempat Ditandatanganinya Kontrak

Ada sebuah kontrak ekspor-impor barang mebelair antara PT mebelair antik


dengan Jan Van Hermans seorang warga negara Belanda. Di dalam kontrak
tersebut mereka sepakat memakai hukum Indonesia.

a.d.7 Tempat Dilaksanakannya Kontrak

Jika diantara mereka terjadi perselisihan dan diselesaikan di pengadilan negeri


(Rechtsbank) Rotterdam, Belanda. Pengadilan harus menggunakan hukum
Indonesia.

Jika di dalam kontrak itu tidak ada pilihan hukum, maka penentuan hukum yang
harus dilakukan berdasar Lex Loci Contractus atau LexLoci Solutionis.

Titik taut penentu di atas tidak digunakan untuk semua kasus atau perkara.
Misalnya jika ada perselisihan yang berkaitan dengan kontrak bisnis
internasional, tidak semua titik taut penentu itu dipakai, tetapi harus diambil atau
di pilih salah satu saja. Pilihan tersebut harus sesuai dengan kaidah-kaidah
hukum yang ada.

8
Jika dalam kontrak bisnis internasional tersebut telah ada pilihan hukum maka
semua titik taut yang lain tidak berlaku lagi.

Hukum yang berlaku bagi kontrak tersebut adalah hukum pilihan bersama oleh
para pihak, jika di dalam kontrak itu tidak ada pilihan hukum maka harus
ditentukan salah satu titik taut penentu dari sekian banyak titik taut penentu.

B. SOAL LATIHAN/TUGAS

1. Coba saudara jelaskan apa yang dimaksud dengan titik pertalian primer (TPP)
atau titik taut pembeda dan titik taut sekunder (TPS) atau titik taut penentu!

2. Coba saudara jelaskan apa gunanya adanya TPP dan TPS dalam hubungannya
dengan HATAH!

3. Coba saudara sebutkan faktor-faktor apa saja yang termasuk TPP dalam HPIdan
faktor-faktor apa saja yang termaksuk TPS dalam HPI!

4. Coba saudara jelaskan seperti apa fungsi TPS HPI dalam menyelesaikan suatu
kasus yang berkaitan dengan HPI!

C. DAFTAR PUSTAKA

Bayu Seto. H.2013. Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional.Bandung.


PT. Citra Aditya Bakti.2013.

Ridwan Khairady. 2010. Pengantar Hukum Perdata Internasional. Yogyakarta, FH


UII Press.

S. Gautama. 1987. Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonsia. Jakarta.


Binacipta. 1987.

Sudargo Gautama. 2010. Hukum Antar Tata Hukum. Bandung, PT. Alumni. 2010.

Anda mungkin juga menyukai