Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : JULIO REYNALDI EKA PRATAMA ANGGARA PUTRA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 042269688

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4405

Kode/Nama UPBJJ : 77/UPBJJ UT DENPASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS TERBUKA
Tugas 2

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini. Pastikan jawaban Anda tidak duplikasi dengan jawaban
dari mahasiswa lain.Apabila gugatan yang dibuat oleh Penggugat telah diajukan dan didaftarkan
ke Pengadilan, maka Ketua Majelis Hakim yang telah ditunjuk memeriksa perkara tersebut akan
menetapkan hari persidangan dan memerintahkan Penggugat dan Tergugat agar dapat hadir pada
persidangan. Saksi-saksi juga dipersiapkan untuk dapat dihadirkan dengan membawa segala surat
keterangan yang akan dipergunakan (Pasal 121 ayat (1) HIR/Pasal 145RBg).

Pertanyaan:

Dari pernyataan di atas silahkan Anda uraikan bagaimana proses permulaan sidang gugatan
perdata berdasarkan tiga tahapan ?

Jawab :

1. Pendahuluan

Sebelum melakukan acara di persidangan pengadilan, maka harus melalui tahap pendahuluan ini.
Tahap pertama ini yaitu melakukan persiapan mengenai segala sesuatu guna untuk diperiksa dalam
perkara peradilan. Ini juga termasuk pendaftaran perkara ke panitera, penetapan majelis hakim,
penetapan hari sidang, dan pemanggilan kepada pihak pihak terkait.

2. Penentuan

Setelah tahap pendahuluan terselesaikan dengan baik, maka selanjutnya yaitu tahap penentuan
yang di dalamnya merupakan serangkaian proses peradilan perdata. Mulai dari tahap mediasi,
pembacaan gugatan yang termasuk peristiwa jawab-menjawab, tahap pembuktian, hingga
pengambilan putusan yang dilakukan oleh hakim.

Tahap mediasi sendiri memang wajib untuk dilakukan oleh hakim pada peradilan. Kewajiban
mediasi ini bahkan telah diatur dalam pasal 130 HIR secara umum, dan secara khusus sudah diatur
dalam Perma (Peraturan Mahkamah Agung) RI Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi
di Pengadilan. Biasanya kesempatan untuk mediasi ini diberikan selama 40 hari.

3. Tahap Pelaksanaan

Apapun putusan yang terjadi pada tahap penentuan, selanjutnya akan dilakukan pada tahap
pelaksanaan ini. Sederhananya, tahap pelaksanaan merupakan tahap untuk merealisasikan putusan
dari hakim yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Yang menjadi bagian dari tahap satu ini
yaitu aanmaning, sita eksekutorial, dan pelaksanaan putusan baik secara sukarela atau paksa.
2. Menurut ketentuan dalam Pasal 130 ayat (1) HIR/Pasal 154 ayat (1) Rbg, Hakim
diwajibkan untuk mengusahakan perdamaian antar para pihak yang berperkara. Ini memberikan
makna bahwa Hakim harus aktif mengusahakan penyelesaian perdamaian terhadap setiap perkara
perdata yang diperiksanya. Hakim selalu mengusahakan perdamaian mulai dari sidang pertama
dan terus dilakukan sebelum ada putusan. Maka dari itu, pada hari sidang pertama yang dihadiri
kedua belah pihak, hakim mewajibkan para pihak yang berperkara agar lebih dahulu menempuh
mediasi, yang untuk ini hakim wajib menunda proses persidangan itu untuk memberi kesempatan
kepada para pihak menempuh proses mediasi. Dan hakim wajib memberi penjelasan tentang
prosedur dan biaya mediasi.

Pertanyaan:

Berikan analisis Anda berkaitan dengan empat model mediasi ? dan manakah yang lebih baik
diterapkan pada setiap perkara perdata yang sedang diperiksa oleh Hakim?

Jawab :

Boulle menyebutkan ada empat model mediasi, yaitu: settlement mediation, facilitative
mediation, transformative mediation, dan evaluative mediation.

Settlement mediation yang juga dikenal sebagai mediasi kompromi merupakan mediasi yang
tujuan utamanya adalah untuk mendorong terwujudnya kompromi dari tuntutan kedua belah pihak
yang sedang bertikai. Dalam mediasi model ini tipe mediator yang dikehendaki adalah yang
berstatus tinggi sekalipun tidak terlalu ahli di dalam proses dan teknik- teknik mediasi.

Facilitative mediation yang juga disebut sebagai mediasi yang berbasis kepentingan (interest-
based) dan problem solving merupakan mediasi yang bertujuan untuk menghindarkan disputants
dari posisi mereka dan menegosasikan kebutuhan dan kepentingan para disputants dari pada hak-
hak legal mereka secara kaku. Dalam model ini sang mediator harus ahli dalam proses dan harus
menguasi teknik-teknik mediasi, meskipun penguasaan terhadap materi tentang hal-hal yang
dipersengketakan tidak terlalu penting. Dalam hal ini sang mediator harus dapat memimpin proses
mediasi dan mengupayakan dialog yang konstruktif di antara disputants, serta meningkatkan
upaya-upaya negosiasi dan mengupayakan kesepakatan.

Transformative mediation yang juga dikenal sebagai mediasi terapi dan rekonsiliasi, merupakan
mediasi yang menekankan untuk mencari penyebab yang mendasari munculnya permasalahan di
antara disputants, dengan pertimbangan untuk meningkatkan hubungan di antara mereka melalui
pengakuan dan pemberdayaan sebagai dasar dari resolusi (jalan keluar) dari pertikaian yang ada.
Dalam model ini sang mediator harus dapat menggunakan terapi dan teknik professional sebelum
dan selama proses mediasi serta mengangkat isu relasi/hubungan melalui pemberdayaan dan
pengakuan.
Sedangkan evaluative mediation yang juga dikenal sebagai mediasi normative merupakan model
mediasi yang bertujuan untuk mencari kesepakatan berdasarkan pada hak-hak legal dari para
disputans dalam wilayah yang diantisipasi oleh pengadilan. Dalam hal ini sang mediator haruslah
seorang yang ahli dan menguasai bidang-bidang yang dipersengketakan meskipun tidak ahli dalam
teknik-teknik mediasi. Peran yang bisa dijalankan oleh mediator dalam hal ini ialah memberikan
informasi dan saran serta persuasi kepada para disputans, dan memberikan prediksi tentang hasil-
hasil yang akan didapatkan.

Mediasi merupakan sebuah keniscayaan yang harus diterapkan oleh peradilan dalam rangka
menyelesaikan sengketa secara damai, penerapan azas peradilan yang cepat, biaya ringan dan
sederhana, serta untuk menekan penumpukan perkara yang terjadi.

Oleh karena itu, bagi hakim yang ditunjuk sebagai mediator harus merubah mindset bahwa,
pelaksanaan mediasi ini bukan sekedar untuk melaksanakan sebuah peraturan an sich, tetapi lebih
jauh dari itu adalah agar penyelesaian sengketa antara pihak-pihak yang berpekara dapat
dilaksanakan dengan jalan damai berdasarkan kesepakatan para pihak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai