Anda di halaman 1dari 4

Tugas 3

Dalam melaksanakan peradilan tidak semua putusan yang dijatuhkan oleh hakim
mutlak sudah adil dan benar, selalu ada kemungkinan putusan yang dijatuhkan tidak
tepat dan dirasa tidak adil oleh para pihak yang berperkara. Untuk itulah ada
Lembaga Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung sebagai Lembaga yang dapat
membantu mengoreksi terhadap putusan hakim pengadilan dibawahnya yang tidak
adil dan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Demi keadilan dan kebenaran
setiap putusan pengadilan sebelumnya ada kemungkinan akan dikoreksi dan
kesalahan yang dibuat hakim dapat diperbaiki. Pengadilan menyiapkan jalur upaya-
upaya hukum yang dapat diikuti demi mendapatkan putusan yang adil sehingga
putusan yang keliru dapat diperbaiki.

Pertanyaannya :

1. Berikan analisis Anda terhadap macam-macam upaya hukum yang ada pada
Hukum Acara Perdata ?

Jawab :

a. Upaya hukum melawan gugatan,yaitu cara atau upaya yang diberikan


oleh hukum kepada tergugat untuk memberikan sanggahan apabila
terhadapnya diajukan gugatan oleh pengugat .Ada dua jenis upaya hukum
melawan gugatan sebagai berikut :
- Eksepsi,yaitu sanggahan yang tidak mengenai pokok perkaranya, tetapi
jika berhasil, hal ini dapat menghentikan pemeriksaan perkara.
- Rekonvensi, yaitu suatu upaya hukum melawan gugatan yang sifatnya
tidak langsung.
b. Upaya hukum mencampuri proses, masuknya atau ikut sertanya pihak
ketiga ke dalam proses pada saat pemeriksaan perkara sedang berjalan.
Cara yang diberikan hukum kepada pihak ketiga untuk mencampuri
proses terdiri atas :
- intervensi (mencampuri),
- voegen (turut serta),
- vtijwaring (menjamin).
c. Upaya pembuktian, yaitu upaya yang diberikan hukum kepada para pihak
beperkara yang berupa alat-alat bukti guna membuktikan atau
memberikan keyakinan kepada hakim akan kebenaran dalil-dalil yang
dikemukakan oleh para pihak.
d. Upaya hukum melawan putusan, yaitu upaya yang diberikan oleh hukum
kepada pihak yang merasa tidak puas atas suatu putusan untuk
mencegah atau memperbaiki kekeliruan dalam putusan tersebut. Upaya
hukum melawan putusan dibedakan menjadi upaya bukum biasa dan
upaya hukum luar biasa.
e. Upaya hukum melawan sita, yaitu suatu cara yang diberikan oleh hukum
untuk melawan sita yang dijatuhkan oleh hakim. Ini terdiri atas : -
- perlawanan (verset) dari yang bersangkutan dan
- perlawanan (verset) dari pihak ketiga.
f. Upaya hukum melawan eksekusi, yaitu cara yang diberikan oleh hukum
untuk melawan pelaksanaan (eksekusi) putusan yang terdiri atas :
- perlawanan (verset) dari yang bersangkutan
- perlawanan (verset) dari pihak ketiga.

Sumber : BMP HKUM4405 Hukum Acara Perdata Modul 10 Halaman 10.6 -


10.7

2. Berikan pendapat Anda mengenai perlunya upaya hukum diberikan kepada


pihak berperkara terhadap putusan hakim ?

Jawab :

Menurut saya perlu upaya hukum diberikan kepada pihak berperkara


terhadap putusan hakim dikarenakan hakim juga manusia biasa maka wajar
saja bahwa hakim dapat melakukan kekeliruan ataupun kekhilafan dalam
tindakannya, demikian juga ketika hakim menjatuhkan putusan, suatu
putusan hakim tidak luput dari kekeliruan atau kekhilafan dan mungkin saja
putusan hakim bersifat memihak. Oleh karena itu, demi kebenaran dan
keadilan terhadap setiap putusan, hukum memberikan cara untuk melawan
putusan tersebut kepada pihak yang merasa tidak puas akan putusan
tersebut guna memperbaiki kekeliruan atau kekhilafan demi keadilan dan
kebenaran.

Sumber : BMP HKUM4405 Hukum Acara Perdata Modul 10 Halaman 10.7

3. Jelaskan secara rinci upaya hukum melawan putusan yang Anda ketahui ?

Jawab :

Upaya hukum melawan putusan yaitu upaya yang diberikan oleh hukum
kepada pihak yang merasa tidak puas atas suatu putusan untuk mencegah
atau memperbaiki kekeliruan dalam putusan tersebut. Upaya hukum melawan
putusan dibedakan menjadi upaya bukum biasa dan upaya hukum luar biasa.
Upaya hukum biasa pada dasarnya dapat dipergunakan terhadap setiap
putusan hakim sepanjang waktu yang ditentukan oleh undang-undang belum
terlampaui. Hak untuk mempergunakan upaya hukum ini akan hilang apabila
para pihak beperkara menerima (merasa puas) atas putusan yang dijatuhkan
hakim. Dikatakan oleh Soetantio (1979) bahwa upaya hukum ini
menangguhkan pelaksanaan putusan, kecuali apabila putusan itu dijatuhkan
dengan ketentuan Pasal 180 HIR, 191 RBg. Upaya hukum biasa terdiri atas :

a. Perlawanan (verset) terhadap putusan verstek, merupakan upaya hukum


melawan putusan yang dijatuhkan di luar hadirnya tergugat (Pasal 125 ayat
(3)jo 129 HIR, 149 ayat (3) jo 153 RBg). Pada dasarnya, perlawanan ini
diperuntukkan bagi tergugat yang karena ketidakhadirannya dalam
persidangan (sedangkan panggilan patut) dikalahkan, Perlawanan ini
dilakukan dan diperiksa pada pengadilan negeri yang memeriksa dan
memutus perkaranya. Sementara itu, bagi penggugat yang dikalahkan
dalam putusan verstek, tersedia upaya hukum banding (Pasal 8 ayat (J)
Undang-undang Nomor 20 tahun 1947, 200 RBp).
b. Banding, yaitu pemeriksaan ulangan yang dilakukan oleh pengadilan tinggi
terhadap putusan pengadilan negeri atas permohonan pihak yang
berkepentingan (Mochammad, 2000). Dikatakan pemeriksaan ulangan, ini
berarti bahwa apa yang telah dilakukan oleh pengadilan tingkat pertama
diulangi oleh pengadilan tinggi.
c. Kasasi,kata kasasi dalam bahasa Perancis berarti cassation yang berasal
dari kata casser yang berarti memecahkan atau membatalkan (Subekti,
1977). Tugas pengadilan kasasi adalah menguji (meneliti) putusan
pengadilan-pengadilan di bawahnya tentang sudah tepat atau tidaknya
penerapan hukumnya yang dilakukan atas kasus yang bersangkutan yang
duduk perkaranya telah ditetapkan oleh pengadilan-pengadilan di
bawahnya itu. Oleh karena yang diperiksa adalah benar tidaknya
penerapan hukumnya, hakim pada Mahkamah Agung juga disebut judex
yuris, sedangkan hakim pada pengadilan di bawahnya disebut Judex facti
karena yang diperiksa adalah kebenaran faktanya.

Apabila suatu putusan hakim telah mencapai kekuatan tetap atau pasti (in
kracht yan gewijsde), sudah tidak ada lagi upaya hukum biasa untuk
melawannya. Putusan hakim yang telah mencapai kekuatan tetap atau pasti
tidak dapat diubah lagi karena putusan yang telah mencapai kekuatan tetap
atau pasti dianggap benar. Meskipun demikian, untuk putusan-putusan yang
telah mencapai kekuatan tetap atau pasti, undang-undang menyediakan
upaya hukum luar biasa atau istimewa. Oleh undang-undang dinyatakan
bahwa upaya hukum luar biasa ini hanya dapat dipergunakan dalam hal-hal
tertentu saja yang ditentukan dalam undang-undang tersebut. Ada dua jenis
upaya hukum luar biasa, yaitu peninjauan kembali (reguest civil) dan
perlawanan pihak ketiga (derden verzet).

Sumber : BMP HKUM4405 Hukum Acara Perdata Modul 10 Halaman 10.6 -


10.33

Anda mungkin juga menyukai