Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RINO SUJIYATMOKO

NIM : 042439091
MATKUL : BAHASA DAN TERMINOLOGI HUKUM
DISKUSI : 6 ( enam )

Diskusi : Diskusikanlah kenapa gaya bahasa hukum dengan bahasa sehari-hari dapat
bermakna berbeda?

Jawaban Diskusi :

Bahasa Hukum dapat berbeda dengan bahasa sehari-hari dikarenakan bahasa hukum di
Indonesia adalah sebagai bahasa tulisan Ilmiah yang memiliki ciri-ciri antara lain:
1. lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan
2. objektif dan menekan prasangka pribadi
3. memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat, dan kategori yang
diselidiki untuk menghindari kesimpangsiuran
4. tidak beremosi dan menjauhi tafsiran yang bersensasi
5. membakukan makna kata-katanya, ungkapannya, dan gaya paparannya
berdasarkan konvensi
6. bercorak hemat, hanya kata yang diperlukan yang dipakai
7. bentuk, makna, fungsi kata ilmiah lebih mantap dan stabil daripada yang dimiliki
kata biasa.

Sedangkan bahsa sehari-hari tidak berpedoman pada ciri-ciri atau ketentuan tersebut.

Coba Anda jelaskan pengertian Direct Object dan Indirect Object, kemudian berikan 2 contoh


untuk masing-masing jenis object dalam kalimat Bahasa Inggris!
Jawaban :
direct object merupakan sebuah kata benda atau kata ganti yang menerima sebuah aksi dari
kata kerja pada sebuah kalimat.
Contoh Kalimat :
1. My father builds a new house in this city (ayahku membangun sebuah rumah baru di kota
ini).
2. My moms buys vegetables in the market (ibuku membeli sayuran di pasar).

indirect object merupakan kata benda atau kata ganti yang menerangkan untuk atau atau
siapa suatu tindakan dilakukan.

Contoh Kalimat :

1. They offer me delicious food (mereka menawarkan aku makanan yang lezat)


2. My mom cooks a delicious food for me (ibuku memasak sebuah makanan yang lezat
untuk ku)
Efektifitas BPJS Kesehatandari segi penerima program BPJS

BPJS Kesehatan dilihat dari beberapa aspek, yaitu kepesertaan, pelayanan administrasi, pelayanan
kesehatan, sarana dan prasarana yang tepat, ketepatan pencapaian, dan kebermanfaatan. 

Pertama, pada pemenuhan kepesertaan masyarakat dalam mengikuti program BPJS Kesehatan
memberikan kontribusi awal dalam pemenuhan syarat yang harus dilakukan oleh masyarakat jika ingin
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah khususnya kepada masyarakat yang
kurang mampu.

Pada penelitian ini, perolehan kepersertaan menjadi salah satu ajang partisipasi yang dilakukan pula
bagi masyarakat sehingga melalui partisipasi tersebut terlihat bahwa masyarakat dengan kepersertaan
yang berbeda mengalami tingkat partisipasi yang berbeda pula. Peserta non PBI lebih mengetahui
informasi mengenai cara mendapatkan kepersertaan daripada peserta PBI yang hanya mendapatkan dari
perangkat desa karena menjadi peserta JAMKESMAS sebelumnya.

Kedua, pada pelayanan administrasi pun tidak hanya dapat dilihat partisipasi masyarakat saja tetapi juga
dapat dilihat dari fasilitas kesehatan puskesmas serta RSUD. Pelayanan administrasi memang dilakukan
oleh puskesmas sebagai PPK 1 dan RSUD sebagai PPK 2. Pada pelayanan administrasi yang dilakukan
sampai saat ini di tingkat puskesmas terlihat bahwa masih ada beberapa kendala yang melibatkan BPJS
Kesehatan. Sedangakan pada RSUD proses pelayanan administrasi lebih menekankan peraturan yang
harus dilakukan oleh peserta untuk menjangkau pelayanan di RSUD. Tetapi sampai pada saat ini
masyarakat pun masih belum bisa melaksanakannya dengan baik dan benar. Serta kurangnya
pemahaman peserta BPJS Kesehatan terhadap peraturan ini tidak jarang pula peserta yang menanyakan
kepada pihak RSUD secara rinci dan mendetail mengenai peraturan yang ada seperti surat rujukan, kartu
kepersertaan yang harus dibawa setiap kali berobat. Setelah peserta melewati pelayanan administrasi,
peserta akan mendapatkan pelayanan kesehatan dari puskesmas atau RSUD. 

Ketiga, pelayanan kesehatan yang diberikan sampai pada saat ini terbilang sudah cukup memuaskan
bagi para peserta di puskesmas maupun di RSUD. Tenaga kesehatan yang memadai pun juga sudah
memberikan kepuasan bagi peserta itu  sendiri dengan melihat aspek pelayanan tenaga kesehatan yang
tanggap, cepat, dan ramah baik di puskesmas serta RSUD. Melalui hal tersebut peserta BPJS Kesehatan
merasakan bahwa pelayanan yang diberikan sampai saat ini belum ada kendala yang mengakibatkan hal
fatal bagi peserta sendiri.

Keempat, hal lain yang mendukung pelayanan administrasi serta pelayanan kesehatan, adalah sarana
dan prasarana yang ada di puskesmas maupun di RSUD. Pemenuhan kepuasan peserta sebagai pasien
merupakan kebutuhan yang akan menjadi salah satu dasar atas pelaksanaan dari program BPJS
Kesehatan agar dapat berjalan dengan baik. Adanya beberapa kendala yang dirasakan pasien pada
pelayanan kesehatan fasilitas yang kurang di Puskesmas  Berbeda dengan puskesmas, pada tingkat
pelayanan kesehatan lanjutan yaitu RSUD terdapat masalah yang berbeda pula mengenai permasalahan
pelayanan loket BPJS yang terbilang cukup singkat serta kurangnya fasilitas bagi para penunggu pasien
yang berada di pelayanan rawat inap kelas III.

Kelima, kurang puasnya peserta yang menjadi pasien di puskesmas maupun RSUD memberikan
pengaruh bagi program untuk pemenuhan kebutuhan fasilitas kesehatan di tingkat puskesmas maupun
RSUD. Hal ini berkitan dengan upaya untuk mencapai tujuan awal yang akan dilaksanakan oleh
pemerintah melalui adanya program BPJS Kesehatan. Pada penelitian ini, para informan menanggapi
bahwa dengan adanya program ini dapat membantu mereka dalam mengakses kebutuhan kesehatan
terutama juga bagi masyarakat yang berstatus sosial ekonomi rendah. Tujuan utama dari program ini
adalah mensejahterkan masyarakat melalui pemenuhan kebutuhan kesehatan, selain itu melalui program
ini pula negara dapat melaksanakan proses pembangunan yang sedang berjalan melalui SDGs. 
Keenam, manfaat yang diterima oleh pasa peserta BPJS Kesehatan pun dirasakan sangat bermanfaat
bagi kehidupannya. Tanggapan informasi dengan adanya program ini menunjukkan bahwa program ini
sangat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup mereka melalui pemenuhan kebutuhan kesehatan
terutama bagi para peserta yang mencapai pada usia senja atau lansia. Keadaan perekonomian yang
tidak terlalu tinggi memberikan peluang partisipasi masyarakat untuk mengikuti program ini dan
merasakan manfaat ketika akan berobat pada fasilitas kesehatan yang benar. Bukan lagi berobat pada
pengobatan tradisional saja tetapi juga pengobatan yang lebih modern dengan bantuan para tenaga
medis yang sudah terjamin kualitasnya dan terpercaya karena ada peraturan pemerintah yang megatur
segala sesuatu atas berjalanya pelayanan kesehaan yang akan diberikan terhadap pasien. Hal ini lah yang
dapat membantu efektivitas sebuah organisasi melalui program-program yang akan dilaksanakan. Rasa
kebermanfaatan terhadap diri sendiri dengan adanya program ini akan menimbulkan partisipasi serta
persepsi yang baik dari masyarakat itu sendiri.

Secara keseluruhan efektivitas pelayanan BPJS Kesehatan sampai pada saat ini belum dapat dikatakan
efektif melihat dari beberapa hal yaitu, akses informasi kepersertaan bagi masyarakat, pelayanan
administrasi, pemenuhan sarana dan prasarana, serta ketepatan pencapaian tujuan yang belum optimal.
Pelayanan tersebut dikatakan tidak efektif karena masih ada kelemahan dalam pelaksanaanya serta
kelemahan dalam pengawasanya sehingga peserta masih mengeluhkan atas pelayanan yang telah
diberikan. Hanya dua indikator saja yang dapat menunjukkan kepuasan masyarakat peserta BPJS
Kesehatan yaitu pelayanan kesehatan serta manfaat yang dirasakan oleh peserta BPJS Kesehatan.

Secara keseluruhan permasalahan yang muncul adalah sistem yang seharusnya dapat berjalan dengan
baik dan berlangsung secara transparan bagi penyedia fasilitas kesehatan serta bagi pasien peserta BPJS
Kesehatan. Hal seperti  ini sebaiknya diselesaikan dengan kerjasama pemerintah sebagai pusat dari
pembangunan negara. BPJS sebagai organisasi pun juga harus memantau secara berkala untuk menilai
kinerja dari kantor BPJS di setiap wilayah serta pelaksanaannya di puskesmas maupun di RSUD sebagai
penyedia fasilitas kesehatan bagi pasien peserta BPJS Kesehatan.

Dalam menghadapi persoalan yang dihadapi saat ini menurut, Muhammad Said Didu (Mantan Sesmen
BUMN ) "Di awal saya pelaksanaan BPJS ini sudah was-was akan terjadi masalah Kesehatan ,persoalan
BPJS yang terjadi tidak dapat ditunda karena dengan menunda akan menambah beban yang lain".

Tiga karakteristik permasalahan BPJS Kesehatan ini antara lain :

 Sangat kompleks, karena Negara Indonesia sangat besar sekali dengan penyakit paling
bervariasi, pada saat itu kita belum punya hitungan berapa kapasitas rumah sakit, di awal perencanaan
kita belum ada perhitungan mengenai banyaknya dokter dan distribusinya seperti apa dan sistem itu kita
diberlakukan ke seluruh Indonesia.
 Sangat dinamis , jika sudah menyelesaikan masalah hari ini maka besok akan berubah lagi
jangan berpikir jika regulasi sudah mengeluarkan SK maka sudah selesai semua permasalahan,tidak
akan seperti itu, pasti besok akan ada masalah berikutnya lagi.
 Sangat sibernetik, maksudnya adalah ketika BPJS Kesehatan sudah melakukan pekerjaan sebaik-
baiknya namun jika pelayanan rakyat jelek maka tidak ada gunanya pekerjaan itu, jadi kita harus
melakukan diskusi untuk melihat tujuan setelah itu baru mencari cara dan dilakukan koordinasi bersama
.

Oleh karena itu diperlukan seluruh partisipasi dari berbagai sektor dalam menyelesaikan permasalahan
yang terjadi saat ini karna BPJS Kesehatan tidak dapat menjalankan sendiri tugasnya tanpa dukungan
dari berbagai sektor .Serta di perlukan kembali sosialisasi mengenai system BPJS yang menyeluruh
kepada seluruh masyarakat pengguna BPJS agar tidak terjadi kesalahpahaman ataupun perbedaan
persepsi antara masyarakat pengguna BPJS dengan fasilitas pelayanan kesehatan
Menurut saya teori the most characteristic connection yang paling baik digunakan karena yang
digunakan adalah hukum pihak yang menanggung resiko paling besar dan umumnya dipakai
dalam konvensi jual beli international.
Kemudian menurut saya Negara boleh menerapkan ke 4 teori tersebut karena teori tersebut
bukanlah hukum tetap tapi cara yang dapat dipilih sehingga menjadi pilihan dalam persoalan
hukum perdata nasional bukan internasional namun masih ada hubungan dengan pihak asing,
dan teori tersebut hanya digunakan jika beberapa pihak yang memperjanjikan tidak
menggunakan  pilihan hukum dalam perjanjian

Anda mungkin juga menyukai