Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

m
er as
co
eH w
o.
Nama Mahasiswa rs e : AYUDININGTYAS
ou urc
Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 031403152

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4206/Hukum Internasional


o

Kode/Nama UPBJJ : 440/ Surakarta


aC s
v i y re

Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)


ed d
ar stu

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
sh is
Th

TUGAS 2 TMK

HKUM4206/Hukum Internasional

Kasus Posisi (kasus rekaan)

This study source was downloaded by 100000800988182 from CourseHero.com on 04-24-2021 02:06:51 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/72577854/TUGAS-2-HKUM4206-Hukum-Internasionalrtf/
Pada 16 Maret 2009, Kapal MV Sinar Matahari berbendera Indonesia milik PT
Samudra Raya (Persero) dibajak Pemberontak Somalia. Kapal MV Sinar Matahari
berbendera Indonesia seberat 8.911 ton yang bermuatan ferro nikel, berlayar dari
Sulawesi menuju Rotterdam, Belanda, dibajak di laut lepas kemudian dipaksa
untuk mendekati laut territorial Somalia. Kapal itu membawa 20 anak buah kapal
(ABK) berkewarganegaraan Indonesia. Pemberontak meminta uang tebusan
senilai 10 Juta $ dan meminta pemerintah Indonesia memberikan pengakuan
kepada pemberontak Somalia.

1. Berdasarkan kasus pembajakan tersebut baik Somalia maupun


Indonesia memiliki yurisdiksi untuk menegakkan yurisdiksinya. Jelaskan
dan analisa yurisdiksi apa yang masing-masing dimiliki oleh Indonesia
dan Somalia!

m
er as
Jawab:

co
Menurut hukum internasional setiap negara mempunyai yurisdiksi

eH w
terhadap bajak laut tanpa memperhatikan nasionalitas dari bajak laut.

o.
Yurisdiksi ini didasarkan pada bajak laut adalah musuh dari semua orang dan
rs e
bajak laut ditempatkan di luar perlindungan dari negaranya. Hal ini
ou urc
dikemukakan oleh hakim Moore dalam perkara Lotus; yang mengatakan
”Piracy by law, in its jurisdictional aspects, is suigeneris. Though statutes
o

may provide for its punishment, it is an offence against the law of nations; and
as the scene of the pirate‟s operations is the high seas, which not the right or
aC s
v i y re

duty of any nation to police, he is denied the protection of the flag which he
may carry, and is treated as an outlaw, as the enemy of all mankind -hostis
humani generis- whom any nation may in the interest of all capture and
ed d

punish”.
Jadi, bajak laut tunduk pada yurisdiksi universal. Jadi setiap Negara,
ar stu

dalam kasus tersebut Indonesia dan Somalia berhak menindak dan


menghukum bajak laut. Ps 100 Konvensi Hukum Laut tahun 1982
menetapkan bahwa negara-negara harus bekerja sama untuk menumpas bajak
sh is

laut di laut lepas atau di mana saja di luar yurisdiksi suatu negara.
Th

Referensi: HKUM4206/MODUL 5
2. Pembajakan pada contoh kasus di atas bermula di laut lepas (high
seas).
a. Jelaskan apa yang dimaksud laut lepas!
Pengaturan tentang Laut Lepas (High Seas) telah dibuat dengan
disepakatinya Konvensi Jenewa tentang Hukum Laut tahun 1958. Konvensi
Jenewa 1958 mengenai Hukum Laut terdiri dari empat Konvensi, di mana
Konvensi II-nya mengenai Laut Lepas. Konvensi ini untuk sebagian besar
merupakan perumusan dari Hukum Kebiasaan Internasional yang berlaku, dan
dalam Pasal 1 Konvensi 1958 telah dirumuskan definisi mengenai Laut Lepas

This study source was downloaded by 100000800988182 from CourseHero.com on 04-24-2021 02:06:51 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/72577854/TUGAS-2-HKUM4206-Hukum-Internasionalrtf/
sebagai semua bagian laut yang tidak termasuk laut teritorial atau laut
pedalaman suatu negara. Dengan demikian, rezim Laut Lepas, merupakan
bagian laut yang tidak merupakan wilayah Negara. Menurut Konvensi I,
Konvensi Jenewa 1958 mengenai Laut Teritorial dan Zona Tambahan juga
ditegaskan dalam Pasal 1 bahwa kedaulatan Negara hanya di wilayah daratan,
laut pedalamannya dan laut teritorialnya. Sehingga tidak bisa lagi ada klaim
yurisdiksi atas Laut Lepas.

Usaha untuk menyempurnakan pengaturan tentang Laut Lepas dalam


Konvensi Jenewa 1958 terwujud setelah diadakannya Konferensi Hukum Laut
III yang menghasilkan Konvensi Hukum Laut 1982. Mengenai Laut Lepas
diatur dalam Bab VII, di mana Pasal 86 menetapkan bahwa rezim Laut Lepas
merujuk pada bagian laut yang tidak termasuk dalam Zona Ekonomi

m
er as
Eksklusif, dalam Laut Teritorial, dalam Perairan Pedalaman suatu Negara, atau

co
dalam perairan kepulauan dari suatu Negara Kepulauan. Jadi, menurut

eH w
Konvensi 1982 juga jelas bahwa wilayah Laut Lepas berada di luar yurisdiksi

o.
nasional. Status hukum Laut Lepas menurut Konvensi 1982, bahwa Laut
rs e
Lepas terbuka untuk semua Negara, baik Negara pantai atau tidak berpantai.
ou urc
Laut Lepas diperuntukkan untuk tujuan-tujuan damai. Tidak satu pun Negara
yang dapat secara sah menundukkan kegiatan apapun di Laut Lepas pada
o

kedaulatannya. Artinya bahwa Laut Lepas tidak tunduk pada kedaulatan suatu
aC s

Negara. Di Laut Lepas, setiap Negara, baik berpantai maupun yang tidak
v i y re

berpantai, berhak melayarkan kapal di bawah benderanya.


Referensi: HKUM4206/MODUL 6
b. Kemukakan dan jelaskan yurisdiksi apa yang berlaku di laut lepas
ed d

terhadap kasus di atas!


Jawab:
ar stu

Menurut hukum internasional setiap negara mempunyai yurisdiksi


terhadap bajak laut tanpa memperhatikan nasionalitas dari bajak laut. Terdapat
pengaturan khusus mengenai status di Laut Lepas, bahwa: Setiap Negara
sh is

manapun berhak untuk melakukan tindakan hukum terhadap aktivitas-


Th

aktivitas yang dianggap sebagai pelanggaran prinsipprinsip hukum


internasional, seperti pengangkutan budak; pembajakan di laut atau
perompakan (Pasal 100-107 Konvensi 1982).
Referensi: HKUM4206/MODUL 6
c. Jelaskan dasar hukum yurisdiksi tersebut berdasarkan United
Nations on
the Law of the Sea (UNCLOS) 1982!
Jawab:
Konvensi Hukum Laut (United Nations Convention on The Law of The
Sea) disetujui pada 10 Desember 1982. Dalam konvensi ini secara umum

This study source was downloaded by 100000800988182 from CourseHero.com on 04-24-2021 02:06:51 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/72577854/TUGAS-2-HKUM4206-Hukum-Internasionalrtf/
membahas tentang pembajakan laut pada pasal 100-107. Dalam Pasal 100
UNCLOS 1982 mengatur kewajiban negara untuk bekerja sama dalam
menegakkan dan menanggulangi perompakan : “all states shall cooperate to
the fullest possible extent in the repression of piracy on the high seas or in any
other place outside the jurisdiction of any State.”
Pasal tersebut memberikan landasan legitimasi bagi setiap negara untuk
menerapkan hukumnya untuk mengadili perompak, meski hal tersebut
dilakukan oleh negara pihak ketiga berdasarkan asas universal yaitu melekat
terhadap pelaku sehingga setiap negara dapat mengadilinya meskipun tidak
terkait sama sekali dengan kejahatan tersebut. UNCLOS 1982 juga mengatur
definisi dan kualifikasi tindakan yang dikategorikan sebagai perompakan yaitu
dalam Pasal 101. Peristiwa yang dikatakan sebagai perompakan jika

m
memenuhi unsur sebagai berikut:

er as
a. Setiap tindakan kekerasan at au penahanan yang tidak sah, atau

co
eH w
setiap tindakan memusnahkan, yang dilakukan untuk tujuan pribadi oleh
awak kapal atau penumpang dari suatu kapal atau pesawat udara swasta,

o.
rs e
dan dilakukan:
ou urc
1) Di laut lepas, terhadap kapal atau pesawat udara lain atau terhadap
orang atau barang yang ada di atas kapal atau pesawat udara
demikian;
o

2) Terhadap suatu kapal, pesawat udara, orang atau barang di suatu


aC s

tempat di luar yurisdiksi negara manapun;


v i y re

b. Setiap tindakan turut serta secara sukarela dalam pengoperasian


suatu kapal atau pesawat udara dengan mengetahui fakta yang
membuatnya suatu kapal atau pesawat udara perompak.
ed d

c. Setiap tindakan mengajak atau dengan sengaja membantu tindakan


ar stu

yang disebutkan di atas.


Selain itu pengaturan lainnya terdapat dalam Pasal 104 UNCLOS 1982
menyatakan bahwa, “Suatu kapal atau pesawat udara dapat tetap memiliki
sh is

kebangsaannya walaupun telah menjadi kapal atau pesawat udara perompak.


Tetap dimilikinya atau kehilangan kebangsaan ditentukan oleh hukum negara
Th

yang telah memberikan kebangsaan itu.” Dan juga pada Pasal 106 UNCLOS
1982 mengatur bahwa “Apabila tindakan penyitaan terhadap suatu kapal atau
pesawat udara yang dicurigai melakukan pembajakan ini tanpa bukti yang
cukup, maka negara yang telah melakukan penyitaan tersebut harus
bertanggung jawab atas kerugian atau kerusakan yang timbul akibat penyitaan
tersebut kepada negara yang kebangsaannya dimiliki oleh kapal atau pesawat
udara tersebut.”
Referensi:

This study source was downloaded by 100000800988182 from CourseHero.com on 04-24-2021 02:06:51 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/72577854/TUGAS-2-HKUM4206-Hukum-Internasionalrtf/
Asri dwi Utami, Siti Muslimah & Ayub Torry Satriyo Kusumo. (Januari -
April 2014). Yurisdiksi Internasional Penanggulangan Perompakan Di
Laut Lepas. Yustisia, Vol. 3 No. 1. Pp 97-104.

3. Berdasarkan kasus,
a. Analisalah apa saja syarat yang dikemukakan para ahli bagi
pemberontak untuk mendapatkan pengakuan (recognition of insurgency)!
Dan apakah menurut anda pemberontak Somalia tersebut memenuhi
syarat tersebut?
Jawab:
Dalam hukum internasional diakui adanya konsep pengakuan terhadap
pemberontak yaitu Recognition of insurgency. Pada umumnya bila terjadi

m
er as
kerusuhan di suatu negara, negara-negara ketiga menahan diri untuk tidak ikut

co
campur sesuai dengan prinsip nonintervensi (lihat ps 2(7) Piagam PBB).

eH w
Menurut Starke alasan negara ketiga memberikan pengakuan dengan alasan

o.
salah satu dari alasan berikut:
rs e
1. Kegiatan pemberontak telah berhasil menguasai secara efektif dan
ou urc
merupakan penguasa de facto dari wilayah yang cukup luas yang dulu
merupakan wilayah yang diperintah oleh pemerintah pusat. Keadaan yang
o

demikian menjadi pertimbangan bagi negara ketiga untuk mengakui


aC s

pemberontak dengan maksud mendapat jaminan atas perlindungan


v i y re

terhadap kepentingannya di wilayah yang diduduki oleh pemberontak


tersebut, misalkan perlindungan atas warga negaranya yang ada di wilayah
tersebut, kepentingan asetnya dan keamanan penerbangan ataupun
ed d

pelayaran di wilayah yang diduduki oleh pemberontak.


2. Perang yang terjadi antara pemberontak dan pemerintah pusat telah
ar stu

sedemikian intensifnya sehingga perang saudara tersebut sudah merupakan


perang yang sesungguhnya dan bukan semata-mata perebutan kekuasaan
yang menimbulkan kerugian, dengan perkataan lain, maka keadaan itu
sh is

diakui sebagai keadaan perang. Akibatnya maka ketentuan-ketentuan yang


Th

berlaku dalam keadaan perang akan diterapkan.


Menurut Suwardi Tasrif yang mengutip pendapat Hurwitz, pasukan
pemberontak harus memenuhi persyaratan tertentu, yaitu harus:
1. diorganisasikan secara teratur di bawah pimpinan yang
bertanggung jawab;
2. memakai tanda-tanda yang mudah dilihat;
3. membawa senjata secara terang-terangan;
4. mengindahkan acara-acara peperangan yang lazim.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Boer Mauna, pengakuan
terhadap pihak pemberontak berarti:

This study source was downloaded by 100000800988182 from CourseHero.com on 04-24-2021 02:06:51 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/72577854/TUGAS-2-HKUM4206-Hukum-Internasionalrtf/
a. angkatan perang adalah kesatuan yang sah sesuai dengan hukum
perang dan bukan para pembajak;
b. peperangan antara pihak harus sesuai dengan hukum perang;
c. kapal-kapal perangnya adalah kapal-kapal yang sah dan bukan
bajak laut;
d. blokade-blokade yang dilakukan di laut harus dihormati oleh
negara-negara netral.

Berdasarkan pendapat ahli diatas maka pemberontak Somalia tersebut


belum memenuhi syarat tersebut, karena mereka dalah para pembajak.

Referensi: HKUM4206/MODUL 7
b. Kemukakan apa risiko yang akan dihadapi Indonesia bila

m
er as
memberikan pengakuan pada pemberontak Somalia!
Jawab:

co
eH w
Dengan adanya pengakuan terhadap pemberontak oleh pihak Indonesia

o.
maka pemerintahan yang sah di negara tersebut tidak dapat dimintai
rs e
pertanggungjawaban atas tindakan para pemberontak yang melanggar hukum
ou urc
internasional. Pengakuan terhadap pemberontak hanya diberikan sementara
dan terbatas selama berlangsungnya perang tanpa memperhatikan apakah
pihak pemberontak akan menang atau kalah. Pihak Indonesia yang mengakui
o

itu akan mempunyai hak-hak dan kewajiban sebagai negara netral.


aC s
v i y re

Referensi: HKUM4206/MODUL 7
ed d
ar stu
sh is
Th

This study source was downloaded by 100000800988182 from CourseHero.com on 04-24-2021 02:06:51 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/72577854/TUGAS-2-HKUM4206-Hukum-Internasionalrtf/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai