1. Berdasarkan kutipan berita di atas, jelaskan sejauh mana ruang lingkup
berlakuknya ICC dalam penanganan kasus rohingya?Jawab: Jawab : Etnis Rohingnya yang mengalami tindakan diskriminasi berupa penyiksaan dan kekerasan yang tidak manusiawi, membuat negara harus bertanggung jawab dengan melakukan penyelidikan atas kasus pembunuhan Etnis Rohingnya dengan secara tranparan dan jujur untuk dapat mengadili dan menghukum pelakupelaku tersebut, ICC merupakan suatu badan peradilan pidana internasional yang bersifat tetap, yang mempunyai kekuasaan untuk melaksanakan yurisdiksinya atas seseorang atau badan hukum yang telah melakukan kejahatan- kejahatan serius yang dikutuk oleh masyarakat internasional ICC melakukan upaya-upaya kemanusiaan sesuai dengan yurisdiksinya. ICC dapat melaksanakan kewenangannya atas suatu kasus jika negara yang mempunyai yurisdiksi atas kasus, sungguh-sungguh tidak mau (unwilling) atau tidak mampu (unable) untuk melakukan penyidikan atau penuntutan. Kewenangan ICC itu tidak bisa dijalankan dikarenakan beberapa alasan antara lain , kasus di negera tersebut sudah disidik oleh negara yang bersangkutan, Bedasarkan pasal 14 tersebut tindakan ICC dalam menyelesaikan kejahatan internasional memerlukan kerjasama antar negara peserta.
2. Terkait dugaan genoside yang dilakukan militer myanmar, Bagaimanakah jenis
pertanggung jawabannya dalam asas berlakunya hukum pidana di ICC? Jawab : ICC dalam upayanya menyelesaikan kasus etnis Rohingnya terhambat oleh prinsip yang dipegang teguh oleh negara Myanmar selaku anggota ASEAN yang menyebabkan munculnya keterbatasan menjalankan yurisdiksinya dalam penegakan HAM untuk entis Rohinya juga mengadili pelaku pelanggaran HAM Rohingnya. Walaupun Myanmar bukan merupakan Negara peserta yang ikut meratifikasi Mahkamah Pidana Internasional, akan tetapi bukan menjadi alasan kejahatan yang terjadi terhadap etnis rohingnya tidak dapat diadili melalui Mahkamah Pidana Internasional. Karena semua warga Negara berada dibawah yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam kondisi seperti; Negara tempat terjadi sengketa telah meratifikasi Statuta Mahkamah Pidana Internasional. Negara tersebut telah mengakui yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional dalam dasar ad hoc. Dewan Keamanan PBB menyampaikan sengketa ini ke Mahkamah Pidana Internasional, sehingga kasus ini dapat diadili menggunakan Mahkamah Pidana Internasional
3. Dalam prinsip umum hukum pidana dikenal istilah individual criminal
responsibility , menurut anda bagaimana keterkaitannya dengan kasus rohingya? Jawab : Dalam pasal 25 (1) Statuta Roma jelas disebutkan : “the court shall have jurisdiction over natural persons pursuant to this Statute“. Individu yang dapat dimintai pertanggung jawabannya adalah : 1. Melakukan kejahatan tersebut, baik sebagai individu, bersama-sama dengan orang lain atau melalui orang lain, terlepas dari apakah orang lain itu bertanggung jawab secara kriminal. 2. Memerintahkan, memudahkan atau membujuk supaya tindakan kejahatan tersebut yang sebenarnya terjadi atau dicoba. 3. Untuk tujuan memfasilitasi kejahatan seperti itu, membantu, bersekongkol atau mendukung tindakan atau usaha coba melakukan, termasuk menyediakan sarana untuk melakukannya. 4. Dengan cara lain memberikan kontribusi kepada komisi atau coba kejahatan tersebut oleh sekelompok orang yang bertindak dengan tujuan yang sama. Kontribusi semacam itu haruslah merupakan kesengajaan dan keharusan. 5. Dilakukan dengan tujuan untuk memperluas kegiatan kejahatan atau tujuan kejahatan kelompok, di mana kegiatan atau tujuan melibatkan kejahatan di dalam juridiksi Pengadilan; atau 6. Dilakukan dengan sepengetahuan atas kesengajaan dari kelompok untuk melakukan kejahatan. Mahkamah Pidana Internasional memiliki yurisdiksi terhadap orang- orang atau individu individu yang harus bertanggung jawab atas kejahatan yang dilakukannya (individual criminal responsibility). Prinsip-prinsip umum terkait dengan beberapa karakter khusus orang yang dapat dimintai pertanggungjawabnya dalam Statuta Roma adalah : 1. Statuta ini akan berlaku kepada setiap orang tanpa melihat perbedaan berdasarkan jabatannya dalam pemerintahan. 2. Seorang komandan militer bertanggung jawab secara pidana untuk kejahatan yang dilakukan oleh pasukan dibawah kewenang/komandonya, atau akibat dari kegagalannya dalam mengendalikan pasukannya, dimana pasukannya melakukan atau mencoba melakukan suatu kejahatan; dan gagal untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan sesuai dengan kekuasaannya untuk mencegah terjadinya atau untuk melaporkannya kepada pihak-pihak yang berwenang untuk diadakan penyelidikan. 3. Seseorang akan bertanggung jawab secara pidana . Jadi dalam kasus rohingnya sangat berkaitan dan meruppakan suatu yang melanggar hukum pidana internasional dan jadi dalam kasus ini sangat erat huubunganya dengan kasus rohingnya ini.
Sumber referensi : https://journal.ilininstitute.com/index.php/IJoCL/article/download/355/202