Anda di halaman 1dari 6

Soal :

Deretan Kasus Korupsi Ingatkan Kita Pentingnya Penerapan GCG

Pada 2018, Grup Lippo terjerat permasalahan korupsi menyusul operasi tangkap
tangan oleh KPK akibat terkuaknya fakta bahwa anak perusahaan mereka
melakukan tindak pidana rasuah berupa suap untuk perizinan proyek Meikarta.
Seketika itu pula saham emiten properti Grup Lippo ambruk yang secara
bersamaan mengakibatkan kerugian di pihak investor dan para pemegang saham
saat itu. Saat itu, sejumlah saham perusahaan Grup Lippo yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia (BEI) langsung berguguran begitu kasus rasuah tersebut
menyeruak. Seketika Saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), pengembang
proyek Meikarta, merosot 240 poin (14,77%) ke Rp 1.385 setelah dibuka di
level Rp 1.625. Sementara saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) juga anjlok 8
poin (2,68%) ke Rp 290.

Hal ini menjadi bukti rendahnya kesadaran kita terhadap pentingnya penerapan
seluruh aspek Good Corporate Governance sehingga efeknya bermuara pada
maraknya kasus korupsi ataupun tindak pidana penyelewengan lainnya. Ketua
KPK Firli Bauri menegaskan bahwa seluruh BUMN dan pelaku usaha lainnya
harus menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik atau Good
Corporate Governance. Hal itu ia sampaikan usai pada Juli 2020 lalu, lagi-lagi
terjadi tindak pidana rasuah berupa pengerjaan proyek-proyek fiktif. Kali ini,
subjeknya justru hadir dari perusahaan BUMN yaitu PT Waskita Karya.

Good Corporate Governance menjadi sangat krusial untuk diterapkan menjadi


solusi yang dapat diandalkan guna mencegah praktik tindak pidana korupsi.
Pada prinsipnya, penerapan tata kelola perusahaan yang baik tidak hanya akan
melindungi kepentingan pemegang saham dan investor, namun juga akan
membawa banyak manfaat dan keuntungan bagi perusahaan terkait dan pihak
lain yang memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung dengan
perusahaan.

Sumber :

https://pratamaindomitra.co.id/deretan-kasus-korupsi-ingatkan-kita-pentingnya-
penerapan-gcg.html

Dari artikel berita tersebut, buatlah sebuah analisa hukum dari pertanyaan
berikut ini :

1. Mana saja pengaturan dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan


Terbatas yang menunjukkan adanya hubungan antara Pemegang Saham
dengan Perseroan yang berkaitan dengan Prinsip Akuntabilitas? Jelaskan!
Jawab :

Pengaturan dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang


menunjukkan adanya hubungan antara Pemegang Saham dengan Perseroan
yang berkaitan dengan Prinsip Akuntabilitas Pada dasarnya berdasarkan
Pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk:
a)menghadiri dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS); b)menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil
likuidasi; c)menjalankan hak lainnya berdasarkan UU PT. Akan tetapi perlu
dicatat, bahwa hak-hak tersebut di atas baru dapat dimiliki oleh seorang
pemegang saham setelah saham tersebut dicatat dalam daftar pemegang
saham atas nama pemiliknya. Direksi perseroan wajib mengadakan dan
menyimpan daftar pemegang saham, yang memuat sekurang-kurangnya:
a) nama dan alamat pemegang saham.
b) jumlah, nomor, dan tanggal perolehan saham yang dimiliki pemegang
saham, dan klasifikasinya dalam hal dikeluarkan lebih dari satu klasifikasi
saham.
c) jumlah yang disetor atas setiap saham.
d) nama dan alamat dari orang perserorangan atau badan hukum yang
mempunyai hak gadai atas saham atau sebagai penerima jaminan fidusia
saham dan tanggal perolehan hak gadai atau tanggal pendaftaran jaminan
fidusia tersebut.
e) keterangan penyetoran saham apabila saham disetorkan dalam bentuk lain
selain uang. Selain menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS,
pemegang saham juga memiliki hak untuk menerima pembayaran dividen.
Dividen adalah jumlah seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan
untuk cadangan, yang dibagikan kepada pemegang saham, sepanjang RUPS
tidak menentukan lain. Adapun yang dimaksud dengan seluruh laba bersih
adalah seluruh jumlah laba bersih dari tahun buku yang bersangkutan setelah
dikurangi akumulasi kerugian perseroan dan tahun buku sebelumnya.
Dividen hanya boleh dibagikan apabila perseroan mempunyai saldo laba
yang positif. Agar pemegang saham dapat mengetahui keadaan keuangan
perseroan, UU PT mengatur mengenai kewajiban direksi untuk
menyelenggarakan RUPS tahunan. RUPS tahunan wajib diselenggarakan
dalam jangka waktu paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku
perseroan berakhir. Dalam RUPS tahunan, direksi menyampaikan laporan
tahunan kepada RUPS setelah ditelaah oleh dewan komisaris. Laporan
tahunan tersebut memuat keterangan yang sekurangnya terdiri atas:
a)laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir tahun
buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku
sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan, laporan
arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan keuangan
tersebut; b)laporan mengenai kegiatan perseroan; c)laporan pelaksanaan
tanggung jawab sosial dan lingkungan; d)rincian masalah yang timbul
selama tahun buku yang mempengaruhi kegiatan usaha perseroan;
2. Ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dihubungkan dengan ayat (2) memberikan implikasi apa bagi
pemegang saham?
Jawab :
Peraturan mengenai Perseroan Terbatas diatur didalam Undang-undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UU PT”). Di
dalam UU PT mengatur mengenai tanggung jawab pemegang saham
dalam Perseroan Terbatas.Menurut Pasal 3 ayat (1) UU PT, pemegang
saham Perseroan Terbatas (“Perseroan”) tidak bertanggung jawab secara
pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak
bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang
dimiliki. Ketentuan di dalam pasal ini mempertegas ciri dari Perseroan
bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas
seluruh saham dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.
Namun, masih ada kemungkinan pemegang saham harus bertanggung jawab
hingga menyangkut kekayaan pribadinya berdasarkan Pasal 3 ayat (2)
UU PT yang menyatakan bahwa ketentuan di dalam Pasal 3 ayat (1) tidak
berlaku apabila :
a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;
b. pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak
langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan
pribadi;
c. saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Perseroan; atau
d. saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung
secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang
mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi
utang Perseroan.

Selain itu berkaitan dengan masalah likuidasi, menurut Pasal 150 ayat
(5) UU PT pemegang saham wajib mengembalikan sisa kekayaan hasil
likuidasi secara proporsional dengan jumlah yang diterima terhadap jumlah
tagihan. Kewajiban untuk mengembalikan sisa kekayaan hasil likuidasi
tersebut wajib dilakukan oleh pemegang saham apabila dalam hal sisa
kekayaan hasil likuidasi telah dibagikan kepada pemegang saham dan
terdapat tagihan kreditor yang belum mengajukan tagihannya.
3. Jelaskan prinsip corporate governance apa yang terkandung dalam
ketentuan Pasal 3 ayat (1) dan (2) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, yang dapat menghindarkan Perseroan dari tindak pidana korupsi
seperti dalam kasus tersebut!
Jawab :
Dalam menentukan kuorum dan persetujuan RUPS harus diperhitungkan
dalam setiap saham tanpa hak suara yang ditentukan dalam anggaran
dasar dan perundang-undangan perseroan Saham dengan hak suara
yang tidak diperhitungkan dalam menentukan kuorum dan juga tidak
diperhitungkan dalam keputusan yang diatur dalam pasal 84 ayat 2
peraturan perundang-undangan perseroan terbatas yang meliputi :
1. Saham perseroan sendiri yang dimiliki perseroan
2. Saham induk perseroan yang dimiliki anak perusahaan secara langsung
dan tidak langsung.
Setiap notaris dalam suatu akta atau akta pernyataan keputusan rapat
rapat harus secara cermat dan teliti memperjelas dan memverifikasi
dokumen-dokumen perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif pendekatan undang-undang. Ketentuan atau peraturan dan
penjelasan mengenai klasifikasi saham Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007, tanpa suara tercantum di dalam Pasal 53 hal itu dirumuskan
untuk menghindarkan adanya hubungan khusus antara Induk Perseroan
dengan anak Perseroan. Kepentingan pemegang saham di dalam
Perseroan Terbatas tidak sesuai dengan maksud dan tujuan investasinya
di dalam Perseroan Terbatas apabila kepemilikan saham diklasifikasikan
tanpa suara. Dasar Hukum :
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
[1] Pasal 52 ayat (2) UU PT
[2] Pasal 79 ayat (1) UU PT
[3] Pasal 50 ayat (1) UU PT
[4] Pasal 71 ayat (1) dan ayat (2) UU PT
[5] Penjelasan Pasal 71 ayat (2) UUPT
[6] Pasal 71 ayat (3) UU PT
[7] Pasal 78 ayat (2) UU PT
[8] Pasal 66 ayat (1) UU PT
[9] Pasal 66 ayat (2) UU PT
[10] Pasal 138 ayat (3) huruf a UUPT
[11] Pasal 89 ayat (1) UU PT

Sumber :
https://www.hukumonline.com/klinik/a/langkah-langkah-bagi-pemegang-
saham-agar-memperoleh-haknya-lt5bcd5b355876d

Anda mungkin juga menyukai