Anda di halaman 1dari 5

Tugas 2

Nama : Ikel Irlan Yakoeb

NIM : 042360694

Mata Kuliah : HUKUM PERUSAHAAN HKUM4303

Soal :

Deretan Kasus Korupsi Ingatkan Kita Pentingnya Penerapan GCG

(Dwi Purwanto | 31 Agustus 2021)

Pada 2018, Grup Lippo terjerat permasalahan korupsi menyusul operasi tangkap tangan oleh
KPK akibat terkuaknya fakta bahwa anak perusahaan mereka melakukan tindak pidana rasuah
berupa suap untuk perizinan proyek Meikarta. Seketika itu pula saham emiten properti Grup
Lippo ambruk yang secara bersamaan mengakibatkan kerugian di pihak investor dan para
pemegang saham saat itu. Saat itu, sejumlah saham perusahaan Grup Lippo yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung berguguran begitu kasus rasuah tersebut menyeruak.
Seketika Saham PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), pengembang proyek Meikarta, merosot 240
poin (14,77%) ke Rp 1.385 setelah dibuka di level Rp 1.625. Sementara saham PT Lippo
Karawaci Tbk (LPKR) juga anjlok 8 poin (2,68%) ke Rp 290.

Hal ini menjadi bukti rendahnya kesadaran kita terhadap pentingnya penerapan seluruh
aspek Good Corporate Governance sehingga efeknya bermuara pada maraknya kasus korupsi
ataupun tindak pidana penyelewengan lainnya. Ketua KPK Firli Bauri menegaskan bahwa
seluruh BUMN dan pelaku usaha lainnya harus menerapkan prinsip-prinsip tata kelola
perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance. Hal itu ia sampaikan usai pada Juli
2020 lalu, lagi-lagi terjadi tindak pidana rasuah berupa pengerjaan proyek-proyek fiktif. Kali ini,
subjeknya justru hadir dari perusahaan BUMN yaitu PT Waskita Karya.

Good Corporate Governance menjadi sangat krusial untuk diterapkan menjadi solusi yang dapat
diandalkan guna mencegah praktik tindak pidana korupsi. Pada prinsipnya, penerapan tata kelola
perusahaan yang baik tidak hanya akan melindungi kepentingan pemegang saham dan investor,
namun juga akan membawa banyak manfaat dan keuntungan bagi perusahaan terkait dan pihak
lain yang memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan. 
Sumber :

https://pratamaindomitra.co.id/deretan-kasus-korupsi-ingatkan-kita-pentingnya-penerapan-
gcg.html

Dari artikel berita tersebut, buatlah sebuah analisa hukum dari pertanyaan berikut ini :

1. Mana saja pengaturan dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang
menunjukkan adanya hubungan antara Pemegang Saham dengan Perseroan yang
berkaitan dengan Prinsip Akuntabilitas? Jelaskan!

Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan
persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal
dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ Perseroan
maupun pegawai sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif. Pada
prinsip ini, SUCOFINDO mengenal 3 (tiga) jenis tingkatan akuntabilitas dalam setiap aktivitas
Perseroan, yang meliputi:

1. Akuntabilitas Individual

Akuntabilitas individual merujuk kepada hubungan akuntabilitas dalam konteks atasan


bawahan. Akuntabilitas berlaku kepada para pihak, baik yang mempunyai wewenang
maupun yang mendapatkan penugasan dari pemegang wewenang (pelimpahan tugas).
Pemegang wewenang bertanggungjawab untuk memberikan arahan, bimbingan dan
sumberdaya yang diperlukan serta membantu menghilangkan kendala yang dapat
mempengaruhi kinerja. Pelaksana tugas bertanggungjawab terhadap penyelesaian hasil
atau sasaran atas penugasan dan atau pelimpahan kewenangan yang diperolehnya. Dalam
konteks ini kedua belah pihak mempunyai akuntabilitas masing- masing.
        2. Akuntabilitas Unit Kerja/Tim
Akuntabilitas Unit Kerja/Tim merujuk kepada adanya akuntabilitas yang ditanggung
bersama oleh suatu Unit Kerja/Tim atas pencapaian/tidak tercapainya tugas yang diterima.
Dalam hal Unit Kerja/Tim menyampaikan laporan, maka harus dibedakan antara
akuntabilitas individu dan Unit Kerja/Tim.
        3. Akuntabilitas Korporasi
Akuntabilitas korporasi merujuk kepada akuntabilitas Perusahaan. Dalam menjalankan
peranan sebagai entitas usaha, PT LIPPO bertanggungjawab atas aktivitas bisnis yang
dijalankannya. Setiap Organ Perusahaan dapat dimintai akuntabilitas masing-masing
sesuai tugas dan tanggungjawabnya dengan mengacu kepada peraturan perundang-
undangan, kebijakan Perusahaan, peraturan-peraturan Perusahaan dan ketentuan lainnya.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan prinsip Akuntabilitas adalah:
1. Menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing Insan PT.LIPPO yang
sejalan dengan visi dan misi Perusahaan termasuk kebijakan yang mendukung
pelaksanaan tugas dan kewajiban sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Melaksanakan tugas dan kewajiban untuk kepentingan Perusahaan baik secara individu,
unit kerja /tim dan korporasi. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas berdasarkan
ukuran kinerja yang telah ditetapkan Perusahaan dengan tepat waktu.

Akuntabilitas (accountability), yaitu menerapkan prinsip akuntabilitas dengan mengoptimalkan


kinerja dan peran setiap individu Perusahaan sehingga seluruh aksi dan
kegiatan Perusahaan berjalan dengan efektif dan efisien. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang
diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

2. Ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
dihubungkan dengan ayat (2) memberikan implikasi apa bagi pemegang saham?

Pasal 3

1.Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang
dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi
saham yang dimiliki.

2.Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila:

1.persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi;

2.pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad
buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi;

3.pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh Perseroan; atau

4.pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan
hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi
tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan.

sengketa yang terjadi antar pemegang saham tersebut memang tidak dapat terhindarkan, baik
sengketa yang terjadi melibatkan antar sesama pemegang saham lokal maupun antar pemegang
saham lokal dengan asing. Biasanya, penyelesaian sengketa tersebut berujung pada gugatan di
pengadilan. Akan tetapi, upaya penyelesaian sengketa ini juga memiliki cara yang dapat
ditempuh sebelum akhirnya diseselesaikan melalui pengadilan.
Terlepas dari itu, komposisi kepemilikan saham antara pemegang saham mayoritas dengan
pemegang saham minoritas juga menjadi isu tersendiri dimana terkadang pemegang saham
minoritas diperhadapkan dalam diposisi yang tidak menguntungkan. Hal ini pun juga dapat
menjadi salah satu faktor terjadinya sengketa tersebut. Maka penting untuk para pemegang
saham ini memahami hak-hak nya masing-masing.

Jadi dalam kasus PT.LIPPO yang melakukan korupsi terhadap proyek meikarta, hubungan
dengan pasal 3 ayat 1 dan 2 yaitu Pemegang saham dan juga investor harus memahami hak –
hak,ketentuan dan persyarat dalam pemegang saham. Maka investor tidak bertanggungjawab atas
kerugian dan bangkrutnya PT.LIPPO.

3. Jelaskan prinsip corporate governance apa yang terkandung dalam ketentuan Pasal 3 ayat


(1) dan (2) UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang dapat
menghindarkan Perseroan dari tindak pidana korupsi seperti dalam kasus tersebut!

1. Fairness (Keadilan) menjamin adanya perlakuan adil dan setara didalam memenuhi hak-hak
stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangundangan yang
berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa semua pihak, yaitu pemegang saham minoritas maupun
asing harus diberlakukan sama.

Pemegang saham atau investor dalam kasus suap PT.LIPPO harus bersikap adil dalam
menyelesaikan permasalahan dalam perjanjian pemegang saham sesuai dengan pasal 3 ayat 1
dan 2 tersebut. Maka dari itu PT.LIPPO harus bertanggungjawab dalam pemegang saham harus
melaksanakan persyartan dan ketentuan sesuai dengan peraturan perundang - undangan

2. Transparency (Transparansi) mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, akurat dan
tepat pada waktunya mengenai semua hal yang penting bagi perusahaan, kepemilikan, dan
para pemegang kepentingan (stakeholders) .

Dalam kasus suap PT.LIPPO semua pemegang saham dan investor harus transparansi dalam
menyelesaikan atau memberikan keterangan kepada pihak KPK agar permasalahan kasus suap
yang dialami PT.LIPPO bisa berjalan dengan baik.

3. Accountability (Akuntabilitas) menjelaskan fungsi, struktur, sistem dan pertanggung jawaban


organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Prinsip ini
menegaskan pertanggungjawaban menajemen terhadap perusahaan dan para pemegang saham.

Dalam kasus suap PT.LIPPO untuk kedepannya pengelolaan serta manajemen perusahaan harus
terstruktur agar pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

4. Responsibility (Pertanggungjawaban) memastikan kesesuaian (kepatuhan) didalam


pengelolaan perusahaan terhadap koperasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku.
Dalam hal ini perusahaan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat atau stakeholders
dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan menjunjung etika bisnis serta tetap menjaga
lingkungan bisnis yang sehat. Menurut Surat Keputusan Menteri BUMN Kep-117/M-MBU/2002
tanggal 1 Agustus 2002 pasal 3 tentang penerapan praktif Corporate Governance terdapat lima
prinsip Corporate Governance, meliputi: 1. Transparansi (transparency), yaitu keterbukaan dalam
melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
materil dan relevan mengenai perusahaan. 2. Kemandirian (independency), yaitu keadaan
dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsipprinsip korporasi yang sehat. 3. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan
fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organisasi sehingga pengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif 4. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian didalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-
prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam
memenuhi hak-hak pemangku kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Dalam Kasus PT.LIPPO untuk dapat pertanggungjawaban mengenai kepatuhan dalam


pengelolaan perusahaan terhadap pemegan saham dan investor dalam peraturan perundang –
undang yang berlaku agar perusahaan tersebut memiliki tanggungjawab dalam mengenai etika
bisnis dalam peusahaan dan memiliki pertanggung jawaban dalam pemegang saham dan
mengetahui persyratan serta ketentuang sesuai dengan pasa 3 tersebut.

Anda mungkin juga menyukai