NIM : 3403200153 Kelas : Akuntansi Reguler C Mata Kuliah : Tata Kelola, Resiko, dan Pengandalian
ANALISIS PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)
PADA KASUS PT. TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD TBK. (2018) DI KAITKAN DENGAN POKOK PEMBAHASAN “SHAREHOLDER AND OWNERSHIP”
A. Subtansi Permasalahan/Kasus yang terjadi
Ditemukan fakta bahwa direksi lama melakukan penggelembungan dana senilai Rp 4 triliun lalu ada juga temuan dugaan penggelembungan pendapatan senilai Rp 662 miliar dan penggelembungan lain senilai Rp 329 miliar pada pos EBITDA (laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi) entitas bisnis makanan dari emiten tersebut B. Soroti kasus tersebut dari sudut pandang imlementasi GCG secara efektif, khususnya dikaitkan dengan pokok bahasan saat ini: Shareholder And Ownership, bisa dalam hal: 1. Ownershio Structure/Struktur Kepemilikan PT.TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk. 21% PT.Tiga Pilar Corpora, 9% JP Morgan Chase Bank Re non-treaty cuents 2157804006, 9% Trophy 2014 Investor Limited, 7% Primanex PTE LTD, 7% MORGAN Stanley and co. LLC-CLIENT Account, 5% Pandawa Treasures PTE.LTD, 5% Primanex Lmited, 37% Masyarakat Publik PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) alias TPS Food merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang-barang consumer good. Perusahaan menjalankan bisnisnya melalui dua entitas anak usaha yang kemudian dibagi dalam tujuh perusahaan di entitas food dan enam anak usaha dientitas beras. 2. Minority Structure/Struktur Minoritas Struktur dan proses yang digunakan dan diterapkan PT.TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD Tbk. organ untuk meningkatkan pencapaian sasaran hasil usaha dan mengoptimalkan nilai Perusahaan Perasuransian bagi seluruh pemangku kepentingan khususnya pemegang polis, tertanggung, peserta, dan/atau pihak yang berhak. memperoleh manfaat secara akuntabel dan berlandaskan peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika 3. Right and Responsibilities of shareholder/Hak dan Kewajiban Pemegang Saham Hak Pemegang saham Hal ini terutama mengingat pemegang saham suatu perusahaan publik memiliki hak-hak khusus seperti saham tersebut dapat dibeli, dijual ataupun ditransfer tanpa halangan. Pemegang saham tersebut juga berhak atas keuntungan perusahaan sebesar porsikepemilikannya. Selain itu pemegang saham mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang relevan dan mempunyai hak untuk mempengaruhi IAI jalannya perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Kewajiban Pemegang saham UU PT Pasal 3 Ayat 1 disampaikan bahwa shareholder Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Kemudian, UU PT Pasal 3 Ayat 1 menyatakan bahwa ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila: A. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi B. shareholder yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan untuk kepentingan pribadi C. yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau D. shareholder yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang Perseroan. E. Equitable Treatment of Shareholder/Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham Prinsip ini menekankan perlunya kesetaraan perlakuan kepada seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas (non-pengendali) dan pemegang saham asing. Prinsip ini menekankan pentingnya kepercayaan investor di pasar modal. Kendala tambahan bagi pemegang saham asing adalah mereka berlokasi di tempat yang tidak memungkinkan untuk hadir secara fisik pada RUPS. Selain itu penggunaanbahasa yang berbeda akan lebih menyulitkan investor asing untuk memperoleh informasi dibanding investor domestik. Keadaan ini membuat kekayaan pemegang saham non-pengendali dan asing menjadi rentan untuk diekspropriasi pemegang saham pengendali. Prinsip ke tiga diperlukan untuk mengatasi konflik keagenan antara pemegang saham 4. RUPS, Transaksi marerial (Material transactions), Transaksi Afiliasi (Affilliated transactions)/Transaksi pihak terkait (Related party transactions Forum Investor Retail AISA (Forsa) minta perlindungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Forsa juga mengajukan surat pengaduan kepada otoritas terkait adanya dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh direksi emiten itu Beberapa kejadian ataupun tindakan direksi AISA diduga sebagai pelanggaran Good Corporate Governance (GCG) yaitu transaksi material, transaksi affiliasi, transaksi benturan kepentingan, aksi korporasi tanpa prosedur yang benar, dan keterbukaan informasi yang tidak benar dan menyesatkan. Dalam suratpengaduan tersebut, Forsa memaparkan adanya dugaan pelanggaran GCG dalamlima poin besar. A. terkait kondisi Direksi yang tidak dapat mempertanggungjawabkan kinerja perseroan di sidang Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 27 Juli 2018. B. adanya transaksi material seperti belum dilunasinya utang pembelian GOLL beserta bunganya, yang berdampak pada penurunan kinerja perseroan itu. Selain itu, pembelian 99% saham PT Jaya Mas dinilai tidak dilakukan sesuai prosedur yang benar. C. adanya transaksi afiliasi dan transaksi dengan indikasi benturan kepentingan, terlihat dari laporan keuangan 2017 di mana transaksi afiliasi ditulis sebagai transaksi pihak ketiga dan belum mendapat persetujuan pemegang saham independen. Selanjutnya pada agenda ke-2 RUPST 27 Juli 2018 mayoritas pemegang saham juga telah kuorum menolak laporan keuangan 2017 tersebut. D. investor merasa aksi korporasi penyuntikan modal pada entitas Dunia Pangan lewat right issue HMETD 12 Juni 2017 yang dilakukan Direksi AISA tidak melalui prosedur yang benar,"right issue ini kami duga tanpa melalui prosedur yang benar (RUPSLB) dan perlu penyelidikan lebih lanjut," jelas surat Forsa tersebut. Dugaan terakhir E. yakni, indikasi pelanggaran Keterbukaan Informasi, seperti Inkonsistensi pernyataan tentang Berita Simpang Siur ke Bursa Efek Indonesia (BEI). 5. Kesimpulan & Saran Kesimpulan Permasalahan keuangan TPS Food. Perusahaan hingga saat ini gagal bayar atas sukuk ijarah I tahun 2013 dengan pokok senilai Rp 300 miliar dan jatuh tempo pada 5 April 2018 dan obligasi I tahun yang sama dengan nilai emisi Rp 600 miliar, jatuh temponya pada 5 April 2018. Lalu, laporan keuangan untuk tahun buku 2017 malah ditolak oleh investor dan pemegang sahamnya karena ada dugaan penyelewangan dana TPS Food yang kesulitan bayar bunga dan pokok obligasi yang berujung pada gagal bayar. Puncak perseteruan terjadi pada saat pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 27 Juli 2018.Saat RUPS berlangsung, tiba-tiba Direktur Utama AISA Stefanus Joko Mogoginta keluar dan teriak-teriak mencari wartawan.Joko merasa pemegang saham dalam hal ini KKR berniat mengambil alih perusahaan yang sudah dibangunnya. Saran A. Memilih manajemen baru yang memiliki integritas, keterampilan, moral,etikayang baik, serta perfesional B. Diadakan tes kompetensi dan kemampuan serta memenuhi syarat-syarat untuk mengisi jabatan tertentu. C. Adanya evaluasi yang mendalam dan di adakan secara teratur D. Adanya sanksi bagi yang melanggar tidak adanya kejujuran 6. Daftar Pustaka https://www.cnbcindonesia.com/market/20190329075353-17-63576/tiga- pilardan-drama-penggelembungan-dana https://www.cnbcindonesia.com/market/20190328073206-17- 63318/kronologipenggelembungan-dana-aisa-si-produsen-taro Kompas.com https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/31/120700726/menyimak-kisruh- ditubuh-tiga-pilar-sejahtera?page=all http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/eptkk/files/basic-html/page92.html
Rencana akumulasi yang dibuat sederhana: Bagaimana dan mengapa berinvestasi di bidang keuangan dengan membangun rencana akumulasi otomatis yang disesuaikan untuk memanfaatkan tujuan Anda