Anda di halaman 1dari 5

CATATAN ATAS PAPER KASUS PT ASURANSI JIWASRAYA

OLEH
NAMA : RYANDANA ALICA SAPUTRA
NIM : 5521220003
MATA KULIAH : ETIKA BISNIS & PROFESI AKUNTANSI
DOSEN : Dr. ENDANG ETTY MERAWATI, SE, MM, Ak

MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS PANCASILA
2021
1. Apa saja kesalahan dari sisi professional?

Kesalahan dari sisi professional terhadap kasus gagal bayar klaim nasabah PT ASURANSI
JIWASRAYA adalah sebagai berikut :

• Meluncurkan sebuah produk JS Saving Plan yang diluncurkan lima tahun lalu, yang merupakan
produk asuransi PT Asuransi Jiwasraya yang dibalut dengan investasi. Nasabah cukup
membayar Rp 100 juta di awal dan bisa menarik imbal hasil dengan persentase tinggi setelah
investasi mengendap satu tahun, serta langsung memperoleh perlindungan asuransi selama
lima tahun penuh. Perusahaan berharap agar produk tersebut dapat memberikan premi yang
banyak dengan benefit yang ditawarkan kepada nasabahnya namun tidak memperhatikan
resiko-resiko yang akan terjadi di kemudian hari apabila terjadi kesalahan dalam pengambilan
keputusan untuk berinvestasi. Perusahaan juga berharap agar produk JS Saving Plan bisa
dapat dijual terus-menerus dan nasabah akan terus memperpanjang masa waktu produk
tersebut apabila telah jatuh tempo tentunya dengan diberikan benefit-benefit yang lain. Dari
premi yang dihasilkan kemudian di investasikan oleh PT ASURANSI JIWASRAYA pada saham
PT Trikomsel Oke Rp 449, 5 miliar, PT Sugih Energy Rp 318,1 miliar, dan PT Eureka Prima
Jakarta Rp 118 miliar, pembelian saham-saham ini kurang cermat karena fundamental
perusahaan itu sebetulnya kurang bagus. Selain itu, perusahaan juga berinvestasi hingga Rp
6,3 triliun untuk saham PT Inti Agri Resources lewat reksa dana. investasi pada satu saham
dengan nilai cukup besar ini bisa menimbulkan potensi gelembung yaitu kejadian dimana
harga saham tersebut terus-terus meningkat dan pada suatu waktu akan terjun bebas.
• Selain itu juga dalam pengelolaan bisnis asuransi, investasi, pendapatan, dan biaya
operasional 2014 – 2015 terdapat beberapa kesalahan yaitu, pengelolaan dan pengawasan
properti investasi PT Asuransi Jiwasraya tidak sesuai dengan ketentuan dan tidak memberikan
kontribusi pendapatan yang optimal; pengelolaan dan pengawasan atas aset lain pun dinilai
tidak mengikuti kaidah; kerja sama sewa lahan tahun 2001 yang belum memperhitungkan
penyerahan lahan fasilitas sosial dan umum serta kurang memadai; adanya denda yang belum
dipungut sebesar Rp 211 juta lebih; nilai pendapatan dari penyewaan aset properti milik PT
Asuransi Jiwasraya tidak signifikan dibandingkan dengan nilai asetnya. Setidaknya 471
penyewa pernah menunggak pembayaran. Nilai sewanya tidak wajar bila dibandingkan
dengan nilai aset dan harga sewa setempat.
• PT Asuransi Jiwasraya berpotensi menghadapi risiko gagal bayar atas transaksi investasi
pembelian surat utang jangka menengah atau medium term note (MTN) PT Hanson
International. Manajemen juga menjadikan perusahaan sebagai investor terbesar yaitu 97,14
persen di instrumen investasi tersebut dengan melakukan penempatan saham sebesar Rp 680
miliar. Padahal BPK menilai bahwa PT Hanson International merupakan perusahaan yang tidak
berkinerja baik. Berdasarkan laporan laba-rugi perusahaan, pendapatan dan laba bersih
perusahaan relatif tidak besar, bahkan merugi cukup besar pada tahun 2013. Manajemen
seharusnya mengganti investasinya ke saham-saham bermutu, yakni ke LQ45. Pada
praktiknya bukan tidak mungkin dasar-dasar pemilihan terhadap investasi yang diambil dari
premi nasabah untuk kepentingan pribadi dari Top Manajemen. Dalam hal ini tentunya pasti
ada tawaran menarik dari perusahaan-perusahaan yang mendapatkan investasi dari PT.
Jiwasraya kepada TOP Manajemennya. Sehingga Top Manajemen pun akhirnya tidak
menjalankan etika profesinya.
2. Apa saja kesalahan dari KAP?

Kesalahan dari KAP terhadap pemeriksaan yang dilakukan pada PT ASURANSI JIWASRAYA adalah
KAP pada masa Direktur Utama Hendrisman Rahim, Direktur Keuangan Hary Prasetyo, serta
Direktur Investasi dan Teknologi De Yong selalu membantu memanipulatif laporan keuangan PT
ASURANSI JIWASRAYA terlihat sehat. Hal ini tentu saja sudah melanggar kode etik Akuntan Publik.
Baru setelah Asmawi dan Hexana menerima laporan Pricewaterhouse Coopers (PwC), kejanggalan
laba perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan 2017 mulai terkuak. Laba
yang tadinya Rp 2,7 triliun menciut menjadi Rp 328,44 miliar karena ada kenaikan cadangan premi.
Dalam hal ini, kantor akuntan publik Pricewaterhouse Coopers (PwC) merevisi auditnya, sehingga
laba bersih perusahaan menciut. Menurut Hexana, perubahan laba itu terjadi karena portofolio
keuangan manajemen lama dikelola dengan risiko tinggi untuk mendapatkan imbal hasil yang
tinggi. Sedangkan aset perusahaan yang besar belum tentu menjanjikan profitabilitas tinggi.
“Sehingga dia akan memompa risiko,” ujar Hexana.

3. Seandainya kasus blm mencuat, posisi anda sebagai direksi, apa yang anda lakukan?
• Pertama, yang akan saya benahi adalah transformasi pada struktur organisasi yang berkinerja
buruk dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan perusahaan
kemudian juga mengubah model bisnis, dan memperbaiki transformasi bisnis korporasi
hingga keagenan.
• Kedua, memperbaiki pengendalian internal yang terdiri dari unsur lingkungan pengendalian,
penilaian resiko, prosedur pengendalian, pemantauan atau monitoring dan informasi dan
komunikasi.
a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian suatu perusahaan mencakup seluruh sikap manajemen dan
karyawan mengenai pentingnya pengendalian. Salah satu faktor yang mempengaruhi
lingkungan pengendalian adalah falsafah manajemen dan siklus operasi. Manajemen
harus menekankan pentingnya pengendalian dan mendorong dipatuhinya kebijakan
pengendalian yang akan menciptakan lingkungan pengendalian yang efektif.
b. Penilaian Resiko
Semua organisasi menghadapi resiko. Cintoh-contoh resiko meliputi perubahan-
perubahan tuntutan pelanggan, ancaman persaingan, perubahan peraturan, perubahan
faktor-faktor ekonomi seperti suku bunga, dan pelanggaran karyawan atas kebijakan dan
prosedur perusahaan. Manajemen harus memperhitungakn resiko ini dan mengambl
langkah penting untuk mengendalikannya sehingga tujuan dari pengendalian internal
dapat dicapai. Setelah resiko diidentifikasi, maka dapat dilakukan analisis untuk
memperkirakan besarnya pengaruh dari resiko tersebut serta tingkat kemungkinan
terjadinya, dan untuk menentukan tindakan-tindakan yang akan meminimumkannya.
c. Prosedur pengendalian
Prosedur pengendalian ditetapkan untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa sasaran
bisnis akan dicapai, termasuk pencegahan penggelapan, kita akan membahas secara
singkat prosedur pengendalian yang dapat dipadukan dengan sistem akuntansi.
d. Pemantauan atau monitoring
Pemantauan terhadap sistem pengendalian internal akan mengidentifikasi di mana letak
kelemahannya dan memperaiki efektifitas pengendalian tersebut. Sistem pengendalian
internal dapat dipantau secara rutin atau melalui evaluasi khusus. Pemantauan rutin bisa
dilakukan dengan mengamati perilaku karyawan dan tanda-tanda peringatan dari sistem
akuntansi tersebut.
e. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan unsur dasar dari pengendalian internal. Informasi
mengenai lingkungan pengendalian, penilaian resiko, prosedur pengendalian dan
pemantauan diperlukan oleh manajemen untuk mengarahkan operasi dan memastikan
terpenuhinya tuntutan-tuntutan pelaporan serta peraturan yang berlaku.
• Ketiga, menerapkan Good Corporate Governance (GCG) sebagai pedoman tata Kelola
perusahaan yang memiliki lima pilar dasar yaitu :
a. Keterbukaan
Sebagai perusahaan publik, Perseroan wajib menjaga obyektivitas dalam menjalankan
kegiatan usahanya dengan cara menyediakan materi informasi yang relevan kepada para
pemegang saham dan pemangku kepentingan. Perseroan juga harus memastikan
ketersediaan informasi yang tepat waktu, memadai, jelas, akurat, serta mudah diakses.
Penyampaian berbagai laporan rutin merupakan kewajiban bagi Perseroan publik,
diantaranya laporan keuangan interim, laporan keuangan tengah tahunan, laporan
keuangan tahunan yang diaudit, laporan tahunan, dan laporan insidentil dimana di
dalamnya termasuk hal yang terkait dengan aksi koporasi, transaksi afiliasi, maupun
transaksi material. Seluruhnya dalam bentuk paparan publik, dan juga melalui media
massa. Selain itu, Perseroan harus menyediakan website resmi Perseroan
(www.jiwasraya.co.id) sebagai salah satu sarana yang dapat diakses khalayak umum
untuk memperoleh laporan tahunan Perseroan.
b. Akuntabilitas
Perseroan sebagai perusahaan publik menerapkan pilar akuntabilitas sebagai bentuk
pertanggungjawaban Perseroan kepada para pemegang saham dan pemangku
kepentingan untuk menunjukan pengelolaan Perseroan dilakukan dengan benar, terukur,
dan sesuai kepentingan Perseroan, tanpa mengesampingkan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepentingan. Dalam penerapannya, penetapan kejelasan fungsi,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban masing-masing bagian dalam Perseroan, sama
pentingnya dengan memastikan bahwa semua bagian dalam Perseroan dan karyawan
memiliki kompetensi yang memadai, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab, serta
perannya dalam kegiatan usaha Perseroan. Setiap karyawan diberi kesempatan untuk
berpartisipasi dalam program pelatihan dan seminar, baik di dalam maupun di luar
Perseroan, untuk pengembangan kompetensinya. Tidak hanya berhenti di sana, hasil
pengembangan tersebut wajib diterapkan dan disebarkan bagi karyawan lainnya agar
selalu ada peningkatan dan penyempurnaan dalam setiap aspek dalam Perseroan.
Penerapan sistem oleh Perseroan sehubungan dengan penghargaan bagi karyawan
berprestasi dan sanksi bagi karyawan yang melanggar, merupakan salah satu upaya
Perseroan untuk secara objektif menguji akuntabilitasnya. Perseroan juga akan
membentuk komite dan satuan kerja yang mengawasi dan mengendalikan internal
Perseroan yang bertanggung jawab langsung kepada Dewan Komisaris dan Direksi. Hal ini
untuk memastikan bahwa setiap bagian di dalam Perseroan menjalankan peran dan
fungsinya dengan baik.
c. Pertanggungjawaban
Sebagai perusahaan, Perseroan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan usahanya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepatuhan Perseroan
terhadap peraturan perundang-undangan ini menjamin kenyamanan para pelanggan
Perseroan dalam menikmati layanan. Di sisi lain, Perseroan dapat menjalankan kegiatan
usahanya dengan lancar dan mencapai kesinambungan usahanya. Untuk memastikan
pelaksanaan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, salah satu
langkah Perseroan adalah dengan memiliki Sekretaris Perusahaan yang bekerjasama
dengan Divisi Hukum Perseroan (Corporate Legal Division). Langkah ini dipandang perlu
setiap dan seluruh kegiatan Perseroan dipastikan sesuai dengan Anggaran Dasar,
Peraturan Perseroan, dan peraturan-peraturan di bidang asuransi. Perseroan
menekankan penerapan prinsip kehatihatian dalam setiap aktivitasnya. Dalam
menjalankan usahanya, Perseroan melakukan fungsinya sebagai penyedia lapangan kerja
bagi masyarakat. Program tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility –CSR)
yang dijalankan Perseroan juga ditujukan bagi masyarakat, terutama mereka yang
berdomisili di sekitar tempat kegiatan usaha Perseroan. Dengan demikian, Perseroan
dapat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang bermanfaat.
d. Independensi
Sebagai upaya mewujudkan independensi, Perseroan menunjuk beberapa pihak
independen yang memiliki reputasi tinggi untuk duduk dalam Dewan Komisaris dan
Direksi, serta memberikan peran yang maksimal bagi Komite Audit Perseroan dalam
melakukan pengawasan terhadap jalannya kegiatan usaha Perseroan. Langkah Perseroan
tersebut untuk memastikan Pilar Independensi diterapkan dalam pengelolaan Perseroan,
sehingga tidak saling mendominasi, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, serta
bebas dari berbagai kepentingan, dalam pengambilan keputusan akan selalu obyektif dan
menghasilkan output yang optimal bagi kepentingan pemegang saham, pemangku
kepentingan, dan para karyawan. Tentu saja, prinsip independensi ini dengan
mempertimbangkan masukan pendapat atau saran dari konsultan hukum, sumber daya
manusia, dan konsultan independen lainnya.
e. Kesetaraan dan Kewajaran
Kesetaraan dan Kewajaran diterapkan Perseroan, diantaranya Perseroan senantiasa
memberikan kesempatan yang wajar kepada setiap pihak untuk mengakses informasi
Perseroan sesuai dengan prinsip keterbukaan (transparency) dalam lingkup kedudukan
masing-masing pihak, sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan oleh otoritas
jasa keuangan, komunitas asuransi, dan pemangku kepentingan kepada Perseroan.
Prinsip kesetaraan juga diterapkan oleh Perseroan untuk setiap individu yang kompeten
serta berkemauan dan berdedikasi tinggi untuk berkarya demi kemajuan Perseroan.
Perkembangan karir masing-masing karyawan Perseroan tidak dibedakan berdasarkan
suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik. Perseroan senantiasa menjaga dan
memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban karyawan secara adil dan
wajar.
• Keempat, memangkas jumlah properti yang terserak sporadis di mana-mana. Saat ini,
perusahaan harus membayar pajak lebih mahal karena ada penilaian ulang terhadap aset
properti perusahaan beberapa tahun lalu. Akibatnya, nilai aset-aset tersebut menjadi lebih
tinggi. Di satu sisi, hal itu mempercantik laporan keuangan, tapi di sisi lain perusahaan harus
menanggung beban pajak yang lebih mahal. Karena itu, nantinya perusahaan akan lebih
mempertahankan aset yang komersial. Menempatkan investasi saham pada perusahaan-
perusahaan berkinerja baik dan menilai harga sahamnya berdasarkan fair market value.

Anda mungkin juga menyukai