Anda di halaman 1dari 6

Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Bisnis, Pendidikan, Humaniora dan Ilmu Sosial


e-ISSN : 2685-0931 | p-ISSN: 1550205894
Jilid 5 No 1 (2023)

PENENTU KINERJA KEUANGAN: BUKTI DARI


PERUSAHAAN MANUFAKTUR INDONESIA

, Mukti Prasaja b,2, Abdurrahman Maulana Yusuf c,3


Permatasari Cahyaningdyah*, a,1
a,b Politeknik Negeri Madiun, Madiun, Indonesia
c Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia
1 2 3
permatasari.c@pnm.ac.id*, mukti_prasaja@pnm.ac.id, abdurrahmanmaulana@feb.unmul.ac.id

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia. Kinerja keuangan diproksikan dengan
return on assets, sedangkan faktor penentu dalam penelitian ini meliputi struktur modal (leverage), kepemilikan institusional, kualitas audit, dan
ukuran perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penentuan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, sehingga
diperoleh sampel sebanyak 112 perusahaan manufaktur di Indonesia selama periode 2018-2020. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melakukan
regresi linier berganda menggunakan STATA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa leverage dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap
kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan kepemilikan institusional dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan manufaktur di Indonesia.

Kata Kunci: Kualitas Audit, Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Institusional, Leverage.

I. PENDAHULUAN

Investor di pasar modal membutuhkan informasi keuangan sebagai bahan pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan merupakan
salah satu hal yang dapat digunakan oleh manajemen untuk menyampaikan kinerja perusahaan. Stakeholder maupun calon investor melihat kondisi
perusahaan melalui laporan keuangan. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam melihat kondisi perusahaan adalah kinerja keuangan
perusahaan tersebut, apakah perusahaan tersebut berpotensi menghasilkan keuntungan atau tidak.

Prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan perusahaan yang baik dapat diartikan berdasarkan kinerja keuangan perusahaan. Informasi
kinerja keuangan mengukur potensi perubahan sumber daya ekonomi perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan mencerminkan prospek dan risiko
perusahaan. Besarnya prospek suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat keuntungan (profitabilitas); sebaliknya, risiko dapat dilihat dari kemungkinan
suatu perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bangkrut.

Investor lebih tertarik pada perusahaan yang mempunyai kinerja baik. Menurut rencana awal, perusahaan dengan kinerja yang baik akan
mempunyai penjualan dan pendapatan laba yang baik. Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan
adalah rasio profitabilitas. Rasio Profitabilitas dapat mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan secara keseluruhan; rasio profitabilitas misalnya
adalah return on assets (ROA) [1].
Perusahaan besar mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk menghadirkan tingkat profitabilitas yang tinggi dibandingkan perusahaan kecil
karena investor lebih kritis dalam mengamati perusahaan besar [2]. Salah satu indikator besar kecilnya perusahaan adalah seluruh aset perusahaan.
Semakin besar aset perusahaan menandakan ukuran perusahaan semakin besar. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar tentunya akan lebih
menarik bagi investor karena perusahaan tersebut memiliki banyak komponen
yang dapat menunjang operasional perusahaan. Besarnya ukuran perusahaan memungkinkan perusahaan memberikan return yang tinggi atas aset
dan penjualannya. Hal ini mengarah pada kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik melalui kemampuan memperoleh nilai produksi yang lebih
tinggi [3].
Investor berkepentingan untuk menanamkan modalnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya—investor dalam hal ini sebagai
prinsipal melimpahkan wewenangnya kepada manajemen untuk mengelola dana yang diinvestasikan. Adanya perbedaan fungsi kepemilikan dan
fungsi manajemen menyebabkan konflik keagenan. Menurut Jensen dan Meckling
[4], konflik keagenan muncul ketika manajer mengambil keputusan yang menguntungkan diri mereka sendiri dibandingkan kepentingan pemegang
saham. Konflik keagenan dapat menyebabkan kerugian keagenan dengan memberikan insentif yang tepat kepada manajer dan memantau biaya
untuk mencegah bahaya moral. Konflik keagenan juga terjadi antara pemegang saham pengendali dan minoritas, pemegang saham dan kreditor,
serta pemegang saham pengendali dan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam menjalankan operasionalnya, perusahaan dapat didanai oleh utang dari kreditur dan ekuitas dari pemegang saham.
Kombinasi penggunaan utang dan ekuitas diwakili oleh struktur modal. Penggunaan hutang untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan
disebut financial leverage. Dalam literatur keuangan, Jensen dan Meckling [4]
adalah orang pertama yang menghubungkan biaya keagenan dengan utang dalam struktur modal. Penggunaan hutang dalam struktur modal
mencegah pengeluaran perusahaan yang tidak perlu dan mendorong manajer untuk mengoperasikan perusahaan dengan lebih efisien. Hal ini dapat
menurunkan biaya keagenan; selanjutnya kinerja perusahaan dapat meningkat [5].
Brigham dan Houston menyatakan bahwa financial leverage merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk meningkatkan laba [6].
Leverage merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan dalam hal utang dan modal yang diperoleh

23
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Bisnis, Pendidikan, Humaniora dan Ilmu Sosial


e-ISSN : 2685-0931 | p-ISSN: 1550205894
Jilid 5 No 1 (2023)

aset. Hutang merupakan tambahan pendanaan kekayaan perusahaan untuk kegiatan operasional yang diharapkan dapat meningkatkan laba
perusahaan. Hal ini menyebabkan aset perusahaan digunakan untuk mendapatkan keuntungan perusahaan. Dengan demikian keuntungan yang
tersedia bagi pemegang ekuitas menjadi lebih besar.
Kepemilikan institusional merupakan tuntutan atas bagian perusahaan oleh institusi. Pemegang saham institusi biasanya mempunyai
kepemilikan saham yang relatif besar. Hal ini menyebabkan pemegang saham institusional memiliki sumber dana dan klaim yang lebih besar
dibandingkan pemegang saham individu. Kepemilikan institusional merupakan salah satu sistem pengendalian yang dapat digunakan perusahaan
untuk mengendalikan konflik keagenan antara pemegang saham dan manajemen. Bathala, Moon, dan Rao menjelaskan bahwa investor institusional
termotivasi untuk mengendalikan kualitas laporan keuangan dan dapat menghukum para manajer atas buruknya kualitas informasi akuntansi yang
dilaporkan manajer [7]. Kepemilikan institusional merupakan mekanisme pemantauan yang efektif untuk menghasilkan kinerja operasional yang
lebih baik [8]. Investor institusi sering kali memiliki kepemilikan besar di beberapa perusahaan. Investor institusi dapat mendorong perusahaan
untuk meningkatkan prosedur pengungkapan dan pemantauan serta kinerja perusahaan [9].

Kinerja keuangan perusahaan terlihat dari laporan keuangan. Peran auditor sangat diperlukan untuk menghasilkan laporan keuangan yang
andal. Seorang auditor mempunyai kualifikasi untuk melakukan audit atas laporan keuangan dan seluruh aktivitas perusahaan. Laporan keuangan
perusahaan yang diaudit oleh auditor yang berkualifikasi akan menghasilkan informasi yang lebih berkualitas dibandingkan dengan yang dihasilkan
oleh auditor yang tidak berkualifikasi. Kualitas audit ditentukan oleh reputasi Perusahaan Akuntan Publik (KAP). Reputasi KAP diasumsikan akan
mempengaruhi hasil laporan audit yang dilakukan auditor.

Audit merupakan alternatif pemantauan perusahaan yang digunakan untuk menurunkan biaya keagenan perusahaan yang memiliki pemegang
obligasi dan pemegang saham [4]. Kualitas audit akan mampu mengurangi jumlah kesalahan akuntansi yang dilakukan klien.
Laporan audit diwakili dalam laporan keuangan oleh perusahaan.
Penelitian sebelumnya mengenai kinerja keuangan menjelaskan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan dari
sudut pandang internal perusahaan [10] [11] [12], misalnya leverage, ukuran perusahaan, peran dewan direksi, dan peran dewan direksi. Dewan
Komisaris. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini penting karena mengeksplorasi faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Faktor internal adalah struktur modal dan ukuran perusahaan, sedangkan faktor eksternal adalah
kepemilikan institusional dan audit
kualitas, baik yang merupakan sistem pendukung maupun entitas di luar perusahaan.
Kami menyelidiki apakah ukuran perusahaan, leverage, kepemilikan institusional, dan kualitas audit mempengaruhi kinerja keuangan.
Perusahaan mengharapkan kinerja keuangan yang bagus untuk mendapatkan keuntungan yang diinginkan. Kami menggunakan aplikasi STATA
untuk menyelidiki faktor-faktor penentu kinerja keuangan. Kami menggunakan regresi linier berganda. Sampel penelitian ini adalah seratus dua
belas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2018-2020.

II. TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. Latar Belakang Teoritis

Teori Agensi merupakan teori yang membahas tentang hubungan keagenan yang terjadi ketika satu atau lebih pemegang saham (principal)
mempekerjakan orang lain (agen) untuk menjalankan perusahaan dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agen tersebut [4].
Manajer sebagai agen bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan dari indikator dan sebagai imbalannya akan menerima kompensasi
sesuai kontrak. Perusahaan yang memisahkan fungsi manajemen dan kepemilikan rentan terhadap konflik keagenan, seperti agen melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan kepentingan prinsipal dan cenderung egois (moral hazard).

Konflik keagenan tipe I yang biasanya muncul pada bisnis dengan struktur kepemilikan tersebar adalah konflik yang muncul antara pemegang
saham dan manajer. Moral hazard dalam konflik keagenan tipe II adalah tindakan pemegang saham mayoritas, yang tidak dapat dicermati oleh
pemegang saham minoritas. Kemudian konflik antara pemegang saham dan kreditor dijelaskan dengan konflik keagenan tipe III. Teori ini
menjelaskan bahwa konflik antara pemegang saham dan kreditor dapat timbul jika dana yang diperoleh dari kreditor tidak digunakan dengan baik
sehingga menimbulkan risiko yang tinggi bagi perusahaan dan kreditor [13].

B. Pengembangan Hipotesis

Investor tertarik untuk melakukan investasi pada bisnis dengan kinerja keuangan yang kuat. Investor cenderung fokus pada laba atas investasi
yang ditanamkan. Investor akan melihat suatu perusahaan dengan lebih baik jika ukurannya semakin besar, karena bisnis yang lebih besar
cenderung memiliki profitabilitas yang lebih tinggi dan hasil keuangan yang lebih dapat diandalkan. Ukuran perusahaan yang lebih besar
memungkinkan perusahaan menghasilkan pengembalian aset dan penjualan yang lebih tinggi, sehingga mengarah pada kinerja keuangan
perusahaan yang lebih baik melalui kemampuan memperoleh nilai produksi yang lebih tinggi [3].
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Konflik keagenan tipe III menjelaskan konflik antara pemegang saham dan kreditor. Teori ini menjelaskan bahwa konflik antara pemegang
saham dan kreditor dapat timbul jika dana yang diperoleh dari kreditor tidak digunakan dengan baik
[13]. Jensen dan Meckling adalah orang pertama yang menghubungkan biaya keagenan dengan utang dalam struktur modal. Menggunakan hutang di ibukota

24
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Bisnis, Pendidikan, Humaniora dan Ilmu Sosial


e-ISSN : 2685-0931 | p-ISSN: 1550205894
Jilid 5 No 1 (2023)

struktur dapat mengurangi biaya bisnis yang tidak perlu dan membantu manajer menjalankan bisnis dengan lebih sukses. Ini
menurunkan biaya agensi, meningkatkan kinerja perusahaan [5].
H2 : Leverage berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Konflik kepentingan antara manajer (agen) dan pemegang saham (prinsipal) menimbulkan masalah keagenan.
Terkadang agen bertindak tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh prinsipal dan lebih cenderung menjalankan kebijakan
yang menguntungkan dirinya sendiri (moral hazard). Jika ada masalah keagenan maka perlu diminimalisir. Salah satunya adalah
adanya kepemilikan institusional. Investor institusi adalah pemilik saham yang berbentuk institusi.
Investor institusi umumnya mempunyai proporsi kepemilikan saham yang tinggi karena mempunyai sumber dana yang besar.
Proporsi kepemilikan institusional yang tinggi dapat memperketat pengawasan untuk mencegah perilaku oportunistik manajer.
Penelitian Bhattacharya dan Graham [14]; Lin dan Fu [15] menyatakan bahwa kepemilikan investor institusional dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan secara positif.
H3: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Laporan keuangan suatu perusahaan menunjukkan kinerja keuangannya. Auditor mempunyai peran dalam memproduksi
laporan keuangan yang dapat diandalkan. Untuk mengurangi biaya keagenan bagi bisnis dengan pemegang obligasi dan
pemegang saham, perusahaan terkadang menggunakan audit sebagai metode pemantauan. Ketika laporan keuangan suatu
perusahaan telah diaudit, investor lebih cenderung menerima data yang akurat. Kinerja perusahaan sebenarnya digambarkan
dalam laporan keuangan. Investor akan percaya dan lebih tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang laporan keuangannya
lebih kredibel. Penelitian Sattar, Javeed, dan Latief [16] menjelaskan bahwa kualitas audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
H4 : Kualitas audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

AKU AKU AKU. METODE PENELITIAN

A.Contoh Data
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk menguji apakah ukuran perusahaan, leverage, kepemilikan institusional,
dan kualitas audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia selama periode 2018-2020.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Purposive sampling diterapkan dalam penelitian ini, dengan jumlah sampel total 112 usaha. Sampel yang digunakan untuk
menyelidiki hipotesis kami dipilih berdasarkan kriteria berikut: 1) perusahaan yang terdaftar di BEI secara berturut-turut dari tahun
2018 hingga 2020; 2) mata uang pelaporan dinyatakan dalam rupiah. Hal ini untuk menghindari bias pada saat mengukur variabel
yang disebabkan oleh perbedaan nilai tukar mata uang; 3) laporan tahunan perusahaan tersedia dan dapat diakses di situs Bursa
Efek Indonesia; 4) selama masa penelitian, sampel yang digunakan memenuhi kelengkapan data yang dibutuhkan dalam
penelitian. Situs web Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id merupakan tempat ditemukannya data sekunder untuk penelitian ini.

B. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh dari variabel determinan kinerja keuangan.
Kinerja keuangan menjadi variabel terikat penelitian, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah Ukuran Perusahaan,
Leverage, Kualitas Audit, dan Kepemilikan Institusional.
Rasio Return on Assets (ROA) yang merupakan hasil pembagian total laba bersih dengan total aset digunakan untuk
mengukur variabel dependen yang menentukan kinerja keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan jumlah total aset
yang dimiliki oleh perusahaan. Ukuran perusahaan dihitung menggunakan Ln total aset. Leverage adalah jumlah utang yang
digunakan dalam struktur modal bisnis. Leverage ditentukan dengan membagi total utang dengan total aset [17], [18]. Proporsi
kepemilikan institusi saham biasa pada setiap akhir tahun fiskal dikenal sebagai kepemilikan institusional [19]. Kepemilikan
institusional diukur dengan menggunakan rumus persentase jumlah saham institusional terhadap total saham beredar. Variabel
kualitas audit mengacu pada penelitian Bae et al. [20] menggunakan Perusahaan Akuntan Publik Big 4; karena pengetahuan dan
pengalamannya yang luas, auditor merupakan indikator utama kualitas audit. Variabel dummy digunakan untuk menentukan
kualitas audit, dengan nilai 1 untuk perusahaan yang menggunakan Perusahaan Akuntan Publik Big 4 dan 0 untuk perusahaan
yang menggunakan perusahaan non-Big 4.
Model penelitian yang diusulkan dalam penelitian ini adalah:

=+ + + + + (1)
Di mana:
= laba atas aset i untuk periode t
= ukuran perusahaan i untuk periode t

= leverage perusahaan i periode t


= periode kepemilikan institusional t
= kualitas audit periode t

25
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Bisnis, Pendidikan, Humaniora dan Ilmu Sosial


e-ISSN : 2685-0931 | p-ISSN: 1550205894
Jilid 5 No 1 (2023)

TABEL I. VARIABEL PENELITIAN

Variabel Pengukuran
Kinerja Keuangan (ROA) =

Ukuran Perusahaan (UKURAN) =( )


Struktur Modal (LEV) =

Kepemilikan Institusional (INST) ÿ


=
ÿ
Kualitas Audit (AUD) Variabel dummy bernilai 1 pada perusahaan yang menggunakan Kantor Akuntan Publik Big-4
dan 0 pada perusahaan yang menggunakan Kantor Akuntan Publik non-Big 4.

TABEL II. STATISTIK DESKRIPTIF VARIABEL PENELITIAN

Variabel Pengamatan Berarti Std. Dev Minimal Maks


ROA 336 0,075541 0,1156769 2,70e-06 1.049839
UKURAN 336 28,84585 2,094455 20,16996 40.64186
LEV 336 0,5689479 0,5964179 0,0034534 5.167738
INST 336 0,9107143 0,285581 1
AUD 336 0,4642857 0,4994667 00 1

TABEL III. HASIL UJI HIPOTESIS

Contoh Periode 2018-2020


Variabel Koefisien.

(nilai-t)
(konstan) 0,0567564
(0,531)
Ukuran Perusahaan (UKURAN) 0,0003634
(0,907)
Struktur Modal (LEV) 0,0273473**
(0,011)
Kepemilikan Institusional (INST) -0,0244222
(0,273)
Kualitas Audit (AUD) 0,0322742**
(0,017)
N 336
nilai-F 0,0252
Adj R2 0,0213
Statistik-t didasarkan pada kesalahan standar yang kuat. ***; **; * menunjukkan signifikansi masing-masing pada
tingkat 1%, 5% dan 10%. Definisi dan pengukuran variabel mengacu pada Tabel 1.

IV. HASIL DAN DISKUSI

A. Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik data yang digambarkan sebagai
karakteristik distribusi [21]. Rinciannya ditunjukkan pada Tabel II.
B.Hasil Utama

Penelitian kami menguji apakah determinan kinerja keuangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur
di Indonesia selama periode 2018-2020. Hasil pengujian hipotesis disajikan
pada Tabel 3. Hipotesis 1 menunjukkan 0,907 lebih besar dari 0,1 sehingga hipotesis 1 tidak didukung. Untuk pengujian hipotesis
2 angka 0,011 lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis 2 didukung. Pengujian hipotesis 3 menunjukkan angka 0,273 lebih besar
dari 0,1 sehingga hipotesis 3 tidak didukung. Pengujian hipotesis 4 menunjukkan 0,017 lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis 4
didukung.
C.Diskusi

Hipotesis Satu menguji hubungan antara ukuran perusahaan dan kinerja keuangan. Hasilnya menunjukkan nilai 0,907 lebih
besar dari 0,1 (10%), sehingga hipotesis 1 tidak didukung. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Hal ini dikarenakan ukuran perusahaan merupakan suatu nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran
perusahaan biasanya juga dapat mewakili total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar perusahaan dan
besar kecilnya usaha yang dimiliki mengakibatkan pemilik tidak dapat mengelola sendiri perusahaan tersebut secara langsung
sehingga besar kecilnya perusahaan tidak mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

26
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Bisnis, Pendidikan, Humaniora dan Ilmu Sosial


e-ISSN : 2685-0931 | p-ISSN: 1550205894
Jilid 5 No 1 (2023)

Selain itu, perusahaan dengan total aset yang kecil belum tentu mempunyai kinerja yang lebih rendah. Aspek internal lebih
lanjut, seperti kemampuan manajerial dan fungsi dewan komisaris, berdampak pada kinerja keuangan perusahaan [22]. Hipotesis
ini mendukung penelitian sebelumnya dari Indarti dan Extaliyus [23] serta Goldwin dan Christiawan [24] yang menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Hipotesis kedua menunjukkan 0,011 lebih kecil dari 0,05 (5%), sehingga hipotesis 2 terdukung. Hal ini menunjukkan bahwa
struktur modal (leverage) berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Nilai koefisien sebesar 0,0273473 menunjukkan
bahwa semakin tinggi tingkat leverage maka semakin baik kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan dengan
tingkat hutang yang tinggi cenderung diawasi oleh pihak luar yaitu kreditor. Perusahaan akan cenderung berhati-hati dalam
mengelola keuangannya.
Apalagi dengan menggunakan hutang dari kreditur, perusahaan dapat memanfaatkan dananya untuk kegiatan operasional dan
ekspansi yang akan berdampak pada kinerja perusahaan. Hipotesis ini mendukung Cao [5] dan Fachrudin [25]. Penggunaan hutang
dalam struktur modal membantu mengurangi pengeluaran perusahaan yang tidak perlu dan memotivasi manajemen untuk
menjalankan bisnis dengan lebih efektif. Oleh karena itu, biaya keagenan berkurang, yang seharusnya meningkatkan kinerja bisnis.
Hipotesis ketiga menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Nilai signifikansi
sebesar 0,273 terbukti lebih besar dari 0,1 sehingga hipotesis tidak didukung. Kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan karena kepemilikan institusional cenderung enggan terlibat aktif dalam tata kelola portofolio perusahaan [26].
Penelitian ini mendukung penelitian Bhattacharya dan Graham [14] bahwa indeks konsentrasi kepemilikan institusional sederhana
tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Selain itu, penelitian Schmidt dan Fahlenbrach [27] menyatakan bahwa investor
institusional dibagi menjadi tiga kategori, yaitu quasi indexers, transient, dan dedicated institusi investor. Jadi kepemilikan
institusional tidak selalu didedikasikan untuk itu
aktif mengendalikan kinerja perusahaan.
Hipotesis keempat menunjukkan 0,011 lebih kecil dari 0,05 (5%), sehingga hipotesis 2 terdukung. Menunjukkan bahwa kualitas
audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Nilai koefisien sebesar 0,0322742 menunjukkan hal tersebut
perusahaan yang kinerja keuangannya diaudit oleh para ahli mempunyai kinerja lebih baik. Sebab, auditor mempunyai fungsi untuk
menjamin keandalan laporan keuangan perusahaan. Semakin andal laporan keuangan perusahaan, maka investor akan semakin
percaya dan tertarik untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan tersebut.
Lebih lanjut, peran auditor juga dapat menurunkan biaya keagenan perusahaan sehingga kinerja keuangan perusahaan dapat
efektif. Menurut Elaoud dan Jarboui [28], spesialisasi auditor sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi investasi, yang juga
akan berdampak pada kinerja keuangan—menurut penelitian Sattar, Javeed, dan Latief [16] bahwa kinerja keuangan dapat
ditingkatkan melalui kualitas audit.

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN BATASAN

Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia dengan
menggunakan sampel sebanyak 112 perusahaan selama tahun 2018 dan 2020. Faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan,
struktur modal, kepemilikan institusional, dan kualitas audit. Temuan penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa struktur modal
dan kualitas audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia. Sedangkan ukuran
perusahaan dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Penelitian ini mempunyai implikasi teoritis bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu
struktur modal dan kualitas audit. Ketika tingkat leverage perusahaan tinggi maka akan cenderung berhati-hati dalam mengoperasikan
keuangannya. Selain itu, kualitas audit juga mempengaruhi kinerja keuangan melalui mekanisme pengendalian laporan keuangan
yang andal.
Penelitian ini juga mempunyai implikasi praktis, yaitu tidak adanya pengaruh kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan.
Di Indonesia, kepemilikan institusional relatif tinggi, sebagian besar dimiliki oleh institusi, terutama perusahaan milik negara. Hal ini
perlu diperhatikan sebagai kebijakan perusahaan terhadap kepemilikan institusional karena tidak semua institusi dapat menjadi
kontrol eksternal dalam kebijakan dan manajemen perusahaan yang baik khususnya kinerja keuangan. Terdapat kebijakan
pemerintah mengenai pelaporan kepemilikan modal pada Peraturan OJK No. 11/ POJK.04/2017 [29]. Namun peraturan tersebut
masih bersifat umum dan tidak merinci apakah kepemilikannya perorangan atau lembaga.

Penelitian ini memiliki keterbatasan; yang hanya membahas empat variabel independen (ukuran perusahaan, leverage,
kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan). Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur dan tiga
periode. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggali lebih dalam lagi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan suatu
perusahaan. Selain itu dapat menambah sampel penelitian berdasarkan jenis industri dan tahun pengamatan. Penelitian selanjutnya
dapat mengeksplorasi lebih jauh karakteristik kepemilikan institusional, yaitu kepemilikan institusional terkonsentrasi dan tidak
terkonsentrasi [14], mengenai dampaknya terhadap kinerja keuangan.

REFERENSI

[1] Kasmir, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016.
[2] S. Munawir, Analisis Laporan Keuangan, Keempat. Yogyakarta: Kebebasan, 2007.

27
Machine Translated by Google

Jurnal Internasional Bisnis, Pendidikan, Humaniora dan Ilmu Sosial


e-ISSN : 2685-0931 | p-ISSN: 1550205894
Jilid 5 No 1 (2023)

[3] NA Ramli, H. Latan, dan GT Solovida, “Penentu struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan—Pendekatan PLS-SEM: Bukti dari Malaysia dan
Indonesia,” The Quarterly Review of Economics and Finance, vol . 71, hlm. 148–160, Februari 2019, doi: 10.1016/j.qref.2018.07.001.

[4] C. Jensen dan H. Meckling, “Teori Perusahaan: Perilaku Manajerial, Biaya Agensi, dan Struktur Kepemilikan.,” Jurnal Ekonomi Keuangan, vol. 3, hlm.
305–360, 1976.
[5] B. Cao, “Pembiayaan Hutang dan Dinamika Biaya Agensi.” 2006.
[6] EF Brigham dan Joel. F. Houston, Dasar-dasar manajemen keuangan, 10 ed. Jakarta: Salemba Empat, 2011.
[7] CT Bathala, KP Moon, dan RP Rao, “Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Dampak Kepemilikan Institusional: Perspektif Keagenan,”
Manajemen Keuangan, vol. 23, tidak. 3, hlm. 38, 1994, doi: 10.2307/3665620.
[8] MA Ferreira dan P. Matos, “Warna uang investor: Peran investor institusi di seluruh dunia,” Journal of Financial Economics, vol. 88, tidak. 3, hlm. 499–
533, Juni 2008, doi: 10.1016/j.jfineco.2007.07.003.
[9] K. Nagata dan P. Nguyen, “Struktur kepemilikan dan kualitas pengungkapan: Bukti dari revisi perkiraan manajemen di Jepang,”
Jurnal Akuntansi dan Kebijakan Publik, vol. 36, tidak. 6, hlm. 451–467, November 2017, doi: 10.1016/j.jaccpubpol.2017.09.003.
[10] AS Ojo, “Pengaruh Financial Leverage terhadap Kinerja Perusahaan Beberapa Perusahaan Terpilih di Nigeria,” 2012.
[11] J. William dan R. Sanjaya, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,” vol. 19,
tidak. 1, 2017.
[12] WA Adnanti, P. Akuntansi, Stiew. Manggala, P. Akuntansi, dan SW Manggala, “Penentuan Kinerja Keuangan (ROA) Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi.,” vol. 21, tidak. 1 Agustus 2023.
[13] VN Azizah dan A. Asrori, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderating,” Owner, vol. 6, tidak. 1, hlm. 1029–1042, Februari 2022, doi: 10.33395/owner.v6i1.712.
[14] PS Bhattacharya dan MA Graham, “Tentang kepemilikan institusional dan kinerja perusahaan: Pandangan terpilah,” Journal of Multinational Financial
Management, vol. 19, tidak. 5, hlm. 370–394, Des 2009, doi: 10.1016/j.mulfin.2009.07.004.
[15] YR Lin dan XM Fu, “Apakah kepemilikan institusional mempengaruhi kinerja perusahaan? Bukti dari Tiongkok,” International Review of
Ekonomi & Keuangan, vol. 49, hlm. 17–57, Mei 2017, doi: 10.1016/j.iref.2017.01.021.
[16] U. Sattar, SA Javeed, dan R. Latief, “Bagaimana Kualitas Audit Mempengaruhi Kinerja Perusahaan dengan Peran Memoderasi Kompetisi Pasar Produk:
Bukti Empiris dari Perusahaan Manufaktur Pakistan,” Sustainability, vol . 12, tidak. 10, hlm. 4153, Mei 2020, doi: 10.3390/su12104153.

[17] VA Aivazian, Y. Ge, dan J. Qiu, “Dampak leverage terhadap investasi perusahaan: bukti Kanada,” Journal of Corporate Finance, vol. 11, tidak. 1–2, hlm.
277–291, Maret 2005, doi: 10.1016/S0929-1199(03)00062-2.
[18] M. Zhong dan L. Gao, “Apakah pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan meningkatkan efisiensi investasi perusahaan?: Bukti dari Tiongkok,”
RAF, jilid. 16, tidak. 3, hlm. 348–365, Agustus 2017, doi: 10.1108/RAF-06-2016-0095.
[19] Y. Cao, Y. Dong, Y. Lu, dan D. Ma, “Apakah Kepemilikan Institusional Meningkatkan Efisiensi Investasi Perusahaan?,” Keuangan Pasar Berkembang
dan Perdagangan, jilid. 56, tidak. 12, hlm. 2772–2792, Sep 2020, doi: 10.1080/1540496X.2018.1486705.
[20] GS Bae, SU Choi, DS Dhaliwal, dan PT Lamoreaux, “Efisiensi Investasi Auditor dan Klien,” The Accounting Review, vol. 92, tidak. 2, hlm. 19–40, Maret
2017, doi: 10.2308/acr-51530.
[21] J. Hartono, Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah Dan Pengalaman-Pengalaman, 6 ed. Yogyakarta: BPFE, 2018.
[22] H. Darwis, “Tata Kelola Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan,” vol. 13, tidak. 3 tahun 2009.
[23] MK Indarti dan L. Extaliyus, “Pengaruh Corporate Governance Preception Index (CGPI), Struktur Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja
Keuangan.,” Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), vol . 20, tidak. 2, 2013.
[24] J. Goldwin dan YJ Christiawan, “Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Ukuran Perusahaan
dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Kontrol,” Business Accounting Review, vol. 5, tidak. 2, 2017.
[25] KA Fachrudin, “Analisis Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Agency Cost Terhadap Kinerja Perusahaan,” jak, vol. 13, tidak. 1, hlm. 37–46,
Sep 2011, doi: 10.9744/jak.13.1.37-46.
[26] G. Potter, “Pengumuman Pendapatan Akuntansi, Konsentrasi Investor Institusional, dan Pengembalian Saham Biasa,” Journal of
Riset Akuntansi, vol. 30, tidak. 1, hlm. 146, 1992, doi: 10.2307/2491097.
[27] C. Schmidt dan R. Fahlenbrach, “Apakah perubahan eksogen dalam kepemilikan institusional pasif mempengaruhi tata kelola perusahaan dan perusahaan
nilai?,” Jurnal Ekonomi Keuangan, vol. 124, tidak. 2, hlm. 285–306, Mei 2017, doi: 10.1016/j.jfineco.2017.01.005.
[28] A. Elaoud dan A. Jarboui, “Spesialisasi auditor, kualitas informasi akuntansi dan efisiensi investasi,” Penelitian Bisnis Internasional dan Keuangan, vol. 42,
hlm. 616–629, Des 2017, doi: 10.1016/j.ribaf.2017.07.006.
[29] Otoritas Jasa Keuangan, “Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 /POJK.04/2017 tentang Laporan Kepemilikan atau Setiap Peubahan
Kepemilikan saham Perusahaan Terbuka.” 2017.

28

Anda mungkin juga menyukai