SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi
Oleh
Intan Saputri
192421022
1
Seiring berjalannya pasar modal, perusahaan wajib untuk melampirkan laporan
keuangan agar pihak luar seperti pemilik kepentingan, investor, dan kreditur dapat
mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang berhubungan dengan investasi yang
ditanamnkan atau yang diberikan oleh pihak eksternal. Ketika investor berinvestasi
pada perusahaan, maka diperlukan informasi sebagai pertimbangan. Salah satu
informasi yang bisa digunakan yaitu melalui laporan keuangan.
Dengan menganalisis laporan keuangan, investor dapat mengetahui kinerja
perushaan, perencanaan perusahaan, prospek perusahaan, evaluasi, dan integritas
perusahaan. Menurut Kasmir (2017) analisis laporan keuangan digunakan untuk
mudah memahami laporan keuangan sehingga dapat dimengerti oleh berbagai pihak.
Bagi pemilik dan manajemen, analisis laporan keuangan digunakan guna mengetahui
posisi keuangan saat ini. Setelah dilakukan analisis secara mendalam dapat terlihat
akan tercapainya target yang telah dirancang sebelumnya. Analisis keuangan dapat
membantu para investor untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan perusahan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai perusahaan
yang menyangkut perihal posisi keuangan, perubahan posisi keuangan, dan kinerja
suatu perusahaan. Melalui laporan keuangan investor dapat memutuskan apakah akan
tetap tetap berinvestasi di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lainnya. Namun
pada penerapannya, ada beberapa perusahaan yang tidak dapat mempertahankan
kinerja keuangannya bahkan perusahaan mengalami kerugian.
Pada 28 Juni 2019, Garuda Indonesia sebagai institusi, jajaran Direksi &
Komisaris Garuda, serta auditor laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018, yakni
Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan menerima sanksi dari berbagai pihak akibat
laporan keuangan Garuda yang tidak sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK).
Hal ini berawal dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku
2018 dimana Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih sebesar USD 809,85
ribu. Angka ini melonjak tajam dibanding laporan tahun 2017 yang menderita rugi
2
USD 216,5 juta dan pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar USD
114,08 juta.
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta tanggal 24
April 2019, dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria
selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyampaikan keberatan mereka melalui
surat keberatan dalam RUPST. Chairal sempat meminta agar keberatan itu dibacakan
dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan.
Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan Garuda
Indonesia tahun 2018.
Mereka berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar USD 239,94 juta
terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika
nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka
perusahaan sebenarnya masih merugi USD 244,96 juta.
Tindakan Garuda Indonesia yang mengakui pendapatan selama rentang 15 tahun
di dalam laporan keuangan tahun 2018 tidak wajar dan berisiko menimbulkan masalah
keuangan pada Garuda di masa depan, mengingat metode akuntansi secara akrual.
Yakni, metode pencatatan akuntansi yang memungkinkan piutang dimasukkan sebagai
pendapatan meskipun uangnya belum diterima, seharusnya membagi nilai transaksi
selama 15 tahun setiap tahunnya selama durasi kerja sama yang disepakati. Karena
harus ada perbandingan yang seimbang antara pendapatan (revenue) dengan. Beban
operasi (cost) di masing-masing tahun.
Salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja perusahaan dengan
menerapkan mekanisme Good corporate governance dengan baik. Good corporate
governance digunakan untuk memaksimalkan pendanaan perusahaan yang ada pada
perusahaan yang diberikan oleh investor maupun pemilik kepentingan.
Secara umum, good corporate governance merupakan seperangkat yang
menyeimbangkan antara pihak manajerial perusahaan dengan pemilik modal. Good
corporate governance yang baik merupakan salah satu sistem yang dapat lebih
mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan. Penelitiannya berpendapat bahwa
3
semakin baik good corporate governance yang diterapkan, semakin baik kinerja
keuangan suatu perusahaan. Jika pelaksanaannya dilakukan dengan benar, sistem good
corporate governance kemudian akan secara efektif melindungi pemegang saham dan
kreditur, menanamkan kepercayaan pada pihak- pihak ini tentang investasi mereka di
perusahaan.
Komite audit berfungsi sebagai penghubung antara pemegang saham dan
dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah
pengendalian. Komite audit bertugas untuk membantu komisaris dalam rangka
peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan efektivitas internal dan
eksternal audit. Pengawasan proses penyusunan laporan keuangan yang dilakukan oleh
komite audit dimulai dari awal penyusunan hingga laporan keuangan tersebut di audit
oleh audit eksternal dan siap untuk di publikasikan.
Menurut Pedoman Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor 55/POJK.04/2015
tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, anggota komite
audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari Komisaris
Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Komite Audit harus
mengadakan rapat secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
Riset pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI) dilakukan
dengan menggunakan metode survei melalui kuesioner yang diisi secara self
assessment oleh emiten. Penyusunan kuesioner berdasarkan prinsip-prinsip corporate
governance yang diterapkan badan internasional yaitu OECD dan KNKG yang
meliputi Accountability, Responsibility, Fairness dan Transparancy.
Penjabaran prinsip-prinsip tersebut ke dalam item-item pertanyaan dilakukan
mengacu pada UU No. 1 tahun 1995 tentang PT, UU No. 8 tahun 1998 tentang Pasar
Modal, panduan implementasi GCG, OECD principles, praktik-praktik bisnis yang
baik (best practices) dan kriteria-kriteria rating yang telah dilakukan di berbagai
negara-negara seperti Australia, Jerman dan Philipina. Item-item pertanyaan yang
dirumuskan dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yang disebut dengan
kriteria pelaksanaan GCG atau dimensi penerapan GCG yaitu komitmen terhadap tata
4
kelola perusahaan, tata kelola dewan komisaris, komite-komite fungsional, dewan
direksi, perlakuan terhadap pemegang saham, perlakuan terhadap stakeholders lain
serta transparansi, integritas dan independensi Selama ini, hal yang berbeda atas
pelaksanaan CGPI dari tahun ke tahun adalah pengembangan metodologi dan alat ukur
dalam menilai penerapan GCG.
Hal ini dilakukan untuk meminimalkan keterbatasan yang terjadi pada tahun-
tahun sebelumnya serta memperjuangkan agar indeks yang disajikan CGPI benar-benar
kredibel. Hasil Keluaran dan Peringkatan CGPI dalam bentuk laporan hasil riset dan
pemeringkatan CGPI, publikasi hasil riset dan pemeringkatan CGPI Award dan
Penerbitan Buku Best Practices oleh IICG.
Pada penelitian sebelumnya mengenai kinerja keuangan perusahaan, sudah
banyak dilakukan penelitian yang hasilnya terdapat perbedaan (research gap). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh (Agustin & Sutjahyani, 2023) dan (Ngantung et al.,
2023) menunjukan bahwa komite audit mempengaruhi kinerja keuangan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa variabel komite
audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA.
Keberadaan komite audit akan memengaruhi perubahan kinerja keuangan perusahaan,
karena komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitori proses
pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan.
Sedangkan menurut penelitian (Anandamaya & Hermanto, 2021) dan
(Pudjonggo Kartorahardjo & Yuliati, 2022) komite audit tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Hal ini berarti temuan oleh komite audit terutama mengenai
permasalahan keagenan dan kecurangan laporan keuangan sudah tersampaikan secara
efektif terhadap dewan direksi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan (firm size) dianggap mampu mempengaruhi kinerja
perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan besar
kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar
5
saham dan lain-lain. Ukuran perusahaan yang dicerminkan dengan total aset yang
dimiliki. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan, mencerminkan bahwa
perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam mengelola asset yang dimiliki oleh
perusahaan.
Menurut penelitian Devi Oktaviyana & Kartika Hendra Titisari (2023)
menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan,
Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai pengukuran ukuran bisnis ditentukan
berdasarkan total asetnya, bertambah banyaknyatotal aktiva maka semakin besar
bisnisnya dan begitupun sebaliknya. Semakin banyak aset yang dimiliki perusahaan,
sehingga mampu memproduksi barang atau produk lebih banyak untuk mencapai
keuntungan besar yang meningkatkan kinerja keuangannya. Sedangkan menurut
penelitian Tri Diah Sari & Kartika Hendra (2020) ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Menurut penelitian Nebrisa Ayudia & Willy Sri
Yuliandhari (2022) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Ukuran perusahaan
tidak dapat dijadikan sebagai jaminan bahwa perusahaan yang besar memiliki kinerja
keuangan yang bagus.
Faktor selain ukuran perusahaan, kinerja keuangan dapat dilihat berdasarkan
Struktur modal yang merupakan perbandingan atau imbangan pendanaan jangka
panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang
terhadap modal sendiri (Fahmi, 2017). Untuk mencapai kinerja (prestasi kerja)
perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba salah satunya dengan adanya struktur
modal dalam perusahaan. Struktur modal ini melihat apakah perusahaan lebih dominan
dalam menggunakan ekuitas atau hutang jangka panjang untuk mengatur pendanaan
terhadap kinerja keuangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal
sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan
perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang.
Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari
alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila
6
perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal
dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan
modal keseluruhan atau modal rata-rata sehingga akan memaksimalkan nilai
perusaahan.
Penelitian mengenai pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan yang
diukur menggunakan debt to equity ratio (DER) dilakukan oleh Jessica Talenta &
Bulan Prabawani (2017) menunjukan bahwa struktur modal tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aida Nur &
Khuzaini (2021) menunjukan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap kinerja
keuangan. Struktur modal berpengaruh positif artinya apabila hutang jangka
panjang meningkat maka laba perusahaan juga akan meningkat.
Berdasarkan uraian diatas mengenai perbedaan riset terdahulu pada penelitian
kinerja keuangan, maka dapat disimpulkan masih ada terjadi perbedaan hasil
penelitian (research gap). Dengan adanya research gap, maka perlu adanya pengkajian
ulang untuk membuktikan pengaruh hasil dari variable yang memengaruhi kinerja
keuangan. Pada penelitian kali ini penulis memilih elemen pengaruh good corporate
governance, struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Penulis memiliki beberapa alasan untuk melakukan penelitian mengenai faktor
yang mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) khususnya melalui data laporan keuangan tahunan yang disediakan oleh
Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasan pertama yaitu karena adanya kasus yang dialami
oleh PT. Garuda Indonesia yang telah dijelaskan sebelumnya. Alasan kedua yaitu
karena adanya perbedaan hasil (research gap) dalam penelitian terdahulu. Alasan
ketiga dalam beberapa tahun terakhir ada perusahaan BUMN yang memiliki kinerja
keuangan yang menurun. Peneliti mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tujuh (7) tahun dari tahun
2012 hingga 2021.
7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul penelitian
“PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN
PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
(BUMN) YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2021)”.
8
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan maka disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2012-2021?
2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2012-2021?
3. Apakah Struktur Modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2012-2021?
9
perusahaan, struktur modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang
terdaftar di BEI tahun 2012-2021.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumber
informasi dan menjadi referensi bagi perkembangan ilmu ekonomi akuntansi
khususnya mengenai pengaruh good corporate governance, ukuran perusahaan,
struktur modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang terdaftar
di BEI tahun 2012-2021.
1.6.2 Manfaat Praktis
10
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan
penelaahan penelitian. Dalam laporan penelitian ini, sistematika penulisan terdiri dari
lima bab, masing-masing secara uraian secara garis besar dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penilitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai teori teori yang digunakan sebagai rujukan penelitian
yang terdiri dari, penelitian terdahulu, kerangka penelitian dan hipotesis penelitian.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, definisi operasional dan pengukuran,
populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
12
tanggung jawab manajer perusahaan dan merupakan tanggung jawab semua
pemangku kepentingan masing-masing pihak harus dapat menegosiasikan
persyaratan perjanjian.
Untuk mengurangi konflik atau masalah keagenan, diperlukan mekanisme
pengawasan untuk mengelola perusahaan. Salah satu mekanisme yang digunakan
adalah Good corporate governance. Good corporate governance merupakan
suatu sistem yang memberikan pedoman dan prinsip untuk mendamaikan
berbagai kepentingan, terutama kepentingan manajer dan pemegang saham.
Good corporate governance diharapkan agen dapat bertindak sesuai dengan
kepentingan pemilik yaitu meningkatkan return perusahaan sehingga kinerja
perusahaan meningkat. Pengawasan dan pengendalian harus dilakukan dalam
mengelola perusahaan agar tidak timbul asimetris informasi untuk memastikan
pengelolaan perusahaan yang dilakukan telah efektif dan sesuai dengan
ketentuan maupun peraturan yang berlaku.
Teori keagenan menyarankan hubungan antara pemilik perusahaan dengan
pengelola perusahaan melimpahkan pengelolaannya kepada pengelola
perusahaan. Teori keagenan juga menjelaskan bagaimana perbedaan perilaku
pemilik kepentingan yang ada pada peruahaan memiliki kepentingan yang
berbeda beda. Namun, teori keagenan merupakan prinsip dasar yang digunakan
untuk menyelesaikan dan menjelaskan masalah yang berhubungan antara
pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan.
13
2.1.3 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh
atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi
yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki. Nilai perusahaan sebagai hasil dari kinerja
perusahaan dicerminkan oleh harga saham yang bentuk oleh permintaan dan
penawaran pasar modal yang merefleksikan penilaian masyarakat terhadap
kinerja perusahaan (Harningsih dkk, 2019, Supriyono, Bintoro dan Daryanto,
2017).
Kinerja keuangan merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana suatu perusahaan telah melaksanakan aturan-aturan keuangan dengan
benar dan baik (Fahmi, 2014). Laporan keuangan yang dikeluarkan secara
periodik akan memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan.
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan digunakan pihak-pihak
tertentu seperti investor, kreditor, manajer, calon kreditor, karyawan, pemerintah
dan masyarakat yang masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda (Kasmir,
2017). Maka untuk menilai prestasi diperlukan ukuran-ukuran tertentu yaitu
rasio. Rasio yaitu angka yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan
perusahaan.
Kinerja keuangan dapat diukur melalui Analisa laporan keuangan, yaitu
dengan melihat rasio keuangan. Menurut Kasmir (2017) ada beberapa jenis rasio
keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio
aktivitas dan rasio pertumbuhan penilaian. Rasio profitabilitas merupakan rasio
yang sering diamati karena rasio tersebut dapat mengukur apakah suatu
perusahaan berhasil mendapatkan maupun meningkatkan profit. Rasio
profitabilitas dapat mengukur kemampuan perusahaan melalui aktiva perusahaan
14
yang digambarkan dengan ROA (Return on Asset) dan dapat digambarkan juga
dengan ROE (Return on Equity).
a. Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas
yang paling sering digunakan karena dapat menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam mendapatkan profit dengan
mengukur profit pada masa lampau yang akan digambarkan pada
keuntungan di masa yang akan datang. Menurut (Harmono,2016)
Asset yang digunakan adalah keseluruhan aktiva pada perusahaan
yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari luar, dan perusahaan
mengolahnya menjadi aktiva yang digunakan untuk
keberlangsungan hidup perusahaan.
15
Menurut Bambang Rianto Rustam (2017), Corporate Governance
merupakan serangkaian keterkaitan antara dewan komisaris, direksi, pihak-pihak
yang berkepentingan, serta pemegang saham perusahaan. Corporate governance
menciptakan sebuah struktur yang membantu perusahaan dalam menetapkan
sasaran, menjalankan kegiatan usaha sehari-hari, memerhatikan kebutuhan
stakeholder, memastikan perusahaan beroperasi secara aman dan sehar,
mematuhi hukum dan peratusan lain, serta melindungi kepentingan nasabah.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Good
Corporate Governance adalah suatu struktur atau sistem tata kelola yang baik
dengan proses yang transparan dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan
untuk meningkatkan nilai tambah bagi para stakeholders.
1. Tujuan Good Corporate Governance
a. Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan.
b. Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih
efektif dan efisien.
c. Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dari
organ perusahaan demi menjaga kepentingan para shareholder dan
stakeholder perusahaan,
d. Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan (khususnya perusahaan-
perusahaan pemerintah)terhadap perekonomian nasional.
e. Meningkatkan investasi nasional
16
e. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku
kepentingan terhadap perusahaan
17
manajemen dan auditor independent dalam memastikan apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku. Komite audit berguna untuk mengawasi
auditing dengan memeriksa ulang laporan keuangan agar sesuai standar
kebijakan keuangan yang berlaku terpenuhi, melakukan pemeriksaan
apakah laporan keuangan sudah secara konsisten oleh anggota komite
audit, dan menilai kewajaran dan kualitas pelayanan yang diajukan oleh
auditor ekstermal (Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG,
2006).
Sesuai dengan pedoman Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Komite Audit
paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari
Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan
Publik. Komite Audit harus mengadakan rapat secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
18
Ukuran perusahaan adalah skala dimana besar kecilnya perusahaan
diklasifikasikan berdasarkan berbagai cara antara lain total aset, nilai pasar
saham dan nilai penjualan. Semakin besar total asset yang dimiliki, nilai pasar
saham dan total penjualan maka semakin besar ukuran perusahaan, Bringham &
Houston (2018).
Perusahaan dengan ukuran besar akan dianggap menarik oleh investor
karena perusahaan yang besar akan memiliki kegiatan operasional yang besar.
Dapat diartikan kegiatan operasional yang banyak akan meningkatkan laba dan
dapat menunjang kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan akan berusaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangannya dibandingkan dengan
ukuran perusahaan yang lebih kecil. Karena aktiva yang dimiliki perusahaan
yang lebih besar dapat memberikan lebih banyak hasil daripada perusahaan yang
lebih kecil.
19
perusahaan memanfaatkan pembiayaan utang untuk meningkatkan laba
perusahaan (Setyawan, dkk,. 2016).
Table 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti;
Judul;Publikasi; Analisis Hasil Persamaan Perbedaan
Tahun Data
1 Veirent Elizabeth Kuantitaif 1. Komite Sama- Berbeda
Agustin & Dewi Audit sama objek
Sutjahyani; berpengaruh berfokus penelitian,
Pengaruh Good positif secara pada penelitian ini
Corporate signifikan komite dilakukan
Governance, 2. Struktur audit dan untuk
Struktur Modal, modal struktur perusahaan
dan Sales Growth berpengaruh modal manufaktur
Terhadap Kinerja negatif terhadap
Keuangan; 2022 secara kinerja
signifikan keuangan
terhadap
kinerja
keuangan
3. Sales
growth
20
berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan.
21
3 Tri Diah Sari & Kuantitatif 1. Komite Sama- Berbeda
Kartika Hendra Audit sama objek
Titisari; pengaruh berpengaruh berfokus penelitian,
kepemilikan terhadap pada penelitian ini
manajerial, komite kinerja komite dilakukan
audit, leverage dan keuangan. audit, untuk
ukuran perusahaan 2. Ukuran ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan perusahaan manufaktur
keuangan; 2020 tidak terhadap
berpengaruh kinerja
terhadap keuangan
kinerja
keuangan.
22
Keuangan 3. pengukuran
Ukuran nya
Perusahaan menggunaka
berpengaruh n Dewan
positif Komisaris
terhadap Independen
Kinerja
Keuangan
23
terhadap
Kinerja
Keuangan
4.
Pertumbuha
n Pennjualan
memiliki
pengaruh
positif
terhadap
Kinerja
Keuangan
24
kinerja kinerja
keuangan keuangan
3.Komite
Audit tidak
berpengaruh
terhadap
Kinerja
Keuangan
4. Ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
5. struktur
modal tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
25
Governance, Modal 2. komisaris ukuran perusahaan
Intelektual, Ukuran independen perusahaan manufaktur
Perusahaan tidak tdan
terhadap Kinerja berpengaruh struktur
Keuangan;2021 terhadap modal
kinerja terhadap
keuangan kinerja
3. komite keuangan
audit
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
dan
4.
kepemilikan
institusional.
Tidak ada
pengaruh
terhadap
kinerja
keuangan 5.
kepemilikan
manajer
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
26
keuangan
6.ukuran
komite juga
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
7.modal
intelektual
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
8. ukuran
perusahaan
juga
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan.
27
permodalan, kinerja ukuran perusahaan
leverage dan keuangan perusahaan yang tercatat
ukuran perusahaan 2. Komite dan kedalam
terhadap kinerja Audit tidak struktur indeks LQ-45
keuangan;2022 berpengaruh modal dalam pe
terhadap terhadap
kinerja kinerja
keuangan keuangan
3.Direksi
berpengaruh
negatif
terhadap
kinerja
keuangan
4. Struktur
Modal tidak
berpengaruh
kterhadap
kinerja
keuangan
5. Leverage
berpengaruh
negatif
terhadap
kinerja
keuangan
6. Ukuran
Perusahaan
28
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
keuangan
29
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Good
Corporate
Governance
Ukuran
Perusahaan Kinerja Keuangan
Struktur
Modal
30
Keterangan :
H1 : Good Corporate Governance
H2 : Ukuran Perusahaan
H3 : Struktur Modal
KK: Kinerja Keuangan
31
memiliki akses untuk mendapatkan modal yang lebih baik dan dapat memiliki
reputasi yg baik pada kalangan masyarakat atau investor.
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih
banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan
dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran
perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran besar
dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Devi Oktaviyana & Kartika Hendra (2023)
yang berjudul pengaruh leverage, likuiditas, struktur modal, dan ukuran
peursahaan terhadap kinerja keuangan yang mengatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil serupa
dikemukakan oleh Nebrisa Ayudia & Willy Sri (2022) menemukan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan uraian
tersebut maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H3: Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan
32
dilihat dari penelitian yang dilakukan (Nusah & Pondaag, 2022) dengan
menggunakan pengukuran DER berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikembangkan hipotesis sebagai
berikut:
H4 : Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan
33
BAB III
METODE PENELITIAN
34
kemampuanperusahaan melalui aktiva perusahaan yang pada penelitian ini akan
digambarkandengan ROA (Return on Asset).
!"#" #%&'()
ROA =
*+,"- .'%,
35
3.2.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan merupakan nilai besar kecilnya perusahaan yang
ditunjukan oleh total aset, total penjualan, jumlah laba, sehinga mempengaruhi
kinerja sosial perusahaan dan menyebabkan tercapainya tujuan perusahaan.
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan total aktiva, maka
semakin besar total aktiva perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam.
Menurut Riyanto (2013) ukuran perusahaan (Firm Size) adalah besar
kecilnya perusahaan diihat dari ekuitas, nilai perusahaan atau total aset yang
dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dirumuskan dengan:
36
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut (Komala, 2017) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi pada penelitian kali ini yaitu perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2021.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 24 perusahaan.
Tabel 3.1
Tabel Populasi
No Kode Emiten Nama Perusahaan
1 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
2 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk
3 BMRI PT Bank Mandiri Tbk
4 BTN PT Bank Tabungan Negara
5 WSBP PT Waskita Beton Precast Tbk
6 ANTM PT Aneka Tambang Tbk
7 TINS PT Timah Tbk
8 KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
9 SMGR PT Semen Indonesia (Persero)
10 SMBR PT Semen Baturaja (Persero)
11 WSKT PT Wakita Karya (Persero) Tbk
12 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk
13 WIKA PT Wijaya Karya Beton Tbk
14 PTPP PT PP (Persero) Tbk
15 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
16 PPRO PT PP Properti Tbk
37
17 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk
18 TLKM PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
19 GIAA PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
20 ELSA PT Elnusa Tbk
21 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
22 PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
Tbk
23 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk
24 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk
3.3.2 Sampel
Sampel merupakan jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang ada (Sugiyono, 2019). Purposive sampling merupakan teknik yang
digunakan guna pengambilan sampling yang tidak memberikan kesempatan
sama bagi setiap populasi yang termasuk dalam kriteria dalam penelitian.
Penelitian inimenggunakan metode purposive sampling.
Penelitian kali ini menggunakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2021 yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2021.
2. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menerbitkan
laporan keuangan tahunan per 31 Desember untuk tahun 2012 – 2021
secara berurut dan lengkap.
38
Tabel 3.2
Kriteria Sampel
Tabel 3.3
Sampel Perusahaan
No Kode Emiten Nama Perusahaan
1 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
2 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk
3 BMRI PT Bank Mandiri Tbk
4 BTN PT Bank Tabungan Negara
5 ANTM PT Aneka Tambang Tbk
6 TINS PT Timah Tbk
7 KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
8 SMGR PT Semen Indonesia (Persero)
9 SMBR PT Semen Baturaja (Persero)
10 WSKT PT Wakita Karya (Persero) Tbk
39
11 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk
12 WIKA PT Wijaya Karya Beton Tbk
13 PTPP PT PP (Persero) Tbk
14 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
15 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk
16 TLKM PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
17 GIAA PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
18 ELSA PT Elnusa Tbk
19 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
20 PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
Tbk
21 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk
22 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk
40
menggunakan metode pengumpulan data dengan riset internet (online research) yaitu
pengumpulan data observasi dengan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan
yang terdapat di perusahaan Badan Umum Milik Negara (BUMN) terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang dimuat dalam www.idx.co.id dan website masing-masing
perusahaan.
41
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji asumsi klasik dilakukan untuk
memastikan bahwa penelitian ini bebas dari multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi, serta data yang dihasilkan berdistribusi
normal. Jika tidak terjadi multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi,
maka asumsi klasik dapat dipenuhi dan analisis regresi linier berganda dapat
dilakukan (Ghozali, 2018).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
data mengikuti distribusi normal. Suatu model regresi dikatakan baik jika
nilai residualnya berdistribusi normal atau mendekati normal. Ada dua
metode untuk menentukan apakah residual mengikuti distribusi normal
yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2016).
Menurut Ghozali (2018) kriteria hipotesis diterima atau ditolah pada uji
normalitas adalah:
a. Nilai probabilitas ≥ α (0,05), maka H0 diterima dan berarti residual
terdistribusi normal.
b. Nilai probabilitas < α (0,05), maka H0 ditolak dan berarti residual tidak
terdistribusi normal
2. Uji Multikoleniaritas
Uji multikoleniaritas digunakan untuk menguji model regresi memiliki
kolerasi antara variabel independent satu dengan variabel independen
lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak menunjukkan korelasi
antar variabel. lainnya (Ghozali, 2018). Untuk menguji ada tidaknya
multikolineritas dalam model regresi dapat dilihat dengan nilai tolerance
dan nilai variance inflation factor (VIF). Nilai variance inflation factor
(VIF) ≤ 10 menunjukkan tidak adanya multikolineritas, sedangkan jika
Nilai variance inflation factor (VIF) ≥ 10 maka menunjukkan adanya
multikolineritas.
42
3. Uji Heterokedastisitas
Model regresi yang baik yaitu model yang tidak homogen yang dapat
dikatakan tidak heterokedastisitas (Ghozali, 2018). Uji heteroskedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan varian dari residual
satu pengamatan dengan pengamatan lainnya dalam suatu model regresi.
Uji yang diakukan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan uji glesjer dengan meregresikan nilai absolut residualnya,
Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
a. H0 : tidak terjadi heteroskedastisitas pada sebaran data.
b. H1 : terjadi heteroskedastisitas pada sebaran data.
Pedoman dalam pengambilan kesimpulan yaitu:
a. Jika nilai Probability > α (0,05), maka H0 diterima, yang berarti tidak
terjadi
heteroskedastisitas pada sebaran data.
b. Jika nilai Probability < α (0,05), maka H0 ditolak, yang berarti terjadi
heteroskedastisitas pada sebaran data.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertjuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara pendeteksi ada tidaknya
autokorelasi dengan uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson hanya
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya
konstanta dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah adalah
model regresi yang bebas autokorelasi.
Menurut (Choerunnisa et al., 2021) batasan nilai dari metode Durbin
43
Watson adalah :
a. Nilai DW yang besar atau diatas 2 berarti tidak ada autokorelasi negatif.
b. Nilai DW antara negatif 2 sampai 2 berarti tidak autokorelasi atau bebas
autokorelasi.
c. Nilai DW yang kecil atau dibawah negatif 2 berarti ada autokorelasi
positif.
Keterangan :
Y = Kinerja Keuangan
A = Konstanta
X1 = Good Corporate Governance
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Struktur Modal
b1b2 b3 = Koefesien Regresi
44
e = Variabel Pengganggu
45
b. Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel apabila F
hitung < F tabel, maka H1 ditolak, Berarti variabel independen
secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
3. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) merupakan alat untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai R² yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Dan sebaliknya
jika nilai yang mendekati 1 berati variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.
46