Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN

PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA


KEUANGAN
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN BUMN YANG
TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2021)

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Oleh
Intan Saputri
192421022

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI TRI BHAKTI
BEKASI, 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan dunia saat ini semakin pesat, yang diikuti dengan pesatnya
persaingan maupun perkembangan kemajuan dalam informasi. Dalam menghadapi
persaingan yang semakin ketat, perusahaan diharuskan memiliki manajemen yang
profesional dan kuat untuk bertahan dan berkembang. Hal ini menuntut perusahaan
untuk mengembangkan strategi yang tepat agar dapat bertahan dan meningkatkan
kinerjanya.
Perusahaan harus mempunyai kinerja yang baik sehingga dapat mempertahankan
perusahaan menghadapi pesaingnya. Perusahaan yang memiliki kinerja yang baik akan
dapat lebih dipercaya oleh investor. Dalam hal ini, kinerja yang dimaksud adalah
kinerja keuangan dari perusahaan. Kinerja keuangan adalah wujud tercapainya suatu
prestasi perusahaan untuk periode tertentu yang memberikan gambaan yang berdasar
pada sasaran, standar, dan kriteria yang sudah tetap.
Kinerja keuangan biasa digunakan para investor sebagai tolak ukur. Investor
akan menganalisis kinerja keuangan perusahaan dalam pengambilan keputusan
investasi. Saat melakukan analisis kinerja keuangan akan dibandingkan periode saat ini
dengan periode sebelumnya. Jika dari hasil analisis menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan baik, maka akan menarik para investor dalam menanamkan modalnya.
Oleh karena itu, kinerja keuangan juga merupakan hal penting bagi perusahaan untuk
mendapatkan asupan modal (Meiyana, Aida dan Aisyah, 2019).
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi dan
kinerja suatu perusahaan, Informasi tersebut mencakup posisi keuangan, perubahan
posisi keuangan, serta posisi keuangan (Fahmi, 2014). Laporan keuangan merupakan
hal yang penting untuk digunakan dalam perusahaan, terutama dari luar perusahaan
seperti investor, kreditur, maupun pemilik kepentingan.

1
Seiring berjalannya pasar modal, perusahaan wajib untuk melampirkan laporan
keuangan agar pihak luar seperti pemilik kepentingan, investor, dan kreditur dapat
mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang berhubungan dengan investasi yang
ditanamnkan atau yang diberikan oleh pihak eksternal. Ketika investor berinvestasi
pada perusahaan, maka diperlukan informasi sebagai pertimbangan. Salah satu
informasi yang bisa digunakan yaitu melalui laporan keuangan.
Dengan menganalisis laporan keuangan, investor dapat mengetahui kinerja
perushaan, perencanaan perusahaan, prospek perusahaan, evaluasi, dan integritas
perusahaan. Menurut Kasmir (2017) analisis laporan keuangan digunakan untuk
mudah memahami laporan keuangan sehingga dapat dimengerti oleh berbagai pihak.
Bagi pemilik dan manajemen, analisis laporan keuangan digunakan guna mengetahui
posisi keuangan saat ini. Setelah dilakukan analisis secara mendalam dapat terlihat
akan tercapainya target yang telah dirancang sebelumnya. Analisis keuangan dapat
membantu para investor untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan perusahan.
Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai perusahaan
yang menyangkut perihal posisi keuangan, perubahan posisi keuangan, dan kinerja
suatu perusahaan. Melalui laporan keuangan investor dapat memutuskan apakah akan
tetap tetap berinvestasi di perusahaan tersebut atau mencari alternatif lainnya. Namun
pada penerapannya, ada beberapa perusahaan yang tidak dapat mempertahankan
kinerja keuangannya bahkan perusahaan mengalami kerugian.
Pada 28 Juni 2019, Garuda Indonesia sebagai institusi, jajaran Direksi &
Komisaris Garuda, serta auditor laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018, yakni
Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan menerima sanksi dari berbagai pihak akibat
laporan keuangan Garuda yang tidak sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK).
Hal ini berawal dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku
2018 dimana Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih sebesar USD 809,85
ribu. Angka ini melonjak tajam dibanding laporan tahun 2017 yang menderita rugi

2
USD 216,5 juta dan pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar USD
114,08 juta.
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta tanggal 24
April 2019, dua komisaris Garuda Indonesia, Chairal Tanjung dan Dony Oskaria
selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyampaikan keberatan mereka melalui
surat keberatan dalam RUPST. Chairal sempat meminta agar keberatan itu dibacakan
dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak dikabulkan.
Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan Garuda
Indonesia tahun 2018.
Mereka berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar USD 239,94 juta
terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika
nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka
perusahaan sebenarnya masih merugi USD 244,96 juta.
Tindakan Garuda Indonesia yang mengakui pendapatan selama rentang 15 tahun
di dalam laporan keuangan tahun 2018 tidak wajar dan berisiko menimbulkan masalah
keuangan pada Garuda di masa depan, mengingat metode akuntansi secara akrual.
Yakni, metode pencatatan akuntansi yang memungkinkan piutang dimasukkan sebagai
pendapatan meskipun uangnya belum diterima, seharusnya membagi nilai transaksi
selama 15 tahun setiap tahunnya selama durasi kerja sama yang disepakati. Karena
harus ada perbandingan yang seimbang antara pendapatan (revenue) dengan. Beban
operasi (cost) di masing-masing tahun.
Salah satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja perusahaan dengan
menerapkan mekanisme Good corporate governance dengan baik. Good corporate
governance digunakan untuk memaksimalkan pendanaan perusahaan yang ada pada
perusahaan yang diberikan oleh investor maupun pemilik kepentingan.
Secara umum, good corporate governance merupakan seperangkat yang
menyeimbangkan antara pihak manajerial perusahaan dengan pemilik modal. Good
corporate governance yang baik merupakan salah satu sistem yang dapat lebih
mempengaruhi kinerja keuangan suatu perusahaan. Penelitiannya berpendapat bahwa

3
semakin baik good corporate governance yang diterapkan, semakin baik kinerja
keuangan suatu perusahaan. Jika pelaksanaannya dilakukan dengan benar, sistem good
corporate governance kemudian akan secara efektif melindungi pemegang saham dan
kreditur, menanamkan kepercayaan pada pihak- pihak ini tentang investasi mereka di
perusahaan.
Komite audit berfungsi sebagai penghubung antara pemegang saham dan
dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam menangani masalah
pengendalian. Komite audit bertugas untuk membantu komisaris dalam rangka
peningkatan kualitas laporan keuangan dan peningkatan efektivitas internal dan
eksternal audit. Pengawasan proses penyusunan laporan keuangan yang dilakukan oleh
komite audit dimulai dari awal penyusunan hingga laporan keuangan tersebut di audit
oleh audit eksternal dan siap untuk di publikasikan.
Menurut Pedoman Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nomor 55/POJK.04/2015
tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit, anggota komite
audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari Komisaris
Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik. Komite Audit harus
mengadakan rapat secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
Riset pemeringkatan Corporate Governance Perception Index (CGPI) dilakukan
dengan menggunakan metode survei melalui kuesioner yang diisi secara self
assessment oleh emiten. Penyusunan kuesioner berdasarkan prinsip-prinsip corporate
governance yang diterapkan badan internasional yaitu OECD dan KNKG yang
meliputi Accountability, Responsibility, Fairness dan Transparancy.
Penjabaran prinsip-prinsip tersebut ke dalam item-item pertanyaan dilakukan
mengacu pada UU No. 1 tahun 1995 tentang PT, UU No. 8 tahun 1998 tentang Pasar
Modal, panduan implementasi GCG, OECD principles, praktik-praktik bisnis yang
baik (best practices) dan kriteria-kriteria rating yang telah dilakukan di berbagai
negara-negara seperti Australia, Jerman dan Philipina. Item-item pertanyaan yang
dirumuskan dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok yang disebut dengan
kriteria pelaksanaan GCG atau dimensi penerapan GCG yaitu komitmen terhadap tata

4
kelola perusahaan, tata kelola dewan komisaris, komite-komite fungsional, dewan
direksi, perlakuan terhadap pemegang saham, perlakuan terhadap stakeholders lain
serta transparansi, integritas dan independensi Selama ini, hal yang berbeda atas
pelaksanaan CGPI dari tahun ke tahun adalah pengembangan metodologi dan alat ukur
dalam menilai penerapan GCG.
Hal ini dilakukan untuk meminimalkan keterbatasan yang terjadi pada tahun-
tahun sebelumnya serta memperjuangkan agar indeks yang disajikan CGPI benar-benar
kredibel. Hasil Keluaran dan Peringkatan CGPI dalam bentuk laporan hasil riset dan
pemeringkatan CGPI, publikasi hasil riset dan pemeringkatan CGPI Award dan
Penerbitan Buku Best Practices oleh IICG.
Pada penelitian sebelumnya mengenai kinerja keuangan perusahaan, sudah
banyak dilakukan penelitian yang hasilnya terdapat perbedaan (research gap). Menurut
penelitian yang dilakukan oleh (Agustin & Sutjahyani, 2023) dan (Ngantung et al.,
2023) menunjukan bahwa komite audit mempengaruhi kinerja keuangan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa variabel komite
audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA.
Keberadaan komite audit akan memengaruhi perubahan kinerja keuangan perusahaan,
karena komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitori proses
pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan.
Sedangkan menurut penelitian (Anandamaya & Hermanto, 2021) dan
(Pudjonggo Kartorahardjo & Yuliati, 2022) komite audit tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Hal ini berarti temuan oleh komite audit terutama mengenai
permasalahan keagenan dan kecurangan laporan keuangan sudah tersampaikan secara
efektif terhadap dewan direksi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah ukuran
perusahaan. Ukuran perusahaan (firm size) dianggap mampu mempengaruhi kinerja
perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan besar
kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar

5
saham dan lain-lain. Ukuran perusahaan yang dicerminkan dengan total aset yang
dimiliki. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan, mencerminkan bahwa
perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam mengelola asset yang dimiliki oleh
perusahaan.
Menurut penelitian Devi Oktaviyana & Kartika Hendra Titisari (2023)
menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan,
Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai pengukuran ukuran bisnis ditentukan
berdasarkan total asetnya, bertambah banyaknyatotal aktiva maka semakin besar
bisnisnya dan begitupun sebaliknya. Semakin banyak aset yang dimiliki perusahaan,
sehingga mampu memproduksi barang atau produk lebih banyak untuk mencapai
keuntungan besar yang meningkatkan kinerja keuangannya. Sedangkan menurut
penelitian Tri Diah Sari & Kartika Hendra (2020) ukuran perusahaan tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Menurut penelitian Nebrisa Ayudia & Willy Sri
Yuliandhari (2022) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Ukuran perusahaan
tidak dapat dijadikan sebagai jaminan bahwa perusahaan yang besar memiliki kinerja
keuangan yang bagus.
Faktor selain ukuran perusahaan, kinerja keuangan dapat dilihat berdasarkan
Struktur modal yang merupakan perbandingan atau imbangan pendanaan jangka
panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh perbandingan hutang jangka panjang
terhadap modal sendiri (Fahmi, 2017). Untuk mencapai kinerja (prestasi kerja)
perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba salah satunya dengan adanya struktur
modal dalam perusahaan. Struktur modal ini melihat apakah perusahaan lebih dominan
dalam menggunakan ekuitas atau hutang jangka panjang untuk mengatur pendanaan
terhadap kinerja keuangan. Jika dalam pendanaan perusahaan yang berasal dari modal
sendiri masih mengalami kekurangan (defisit) maka perlu dipertimbangkan pendanaan
perusahaan yang berasal dari luar, yaitu dari hutang.
Namun dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari
alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila

6
perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal
dapat diartikan sebagai struktur modal yang dapat meminimalkan biaya penggunaan
modal keseluruhan atau modal rata-rata sehingga akan memaksimalkan nilai
perusaahan.
Penelitian mengenai pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan yang
diukur menggunakan debt to equity ratio (DER) dilakukan oleh Jessica Talenta &
Bulan Prabawani (2017) menunjukan bahwa struktur modal tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Aida Nur &
Khuzaini (2021) menunjukan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap kinerja
keuangan. Struktur modal berpengaruh positif artinya apabila hutang jangka
panjang meningkat maka laba perusahaan juga akan meningkat.
Berdasarkan uraian diatas mengenai perbedaan riset terdahulu pada penelitian
kinerja keuangan, maka dapat disimpulkan masih ada terjadi perbedaan hasil
penelitian (research gap). Dengan adanya research gap, maka perlu adanya pengkajian
ulang untuk membuktikan pengaruh hasil dari variable yang memengaruhi kinerja
keuangan. Pada penelitian kali ini penulis memilih elemen pengaruh good corporate
governance, struktur modal dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Penulis memiliki beberapa alasan untuk melakukan penelitian mengenai faktor
yang mempengaruhi kinerja keuangan pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) khususnya melalui data laporan keuangan tahunan yang disediakan oleh
Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasan pertama yaitu karena adanya kasus yang dialami
oleh PT. Garuda Indonesia yang telah dijelaskan sebelumnya. Alasan kedua yaitu
karena adanya perbedaan hasil (research gap) dalam penelitian terdahulu. Alasan
ketiga dalam beberapa tahun terakhir ada perusahaan BUMN yang memiliki kinerja
keuangan yang menurun. Peneliti mengambil sampel perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan tujuh (7) tahun dari tahun
2012 hingga 2021.

7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul penelitian
“PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN
PERUSAHAAN, STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
(BUMN) YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2021)”.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Terdapat identifikasi bahwa kinerja keuangan dipengaruhi oleh komite audit
dalam melakukan pengawasan manajemen dan auditor independent dalam
memastikan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
2. Terdapat identifikasi bahwa kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh
ukuran perusahaan dalam menunjang perkembangan perusahaan.
3. Terdapat identifikasi bahwa kinerja keuangan perusahaan dipengaruhi oleh
struktur modal dalam melakukan proporsi dari penggunaan modal sendiri dan
hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan.

1.3 Batasan Masalah


Agar masalah yang diteliti dalam penelitian ini terarah dan jelas, maka peneliti
memberikan batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel bebas yaitu Good Corporate
Governance, ukuran perusahaan dan sturktur modal.
2. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah perusahaan Badan Umum Milik
Negara (BUMN) yang terdaftar di BEI dan menerbitkan laporan keuangan
tahunan yang telah diaudit selama periode pengamatan, yaitu tahun 2012 sampai
dengan 2021.

8
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan maka disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Good Corporate Governance berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2012-2021?
2. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada
perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2012-2021?
3. Apakah Struktur Modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan
BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2012-2021?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang diatas, tujuan penelitian ini diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan menganalisa apakah good corporate governance
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang terdaftar
di BEI tahun 2012-2021?
2. Untuk menguji dan menganalisa apakah urkuran perusahaan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahun
2012-2021?
3. Untuk menguji dan menganalisa apakah struktur modal berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahun 2012-
2021?

1.6 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan,
wawasan, dan pengalaman mengenai pengaruh good corporate governance, ukuran

9
perusahaan, struktur modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang
terdaftar di BEI tahun 2012-2021.
1.6.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai sumber
informasi dan menjadi referensi bagi perkembangan ilmu ekonomi akuntansi
khususnya mengenai pengaruh good corporate governance, ukuran perusahaan,
struktur modal terhadap kinerja keuangan pada perusahaan BUMN yang terdaftar
di BEI tahun 2012-2021.
1.6.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti Selanjutnya


Penelitian ini dapat dijadikan acuan, pedoman, dan motivasidalam
melakukan penelitian selanjutnya mengenai pengaruh pengaruh
Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, dan Good Corporate
Governance terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan farmasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2021.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi perusahaan farmasi di
Indonesia karena dapat digunakan untuk melakukan kembali
perbaikan sebelum perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau
bahkan kebangkrutan, sehingga perusahaan tersebut akan stabil
kembali.
c. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya sebagai sumber pengetahuan bagi para
pembaca.

10
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan bertujuan untuk mempermudah pemahaman dan
penelaahan penelitian. Dalam laporan penelitian ini, sistematika penulisan terdiri dari
lima bab, masing-masing secara uraian secara garis besar dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penilitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai teori teori yang digunakan sebagai rujukan penelitian
yang terdiri dari, penelitian terdahulu, kerangka penelitian dan hipotesis penelitian.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai desain penelitian, definisi operasional dan pengukuran,
populasi dan sampel, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian, hasil penelitian dan
pembahasan hasil penelitian
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

11
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Theory Agency
Dalam Memahami good corporate governance bahwasanya perlu
digunakan dasar perspektif yaitu hubungan keagenan. Teori keagenan
menjelaskan hubungan antar pemegang saham (shareholders) sebagai principal
dan manajemen sebagai agen sehingga mampu menghindari terjadinya hubungan
yang asimetri, dibutuhkan suatu konsep yakni konsep good corporate
governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan sehat, berkemajuan,
lebih efektif dan efisien.
Teori keagenan menjelaskan adanya hubungan antara pemilik (principal)
dan pengelola (agent). Menurut Scott (2015), teori keagenan adalah kontrak yang
memotivasi agen untuk bertindak atas nama pemilik ketika kepentingan agen
dinyatakan bertentangan dengan kepentingan pemilik. Hubungan antara pemilik
perusahaan dan pengelola dapat menimbulkan asimetri informasi (information
asymetric).
Asimetri informasi (information asymetric) menyebabkan berkurangnya
salah satu prinsip corporate governance yaitu transparansi tentang kinerja
keuangan kepada pemilik perusahaan. Konflik akan muncul karena masing-
masing pihak yang berpartisipasi dalam kontrak melakukan yang terbaik
untuknya.
Hubungan agen terjadi Ketika pelaku menyewa agen untuk melakukan
pekerjaan atas nama pemilik. Pemilik biasanya mendelegasikan kekuatan
pengambilan keputusan kepada agen. Masalah ini muncul ketika ada konflik
kepentingan antara pemilik dengan agen. Namun, ketika terjadi konflik
kepentingan antara pemilik dan agen, meminimalisir konflik kepentingan adalah

12
tanggung jawab manajer perusahaan dan merupakan tanggung jawab semua
pemangku kepentingan masing-masing pihak harus dapat menegosiasikan
persyaratan perjanjian.
Untuk mengurangi konflik atau masalah keagenan, diperlukan mekanisme
pengawasan untuk mengelola perusahaan. Salah satu mekanisme yang digunakan
adalah Good corporate governance. Good corporate governance merupakan
suatu sistem yang memberikan pedoman dan prinsip untuk mendamaikan
berbagai kepentingan, terutama kepentingan manajer dan pemegang saham.
Good corporate governance diharapkan agen dapat bertindak sesuai dengan
kepentingan pemilik yaitu meningkatkan return perusahaan sehingga kinerja
perusahaan meningkat. Pengawasan dan pengendalian harus dilakukan dalam
mengelola perusahaan agar tidak timbul asimetris informasi untuk memastikan
pengelolaan perusahaan yang dilakukan telah efektif dan sesuai dengan
ketentuan maupun peraturan yang berlaku.
Teori keagenan menyarankan hubungan antara pemilik perusahaan dengan
pengelola perusahaan melimpahkan pengelolaannya kepada pengelola
perusahaan. Teori keagenan juga menjelaskan bagaimana perbedaan perilaku
pemilik kepentingan yang ada pada peruahaan memiliki kepentingan yang
berbeda beda. Namun, teori keagenan merupakan prinsip dasar yang digunakan
untuk menyelesaikan dan menjelaskan masalah yang berhubungan antara
pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan.

2.1.2 Pecking Order Theory


Pecking order theory merupakan salah satu teori struktur modal yang
menyatakan bahwa penggunaan dana internal lebih diutamakan daripada
penggunaan dana yang diperoleh dari eksternal. Menurut (Sisilya & J. Pondaag,
2022) pecking order theory adalah urutan sumber pendanaan dari internal (laba
ditahan) dan eksternal (penerbitan ekuitas baru).

13
2.1.3 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh
atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi
yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki. Nilai perusahaan sebagai hasil dari kinerja
perusahaan dicerminkan oleh harga saham yang bentuk oleh permintaan dan
penawaran pasar modal yang merefleksikan penilaian masyarakat terhadap
kinerja perusahaan (Harningsih dkk, 2019, Supriyono, Bintoro dan Daryanto,
2017).
Kinerja keuangan merupakan analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh
mana suatu perusahaan telah melaksanakan aturan-aturan keuangan dengan
benar dan baik (Fahmi, 2014). Laporan keuangan yang dikeluarkan secara
periodik akan memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan perusahaan.
Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan digunakan pihak-pihak
tertentu seperti investor, kreditor, manajer, calon kreditor, karyawan, pemerintah
dan masyarakat yang masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda (Kasmir,
2017). Maka untuk menilai prestasi diperlukan ukuran-ukuran tertentu yaitu
rasio. Rasio yaitu angka yang menunjukkan hubungan antara dua data keuangan
perusahaan.
Kinerja keuangan dapat diukur melalui Analisa laporan keuangan, yaitu
dengan melihat rasio keuangan. Menurut Kasmir (2017) ada beberapa jenis rasio
keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio
aktivitas dan rasio pertumbuhan penilaian. Rasio profitabilitas merupakan rasio
yang sering diamati karena rasio tersebut dapat mengukur apakah suatu
perusahaan berhasil mendapatkan maupun meningkatkan profit. Rasio
profitabilitas dapat mengukur kemampuan perusahaan melalui aktiva perusahaan

14
yang digambarkan dengan ROA (Return on Asset) dan dapat digambarkan juga
dengan ROE (Return on Equity).
a. Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas
yang paling sering digunakan karena dapat menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam mendapatkan profit dengan
mengukur profit pada masa lampau yang akan digambarkan pada
keuntungan di masa yang akan datang. Menurut (Harmono,2016)
Asset yang digunakan adalah keseluruhan aktiva pada perusahaan
yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari luar, dan perusahaan
mengolahnya menjadi aktiva yang digunakan untuk
keberlangsungan hidup perusahaan.

2.1.4 Good Corporate Governance


Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola perusahaan yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparancy), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsilbility), independensi
(indenpedency), dan kewajaran (fairness). Good Corporate Governance dapat
diartikan juga sebagai suatu pengendalian internal perusahaan guna mengelola
resiko yang signifikan dengan mendorong terbentuknya manajemen perusahaan
yang bersih dan transparan. Tujuan utama diterapkannya Good Corporate
Governance adalah untuk melindungi stakeholder dari perilaku manajemen yang
tidak bersih dan tidak transparan.
Penerapan Good Corporate Governance juga merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada Perbankan. Penerapan
Good Corporate Governance dinilai dapat memperbaiki citra perbankan dan
akan menciptakan iklim usaha yang sehat serta mendorong peningkatan kinerja
perbankan (Peraturan Bank Indonesia, 2013).

15
Menurut Bambang Rianto Rustam (2017), Corporate Governance
merupakan serangkaian keterkaitan antara dewan komisaris, direksi, pihak-pihak
yang berkepentingan, serta pemegang saham perusahaan. Corporate governance
menciptakan sebuah struktur yang membantu perusahaan dalam menetapkan
sasaran, menjalankan kegiatan usaha sehari-hari, memerhatikan kebutuhan
stakeholder, memastikan perusahaan beroperasi secara aman dan sehar,
mematuhi hukum dan peratusan lain, serta melindungi kepentingan nasabah.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Good
Corporate Governance adalah suatu struktur atau sistem tata kelola yang baik
dengan proses yang transparan dalam mengatur dan mengendalikan perusahaan
untuk meningkatkan nilai tambah bagi para stakeholders.
1. Tujuan Good Corporate Governance
a. Untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan nilai perusahaan.
b. Untuk dapat mengelola sumber daya dan resiko secara lebih
efektif dan efisien.
c. Untuk dapat meningkatkan disiplin dan tanggung jawab dari
organ perusahaan demi menjaga kepentingan para shareholder dan
stakeholder perusahaan,
d. Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan (khususnya perusahaan-
perusahaan pemerintah)terhadap perekonomian nasional.
e. Meningkatkan investasi nasional

2. Manfaat Good Corporate Governance


a. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.
b. Memberikan keputusan yang lebih baik guna meningkatkan kinerja
ekonomi perusahan.
c. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
d. Mendapatkan biaya modal (cost of capital) yang lebih murah.

16
e. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku
kepentingan terhadap perusahaan

3. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance


a. Transparansi (Transparency) keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam
mengemukakan informasi materil dan relavan mengenai perusahaan.
b. Akuntabilitas (Accountability) Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehinggapengelolaan perusahaan
terlaksana secara efektif.
c. Pertanggungjawaban (Responsibility) Kesesuaian didalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan
prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
d. Kemandirian (Independency) Suatu keadaan di mana
perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
e. Kewajaran (Fairness) Keadilan dan kesataraan di dalam
memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Pengukuran Good Corporate Governance


Dalam penelitian ini pengukuran yang digunakan adalah Komite Audit.
a. Komite Audit
Komite audit memiliki wewenang penting dalam menyelesaikan
masalah yang ada pada perusahaan sesuai dengan cakupan komite audit.
Komite audit menurut Manosoh (2016) memiliki peran dalam
penerapan good corporate governance yaitu dengan pengawasan

17
manajemen dan auditor independent dalam memastikan apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku. Komite audit berguna untuk mengawasi
auditing dengan memeriksa ulang laporan keuangan agar sesuai standar
kebijakan keuangan yang berlaku terpenuhi, melakukan pemeriksaan
apakah laporan keuangan sudah secara konsisten oleh anggota komite
audit, dan menilai kewajaran dan kualitas pelayanan yang diajukan oleh
auditor ekstermal (Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG,
2006).
Sesuai dengan pedoman Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Komite Audit
paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari
Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan
Publik. Komite Audit harus mengadakan rapat secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.

2.1.5 Ukuran Perusahaan


Perusahaan dengan ukuran yang besar cenderung memiliki akses pasar
yang lebih baik daripada perusahaan yang berukuran kecil. Kegiatan operasional
perusahaan yang lebih besar akan memungkinkan perusahaan mendapatkan
penghasilan dan keuntungan yang lebih besar, sehingga dapat meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan, (Purnomosidi et al., 2014) dalam Tertius dan
Christiawan (2015).
Menurut teori skala ekonomi pada teori teknologi, perusahaan dengan
ukuran yang besar memiliki berbagai modal fisik seperti mesin dan peralatan
sebagai faktor-faktor yang menentukan besarnya ukuran perusahaan yang
optimal serta pengaruhnya terhadap profitabilitas, hal ini dikarenakan modal fisik
sebagai input yang besar akan menghasilkan output yang besar pula.

18
Ukuran perusahaan adalah skala dimana besar kecilnya perusahaan
diklasifikasikan berdasarkan berbagai cara antara lain total aset, nilai pasar
saham dan nilai penjualan. Semakin besar total asset yang dimiliki, nilai pasar
saham dan total penjualan maka semakin besar ukuran perusahaan, Bringham &
Houston (2018).
Perusahaan dengan ukuran besar akan dianggap menarik oleh investor
karena perusahaan yang besar akan memiliki kegiatan operasional yang besar.
Dapat diartikan kegiatan operasional yang banyak akan meningkatkan laba dan
dapat menunjang kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan akan berusaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangannya dibandingkan dengan
ukuran perusahaan yang lebih kecil. Karena aktiva yang dimiliki perusahaan
yang lebih besar dapat memberikan lebih banyak hasil daripada perusahaan yang
lebih kecil.

2.1.6 Struktur Modal


Menurut Utami Laksita (2013), Struktur modal perusahaan merupakan
salah satu faktor fundamental dalam operasi perusahaan. Struktur modal suatu
perusahaan ditentukan oleh kebijakan pembelanjaan dari manajer keuangan yang
senantiasa dihadapkan pada pertimbangan baik yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif.
Menurut Mulyani (2017) struktur modal adalah proporsi dari penggunaan
modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan. Bila
struktur modal suatu perusahaan besar, maka tingkat produktivitas akan
meningkat sesuai dengan struktur modal yang dimiliki perusahaan tersebut dan
akan berdampak positif bagi kelangsungan usahanya.
Struktur modal menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan
membiayai seluruh kegiatan operasi serta pertumbuan perusahaan dari berbagai
sumber pendanaan dan struktur modal juga mengacu pada seberapa jauh

19
perusahaan memanfaatkan pembiayaan utang untuk meningkatkan laba
perusahaan (Setyawan, dkk,. 2016).

2.2 Penelitian Terdahulu


Sebagai bahan pertimbangan, penelitian ini didasari dari penelitian yang telah
ada sebelumnya, penelitian terdahulu yang dicantumkan sebagai bahan rujukan adalah:

Table 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti;
Judul;Publikasi; Analisis Hasil Persamaan Perbedaan
Tahun Data
1 Veirent Elizabeth Kuantitaif 1. Komite Sama- Berbeda
Agustin & Dewi Audit sama objek
Sutjahyani; berpengaruh berfokus penelitian,
Pengaruh Good positif secara pada penelitian ini
Corporate signifikan komite dilakukan
Governance, 2. Struktur audit dan untuk
Struktur Modal, modal struktur perusahaan
dan Sales Growth berpengaruh modal manufaktur
Terhadap Kinerja negatif terhadap
Keuangan; 2022 secara kinerja
signifikan keuangan
terhadap
kinerja
keuangan
3. Sales
growth

20
berpengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
keuangan.

2 Sisilya Nusah & Kuantitatif 1. Komite Sama- Berbeda


Jessy J Pondaag; Audit sama objek
Pengaruh struktur berpengaruh berfokus penelitian,
modal, good positif pada penelitian ini
corporate terhadap komite dilakukan
governance dan kinerja audit, untuk
ukuran perusahaan keuangan ukuran perusahaan
terhadap kinerja 2. Ukuran perusahaan yang terdaftar
keuangan; 2022 perusahaan dan di Indeks
berpengaruh struktur SRI-
negatif modal KEHATI
terhadap terhadap
kinerja kinerja
keuangan keuangan
3. Struktur
modal
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
keuangan,

21
3 Tri Diah Sari & Kuantitatif 1. Komite Sama- Berbeda
Kartika Hendra Audit sama objek
Titisari; pengaruh berpengaruh berfokus penelitian,
kepemilikan terhadap pada penelitian ini
manajerial, komite kinerja komite dilakukan
audit, leverage dan keuangan. audit, untuk
ukuran perusahaan 2. Ukuran ukuran perusahaan
terhadap kinerja perusahaan perusahaan manufaktur
keuangan; 2020 tidak terhadap
berpengaruh kinerja
terhadap keuangan
kinerja
keuangan.

4 Vera Sylviana, Kuantitatif 1.Dewan Sama- Berbeda


Liliek Nur Komisaris sama objek
Sulistiyowati, Independen berfokus penelitian
Muhamad Agus berpengaruh pada dan
Sudrajat; pengaruh positif komite pengukuran
good corporate terhadap audit, Good
governance,struktu Kinerja ukuran Corporate
r Keuangan 2. perusahaan Governance,
modal, dan ukuran Struktur terhadap penelitian ini
perusahaan Modal kinerja dilakukan
terhadap kinerja berpengaruh keuangan untuk
keuangan; 2022 negatif perusahaan
terhadap asuransi jiwa
Kinerja dan

22
Keuangan 3. pengukuran
Ukuran nya
Perusahaan menggunaka
berpengaruh n Dewan
positif Komisaris
terhadap Independen
Kinerja
Keuangan

5 Annya Helda Kuantitatif 1.ukuran Sama- Berbeda


Ayuningtya & perusahaan sama objek
Wisnu Mawardi; berpengaruh berfokus penelitian,
Analisis Pengaruh positif pada penelitian ini
Struktur Modal, terhadap struktur dilakukan
Ukuran perusahaan, kinerja modal dan untuk
Tangibilitas dan keuangan ukuran perusahaan
Pertumbuhan 2. struktur perusahaan manufaktur
Penjualan Terhadap modal terhadap
Kinerja Keuangan berpengaruh kinerja
positif keuangan
terhadap
kinerja
keuangan
3.
Tangibilitas
memiliki
pengaruh
negatif

23
terhadap
Kinerja
Keuangan
4.
Pertumbuha
n Pennjualan
memiliki
pengaruh
positif
terhadap
Kinerja
Keuangan

6 Lu’lu’ Luthfiana & Kuantitatif 1.dewan Sama- Berbeda


Nurma Gupita direksi sama objek
Dewi; pengaruh berpengaruh berfokus penelitian,
dewan direksi, positif pada penelitian ini
dewan komisaris signifikan komite dilakukan
dan komite audit, terhadap audit, untuk
struktur modal kinerja ukuran perusahaan
dan ukuran keuangan perusahaan perbankan
perusahaan 2.Dewan tdan
terhadap kinerja komisaris struktur
keuangan; 2023 tidak modal
berpengaruh terhadap
terhadao

24
kinerja kinerja
keuangan keuangan
3.Komite
Audit tidak
berpengaruh
terhadap
Kinerja
Keuangan
4. Ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
5. struktur
modal tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan

7 Arief Abdul Aziz, Kuantitatif 1. Dewan Sama- Berbeda


Yuli Chomsatu komisaris sama objek
Samrotun, Riana berpengaruh berfokus penelitian,
Rachmawati Dewi; terhadap pada penelitian ini
Pengaruh Good kinerja komite dilakukan
Corporate keuangan audit, untuk

25
Governance, Modal 2. komisaris ukuran perusahaan
Intelektual, Ukuran independen perusahaan manufaktur
Perusahaan tidak tdan
terhadap Kinerja berpengaruh struktur
Keuangan;2021 terhadap modal
kinerja terhadap
keuangan kinerja
3. komite keuangan
audit
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
dan
4.
kepemilikan
institusional.
Tidak ada
pengaruh
terhadap
kinerja
keuangan 5.
kepemilikan
manajer
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja

26
keuangan
6.ukuran
komite juga
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
7.modal
intelektual
tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
8. ukuran
perusahaan
juga
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan.

8 Muhammad Rizki Kuantitatif 1. Komisaris Sama- Berbeda


Gemilang & Slamet independen sama objek
Wiyono; pengaruh berpengaruh berfokus penelitian,
Good Corporate positif pada penelitian ini
Governance, signifikan komite dilakukan
struktur terhadap audit, untuk

27
permodalan, kinerja ukuran perusahaan
leverage dan keuangan perusahaan yang tercatat
ukuran perusahaan 2. Komite dan kedalam
terhadap kinerja Audit tidak struktur indeks LQ-45
keuangan;2022 berpengaruh modal dalam pe
terhadap terhadap
kinerja kinerja
keuangan keuangan
3.Direksi
berpengaruh
negatif
terhadap
kinerja
keuangan
4. Struktur
Modal tidak
berpengaruh
kterhadap
kinerja
keuangan
5. Leverage
berpengaruh
negatif
terhadap
kinerja
keuangan
6. Ukuran
Perusahaan

28
berpengaruh
positif
terhadap
kinerja
keuangan

9 Fery Azhar Kuantitatif 1. Dewan Sama- Berbeda


Ferdiansyah, & komisaris, sama objek
Heppy Purbasari; berpengaruh berfokus penelitian,
Pengaruh GCG dan terhadap pada penelitian ini
Ukuran Perusahaan kinerja komite dilakukan
terhadap Kinerja keuangan. audit, untuk
Keuangan 2.Ukuran ukuran perusahaan
Perusahaan dengan perusahaan perusahaan manufaktur
CSR sebagai berpengaruh terhadap
Variabel terhadap kinerja
Moderating; 2021 kinerja keuangan
keuangan.
3.Dewan
direksi tidak
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan
4.Komite
audit tidak

29
berpengaruh
terhadap
kinerja
keuangan
perusahaan.

2.3 Kerangka Penelitian


Berdasarkan tujuan pustaka dan penelitian terdahulu yang sudah diuraikan, maka
kerangka penelitan yang digunakan untuk memudahkan pengetahuan pesepsi yang
digunakan sebagai berikut :

Gambar 2.1
Kerangka Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Good
Corporate
Governance

Ukuran
Perusahaan Kinerja Keuangan

Struktur
Modal

30
Keterangan :
H1 : Good Corporate Governance
H2 : Ukuran Perusahaan
H3 : Struktur Modal
KK: Kinerja Keuangan

2.4 Hipotesis Penelitian


2.4.1 Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan
Komite audit memiliki peranan yang penting dan strategis dalam hal
memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan keuangan, seperti halnya
menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
dilaksanakannya good corporate governance.
Dengan berjalannya fungsi komite audit secara efektif, maka control
terhadap perusahaan akan lebih baik, sehingga konflik keagenan yang terjadi
akibat keinginan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan dirinya sendiri
dapat diminimalisasi. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Aprianingsih dan Yushita (2016) yang membuktikan bahwa komite audit
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan. (Dewi Hanifia Ratna,
2019). Berdasarkan hasil sebelumnya, hipotesis yang ingin dikembangkan dalam
dalam penelitian ini adalah :
H2 : Komite Audit Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan.

2.4.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan


Ukuran perusahaan merupakan suatu ukuran yang mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan. Apabila perusahaan lebih besar maka akan memperoleh
sumber dana yang lebih untuk membiayai investasinya dalam memperoleh laba
serta dapat dikatakan kinerja perusahaan baik, karena perusahaan yang besar

31
memiliki akses untuk mendapatkan modal yang lebih baik dan dapat memiliki
reputasi yg baik pada kalangan masyarakat atau investor.
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih
banyak dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan
dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran
perusahaan sering dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran besar
dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Devi Oktaviyana & Kartika Hendra (2023)
yang berjudul pengaruh leverage, likuiditas, struktur modal, dan ukuran
peursahaan terhadap kinerja keuangan yang mengatakan bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan. Hasil serupa
dikemukakan oleh Nebrisa Ayudia & Willy Sri (2022) menemukan bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan uraian
tersebut maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:
H3: Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan

2.4.3 Pengaruh Struktur ModalTerhadap Kinerja Keuangan


Struktur modal adalah modal yang dimiliki perusaahan yang bersumber
dari utang jangka panjang dan ekuitas yang menjadi sumber pembiayaan suatu
perusahaan. Struktur modal bertujuan memadukan sumber dana permanen yang
selanjutnya digunakan perusahaan dengan cara yang diharapkan mampu
memaksimumkan nilai perusahaan (Fahmi, 2017:185).
perusahaan harus mempertimbangkan perbandingan penggunaan modal
asing dan modal sendiri dengan baik, sehingga dapat menarik perhatian para
investor atau calon investor untuk menanam modal perusahaan. Apabila
perusahaan tidak dapat menganalisis sebelum memilih kebijakan struktur modal
yang digunakan maka akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Dapat

32
dilihat dari penelitian yang dilakukan (Nusah & Pondaag, 2022) dengan
menggunakan pengukuran DER berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
keuangan. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikembangkan hipotesis sebagai
berikut:
H4 : Struktur Modal Berpengaruh Terhadap Kinerja Keuangan

33
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Menurut Sugiyono
(2019) metode penelitian merupakan cara mendapatkan data dalam penelitian ilmiah
dengan maksud untuk mencari tujuan dan kegunaan. Metode penelitian kuantitatif
digunakan untuk meneliti populasi dan sampel dengan pengambilan sampel dilakukan
secara purposive sampling, pengumpulan data dengan alat-alat penelitian, dan analisa
data yang bersifat startistik untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Penelitian kausalitas adalah penelitian yang mencari sebab akibat yang bertujuan
untuk mendapatkan bukti hubungan sebab akibat antara variabel bebas dengan variabel
terikat (Sugiyono, 2019). Penelitian kali ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris
adanya pengaruh komite audit, ukuran perusahaan, struktur modal. Berdasarkan
masalah yang ada, maka penelitian kali ini akan diklasifikasikan pada jenis penelitian
kausalitas.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dapat diperoleh dari sumber
yang telah dirilis sebelumnya. Penelitian dilakukan pada perusahaan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2012-2021. Penelitian mengunduh laporan keuangan perusahaan pada tahun 2012-
2021 melalui website www.idx.co.id dan website masing-masing perusahaan.

3.2 Definisi Operasional Dan Pengukuran


3.2.1 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan menurut Fahmi (2014) merupakan analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
aturan-aturan keuangan dengan benar dan baik. Kinerja keuangan perusahaan
dapat diukur dengan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas dapat mengukur

34
kemampuanperusahaan melalui aktiva perusahaan yang pada penelitian ini akan
digambarkandengan ROA (Return on Asset).

!"#" #%&'()
ROA =
*+,"- .'%,

3.2.2 Good Corporate Governance


Good Corporate governance (Susilawati, 2020) merupakan suatu konsep
untuk meningkatkan kinerja manajemen dalam supervise atau monitoring kinerja
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap shareholder
dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep Good Corporate
Governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih
transparan bagi semua pengguna laporan keuangan.
Apabila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan
ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan
perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Dalam
penelitian ini mekanisme yang digunakan adalah Komite Audit.
a. Komite Audit
Komite audit berfungsi untuk melakukan pengawasan terhadap
aktivitas perusahaan termasuk dalam mengawasi laporan keuangan
perusahaan untuk memastikan tidak ada penyelewengan. Menurut
ketentuan, komite audit perusahaan minimal terdiri dari tiga orang, yaitu
sekurang-kurangnya satu orang Komisaris Independen dan sekurang-
kurangnya 2 (dua) orang anggota lainnya berasal dari luar Emiten atau
Perusahaan Publik. Pengukuran variabel Komite Audit sendiri
dilakukan dengan menghitung jumlah anggota komite audit yang
dimiliki oleh perusahaan.
KA = ∑ anggota komite audit

35
3.2.3 Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan merupakan nilai besar kecilnya perusahaan yang
ditunjukan oleh total aset, total penjualan, jumlah laba, sehinga mempengaruhi
kinerja sosial perusahaan dan menyebabkan tercapainya tujuan perusahaan.
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan total aktiva, maka
semakin besar total aktiva perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam.
Menurut Riyanto (2013) ukuran perusahaan (Firm Size) adalah besar
kecilnya perusahaan diihat dari ekuitas, nilai perusahaan atau total aset yang
dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dirumuskan dengan:

Ukuran Perusahaan = Ln Total Aset

3.2.4 Struktur Modal


Menurut Kristiani (2018), kinerja keuangan merupakan indikator yang
sangat penting bagi investor karena menunjukkan keberhasilan manajemen
perusahaan dalam hal menyejahterakan para pemegang saham. Penggunaan
struktur modal yang tepat akan memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Penggunaan struktur modal dapat dilihat melalui sisi operasional
perusahaan, penggunaan hutang atas asset yang dikelola dan ekuitas saham yang
dapat dimanfaatkan secara optimal oleh perusahaan. Penggunaan struktur modal
yang optimal akan mempengaruhi kinerja keuangan yang akan semakin baik dan
meningkat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengukuran Debt To
Equity Ratio.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝐸𝑅 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

36
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut (Komala, 2017) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi pada penelitian kali ini yaitu perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2021.
Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 24 perusahaan.

Tabel 3.1
Tabel Populasi
No Kode Emiten Nama Perusahaan
1 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
2 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk
3 BMRI PT Bank Mandiri Tbk
4 BTN PT Bank Tabungan Negara
5 WSBP PT Waskita Beton Precast Tbk
6 ANTM PT Aneka Tambang Tbk
7 TINS PT Timah Tbk
8 KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
9 SMGR PT Semen Indonesia (Persero)
10 SMBR PT Semen Baturaja (Persero)
11 WSKT PT Wakita Karya (Persero) Tbk
12 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk
13 WIKA PT Wijaya Karya Beton Tbk
14 PTPP PT PP (Persero) Tbk
15 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
16 PPRO PT PP Properti Tbk

37
17 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk
18 TLKM PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
19 GIAA PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
20 ELSA PT Elnusa Tbk
21 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
22 PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
Tbk
23 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk
24 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk

3.3.2 Sampel
Sampel merupakan jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang ada (Sugiyono, 2019). Purposive sampling merupakan teknik yang
digunakan guna pengambilan sampling yang tidak memberikan kesempatan
sama bagi setiap populasi yang termasuk dalam kriteria dalam penelitian.
Penelitian inimenggunakan metode purposive sampling.
Penelitian kali ini menggunakan perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2021 yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2021.
2. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang menerbitkan
laporan keuangan tahunan per 31 Desember untuk tahun 2012 – 2021
secara berurut dan lengkap.

38
Tabel 3.2
Kriteria Sampel

No Kriteria Jumlah Perusahaan


1 Perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang terdaftar pada Bursa 24
Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2021.
2 Perusahaan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang menerbitkan laporan
keuangan tahunan per 31 Desember untuk -2
tahun 2012 – 2021 secara lengkap.
Total Perusahaan yang menjadi sampel 22

Berdasarkan kriteria diatas ditemukan sampel penelitian sebagaimana berikut:

Tabel 3.3
Sampel Perusahaan
No Kode Emiten Nama Perusahaan
1 BBRI PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
2 BBNI PT Bank Negara Indonesia Tbk
3 BMRI PT Bank Mandiri Tbk
4 BTN PT Bank Tabungan Negara
5 ANTM PT Aneka Tambang Tbk
6 TINS PT Timah Tbk
7 KRAS PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
8 SMGR PT Semen Indonesia (Persero)
9 SMBR PT Semen Baturaja (Persero)
10 WSKT PT Wakita Karya (Persero) Tbk

39
11 ADHI PT Adhi Karya (Persero) Tbk
12 WIKA PT Wijaya Karya Beton Tbk
13 PTPP PT PP (Persero) Tbk
14 WIKA PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
15 JSMR PT Jasa Marga (Persero) Tbk
16 TLKM PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk
17 GIAA PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
18 ELSA PT Elnusa Tbk
19 PGAS PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
20 PTBA PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero)
Tbk
21 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk
22 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk

3.4 Jenis dan Sumber Data


Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dimana data yang
diperoleh diwujudkan dalam bentuk angka dan analisisnya menggunakan alat statistik
yaitu SPSS versi 25. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari publikasi Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan berupa laporan
keuangan dalam annual report perusahaan yang digunakan sebagai sampel perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012 hingga 2021.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
observasi tidak langsung terhadap objek penelitian, yaitu perusahaan Badan Umum
Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012-2021.
Untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian ini, maka penulis

40
menggunakan metode pengumpulan data dengan riset internet (online research) yaitu
pengumpulan data observasi dengan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan
yang terdapat di perusahaan Badan Umum Milik Negara (BUMN) terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) yang dimuat dalam www.idx.co.id dan website masing-masing
perusahaan.

3.6 Teknik Analisis Data


3.6.1 Teknik Analisis Deskriptif
Paramitha & Idayati, (2020) menyatakan bahwa Statistik deskriptif adalah
metode yang mendeskripsikan kondisi dari data yang terkumpul dan menyajikan
data sampai memberi informasi yang berguna. Statistik deskriptif memberikan
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness
(kemencengangan distribusi).
Statistik deskriptif biasanya digunakan untuk menggambarkan profil data
sampel sebelum memanfaatkan teknik analisis statistik yang berfungsi untuk
menguji hipotesis. Statistik deskriptif dapat menjelaskan variabel-variabel yang
terdapat didalam penelitian ini. Statistik deskriptif juga menyajikan ukuran-
ukuran numerik yang sangat penting bagi data sampel. Pengujian ini dapat
dilakukan dengan menggunakan program SPSS. Variabel Indepdenden yang
digunakan adalah Good Corporate Governance, Ukuran perusahaan, Struktur
Modal, Sedangkan Variabel Dependen yang digunakan adalah Kinerja
Keuangan.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik merupakan uji yang bertujuan untuk memberikan
kepastian bahwa persamaan regresi yang dihasilkan tepat, tidak bias, dan
konsisten. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji

41
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji asumsi klasik dilakukan untuk
memastikan bahwa penelitian ini bebas dari multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi, serta data yang dihasilkan berdistribusi
normal. Jika tidak terjadi multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi,
maka asumsi klasik dapat dipenuhi dan analisis regresi linier berganda dapat
dilakukan (Ghozali, 2018).
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
data mengikuti distribusi normal. Suatu model regresi dikatakan baik jika
nilai residualnya berdistribusi normal atau mendekati normal. Ada dua
metode untuk menentukan apakah residual mengikuti distribusi normal
yaitu dengan analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali, 2016).
Menurut Ghozali (2018) kriteria hipotesis diterima atau ditolah pada uji
normalitas adalah:
a. Nilai probabilitas ≥ α (0,05), maka H0 diterima dan berarti residual
terdistribusi normal.
b. Nilai probabilitas < α (0,05), maka H0 ditolak dan berarti residual tidak
terdistribusi normal

2. Uji Multikoleniaritas
Uji multikoleniaritas digunakan untuk menguji model regresi memiliki
kolerasi antara variabel independent satu dengan variabel independen
lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak menunjukkan korelasi
antar variabel. lainnya (Ghozali, 2018). Untuk menguji ada tidaknya
multikolineritas dalam model regresi dapat dilihat dengan nilai tolerance
dan nilai variance inflation factor (VIF). Nilai variance inflation factor
(VIF) ≤ 10 menunjukkan tidak adanya multikolineritas, sedangkan jika
Nilai variance inflation factor (VIF) ≥ 10 maka menunjukkan adanya
multikolineritas.

42
3. Uji Heterokedastisitas
Model regresi yang baik yaitu model yang tidak homogen yang dapat
dikatakan tidak heterokedastisitas (Ghozali, 2018). Uji heteroskedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan varian dari residual
satu pengamatan dengan pengamatan lainnya dalam suatu model regresi.
Uji yang diakukan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan uji glesjer dengan meregresikan nilai absolut residualnya,
Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
a. H0 : tidak terjadi heteroskedastisitas pada sebaran data.
b. H1 : terjadi heteroskedastisitas pada sebaran data.
Pedoman dalam pengambilan kesimpulan yaitu:
a. Jika nilai Probability > α (0,05), maka H0 diterima, yang berarti tidak
terjadi
heteroskedastisitas pada sebaran data.
b. Jika nilai Probability < α (0,05), maka H0 ditolak, yang berarti terjadi
heteroskedastisitas pada sebaran data.

4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertjuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Cara pendeteksi ada tidaknya
autokorelasi dengan uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson hanya
digunakan untuk autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya
konstanta dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah adalah
model regresi yang bebas autokorelasi.
Menurut (Choerunnisa et al., 2021) batasan nilai dari metode Durbin

43
Watson adalah :
a. Nilai DW yang besar atau diatas 2 berarti tidak ada autokorelasi negatif.
b. Nilai DW antara negatif 2 sampai 2 berarti tidak autokorelasi atau bebas
autokorelasi.
c. Nilai DW yang kecil atau dibawah negatif 2 berarti ada autokorelasi
positif.

3.6.3 Uji Regresi Linear Berganda


Analisis uji regresi berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan
antarvariabel dependen dengan variabel independent apakah memiliki arah
negative atau positif dan apakah berpengaruh satu sama lain. Penelitian ini
menggunakan persamaan model regresi yaitu kinerja keuangan sebagai variabel
dependen dan Good Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan struktur
Modal sebagai variabel independen.

Hipotesis diuji dengan analisis regresi berganda untuk menganalisis


pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Model regresi yang
digunakan yaitu :

Y = b1𝑥1 + 𝑏2𝑥2 + 𝑏3𝑥3 + 𝑒

Keterangan :
Y = Kinerja Keuangan
A = Konstanta
X1 = Good Corporate Governance
X2 = Ukuran Perusahaan
X3 = Struktur Modal
b1b2 b3 = Koefesien Regresi

44
e = Variabel Pengganggu

3.6.4 Uji Hipotesis

1. Uji parsial (uji t)


Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial atau per
variabel.
Adapun kriteria pengujian uji t adalah sebagai berikut :
a. Jika tingkat signifikansinya < 0,10 maka Ho ditolak Ha diterima,
berarti ada pengaruh signifikan variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen.
b. Jika tingkat signifikansinya > 0,10 maka Ho diterima dan Ha
ditolak, berarti tidak ada pengaruh signifikan variabel independen
secara individual terhadap variabel dependen.
2. Uji simultan (Uji F)
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau
bersama-sama antara variabel bauran Good Corporate Governance
(X1), dan Profitabilitas (X2), yang berpengaruh terhadap variabel
Manajemen Laba (Y) pada perusahaan manufaktur sub sektor farmasi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2021. Menentukan
F tabel dan F hitung dengan kepercayaan sebesar 95% atau taraf
signifikan sebesar 5% (α=0,05).
Adapun kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut:
a. Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel apabila F
hitung > F tabel, maka H1 diterima. Berarti variabel independen
secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.

45
b. Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel apabila F
hitung < F tabel, maka H1 ditolak, Berarti variabel independen
secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
3. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) merupakan alat untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol atau satu. Nilai R² yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Dan sebaliknya
jika nilai yang mendekati 1 berati variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.

46

Anda mungkin juga menyukai