Anda di halaman 1dari 11

Diisi Oleh Redaksi

Jurnal Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi ISSN : 2442 - 9708 (Online)
Vol. No. Tahun : 1-20 ISSN : 1411 - 8831 (Print)
Doi: http://dx.doi.org/10.25105/mraai

PENGARUH KUALITAS AUDIT, PROFITABILITAS DAN


UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

Nisrina Ariij Salsabila1


Susilawati2
Misbah Hoiriyah3
Program Studi Akuntansi, Universitas Trisakti Jakarta1,2,3
*Korespondensi: email penulis pertama (Times New Roman; 1 spasi)

Abstract (Times New Roman 12)


Isi abstract ditulis dengan font Times New Roman 12 (1 spasi). Abstrak terdiri atas:
pokok permasalahan, tujuan, metode, apabila ada kebaruan harap dituliskan apa
perbedaannya dengan penelitian sebelumnya, hasil, simpulan, dan rekomendasi untuk
penelitian selanjutnya. Abstrak ditulis dalam bentuk satu paragraf, tanpa acuan
(referensi), tanpa singkatan/ akronim, dan tanpa footnote. Abstrak ditulis bukan dalam
bentuk matematis, pertanyaan, dan dugaan. Abstrak bukan merupakan hasil copy paste
dari kalimat yang ada dalam isi naskah. Isi abstrak bahasa Inggris maksimal 250 kata.

Keywords : Terdiri atas 3 sampai 5 kata dan/atau kelompok kata. Ditulis sesuai urutan
abjad. Antara kata kunci dipisahkan oleh titik koma (;).

JEL Classification : M41, M42

Submission date: Accepted date:


PENDAHULUAN
Tujuan utama berdirinya sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan
yang maksimal demi terus mempertahankan keberlanjutan perusahaan dimasa kini dan
depan. untuk mewujudkan perusahaan mendapatkan profit yang maksimal maka
perusahaan harus mampu mengelolah sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan
efisien.
Laporan keuangan adalah informasi dari proses akuntansi yang digunakan
sebagai alat komunikasi antara data entitas dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
Tujuan entitas secara umum adalah mencapai laba yang tinggi. Tingkat laba adalah
informasi yang dinilai penting dalam laporan keuangan karena menggambarkan
kegiatan dalam kemajuan entitas. Laba sering dijadikan target rekayasa pihak
manajemen untuk meminimalkan dan memaksimalkan laba atau manajemen
melakukan praktik manajemen laba (earning management) (Bahri & Arrosyid, 2021).
Fenomena terkait manajemen laba dijelaskan oleh (Khairunnisa et al., 2020) ,
seperti halnya yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia (GIAA). Relevan dengan draf
finansial rentan tahun 2018, laba bersih PT Garuda Indonesia mengalami kelabaan
sebesar US$809-ribu, sementara dalam laporan keuangan tahunan 2017, PT Garuda
Indonesia mendapati rugi sebesar US$216,58-juta dimana terjadi kenaikan laba bersih
yang cukup tinggi sehingga menimbulkan kerancuan yang akan menyesatkan pengguna
laporan keuangan. Kenaikan laba bersih yang cukup tinggi ini terjadi karena PT Garuda
Indonesia mengakui piutang dari PT Mahata Aero Teknologi sebagai penghasilan.
Menurut auditor GIAA, pengakuan piutang sebagai pendapatan sudah sesuai dengan
standar akuntansi dalam PSAK No. 23 perihal pendapatan, namun kedua komisaris
GIAA, yaitu Dony Oskaria dan Chairal Tanjung mengajukan keberatan lantaran tidak
sesuai dengan aturan PSAK No. 23 gugus kalimat 28 yang menjelaskan jika jumlah
pendapatan dapat ditentukan melalui andal. Hal ini dibuktikan melalui perjanjian yang
dilakukan PT Mahata Aero Teknologi pada Oktober 2018 hingga dibuatnya surat
keberatan ini (April 2019), meskipun satu unit telah terpasang, namun belum ada
transaksi yang dibayarkan oleh pihak PT Mahata Aero Teknologi yang berdampak pada
penyajian kembali laporan keuangan perusahaan yang menyebabkan rusaknya
integritas perusahaan tersebut.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi manajemen laba adalah kualitas
audit. Audit sendiri merupakan proses analisa laporan keaungan perusahaan yang
dilakukan oleh auditor dan akan menghasilkan informasi yang berkualitas. Dengan
adanya kualitas audit pada perusahaan, akan dapat menekan manajemen laba yang
dilakukan oleh manajemen perusahaan. Pada kualitas audit ini, auditor diharapkan
dapat membantu untuk mengatasi masalah perbedaan kepentingan antara pemilik dan
juga dapat mendeteksi manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Pada penelitian ini, kualitas audit diukur dengan ukuran Kantor Akuntan Publik
(KAP). Kantor Akuntan Publik (KAP) ini sendiri terbagi menjadi KAP Big-4 dan KAP
non Big-4. Pada besarnya ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) akan memiliki
reputasi yang baik sehingga akan memberi hasil audit yang lebih baik, lebih berkualitas
sehingga akan membuat perusahaan memiliki hasil audit yang baik juga.
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Eka et al., (2018) menunjukkan bahwa
kualitas audit yang diukur dengan menggunakan ukuran KAP berhubungan negatif
dengan manajemen laba yang diukur dengan discretionary accrual. Lalu pada pada
penelitian Cindy et al., (2020) menghasilkan bahwa tindakan manajemen laba tidak
dipengaruhi oleh kualitas KAP.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba adalah profitabilitas.
Kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut dengan profitabilitas. Menurut
Herni dan Susanto (2011) dalam Muhammadinah (2016) profitabilitas akan menjadi
acuan jangka panjang bagi pemegang saham (investor) karena untuk mengukur
seberapa dividen yang akan mereka terima. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi
jarang melakukan praktik manajemen laba tetapi perusahaan dengan profitabilitas
rendah biasanya akan melakukan perataan laba agar laporan laba terlihat baik sehingga
menarik para investor. Perataan laba itu merupakan bagian dari manajemen laba.
Manajer cenderung melakukan perataan laba karena dengan laba yang rendah atau
bahkan menderita kerugian, akan memperburuk kinerja manajer di hadapan pemilik
perusahaan dan nantinya akan memperburuk citra perusahaan di mata publik (Chaniago
& Trisnawati, 2021). Penelitian Chaniago & Trisnawati (2021) menyimpulkan bahwa
profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal sebaliknya
ditunjukkan oleh Fandriani dan Tunjung (2019) bahwa profitabilitas tidak berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
Faktor lain manajemen laba adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan
merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Terdapat berbagai
proksi yang biasanya digunakan untuk mewakili ukuran perusahaan, yaitu jumlah
karyawan, total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Perusahaan yang
berukuran besar biasanya memiliki peran sebagai pemegang kepentingan yang lebih
luas. Hal ini membuat berbagai kebijakan perusahaan besar akan memberikan dampak
yang besar terhadap kepentingan publik dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan
yang besar cenderung lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka lebih
berhati-hati dan akurat dalam melakukan pelaporan keuangan. Perusahaan besar
mempunyai insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena salah
satu alasan utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari
investor atau pemegang sahamnya (Winarto & Mulyadi, 2019).
Terdapat dua pandangan tentang hubungan ukuran entitas dengan manajemen laba.
Pertama, entitas kecil dianggap lebih banyak melakukan praktik manajemen laba
dibandingkan entitas besar. Entitas kecil cenderung ingin memperlihatkan kinerja baik
agar investor menanamkan modalnya. Entitas besar lebih akan lebih berhati-hati dalam
pelaporan keuangan dan lebih akurat dalam melaporkan kondisinya (Nasution dan
Setiawan, 2007). Kedua, entitas besar dengan laba yang besar cenderung melakukan
praktik manajemen laba dengan perataan laba dengan tujuan menyeimbangkan (Bahri
& Arrosyid, 2021).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Priharta et al., (2018), Wanti et al., (2017),
Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba berbanding terbalik
dengan hasil penelitian Maulidah & Santoso (2020), Khairunnisa et al., (2020), (Karina
& Sutarti, 2021) Susanti & Margareta (2019), Ukuran Perusahaan berpengaruh positif
terhadap manajemen laba.

REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS

Tinjauan Literatur
Teori Agency
Teori agensi menjelaskan tentang hubungan antara principal dan agent,
principal bertindak sebagai kepala yang memberi wewenang dan agent bertindak
sebagai yang menjalankan tugas yang diberikan oleh principal. Hubungan antara
principal danaagent dapat bersifat asimetri information dikarenakan di dalam
perusahaan agent memiliki informasi yang lebih banyak dibandingkan principal
sehingga pihak agent dapat menyembunyikan informasi untuk kepentingan dirinya
sendiri. Asimetri antara manajemen (agent) dan pemegang saham (principal)
memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh
keuntungan pribadi. dalam hal pelaporan keuangan manajer dapat melakukan
manajemen laba (earnings management) untuk menyesatkan pemilik (pemegang
saham) mengenai kinerja ekonomi perusahaan Kondisi ini terjadi akibat tak sejalannya
kebutuhan antara agen dan prinsipal. Agen melakukan manajemen laba agar laba bersih
yang dihasilkan dapat menarik minat publik namun menurut prinsipal hal tersebut tidak
sesuai dengan keinginannya karena akan merusak kredibilitas perusahaan.

Manajemen Laba
Manajemen laba adalah suatu kondisi dimana manajemen melakukan intervensi
dalam proses penyusunan laporan keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat
meratakan, menaikkan, dan menurunkan laba (Schipper, 1989). Sedangkan Healy dan
Wahlen (1999) menyatakan bahwa earnings management terjadi ketika manajemen
menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-
transaksi yang mengubah laporan keuangan, hal ini bertujuan untuk menyesatkan para
stakeholders tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi
penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan.
Secara umum manajemen laba didefinisikan sebagai upaya manajer perusahaan
untuk mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan keuangan
dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan
kondisi perusahaan (Susanti & Margareta, 2019).

Kualitas Audit
Menurut Christiani dan Nugrahanti (2014) kualitas audit dipandang sebagai
kemampuan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan perusahaan dan
diharapkan juga agar mampu meningkatkan kepercayaan investor. Kualitas audit
digunakan sebagai gambaran pada laporan keuangan yang memiliki kemungkinan
ditemukannya salah saji oleh auditor dengan pemeriksaan yang sitematis serta
independen. Hasil audit yang berkualitas dapat terjadi apabila auditor berpengalaman
dan independen. Auditor yang memiliki lebih banyak pengalaman mampu mengetahui
secara detail dan melangsungkan ketentuan secara baik serta benar, sedangkan
independen apabila auditor menjumpai sebuah pelanggaran, kemudian melaporkan
pelanggaran tersebut (Widiastuty & Febrianto, 2010).
DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas gabungan untuk
mendeteksi dan melaporkan kesalahan yang material dalam laporan keuangan. Kualitas
audit dipandang sebagai kemampuan untuk mempertinggi kualitas pelaporan keuangan
perusahaan. Ukuran KAP juga merupakan salah satu indikator kualitas audit yang juga
secara otomatis berhubungan positif dengan audit fees (Craswell, D.J, et al.,2002).
Sanjaya (2008) menunjukkan bahwa KAP yang berafiliasi dengan jaringan KAP Big 4
mampu mengurangi manajemen laba akrual pada perusahaan yang diaudit oleh KAP
Big 4. Hal ini karena laporan keuangan yang diaudit oleh KAP big four mampu
memberikan jaminan kualitas audit yang lebih baik sehingga mencegah perusahaan
dalam melakukan manajemen laba. Pendapat yang berbeda terdapat dalam penelitian
yang dilakukan oleh (Rahmawati et al., 2017) bahwa kualitas audit tidak membatasi
praktik manajemen laba. Kualitas audit hanya digunakan perusahaan sebagai daya tarik
investor semata.

Profitabilitas
Tujuan utama perusahaan adalah menghasilkan profitabilitas atau laba. Profitabilitas
diduga mempengaruhi manajemen laba karena perhatian investor yang besar pada
tingkat profitabilitas perusahaan dapat mendorong manajer untuk melakukan
manajemen laba. Semakin rendah laba yang diperoleh maka perusahaan cenderung
melakukan manajemen laba untuk menarik para investor menyetorkan modalnya ke
perusahaan. Profitabilitas akan menjadi acuan jangka panjang bagi investor karena
menyangkut tingkat pengembalian yang mereka harapkan pada periode tertentu.
Dimata publik perusahaan yang mempunyai rasio profitabilitas tinggi juga akan terlihat
baik dibandingkan yang rendah. Semakin tinggi nilai ROA (Return on Assets) berarti
penggunaan aktiva perusahaan semakin baik untuk menghasilkan laba. Laba
perusahaan juga berhubungan dengan pajak yang dibayarkan, semakin tinggi laba maka
semakin tinggi pula pajak yang dibayar hal ini memotivasi manajer untuk
meminimalisir laba sehingga berpengaruh pada pembayaran pajak (Chaniago &
Trisnawati, 2021).

Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat diklasifikasikan besar
kecilnya berdasarkan jumlah karyawan, total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi
pasar. Ukuran entitas pada dasarnya terbagi tiga kategori, yaitu entitas besar (large
firm), entitas menengah (medium firm), dan entitas kecil (small firm). Ukuran entitas
menggambarkan kemampuan operasi, seperti efektivitas pengendalian internal dan tata
kelola dan reputasi perusahaan. Perusahaan besar biasanya memiliki peran sebagai
pemegang kepentingan yang lebih luas. Ukuran perusahaan adalah skala menentukan
besar kecilnya perusahaan dengan melihat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah
karyawan, dan nilai total aset. Ukuran perusahaan akan mendorong praktik manajemen
laba.
Perusahaan besar memiliki basis pemegang kepentingan yang lebih luas
sehingga berbagai kebijakan perusahaan besar akan berdampak lebih besar terhadap
kepentingan publik dibandingkan dengan perusahaan kecil. perusahaan besar
cenderung lebih banyak menarik perhatian dan pengawasan dari investor, analisis,
kreditur, pemegang saham dan pemerintah. Bagi investor, kebijakan entitas akan
berimplikasi terhadap prospek cash flow dimasa yang akan datang, sedangkan bagi
pemerintah berdampak terhadap besarnya pajak yang akan diterima, serta efektifitas
peran pemberian perlindungan terhadap masyarakat secara umum (Bahri & Arrosyid,
2021).

KERANGKA KONSEPTUAL

Gambar 1
Bagan Kerangka Konseptual

Kualitas Audit
(X1)

Manajemen Laba
(Y)
Profitabilitas
(X2)

Ukuran Perusahaan
(X3)

Hipotesis
Pengaruh Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba
Kualitas audit dipandang sebagai kemampuan untuk memperkuat kualitas
laporan keuangan perusahaan (DeAngelo, 1981). Kualitas audit yang dilakukan oleh
auditor dapat diukur berdasarkan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). KAP Big-4
dianggap menjadi gambaran bahwa para auditor yang bekerja di KAP tersebut memiliki
keahlian dan juga reputasi yang bagus, sehingga membuat KAP Big-4 menjadi
berkualitas di mata orang-orang.
Berdasarkan hail penelitian yang dilakukan Aryanti, Kristanti & Hendratno
(2017) dan Khaerunisa & Hapsari (2019), telah menunjukkan bahwa kualitas audit
mempunyai pengaruh yang positif terhadap manajemen laba. Lalu pada hasil penelitian
terbaru yang dilakukan oleh Felita et al., (2020) menyatakan bahwa Kualitas audit
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba dan hasil statistik juga memberikan hasil
yang demikian. Artinya ketika kualitas audit suatu KAP yang baik kualitasnya maka
manajer akan menghindari melakukan manajemen laba. KAP Big Four umumnya
dikenal dengan kualitas, independensi, kemampuan dan pengalaman yang baik, dengan
demikian manajer akan menghindari melakukan manajemen laba.
H1: Kualitas Audit berpengaruh negatif terhadap Manajemen Laba

Pengaruh Profitabilitas terhadap Manajemen Laba


Profitabilitas menunjukkan kinerja yang dihasilkan oleh suatu perusahaan pada suatu
periode waktu tertentu. Laba yang dihasilkan perusahaan besar akan menarik investor
karena tingkat pengembalian yang dimiliki perusahaan juga semakin tinggi. Dengan
demikian, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas aset yang diperoleh
dalam keuntungan bersih. Hal tersebut akan dapat meningkatkan daya tarik investor
untuk perusahaan. Sebaliknya jika rasio yang dihasilkan rendah maka semakin
memburuk produktivitas aset yang diperoleh dalam keuntungan bersih. Jadi ketika rasio
ini rendah, maka manajemen cenderung melakukan manajemen laba (Paramitha &
Idayati, 2020). Penelitian Fandriani dan Tunjung (2019) menyatakan bahwa
Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Sedangkan, menurut
Chaniago dan Trisnawati (2020) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Yang dimaksud, semakin besar profitabilitas yang dihasilkan
perusahaan maka semakin besar pula keinginan manajemen unuk menurunkan atau
meratakan laba. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis:
H2 : Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Manajemen Laba

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba


Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya.
perusahaan besar berpotensi melakukan manajemen laba dengan perataan laba karena
dengan laba yang seimbang di setiap laporan keuangan memiliki nilai positif dan
menarik perhatian investor. perusahaan besar memiliki kepercayaan investor yang lebih
dibanding perusahaan kecil. Perusahaan berusaha menghindari terjadinya kenaikan dan
penurunan laba yang sangat drastis. Perusahan yang lebih besar akan cenderung
berusaha melaporkan perolehan laba stabil. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba.
Hipotesa ini didukung dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan Maulidah &
Santoso (2020), Khairunnisa et al., (2020), Karina & Sutarti, (2021), serta Susanti &
Margareta (2019) yang menunjukkan bahwa ukuran Perusahaan berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan yang semakin besar maka semakin besar
pula perusahaan akan melakukan manajemen laba. Perusahaan besar mempunyai
insentif yang cukup besar untuk melakukan manajemen laba, karena salah satu alasan
utamanya adalah perusahaan besar harus mampu memenuhi ekspektasi dari investor
atau pemegang sahamnya.
H3: Ukuran Perusahaan berpengaruh Positif terhadap manajemen laba.

METODE PENELITIAN
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di
otoritas jasa keuangan . Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode judgement sampling dengan menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu dengan cara menunjukkan langsung pada suatu populasi berdasarkan
karakteristik atau ciri yang dimiliki sampel, dengan tujuan agar diperoleh sampel yang
representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria pemilihan sampel
adalah :
1. Emiten Perbankan yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan untuk
periode 31 Desember 2017-2020.
2. Laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.
3. Data yang tersedia lengkap untuk mendeteksi adanya manajemen laba

Variabel dan Pengukuran


Kualitas Audit
Kualitas audit (X2) digunakan ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP). Perbandingan
antara KAP big 4 dengan non big 4 (Gerayli et al., 2011). Untuk pengukurannya akan
menggunakan variabel dummy, yang dimana KAP big 4 akan diberi nilai 1, sedangkan
KAP non big 4 akan diberi nilai nol. Adapun KAP big four sebagai berikut:
1. PricewaterhouseCoopers (PwC) yang berafiliasi dengan KAP Tanudiredja,
Wibisana, Rintis & Rekan.
2. Ernst & Young (E&Y) yang berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik (KAP)
Purwantono, Suherman dan Surja.
3. Deloitte yang berafiliasi dengan KAP Oesman Bing Satrio dan Eny.
4. Klynveld peat Marwick Gooerdeler (KPMG) yang berafiliasi dengan KAP
Siddharta, Widjaja dan Rekan.

Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam halnya menghasilkan laba
(Paramitha & Idayati, 2020). Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan rasio return on asset (ROA) yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑵𝑬𝑻 𝑰𝑵𝑪𝑶𝑴𝑬 𝑨𝑭𝑻𝑬𝑹 𝑻𝑨𝑿


𝑹𝑶𝑨 =
𝑻𝑶𝑻𝑨𝑳 𝑨𝑺𝑺𝑬𝑻
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (X3) adalah nilai perusahaan dari sudut pandang aset yang dimiliki
dengan diukur logaritma natural total aset. Ukuran perusahaan mengacu pada (Bahri &
Arrosyid, 2021) :
Ukuran perusahaan = Ln Total Aset

Manajemen Laba
Manajemen laba menggunakan modified jones model dengan menghitung selisih total
accruals (TAC) dan nondiscretionary accruals (NDA). Pengukuran manajemen laba
diadopsi dari (Bahri & Arrosyid, 2021) dimana penghitungan TAC berdasarkan metode
Modifed Jones dengan rumus:

a. Total accruals menggunakan model Jones yang dimodifikasi.


TACit = Nit − CFOit … (1)

Keterangan
TAC = Total Accruals
Niit = Laba bersih entitas i pada periode t
CFOit = Arus kas operasi pada periode t

b. Total accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least
Square):
TACt/TAt-1 = (β)1 (1/TAt-1)+ (β)2 (∆ REVt/TAt-1) + (β)3 (PPEt/TAt-1) +
e……………… (2)

Keterangan
TACt = Total accruals dalam periode t
Tat-1 = Total aset periode t-1
(∆)REVt = Perubahan pendapatan dalam periode t
PPEt = Property, plan, and Equipment periode t
(β)1, (β)2, (β)3 = Koefisien regresi e = error term

c. Nondiscretionary Accruals
(NDA) NDTACt = (β)1 (1/TAt-1) + (β)2 [ (∆ REVt - ∆ RECt)/ TAt-1 ] + (β)3
(PPEt/TAt-1) + e…………… (3)

Keterangan
NDTACt = Non Akrual diskresioner pada tahun t
Tat-1 = Total Aset Periode t-1
(∆)REVt = Perubahan Pendapatan dalam Periode t
PPEt = Property, Plan, And Equipment periode t
(β)1, (β)2, (β)3 = Koefisien regresi

d. Diskresioner Total Akrual


DTACt = TACt/TAt-1 – NDTACt
Keterangan
DTACt = Diskresioner total akrual tahun t
TACt = Total Accruals tahun t
TAt-1 = Total Aset Periode t-1
NDTAC = Non Akrual diskresioner pada tahun t

HASIL DAN PEMBAHASAN (Times New Roman 12)


Hasil dan pembahasan ditulis dengan font Calibri 11 (1,15 spasi). Hasil
sebaiknya dipisahkan dengan pembahasan. Hasil bukan merupakan data mentah,
melainkan data yang sudah diolah/ dianalisis dengan metode tertentu. Pembahasan
adalah hasil interpretasi analisis data, jika perlu dikaitkan dengan teori/ konsep ilmiah
relevan dalam reviu literatur. Hasil dan pembahasan harus menjawab rumusan
permasalahan dan memberikan dampak pengetahuan baru. Isi hasil dan pembahasan
dapat berupa interpretasi hasil pembahasan, tabel, gambar, diagram, grafik, sketsa, dan
sebagainya.
Judul tabel dan/atau grafik (Times New Roman 12) dan isi tabel Times New
Roman 10 (1 spasi). Judul tabel ditulis di atas tabel dan disusun secara berurutan
dalam satu naskah, misalnya Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, dan seterusnya. Apabila tabel
dikutip dari sumber lain, harus dicantumkan sumbernya.

SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN (Times New Roman 12)

Simpulan (Times New Roman 12)


Isi simpulan ditulis dengan font Times New Roman 12 (1 spasi). Kesimpulan
merupakan ikhtisar dari hasil pembahasan. Kesimpulan disusun satu paragraph tanpa
ada teori yang dikutip.

Keterbatasan (Times New Roman 12)


Isi keterbatasan ditulis dengan font Times New Roman 12 (1 spasi).
keterbatasan merupakan rangkuman keterbatasan yang dihadapi peneliti saat
pengumpulan dan pengolahan data.

Saran Untuk Penelitian Selanjutnya (Times New Roman 12)


Saran untuk penelitian selanjutnya ditulis satu paragraf dengan font Times New
Roman 12 (1 spasi).
DAFTAR PUSTAKA (Times New Roman 12)
Daftar pustaka mencakup semua sumber referensi/bacaan yang dikutip dalam
kajian/penelitian. Daftar referensi/bacaan ditulis secara sistematis (alphabet) dengan
font Times New Roman 12 (1 spasi). Style penyusunan daftar pustaka mengacu format
APA (American Psychological Association) Sixth Edition . Penulisan kutipan dan
daftar pustaka disarankan menggunakan aplikasi otomastis reference manager
Mendeley, Zotero, Endnote. Sumber referensi yang dijadikan daftar pustaka minimal
10 judul literatur ilmiah (minimal 80% sumber referensi primer, dan 20% sumber
referensi sekunder). Referensi primer terdiri atas jurnal, prosiding/makalah, laporan
penelitian, skripsi, tesis, disertasi, sedangkan referensi sekunder, terdiri atas buku
umum dan sumber informasi ilmiah dari internet. Sumber pustaka yang diacu 10 tahun
terakhir.

Contoh:

Amin, Muslim. Wan Ismail, Wan Khairuzzaman. Abdul Rasid, Siti Zaleha. Daverson,
Richard. Selemani, Andrew (2014). The Impact of Human Resources
Management Practices on Performance: Evidence from a Public University. The
TQM Journal, 26 (2): 49-84
Fitzsimmons, James A. Fitzsimmons, Mona J. Bordoloi, Sanjeev K (2014). Service
Management: Operations, Strategy, Information Technology, 8th Edition.
McGraw.Hill International Edition 2014.

Anda mungkin juga menyukai