Anda di halaman 1dari 4

Pengaruh Asimteri Informasi dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen

Laba pada Perusahaan Manufaktur sektor Food dan Bevereges yang


Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2020-2024

Melinda Ayu Lestari


Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Indonesia Mandiri
Jl. Belitung No. 7
Email : melindaayu16@gmail.com

PENDAHULUAN
Manajemen laba adalah suatu tindakan manajemen yang secara sah
menyesuaikan atau memanipulasi pelaporan keuangan dengan menggunakan
prosedur akuntansi untuk memberikan kesan bahwa laba konsisten dengan
kebijakan manajemen (Fitri dan Machdar, 2023). Manajemen dalam mengelola
laba dihadapkan pada tanggung jawab untuk mengelola keuangannya secara
optimal, mampu memberikan informasi kepada pihak eksternal seperti investor
atau pemegang saham (Syaddyah et al., 2020).
Hingga saat ini, praktik manajemen laba merupakan bidang yang paling
diperebutkan dan krusial bidang akuntansi keuangan bagi korporasi (Suchi et al.,
2024). Memang tak jarang beberapa emiten melakukan tindakan manipulasi
laporan keuangan (Rohayati, 2020). Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan daya tarik di mata investor, termasuk investor. Selain itu, berstatus
sebagai emiten yang keuangan tahunannya mudah diakses oleh masyarakat
dengan cara (Suchi et al., 2024).
Contoh kasus praktik manajemen laba di dalam negeri yaitu pada PT KAI
Persero. Kejadiannya jauh, 16 tahun lalu. Peristiwa ini terjadi pada tahun 2006
pada laporan tahun sebelumnya, di mana laporan keuangan mencapai Rp 6,9
miliar, sehingga seharusnya perusahaan merugi Rp 63 miliar. Hal ini terungkap
setelah salah satu komisaris Hekinus Manao, menolak menandatangani laporan
keuangan, sehingga RUPST KAI terpaksa ditunda. Dalam penjelasannya kepada
Ikatan Akuntan Indonesia, Hekinus mengatakan investor KAI telah melakukan
tiga tindakan. Pertama, kewajiban perusahaan membayar surat ketetapan pajak
pertambahan nilai sebesar Rp 95,2 disajikan dalam laporan keuangan sebagai
piutang/faktur beberapa pelanggan yang seharusnya menanggung beban pajak
(CNBC Indonesia, 2021).
Sedangkan contoh kasus praktik manajemen laba di luar negeri yaitu
perusahaan energi asal Amerika Serikat, Enron. Enron Corporation adalah
perusahaan energi Amerika yang berbasis di Texas. Praktik tidak etis yang
diterapkan oleh perusahaan antara lain menampilkan data pendapatan yang tidak
benar dan memodifikasi laporan keuangan untuk memperoleh penilaian kinerja
keuangan yang positif. Skandal ini menimbulkan kerugian hingga 11 dolar atau
setara Rp 159,5 triliun bagi pemegang saham dan merupakan terbesar saat itu
(CNBC Indonesia, 2021).
Pada praktik manajemen laba, mereka yang berkewajiban mengirimkan
keadaan perusahaan terkadang tidak mengirimkan keadaan informasi tergantung
pada keadaan sebenarnya perusahaan (Damayanty and Murwaningsari, 2020).
Informasi dalam sebuah bisnis sangatlah penting, sehingga sangat penting bagi
pemilik atau pedagangnya. Oleh karena itu, manajemen atau agen harus
mengkomunikasikan hal ini secara transparan (Puspa dan Siti, 2022). Sebagai
manajer, wajib memberikan sinyal kepada pemilik tentang situasi perusahaan
pemilik. Sinyal yang diberikan dapat mengungkapkan informasi seperti laporan
keuangan (Intan et al., 2024). Namun, informasi yang dikirimkan terkadang
diterima sesuai dengan keadaan perusahaan sebenarnya. Keadaan seperti ini
disebut informasi asimetri (Pratama, 2022). Asimetri informasi terjadi ketika
manajer memiliki lebih banyak informasi tentang kinerja keuangan prospektif
dibandingkan manajer (Isnawati dan Murdayanti, 2023). Manajemen laba dapat
memberikan sinyal informasi keuangan kepada investor guna memaksimalkan
keuntungan untuk memuaskan kinerja keuangannya sehingga dapat diambil
keputusan bagi pemegang saham (Suchi et al., 2024). Transparansi dalam
pelaporan dan penyajian keuangan membantu mencegah manajer melakukan
manipulasi meskipun hal ini tidak mungkin dilakukan, kecuali tindakan tersebut
didasarkan pada kesepakatan bersama (Hernando, 2018).
Selain faktor asimetri informasi, faktor lain yang dapat mempengaruhi
manajemen laba ialah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan
besar kecilnya dan besarnya perusahaan dan dalam penelitian ini peneliti
menginginkan apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap
saham manajemen laba di perusahaan (Savira dan Krisnando, 2021). Ukuran
perusahaan sangat mempengaruhi praktik manajemen laba karena semakin besar
suatu perusahaan maka harus mampu memenuhi harapan investor dan pemegang
saham (Irawan, 2019). Bisnis yang lebih besar biasanya menarik perhatian lebih
besar dari dunia luar, yang mendorong manajemen untuk menangani dana dengan
lebih hati-hati (Dewi dan Desifa, 2018). Investor dalam menanamkan modalnya
akan memilih perusahaan yang memiliki reputasi baik dan perusahaan yang
mampu menunjukkan kinerja yang baik sehingga modal yang ditanamkan dapat
untuk dirinya sendiri (Nimas dan Yeye, 2020).
Asimetri informasi merupakan ketidakseimbangan informasi antara manajer
dan pemegang sahan atau pemangku kepentingan lainnya, di mana mereka lebih
mengetahui informasi internal dan masa depan perusahaan dibandingkan
pemegang saham tersebut (Dian, 2020). Selain itu, asimetri informasi muncul
ketika manajer mengetahui lebih banyak dibandingkan pemegang saham
mengenai informasi internal mengenai prospek perusahaan di masa depan
(Sunaryo dan Saripujiana, 2018). Hal tersebut karena agen (manajer) dapat
mengambil peran tersendiri dalam operasional perusahaan, tidak seperti prinsipal
(pemegang saham) yang di mana merupakan pengguna laporan keuangan
perusahaan (Moh. Ubaidillah et al., 2023). Jika kedua kelompok adalah orang-
orang yang berusaha memaksimalkan utilitasnya, maka ada alasan bagus bagi
agen tidak selalu bertindak demi kepentingan prinsipal, atau bisa disebut masalah
keagenan (agency conflict) (Narti dan Fadilla, 2021). Semakin besar asimetri
informasi, semakin banyak manajer yang terdorong untuk berperilaku oportunistik
(Patriandari dan Risti, 2019).
Ukuran perusahaan adalah suatu skala di mana perusahaan dikelompokkan
menjadi berdasarkan besar kecilnya berdasarkan total aset suatu perusahaan
(Fionissa, 2021). Ukuran perusahaan menggambarkan ukuran suatu perusahaan,
berdasarkan total aset, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan, dan rata-rata
total aset (Enong dan Heni, 2018). Perusahaan yang tergolong besar umumnya
akan lebih transparan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dan umumnya
akan lebih banyak dalam penyajian informasi keuangannya, karena mendapat
perhatian lebih dari dari pihak eksternal seperti pemerintah, investor dan kreditor,
sehingga meminimalkan manajemen laba (Kharisma, 2021). Perusahaan kecil
dianggap lebih banyak menerapkan praktik manajemen laba daripada perusahaan
besar (Savira dan Krisnando, 2021). Perusahaan kecil cenderung ingin
menunjukkan bahwa keadaan perusahaannya masih berjalan dengan baik sehingga
investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (Widhian et al., 2022).
Pada penelitian Syaddyah et al., (2020), Isnawati et al., (2023) dan
Chaerunnisak dan Febriani, (2022) terkonfirmasi terdapat pengaruh asimetri
informasi terhadap manajemen laba. sedangkan penelitian Mudijaningsih et al.,
(2023), Yulianto dan Aryati (2022) dan Siringoringo dan Sijabatb (2023)
terkonfirmasi tidak adanya pengaruh asimetri informasi terhadap manajemen laba.
Penelitian yang dilakukan oleh Tangngisalu dan Jumady (2020) menunjukkan
bahwa asimetri informasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
manajemen laba. Utomo (2020) menyatakan bahwa asimetri informasi
berpengaruh negative pada manajemen laba. penelitian yang dilakukan oleh
penelitian Yando dan Lubis (2018) menyatakan bahwa asimetri informasi
berdampak positif pada praktik manajemen laba. Sedangkan menurut Maulina et
al., (2018) menyatakan bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh pada
manajemen laba. Menurut penelitian Muslim dan Widyastuti (2019) menyatakan
bahwa asimetri informasi tidak berpengaruh pada manajemen laba. Hidayat
(2019) mengklaim bahwa manajemen laba tidak terpengaruh oleh asimetri
pengetahuan. Peneliti Aang dan Titik (2022) asimetri informasi tidak searah
dengan manajemen laba, artinya asimetri informasi bertambah, manajemen laba
menurun begitu pula sebaliknya.
Pada penelitian Komang et al., (2020) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. artinya semakin besar ukuran
perusahaan maka semakin kecil pula manajemen perusahaan dalam mengelola
laba. Penelitian Nimas dan Yeye (2021) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh pada manajemen laba, hal ini menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan tidak ada hubungannya dengan Tindakan manajemen laba. Pada
penelitian Savira dan Krisnando (2021) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, hal ini menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan dapat mempengaruhi praktik manajemen laba, sehingga
menunjukkan bahwa semakin besar maka ukuran perusahaan besar, semakin besar
kemungkinan penerapan praktik manajemen hasil. Menurut Fionnisa (2021)
ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Mulyani dan
Ulfa (2018) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Menurut Kathryn et al., (2022) ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur sektor food dan
bevereges karena food dan bevereges tetap menjadi kebutuhan utama masyarakat.
Permintaan food dan bevereges terus berlanjut pesat di pasar domestik maupun
internasional. Hal ini menciptakan peluang bagi perusahaan untuk
mengembangkan produk baru dan memperluas pangsa pasarnya. Situasi
mempengaruhi pendapatan dan peningkatan laba perusahaan (Dewi et al., 2023).
Penelitian ini menggunakan variabel asimetri informasi dan ukuran perusahaan.
Hal ini dikarenakan banyak peneliti terdahulu mengaitkan asimetri informasi dan
ukuran perusahaan dengan praktik manajemen laba, hal ini tidak terlepas dari
fenomena yang terjadi pada beberapa perusahaan (I Kadek et al., 2021). Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memastikan bagaimana ukuran perusahaan dan
asimetri pengetahuan mempengaruhi manajemen laba. Manfaat dan kontribusi
dalam penelitian ini dapat memberikan panduan bagi investor dalam pengambilan
keputusannya. Bagi investor diharapkan dapat menjadi acuan yang perlu
diperhatikan dalam mengambil keputusan mengenai variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, sehingga dapat menjadi pedoman dalam berinvestasi
(Franklin dan Elvis, 2020).

Anda mungkin juga menyukai