Anda di halaman 1dari 20

TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

DI LINGKUNGAN ANAK USIA DINI


Diajukan Kepada Fakultas IKIP Siliwangi Sebagai Syarat Pemenuhan Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :

Erna Sulistianawati (21070025)


Puput Artha Maldini (21070016)
Latri (21070023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

IKIP SILIWANGI

BANDUNG
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu diantanya
adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk
anak usia 0-8 tahun. PAUD telah berkembang dengan pesat dan mendapat
perhatian luar biasa terutama di negara-negara maju.

Pembelajaran anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan


bernyanyi. Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan, menggembirakan, dan
demokratis agar menarik anak untuk lebih terlibat dalam setiap kegiatan
pembelajaran.

Terdapat banyak prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini. Tetapi
setidaknya dari sekian banyak prinsip yang ada tersebut di petakan menjadi dua
kategori, yakni prinsip secara teoritis dan peinsip secara praktis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prinsip-prinsip Teoritis dalam Pembelajaran/Kegiatan PAUD?


2. Apa saja prinsip-prinsip Praktis dalam Pembelajaran/Kegiatan PAUD?

C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip Teoritis dalam
Pembelajaran/Kegiatan PAUD.
2. Untuk mengetahu apa saja prinsip-prinsip Praktis dalam Pembelajaran/Kegiatan
PAUD.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini bermanfaat

1. Bagi penulis
Makalah yang telah ditulis ini diharapkan menjadi wahana transformasi
pengetahuan antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, mahasiswa dengan
masyarakat, serta orang-orang yang berminat membacanya.

2. Bagi mahasiswa
Makalah yang telah ditulis ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
bacaaan ataupun referesi untuk mahasiswa khususnya tentang prinsip-prinsip
pendidikan anak usia dini.

3. Bagi masyarakat
Makalah yang telah ditulis ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber
bacaan ataupun referensi tentang prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PRINSIP-PRINSIP TEORITIS DALAM PEMBELAJARAN/KEGIATAN


PAUD

Hasil pemikiran para filsuf tentang pendidikan anaka usia dini, oleh Tina
Bruce (1987) dirangku dalam sepuluh prinsip khusus pendidikan anak usia dini
sebagai berikut:

1. Masa anak-anak adalah sebagian dari kehidupannya secara keseluruhan.


Masa ini bukan dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan pada masa yang
akan datang, melainkan sebatas optimalisasi potensi secara optimal.
2. Fisik, mental, dan kesehatan sama pentingnya dengan berpikir maupun aspek
psikis (spiritual) lainnya. Oleh karena itu, keseluruhan (holistik) aspek
perkembangan anak merupakan pertimbangan yang sama pentingnya.
3. Pembelajaran anak usia dini melaui berbagai kegiatan saling terkait satu
dengan yang lainnya sehingga pola stimulasi perkembangan anak tidak boleh
sektoral dan parsial, hanya satu aspek perkembangan saja.
4. Membangkitkan motivasi intristik (motivasi dari dalam diri) anak akan
menghasilkan inisiatif sendiri (self directed activity) yang sangat bernilai
daripada motivasi ekstrensik.
5. Program pendidikan pada anak usia dini perlu menekankan pada pentingnya
sikap disiplin karena sikap tersebut dapat membentuk watak dan
kepribadiannya.
6. Masa peka (0-3 tahun) untuk mempelajari sesuatu pada tahap perkembangan
tertentu, perlu diobservasi lebih detail.
7. Tolok ukur pembelajaran PAUD hendaknya bertumpu pada hal-hal atau
kegiatan yang telah mampu dikerjakan anak, bukan mengajarkan hal-hal
baru kepada anak, meskipun tujuannya baik karena baik menurut guru dan
orang tua belum tentu baik menurut anak.
8. Suatu kondisi terbaikatau kehidupan terjadi dalam diri anak (innerlife),
khususnya pada kondisi yang menunjang.
9. Orang-orang disekitar (anak dan orang dewasa) dalam interaksi merupakan
sentral penting karena mereka secara otomatis menjadi guru bagi anak.
10. Pada hakikatnya, PAUD merupakan interaksi antara anak, lingkungan, orang
dewasa, dan pengetahuan.

Dari prinsip-prinsip diatas, prinsip PAUD dapat dikelompokkan menjadi lima


kategori, yaitu:

1. Anak adalah peserta didik aktif.


2. Menyediakan fasilitas agar anak belajar melaui bermain, dan bermain sambil
belajar.
3. Memberi kesempatan anak untuk berpartisipasi aktif.
4. Mendorong anak untuk membangun dan mengembangkan idenya sendiri.
5. Memotivasi anak untuk mengembangkan potensi diri tanpa takut berbuat
salah.

Apabila dikatkan dengan program pendidikan prasekolah, khusunya


Taman Kanak-kanak maka ada beberapa prinsip pelaksanaan pendidikan di taman
kanak-kanak, yaitu:

1. Tanam Kanak-kanak perlu menciptakan situasi pendidikaan yang


memberikan rasa aman dan menyenangkan bagi anak didik.
2. Setiap anak didik merupakan anak yang unik, maka sebaiknya diberikan
kegiatan yang bervariasi dan perhatian yang bersifat individual.
3. Pelaksanaan pendidikan harus mempertimbangkan kematangan anak untuk
memperoleh kemampuan baru.
4. Bermain merupakan cara yang sangat efektif untuk mengembangkan
kemampuan anak.
5. Tidak ada unsur paksaan dalam proses pendidikan.

Berbeda dengan prinsip-prinsip yang dikemukanan Tina Bruce (1987),


Douglas H. Clements (dalam Hass dan Parkay, 1993: 339) membagi prinsip-
prinsip pendidikan anak usia dini ke dalam empat kategori, yaitu: kategori anak
sebagai peserta didik aktif, anak sebagi pembelajar sosial-emosional, anak sebagai
peserta didik independen (penanggung jawab atas kegiatan yang dilakukannya
sendiri) dan kategori anak sebagai pembelajar di dunia nyata. Berikut penjelasan
keempat kategori tersebut.

1. Kategori anak sebagai peserta didik aktif. Berdasarkan teori Piaget dalam
perkembangan kognitif, anak membangun pengetahuan sendiri secara konstruktif.
Beberapa prinsip yang termasuk ke dalam kategori ini adalah sebagai berikut:

 Pemahaman terhadap anak dilakukan secara partisipasi aktif dan


mengikuti pola perkembangan anak.
 Memotivasi atau menstimulasi anak untuk membangun ide-idenya sendiri
dan “menguji” ide tersebut melaui aktivitas fisik dan mental.
 Menyediakan berbagai kesempatan bagi anak untuk belajar melalui
bermain, dan mengekspresikan idenya dengan bebas-kreatif, serta
mengembangkan minat estetik, keterampilan motorik, dan nilai-nilai moral
keagamaan.
 Menyediakan kerangka konseptual dan memperbanyak pada aspek
pengertian daripada pengetahuan.
 Menekankan aspek berpikir, alasan (reasoning), dan pengambilan
keputusan secara mandiri.
2. Kategori anak sebagai pembelajar sosial-emosional. Perkembangan sosial-
emosional penting bagi diri anak. Interaksi sosial antara anak dan orang dewasa
adalah masalah krisis untuk dipelajari, khususnya mempelajari cara-cara berpikir
baru. Di dalam pembelajaran sosial-emosional ini, terdapat dua prinsip utama,
yakni:

 Menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi secara sosial untuk


menumbuhkan self image yang positif dalam diri anak.
 Menyediakan berbagai kesempatan untuk belajar tanpa tuntutan dari orang
tua maupun guru.
 Kategori anak sebagai peserta didik independen. Kategori ketiga ini
berdasarkan asumsi bahwa anak harus belajar bertanggung jawab. Hal ini
menuntut adanya sejumlah prinsip sebagai berikut:
 Menyediakan lingkungan (walaupun terbatas) yang dapat mendorong
otonomi atau kebebasan anak untuk bermain secara eksploratif.
 Menstimulasi, mendorong dan memotivasi anak untuk mencari relasi atau
pergaulan (relationship) dengan orang lain, melaui pergaulan dalam
bermacam problem.
 Memotivasi anak untuk memperkaya pengalaman dengan berbagai solusi
dan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
 Memberi peluang kepada anak untuk memiliki tujuan-tujuan realistik dan
dalam memprediksikan atau mengkonfirmasikan suatu peristiwa.
 Melatih anak untuk dapat menggunakan beragam teknik mempermudah
belajar dari materi yang kompleks.

3. Kategori anak sebagai pembelajar di dunia nyata. Prinsip pada kategori ini
menekankan bahwa pendidikan harus mengikutsertakan anak dalam kegiatan yang
bermakna secara konkret atau langsung berkaitan dengan kehidupan di luar
sekolah. Hal ini, menuntut adanya sejumlah prinsip, di antaranya sebagai berikut:

a. Menyediakan ruang bagi anak atau memberi kesempatan kepada anak


untuk mengeksplorasi problem-prolem riil, situasi yang bermakna dan material
konkret. Aktivitas bermakna mempunyai tujuan dan berkaitan erat dengan
pengalaman pribadi anak.

b. Menyediakan umpan balik yang memungkinkan adanya konsekuensi yang


wajar dari setiap aktivitas anak.

c. Menumbuhkan motivasi secara intrinstik bukan ekstrinsik.[4]

B. PRINSIP-PRINSIP PRAKTIS DALAM PEMBELAJARAN/KEGIATAN


PAUD

Prinsip-prinsip pelaksana pembelajaran anak usia dini dikemukakan menjadi


beberapa prinsip, antara lain:

1. Berorientsi pada Kebutuhan Anak

Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan


anak. Menurut Maslow, kebutuhan manusia ada tujuh tingkat yang tersusun secara
hierarki, yakni: kebutuhan fisik, keamanan, kasih sayang, harga diri, kognisi,
estetika, dan aktualisasi diri.

Tetapi bagi anak-anak kebutuhan tersebut berhenti pada tingkat ketiga, yakni
kasih sayang. Menurut Maslow, kebutuhan mendasar bagi anak adala kebutuhan
fisik (makan, minum, pakaian, dan lain-lain). Artinya anak-anak dapat beraktivitas
dengan baik ketika kebutuhan dasar ini terpenuhi. Kebutuhan berikutnya adalah
keamanan (aman, nyaman, terlindungi, dan bebas dari bahaya). Artinya anak akan
semakin mudah terkondisikan ketika kedua kebutuhannya tersebut terpenuhi.
Selanjutnya, kebutuhan anak berikutnya adalah kasih sayang (dimengerti,
dihargai, dikasihi, dan lain-lain). Dengan kondisi yang demikian anak akan
merasa separuh dari kebutuhan hidupnya telah terpenuhi.

2. Pembelajaran Anak sesuai dengan Perkembangan Anak


Pembelajaran untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak, baik usia maupun kebutuhan individual anak. Setiap anak
berbeda perkembangannya dengan anak yang lain, ada yang cepat ada yang
lambat. Oleh karena itu, pembelajaran anak usia dini baik lingkup maupun tingkat
kesulitannya dengan kelompok usia anak.

3. Mengembangkan Kecerdasan Majemuk Anak


Pembelajaran anak usia dini hendaknya tidak menjejali anak dengan hafalan
(termasuk membaca, menulis, dan berhitung: calistung), tetapi mengembangkan
kecerdasannya. Kunci kecerdasan anak adalah kematangan emosi, bukan pada
kemampuan kognisi karena serabut otak kognisi pada anak belum terbentuk atau
belum tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, ukuran kecerdasan anak bukan pada
kemampuan kognitif, melainkan pada kemampuan emosi. Dengan demikian, anak
yang kemampuan kognitifnya telah baik, belum tentu ia anak yang cerdas. Justru
sebaliknya, ada kemungkinan stimulasi yang berlebihan pada kemampuan
kognitif membuat pengembangan kecerdasan yang lain menjadi terabaikan. Dan
anak tersebut dapat mengalami distorsi kecerdasan secara besar-besaran. Oleh
karena itu, kecerdasan bagi anak tidak semata-mata kognitif saja.

4. Belajar Melaui Bermain


Bermain adalah salah satu pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan
untuk anak usia dini. Melaui bermain, anak diajak untuk berekplorasi
(penjajakan), menemukan, dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya.

Montessori memandang permainan sebagai “kebutuhan batiniah” setiap anak


(Britton, 1992: 19) karena bermain mampu menyenangkan hati, meningkatkan
keterampilan, dan meningkatkan perkembangan anak. Konsep bermain inilah
yang kemudian disebut sebagai belajar sambil bermain.

Montessori menilai bahwa bermainnya anak bukan sekedar “main-main” tetapi


mereka “sungguh-sungguh bermain”. Ketika sebagian orang tua dan guru
memandang bahawa bermain adalah kegiatan sia-sia dan melelakan sehingga
menghambat proses belajar, Montessori justru menilai bermain adalah “kerja”
anak-anak yang sesungguhnya atau lebih dari sekedar belajar (Britton, 1992: 20).

5. Tahapan Pembelajaran Anak Usia Dini

Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, mulai dari
yang konkret ke yang abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang
bergerak ke verbal, dan dari diri sendiri ke lingkungan sosial. Agar konsep dapat
dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang
berulang-ulang, tetapi jangan sampai membosankan. Anak-anak mempunyai
ketertarikan terhadap sesuatu yang baru dan ketika ia mampu melakukannya, ia
cenderung akan mengulang-ulangnya. Meskipun demikian, anak-anak juga
mempunyai titik jenuh sehingga satu kegiatan tertrntu tidak boleh diulang secara
berlebihan.

6. Interaksi Sosial Anak

Ketika anak berinteraksi dengan teman sebayanya, maka anak akan belajar, begitu
juga ketika anak beinteraksi dengan orang dewasa (guru, orang tua). Inilah
sebabnya, mengapa anak “tanpa belajar” bahasa, pada usia 4-5 tahun ia telah
mempunyai kosakata leih dari 14.000 kata. Kekayaan kosa kata ini diperoleh
anak-anak ketika berinteraksi dengan orang dewasa, khusunya ibunya.

Dalam sosio-kultur masyarakat pada umumnya, anak yang mempunyai


kemampuan bahasa lancar akan dipersepsikan sebagai anak cerdas. Sebaliknya,
jika anak lambat dalam perkembangan bahasanya, akan dipersepsikan sebagai
anak yang kurang cerdas. Karena kemampuan bahasa mencerminkan kecerdasan
linguistik yang tinggi.

7. Lingkungan yang Kondusif


Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan
menyenangkan dengan memerhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat
mendukung kegiatan belajar melaui bermain.

8. Merangsang Kreativitas dan Inovasi

Kegiatan pembelajaran di PAUD harus merangsang daya kreativitas dengan


tingkat inovasi tinggi. Jika kegiatan bermain di lembaga PAUD hanya “itu-itu
saja” tentu tidak akan mampu merangsang hasrat rasa ingin tahu anak. Oleh
karena itu, inovasi di bidang permainan, khususnya permainan sains, harus
digalakkan, dan inovasi-temasuk inovasi permainan-selalu membutuhkan
kreativitas tinggi.

Proses kreativitas dan inovatif dappat dilakukan melaui kegiatan-kegiatan yang


menarik, membangkitkan rasa ingi tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir
kritis, dan menemukan hal-hal baru.

9. Mengembangkan Kecakapan Hidup

Pembelajaran di PAUD harus mampu mengembangkan kecakapan hidup anak


dari berbagai aspek secara menyeluruh. Berbagai kecakapan dilatihkan agar anak
kelak menjadi manusia seutuhnya. Tujuannya adalah agar kelak anak berkembang
menjadi manusia yang utuh dan memiliki kepribadian atau akhlak mulia, cerdas
dan terampil, mampu bekeja sama dengan orang lain, mampu hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Mengembangkan kecakapan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses


pembiasaan, agar anak belajar untuk mandiri, disiplin, mampu bersosialisasi, dan
memperoleh bekal keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan
hidupnya.

10. Pembelajaran sesuai dengan Kondisi Sosial Budaya


Pembelajaran anak usia dini harus sesuai dengan kondis sosial budaya dimana
anak tersebut berada. Apa yang dipelajari anak adalah persoalan nyata sesuai
dengan kondisi di mana anak dilahirkan. Berbagai objek yang ada di sekitar anak,
kejadian, dan isu-isu yang menarik dapat diangkat sebagai tema persoalan belajar.

11. Stimulasi Secara Holistik

Kegiatan anak usia diniharus bersifat terpadu atau holistik. Anak tidak boleh
hanya dekembangkan kecerdasan tertentu saja, seperti IPA, Matematika, bahasa,
secara terpisah, tetapi terintegrasi ke dalam satu kegiatan. Dengan demikian,
setiap permainan dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasannya.

12. Anak sebagai Pembelajar Aktif

Anak melakukan sendiri kegiatan pembelajarannya dan guru hanya sebagi


fasilitator atau mengawasi dari jauh. Dalam kegiatan belajar sambil bermain,
hendaknya guru tidak banyak campur tangan karena hal itu justru akan
mengganggu kegiatana anak.

13. Memanfaatkan Potensi Lingkungan

Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau
bahan-bahan yang sengaja disiapkan (termasuk bahan-bahn belkas yang berasl
dari lingkungan sekitar) oleh pendidik/guru, termasuk dalam hal ini adalah bahan-
bahan untuk membuat permainan edukatif sendiri.

Keuntungan mengolah bahan tak terpakai (bahan bekas) secara kreatif untuk
dibuat permainan edukatif secara inovatif, antara lain: (1) karena anak mudah
bosan dengan satu permainan, permainan yang akan dibuat bisa dirancang hanya
untuk beberapa kali digunakan. Setelah selesai digunakan anak sudah bosan,
seiring dengan permainan tersebut telah rusak. (2) guru atau orang tua dapat
membuat permainan bersama anak atau calon pengguna, sehingga bentuk
permainan lebih sesuai dengan selera anak. (3) memanfaatkan lingkungan sebgai
permaian dapat menghemat biaya pendidikan anak usia dini.[5]

Dengan demikian, pendidikan akan dapat dimaknai dan berguna bagi anak ketika
beradaptasi dengan lingkungannya. Alam sebagai sarana pembelajaran. Hal ini
didasarkan pada beberapa teori pembelajaran yang menjadikan alam sebagai
sarana yang tak terbatas bagi anak untuk berekplorasi dan beinteraksi dengan alam
dalam membangun pengetahuannya.

Vaquette (1983: 67) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek penting dalam
alam yaitu:

1) Alam merupakan ruang lingkup untuk menemukan kembali jati diri


secara kolektif dan menyusun kembali kehidupan sosial.
2) Alam merupakan runag lingkup yang dapat diekplorasi.
3) Peranan pendidik di lokasi kegiatan.

14. Anak Belajar melaui Sensori dan Panca Indera

Anak memperoleh pengetuan melaui sensorinya, anak dapat melihat melalui


bayangan yang ditangkap oleh mata, anak dapat mendengarkan bunyi melalui
telinganya, anak dapat merasakan panas dan dingin lewat perabaannya, anak dapat
membedakan bau melaui hidung dan anak dapat mengetahui aneka rasa mealalui
lidahnya.oleh karena itu, pembelajaran pada anak hendaknya mengarahkan anak
pada berbagai kemampuan yang dapat dilakukan oleh seluruh inderanya.

Anak belajar melalui sensori dan panca indera menurut pandangan dasar
Montessori yang meyakini bahwa panca indera adalah pintu gerbang masuknya
berbagai pengetahuan ke dalam otak manusia (anak). Karena perannya yang
sangat strategis maka seluruh panca indera harus memperoleh kesempatan untuk
berkembang sesuai fungsinya.

15. Anak membangun Pengetahuan Sendiri


Sejak lahir anak diberi kemampuan. Dalam konsep ini anak diiarkan belajar
melaui pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang dialaminya sejak anak
lahir dan pengetahuan yang telah anak dapatkan selama hidup. Konsep ini
diberikan agar anak dirangsang untuk menambah pengetahuan yang telah
diberikan melaui materi-materi yang disampaian oleh guru dengan caranya
sendiri. Anak diberi fasilitas yang dapat menunjang untuk membangun
pengetahuannya sendiri.

16. Anak berpikir melalui Benda Konkret

Dalam konsep ini anak harus diberikan pembelajaran dengan benda-benda yang
nyata agar anak tidak menerawang atau bingnung. Terciptanya pengalaman
melalui benda nyata diharapkan anak lebih mengerti maksud dari materi-materi
yang diajarkan oleh guru.

Anak usia dini dapat menyerap pengalaman dengan mudah melalui benda-benda
yang bersifat konkret (nyata). Oleh karena itu sebaiknya menggunakan media
yang nyata untuk memberikan pembelajaran pada anak.[6]
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

A. Prinsip-prinsip Teoritis dalam Pembelajaran/Kegiatan PAUD

Menurut Tina Bruce (1987) prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1. Masa anak-anak adalah sebagian dari kehidupannya secara keseluruhan.


2. Fisik, mental, dan kesehatan sama pentingnya dengan berpikir maupun aspek
psikis (spiritual) lainnya.
3. Pembelajaran anak usia dini melaui berbagai kegiatan saling terkait satu
dengan yang lainnya sehingga pola stimulasi perkembangan anak tidak boleh
sektoral dan parsial, hanya satu aspek perkembangan saja.
4. Membangkitkan motivasi intristik (motivasi dari dalam diri) anak akan
menghasilkan inisiatif sendiri (self directed activity) yang sangat bernilai
daripada motivasi ekstrensik.
5. Program pendidikan pada anak usia dini perlu menekankan pada pentingnya
sikap disiplin karena sikap tersebut dapat membentuk watak dan
kepribadiannya.
6. Masa peka (0-3 tahun) untuk mempelajari sesuatu pada tahap perkembangan
tertentu, perlu diobservasi lebih detail.
7. Tolok ukur pembelajaran PAUD hendaknya bertumpu pada hal-hal atau
kegiatan yang telah mampu dikerjakan anak, bukan mengajarkan hal-hal
baru kepada anak, meskipun tujuannya baik karena baik menurut guru dan
orang tua belum tentu baik menurut anak.
8. Suatu kondisi terbaikatau kehidupan terjadi dalam diri anak (innerlife),
khususnya pada kondisi yang menunjang.
9. Orang-orang disekitar (anak dan orang dewasa) dalam interaksi merupakan
sentral penting karena mereka secara otomatis menjadi guru bagi anak.
10. Pada hakikatnya, PAUD merupakan interaksi antara anak, lingkungan, orang
dewasa, dan pengetahuan

Menurut Douglas H. Clements (dalam Hass dan Parkay, 1993: 339) membagi
prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini ke dalam empat kategori, yaitu: kategori
anak sebagai peserta didik aktif, anak sebagi pembelajar sosial-emosional, anak
sebagai peserta didik independen (penanggung jawab atas kegiatan yang
dilakukannya sendiri) dan kategori anak sebagai pembelajar di dunia nyata. Dan
prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini menurut kategori-kategori diatas adalah
sebagai berikut:

1. Pemahaman terhadap anak dilakukan secara partisipasi aktif dan mengikuti


pola perkembangan anak.
2. Memotivasi atau menstimulasi anak untuk membangun ide-idenya sendiri
dan “menguji” ide tersebut melaui aktivitas fisik dan mental.
3. Menyediakan berbagai kesempatan bagi anak untuk belajar melalui bermain,
dan mengekspresikan idenya dengan bebas-kreatif, serta mengembangkan
minat estetik, keterampilan motorik, dan nilai-nilai moral keagamaan.
4. Menyediakan kerangka konseptual dan memperbanyak pada aspek
pengertian daripada pengetahuan.
5. Menekankan aspek berpikir, alasan (reasoning), dan pengambilan keputusan
secara mandiri.
6. Menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi secara sosial untuk
menumbuhkan self image yang positif dalam diri anak.
7. Menyediakan berbagai kesempatan untuk belajar tanpa tuntutan dari orang
tua maupun guru.
8. Menyediakan lingkungan (walaupun terbatas) yang dapat mendorong
otonomi atau kebebasan anak untuk bermain secara eksploratif.
9. Menstimulasi, mendorong dan memotivasi anak untuk mencari relasi atau
pergaulan (relationship) dengan orang lain, melaui pergaulan dalam
bermacam problem.
10. Memotivasi anak untuk memperkaya pengalaman dengan berbagai solusi
dan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
11. Memberi peluang kepada anak untuk memiliki tujuan-tujuan realistik dan
dalam memprediksikan atau mengkonfirmasikan suatu peristiwa.
12. Melatih anak untuk dapat menggunakan beragam teknik mempermudah
belajar dari materi yang kompleks.
13. Menyediakan ruang bagi anak atau memberi kesempatan kepada anak untuk
mengeksplorasi problem-prolem riil, situasi yang bermakna dan material
konkret.
14. Menyediakan umpan balik yang memungkinkan adanya konsekuensi yang
wajar dari setiap aktivitas anak.
15. Menumbuhkan motivasi secara intrinstik bukan ekstrinsik.

B. Prinsip-prinsip Praktis dalam Pembelajaran/Kegiatan PAUD

1. Berorientsi pada Kebutuhan Anak

2. Pembelajaran Anak sesuai dengan Perkembangan Anak

3. Mengembangkan Kecerdasan Majemuk Anak

4. Belajar Melaui Bermain


5. Tahapan Pembelajaran Anak Usia Dini

6. Interaksi Sosial Anak

7. Lingkungan yang Kondusif

8. Merangsang Kreativitas dan Inovasi

9. Mengembangkan Kecakapan Hidup

10. Pembelajaran sesuai dengan Kondisi Sosial Budaya

11. Stimulasi Secara Holistik

12. Anak sebagai Pembelajar Aktif

13. Memanfaatkan Potensi Lingkungan

14. Anak Belajar melaui Sensori dan Panca Indera

15. Anak membangun Pengetahuan Sendiri

16. Anak berpikir melalui Benda Konkret


DAFTAR PUSTAKA

Suyadi dan Ulfah, Maulidya, 2013, Konsep Dasar PAUD, Bandung: Remaja

Rosdakarya.

S. Rahman, Hibana, 2002, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,

Yogyakarta: PGTK Press.

Nurani Sujiono, Yuliani, 2009, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini,

Jakarta: Indeks.

Anda mungkin juga menyukai