Anggota Kelompok 5
Tugas: Mendeskripsikan Setiap Poin yang terdapat pada Slide Materi Perkuliahan dengan
baik, dan menggunakan referensi yang sesuai pula.
Pengertian belajar bagi anak adalah sebuah kegiatan yang ia kerjakan sambil bermain.
Pendidik harus memahami bahwa bermain adalah alat alami bagi anak-anak untuk
belajar dan bekerja.Anak diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungannya
sebab lingkungan dapat memberikan banyak rangsangan mental dan dapat
meningkatkan kemampuan belajar anak. Lingkungan yang dipenuhi bahan-bahan
pembelajaran anak merangsang minat anak dan mendorong mereka untuk belajar
secara aktif. Jika pengalaman belajar sejalan dengan kematangan psikologis dan
berdasarkan tingkat perkembangannya, anak akan lebih mudah dalam belajar.
Kematangan adalah suatu saat dimana seseorang individu sudah siap untuk
melakukan suatu tugas perkembangan tertentu. Kematangan anak dipengaruhi oleh
status gizi, kesehatan, pengasuhan, pendidikan, dan faktor bawaan. Perkembangan
anak bersifat individu. Anak yang usianya sama bisa jadi perkembangannya berbeda.
Selain faktor dari luar yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi
belajar anak adalah lingkungan belajar. Lingkungan belajar dibagi menjadi dua
yang terdiri dari lingkungan fisik atau tempat dimana pembelajar itu belajar, apakah
tempat belajar itu nyaman atau tidak, pengap atau tidak, teratur atau tidak,
berisik atau tidak dan lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan
sepermainan, lingkungan sebaya dan kelompok belajar.
Anak adalah bagian dari masyarakat dan sekaligus sebagai generasi penerus
dari masyarakat bersangkutan. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini
hendaknya berlandaskan dan sekaligus turut mengembangkan nilai-nilai
sosiokultural yang berkembang pada masyarakat bersangkutan. Dalam
pelaksanaan pendidikan diupayakan juga memanfaatkan lingkungan sebagai media
dan sumber belajar bagi anak didik, sehingga anak didik tidak tercabut dari
masyarakatnya sendiri atau anak sendiri merasa asing di lingkungannya sendiri bila
dia besar nanti.
Anak didefinisikan sebagai individu unik karena tidak ada anak atau individu yang
sama persis, baik secara fisik, psikis, dan lain- lain. Perbedaan anak juga terlihat dari
gaya belajar karena gaya belajar pada anak berbeda satu dengan lain. Gaya belajar
setiap anak dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan.
Manfaat mengetahui gaya belajar: (1). Dapat menentukan cara belajar yang lebih
efektif, dan (2). Mengetahui bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara
maksimal sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat optimal.
Masa belajar anak usia dini merupakan masa belajar yang dilakukan melalui
bermain. Bermain merupakan hal yang menyenangkan bagi anak.Melalui bermain
anak-anak dapat mengeksplorasi kemampuan sosial, fisik dan imajinasinya.
Pemberian Rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain,
dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak. Melalui bermain
anak tidak akan merasa tertekan dalam melaksanakan berbagai tugas perkembangan
yang harus dikuasainya.Melalui bermain juga, misalnya dalam bermain secara
berkelompok akan membantu mereka dalam perkembangan sosial
emosional,bahasa, kreativitas dan membentuk dasar untuk menjadi komunikator
dan pembelajar yang efektif.
● Lingkungan Kondusif
Lingkungan yang diupayakan untuk diciptakan adalah lingkungan yang menarik dan
menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Lingkungan yang
menarik dan nyaman bagi anak mencakup lingkungan sosial dan lingkungan
fisik. Lingkungan sosial mencakup keramahan dan kelembutan guru dan personil
yang lainnya termasuk teman-temannya menerima anak dan memfasilitasi
anak dalam bermain.Prinsip ini mulai diterapkan pada pagi hari saat
penyambutan anak yang baru datang ke PAUD/TK, sampai mengajar anak
bermain bersama.Dalam bermain bersama terjadi interaksi anak dengan guru serta
anak dengan anak secara intensif, sehingga terstimulasi aspek perkembangan
sosial emosional anak dan latihan mandiri dan percaya diri. Kondisi ini akan
menciptakan rasa aman dan membangun simpati dan empati pada anak didik.
Mengancam, menakut-nakuti, apalagi memarahi anak merupakan ciri
lingkungan sosial yang tidak nyaman bagi anak. Sementara lingkungan fisik yang
menarik dan nyaman bagi anak adalah penataan lingkungan main atau kegiatan
bermain yang tidak monoton. Misalnya diupayakan mengganti pajangan
dengan hasil karya anak terbaru, kegiatan bermain bervariasi (banyak macamnya),
walaupun sesungguhnya konsep/materi yang diperkenalkan masih sama.
3. Lingkungan Kondusif
● Memberikan Perlindungan dan Kenyamanan saat Anak Bermain dengan Bahan dan
Alat sesuai Ide Anak.
Lingkungan kondusif untuk bermain anak dengan alat dan bahan yang mendukung ide,
serta minat dan bakat anak merupakan suatu wadah yang memfasilitasi sebuah
eksplorasi kreatif. Lingkungan ini perlu dirancang untuk memungkinkan anak-anak
merasa aman dan didukung dalam mengeksplorasi ide-ide nya dengan bebas. Dukungan
dan pengakuan terhadap ide kreatif anak sangatlah penting. Guru atau orang tua perlu
hadir dan ikut sebagai fasilitator yang mendukung, memberikan pujian, dan merespons
positif akan ide-ide anak. Lingkungan yang memberikan apresiasi terhadap keunikan
setiap anak tentu akan memupuk rasa percaya diri dan kenyamanan anak dalam
mengekspresikan ide.
● Memberi Kebebasan untuk Anak melakukan Eksplorasi dan Eksperimentasinya.
Adalah suatu ruang yang dirancang untuk merangsang kreativitas, rasa ingin tahu, dan
perkembangan keterampilan anak. Lingkungan ini menciptakan suasana yang
mendukung anak untuk belajar melalui pengalaman langsung, memberi kebebasan
untuk menjelajahi, mengamati, dan mencoba hal baru. Lingkungan ini juga harus
memfasilitasi kebebasan bergerak dan berinteraksi. Anak diberikan ruang yang cukup
untuk menjelajahi dan menguji ide-ide nya, baik melalui permainan aktif, bermain di
luar, atau berpartisipasi dalam proyek kolaboratif. Keberadaan area terbuka dan teratur
dengan baik memberikan kebebasan yang diperlukan untuk eksplorasi fisik dan sosial.
● Memberi kesempatan anak untuk memberikan penjelasan tentang cara kerja dan hasil
Guru memberi mereka kesempatan untuk mencoba/ menjelaskan dan menggunakan
berbagai obyek/bahan dengan cara yang beragam.proses pembelajaran yang
dirancang agar peserta didik secara aktif dapat mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.(Fatima and Angkur
n.d.).
● Menyediakan berbagai alat dan bahan yang dapat mendukung cara anak bermain
Sentra bahan alam merupakan sentra yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
berinteraksi langsung dengan berbagai macam bahan untuk mendukung sensorimotor,
self control, dan sains. Sentra bahan alam merupakan kegiatan bermain bagi anak yang
bertujuan memberikan kesempatan bagi anak untuk membangun kemampuan dengan
berbagai macam bahan alam. Selain itu, sentra bahan alam juga memberikan
kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai bahan yang ada di alam
untuk mengembangkan kreativitas anak.(Almeida et al. 2016).
● Memberi dukungan dalam bentuk pertanyaan yang mendorong anak mengembangkan
ide, bukan memberi arahan untuk dilakukan anak
Guru dapat membantu anak untuk menyusun pertanyaan yang ingin mereka ketahui. Di
tahap menanya,guru juga perlu bersabar. Terkadang anak menyampaikan
keingintahuannya. Hal ini dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Saat
guru menuliskan semua pertanyaan anak, guru tidak perlu menjawabnya, tetapi ajaklah
anak untuk mencari jawabannya ke berbagai sumber. karena dengan bertanya itu
sebagai proses menggali pengetahuan baru anak.
4. Pembelajaran Demokratis
Demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap demokratis bagaimana anak belajar
menghargai dan memberikan kesempatan kepada orang lain. Sikap demokratis bisa
dilakukan dengan cara, misalnya anak diberikan kesempatan untuk berpendapat,
bertanya, memberikan ide- ide ketika sedang berbicara dengan guru maupun orang tua.
Sikap toleransi dilakukan dengan menerima dan menghargai perbedaan perbedaan yang
ada serta tidak melakukan diskriminasi terhadap perbedaan yang dimiliki orang lain.
Perbedaan yang dimaksud meliputi perbedaan agama, ras, suku, bangsa, budaya,
penampilan, kemampuan, gender dan lain-lain. Seseorang yang bersikap toleran bisa
menghargai orang lain meskipun berbeda pandangan dan keyakinan. Menjelaskan sikap
toleransi dapat diwujudkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :
(a) memberikan kebebasan atau kemerdekaan,
Namun saat ini banyak kasus yang disebabkan oleh kurangnya toleransi, mulai dari
perang suku , rasisme , hingga keyakinan bahwa semua agama selain agama yang
dianutnya adalah buruk. Banyaknya kejadian tersebut menyadarkan bahwa sikap
toleran di kalangan masyarakat kita sedang menurun. Apalagi yang menyedihkan
adalah banyak orang yang menganggap kurangnya toleransi ini adalah hal yang wajar,
atau bahkan hanya sebuah lelucon. Seharusnya masyarakat berbangga dengan
keragaman ini, dan tidak menjadikan keberagaman yang ada sebagai alasan untuk
memisahkan satu sama lain (Putri, 2021). Maka dari itu, sikap toleransi dilakukan
dengan menerima dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada serta tidak
melakukan diskriminasi terhadap perbedaan yang dimiliki orang lain. Perbedaan yang
dimaksud meliputi perbedaan agama, ras, suku, bangsa, budaya, penampilan,
kemampuan, gender dan lain-lain. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan
lingkungan belajar, konten, dan fasilitas pendidikan toleransi yang sejalan dengan nilai-
nilai universal dalam pendidikan.
● Menghargai gagasan dan hasil karya anak tanpa membandingkan dengan anak lainnya
Konsep perkembangan manusia sejak zaman dahulu (ku- no) sudah diperkenalkan oleh
William Stern, ahli pendidikan dari Jerman dengan teori unitas multipks yang berarti
bahwa setiap individu lahir berbeda satu sama lain dengan keunikan masing-masing.
Tidak ada satu pun individu yang sama per- sis, selalu ada yang berbeda artinya mereka
berbeda dengan keunikannya sendiri sendiri meskipun mereka lahir berasal dari satu sel
telur kembar. Di sisi lain, mereka juga akan me- miliki lebih dari satu potensi
(multipotensial) yang mana po- tensi-potensi tersebut dapat teraktualisasikan atau
terealisa- si, sehingga potensi tersebut menjadi suatu kemampuan yang konkret. Seperti
bakat bahasa dan hasil karyanya yang mungkin bakat bahasa dan hasil karya tersebut
tidak dapat muncul atau terealisasikan secara baik.
Potensi atau bakat yang dimiliki individu yang kelak dapat diaktualisasikan memiliki
keterarahan, seperti misalnya bahasa dan sejarah yang memiliki keterarahan yang sama.
jadi sebagai seorang guru harus menghargai gagasan anak dan hasil karya anaknya juga
harus diberikan penilaian atau reward tanpa membandingkan dengan anak lainnya.
● Memberi kesempatan pada anak melakukan dan menolong dirinya sesuai dengan
kemampuannya untuk mendapatkan pengalaman bermain yang berharga.
Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari dirinya bahwa dirinya
beda dengan orang lain. Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa
tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Dia menyadari
bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginannya berhadapan dengan
keinginan orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya.
● Memfasilitasi anak dengan beragam objek baik alam maupun buatan yang menarik
sehingga memunculkan rasa ingin tahu anak dan anak akan melakukan pengamatan,
misalnya bunga-bunga, kolam ikan, aquarium, sangkar burung atau kandang kelinci,
dll.
REFERENSI
Fatima, Maria, and Mardina Angkur. “Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pendekatan
Saintifik Di Paud Dalam Rangka Menghadapi Era.” (10): 232–37.
Nur, Agus Hasbi. 2015. “Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Di Pondok Pesantren
Dalam Meningkatkan Kemandirian Santri.” Empowerment 3(2252): 1–31.
Widiastuti, Eko Heri. 2017. “Pemanfaatan Sumber Belajar Sebagai Sumber Belajar
Pembelajaran Mata Pelajaran IPS.” Jurnal Satya Widya 33(1): 29–36.
Sholihah, A., & Kurniawan, R. Y. 2016. “Analisis pengaruh motivasi belajar dan lingkungan
belajar terhadap hasil belajar”. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 4(3).
Fitri, A.R. and Suryana, D., “Pembelajaran Kurikulum 2013 PAUD Berbasis Pendekatan
Saintifik”. Universitas Negeri Padang.
Suarta, I.N & Rahayu, D.I 2018.” model pembelajaran holistik integratif di PAUD untuk
mengembangkan potensi belajar anak”.
Ismiatun, A.N 2020 “Belajar dan pembelajaran anak usia dini. Handout : institut keguruan
dan pendidikan Siliwangi”.
Mufidah, L.L.N 2017. “Memahami gaya belajar untuk meningkatkan potensi anak. Martabat :
jurnal perempuan dan anak”.
AA Sri asri. 2018.” Hubungan pola asuh terhadap perkembangan anak usia dini” Jurnal
Ilmiah Sekolah Dasar Rupnidah Rupnidah, Dadan Suryana Jurnal PAUD Agapedia 6 (1), 51-
61, 2022.