Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH: STRATEGI PEMBELAJARAN PAUD

Dosen Pengampu: Dr. Ocih Setiasih, M.Pd.

Selasa, 27 Februari 2024

Anggota Kelompok 5

NO Nama Anggota NIM


1 Epi Nopitasari 2206933
2 Savina Ayu Fadillah 2206095
3 Ukhti Refah 2201827

Tugas: Mendeskripsikan Setiap Poin yang terdapat pada Slide Materi Perkuliahan dengan
baik, dan menggunakan referensi yang sesuai pula.

PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

1. Prinsip Belajar Anak.

● Anak adalah Pembelajar aktif

Pengertian belajar bagi anak adalah sebuah kegiatan yang ia kerjakan sambil bermain.
Pendidik harus memahami bahwa bermain adalah alat alami bagi anak-anak untuk
belajar dan bekerja.Anak diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungannya
sebab lingkungan dapat memberikan banyak rangsangan mental dan dapat
meningkatkan kemampuan belajar anak. Lingkungan yang dipenuhi bahan-bahan
pembelajaran anak merangsang minat anak dan mendorong mereka untuk belajar
secara aktif. Jika pengalaman belajar sejalan dengan kematangan psikologis dan
berdasarkan tingkat perkembangannya, anak akan lebih mudah dalam belajar.

a) Anak aktif dalam aspek fisik-motoriknya


b) Anak menggunakan seluruh inderanya untuk memperoleh pengetahuan
c) Anak adalah partisipan aktif (mencari cara untuk mengembangkan potensinya:
mengamati, memanipulasi objek,berinteraksi) dari pengalamannya sendiri.
● Belajar Anak dipengaruhi Oleh Kematangan.

Kematangan adalah suatu saat dimana seseorang individu sudah siap untuk
melakukan suatu tugas perkembangan tertentu. Kematangan anak dipengaruhi oleh
status gizi, kesehatan, pengasuhan, pendidikan, dan faktor bawaan. Perkembangan
anak bersifat individu. Anak yang usianya sama bisa jadi perkembangannya berbeda.

● Belajar Anak dipengaruhi oleh Lingkungan.

Selain faktor dari luar yang tidak kalah penting dalam mempengaruhi
belajar anak adalah lingkungan belajar. Lingkungan belajar dibagi menjadi dua
yang terdiri dari lingkungan fisik atau tempat dimana pembelajar itu belajar, apakah
tempat belajar itu nyaman atau tidak, pengap atau tidak, teratur atau tidak,
berisik atau tidak dan lingkungan sosial yang terdiri dari lingkungan
sepermainan, lingkungan sebaya dan kelompok belajar.

Anak adalah bagian dari masyarakat dan sekaligus sebagai generasi penerus
dari masyarakat bersangkutan. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini
hendaknya berlandaskan dan sekaligus turut mengembangkan nilai-nilai
sosiokultural yang berkembang pada masyarakat bersangkutan. Dalam
pelaksanaan pendidikan diupayakan juga memanfaatkan lingkungan sebagai media
dan sumber belajar bagi anak didik, sehingga anak didik tidak tercabut dari
masyarakatnya sendiri atau anak sendiri merasa asing di lingkungannya sendiri bila
dia besar nanti.

a) Lingkungan biologis ( Gizi, perawatan kesehatan, latihan jasmani)


b) Lingkungan fisik ( pakaian tempat tinggal)
c) Lingkungan sosial (keluarga, teman sebaya, masyarakat, media dan kebudayan)
● Anak Belajar dengan Gaya yang Berbeda.

Anak didefinisikan sebagai individu unik karena tidak ada anak atau individu yang
sama persis, baik secara fisik, psikis, dan lain- lain. Perbedaan anak juga terlihat dari
gaya belajar karena gaya belajar pada anak berbeda satu dengan lain. Gaya belajar
setiap anak dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan.
Manfaat mengetahui gaya belajar: (1). Dapat menentukan cara belajar yang lebih
efektif, dan (2). Mengetahui bagaimana memanfaatkan kemampuan belajar secara
maksimal sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat optimal.

a) Auditory learner: melalui mendengarkan, belajarnya lebih efektif melalui


penjelasan verbal
b) Visual learner: melalui melihat ( gambar, tulisan,bagan)
c) Kinesthetic: bergerak, koordinasi motorik.
● Anak Belajar Melalui Bermain.

Masa belajar anak usia dini merupakan masa belajar yang dilakukan melalui
bermain. Bermain merupakan hal yang menyenangkan bagi anak.Melalui bermain
anak-anak dapat mengeksplorasi kemampuan sosial, fisik dan imajinasinya.
Pemberian Rangsangan pendidikan dengan cara yang tepat melalui bermain,
dapat memberikan pembelajaran yang bermakna pada anak. Melalui bermain
anak tidak akan merasa tertekan dalam melaksanakan berbagai tugas perkembangan
yang harus dikuasainya.Melalui bermain juga, misalnya dalam bermain secara
berkelompok akan membantu mereka dalam perkembangan sosial
emosional,bahasa, kreativitas dan membentuk dasar untuk menjadi komunikator
dan pembelajar yang efektif.

a) Bermain adalah kebutuhan dasar dari anak


b) Bermain adalah wahana yang sangat penting bagi anak
c) dengan bermain anak memperoleh informasi, konsep, mempelajari keterampilan.
● Anak belajar melalui kombinasi pengalaman fisik, interaksi sosial dan refleksi
a) pengalaman fisik : interaksi langsung dengan objek-objek yang ada di sekitarnya
(benda mati, tumbuhan, hewan, dll).
b) Interaksi sosial: dengan orang lain ( teman sebaya, orang yang usianya lebih
dewasa)
c) Refleksi: melakukan sesuatu aktivitas, mengemukakan pendapat atas hal yang
sudah diketahuinya.

2. Prinsip Pembelajaran AUD

● Berorientasi pada kebutuhan anak secara menyeluruh (kesehatan, pengasuhan,


pendidikan, perlindungan)

Kegiatan pembelajaran harus selalu ditujukan pada pemenuhan kebutuhan


perkembangan anak secara individu. Asesmen perkembangan atau penilaian
capaian perkembangan anak yang harus dilakukan guru/pendidik PAUD
adalah asesmen harian sebagai dasar menyusun rancangan pembelajaran
selanjutnya. Hasil asesmen perkembangan yang diperoleh guru/pendidik selanjutnya
dijadikan dasar penentuan kegiatan main atau rencana pembelajaran. Guru dalam
proses pembelajaran bertugas menyiapkan sarana dan kondisi, kemudian
mendampingi sambil melakukan stimulasi tumbuh kembang secara individual.

● Berorientasi Pada Perkembangan Anak.


Ada beberapa hal yang mendasari munculnya pembelajaran yang berorientasi
perkembangan, antara lain meningkatnya pembelajaran yang bersifat formal di
lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini, kuatnya tuntutan dan tekanan orang tua
dan masyarakat terhadap pengajaran yang lebih bersifat akademik, kesalahpahaman
masyarakat tentang konsep pendidikan anak usia dini.
Pembelajaran yang berorientasi perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu (1)
berorientasi pada usia, (2) berorientasi pada anak secara individual, dan (3) berorientasi
pada konteks sosial budaya anak.

● Mengembangkan Kecerdasan Majemuk Anak.


Kecerdasan majemuk yang dimiliki anak perlu dilatih sebaik mungkin, agar anak
belajar dengan efektif dan mampu menghargai dirinya sendiri. Amstrong (2003:243-
249) mengungkapkan bahwa untuk melatih kecerdasan majemuk yang dimiliki anak,
maka perlu memperhatikan beberapa petunjuk berikut: Menggunakan bahasa yang
sederhana, hubungkan semua kecerdasan dengan dunia anak, tekankan bahwa anak
mempunyai semua jenis kecerdasan, tunjukkan tokoh panutan dalam hidup anak,
kunjungi tempat-tempat di mana berbagai kecerdasan dihargai, gunakan cara-cara
kreatif. Mengembangkan kecerdasan majemuk pada anak melibatkan penciptaan
lingkungan pembelajaran yang sangat beragam dan memungkinkan anak untuk
mengeksplorasi minat dan bakat anak secara holistik. Anak-anak juga dapat dihadapkan
pada berbagai jenis kegiatan dan proyek yang menggabungkan berbagai kecerdasan
yang memungkinkan anak untuk menemukan cara terbaik nya dalam belajar
berkontribusi. Selain itu, guru dan orangtua juga mempunyai peran penting dalam
mendukung kecerdasan majemuk anak. Guru dan orangtua dapat memberikan
dukungan serta bimbingan yang sesuai. Pemberian umpan balik positif dan dorongan
untuk mengeksplorasi berbagai bentuk kecerdasan yang akan membantu anak merasa
dihargai dan termotivasi untuk terus berkembang.

● Bermain sambil Belajar dan Belajar seraya Bermain.


Belajar adalah suatu langkah dan cara untuk merubah seseorang yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang tersebut. Pembelajaran yang paling efektif untuk
anak usia dini/ TK adalah melalui suatu kegiatan yang berorientasi bermain. Anak lebih
banyak belajar melalui bermain dan melakukan eksplorasi terhadap obyek-obyek dan
pengalaman. Salah satu fungsi penting dari bermain adalah memberi kesempatan pada
anak untuk mengasimilasi kenyataan terhadap dirinya dan dirinya terhadap kenyataan.
Anak usia dini belajar dengan permainan-permainan yang dilakukannya untuk
meningkatkan pengetahuan dari pengalaman yang dilaluinya. Anak akan merasa lebih
mudah memahami karena tidak merasa sedang belajar melainkan sedang bermain.

● Mengembangkan Kecakapan Hidup (life skill)


Tujuan pendidikan pada hakekatnya harus berupaya menciptakan suasana belajar dan
proses pembelajaran yang dapat memberikan bekal bagi peserta didik dengan berbagai
kecakapan hidup (life skills). Pendidikan tidak hanya mengejar pengetahuan semata
tetapi harus ada proses pengembangan keterampilan, sikap, dan nilai-nilai tertentu yang
dapat direfleksikan dalam kehidupan peserta didik dimasa yang akan datang.(Nur
2015).
● Memanfaatkan Potensi Lingkungan
Kemampuan memanfaatkan potensi lingkungan oleh manusia tergantung pada
kemampuan budaya kelompok manusia itu dalam merealisasikan potensi
sumberdaya lingkungan menjadi kekayaan yang menjamin kesejahteraannya.
yang sudah mampu mengembangkan budaya tidak hanya mampu memanfaatkan
sumber daya lingkungannya sendiri, tetapi juga mampu menguasai sumber daya
lingkungan negeri lain, begitupun sebaliknya.(Widiastuti 2017).

● Stimulasi Secara Holistik.


Pembelajaran melalui kegiatan bermain diarahkan untuk mengembangkan seluruh
aspek pertumbuhan dan perkembangan anak (holistik). Satu kegiatan
permainan yang dilakukan anak diupayakan secara terintegrasi (terpadu)
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak. Kegiatanmain ini akan dapat
menstimulasi aspek kognitif, bahasa, motorik, sosial emosional, agama, moral,
seni.

● Berorientasi Pada Pengembangan Karakter.


Prinsip pembelajaran ini bertumpu pada pendekatan holistik yang mengakui pentingnya
aspek-aspek karakter dan keterampilan sosial-emosional dalam pembelajaran anak usia
dini. Pada tahap ini, pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga
menekankan pengembangan nilai-nilai dan perilaku positif. Pembelajaran anak usia
dini yang berorientasi pada pengembangan karakter ini menitikberatkan pada
pembelajaran sosial dan emosional. Ini mencakup pada pengembangan empati,
mengelola emosi, dan membangun hubungan interpersonal yang baik. Guru dan orang
tua berperan sebagai model yang mempunyai sifat positif untuk membantu anak
memahami dan menginternalisasi nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan
kerjasama.

● Lingkungan Kondusif
Lingkungan yang diupayakan untuk diciptakan adalah lingkungan yang menarik dan
menyenangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Lingkungan yang
menarik dan nyaman bagi anak mencakup lingkungan sosial dan lingkungan
fisik. Lingkungan sosial mencakup keramahan dan kelembutan guru dan personil
yang lainnya termasuk teman-temannya menerima anak dan memfasilitasi
anak dalam bermain.Prinsip ini mulai diterapkan pada pagi hari saat
penyambutan anak yang baru datang ke PAUD/TK, sampai mengajar anak
bermain bersama.Dalam bermain bersama terjadi interaksi anak dengan guru serta
anak dengan anak secara intensif, sehingga terstimulasi aspek perkembangan
sosial emosional anak dan latihan mandiri dan percaya diri. Kondisi ini akan
menciptakan rasa aman dan membangun simpati dan empati pada anak didik.
Mengancam, menakut-nakuti, apalagi memarahi anak merupakan ciri
lingkungan sosial yang tidak nyaman bagi anak. Sementara lingkungan fisik yang
menarik dan nyaman bagi anak adalah penataan lingkungan main atau kegiatan
bermain yang tidak monoton. Misalnya diupayakan mengganti pajangan
dengan hasil karya anak terbaru, kegiatan bermain bervariasi (banyak macamnya),
walaupun sesungguhnya konsep/materi yang diperkenalkan masih sama.

● Berorientasi pada Pembelajaran Demokratis


Pendekatan pembelajaran demokratis untuk anak usia dini bertujuan untuk
memberdayakan anak-anak untuk mengambil peran aktif dalam pembelajaran mereka,
merangsang rasa ingin tahu dan kreativitas mereka, serta mempromosikan pemahaman
yang lebih dalam tentang nilai-nilai demokrasi dan partisipasi masyarakat. Anak-anak
didorong untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, termasuk dalam
pengambilan keputusan tentang kegiatan dan materi pembelajaran. Pembelajaran
didesain untuk memfasilitasi kolaborasi dan kerja sama antar anak-anak, sehingga
mereka dapat belajar satu sama lain dan membangun keterampilan sosial.pola asuh
demokratis berpengaruh terhadap perkembangan moral agama, soasial emosional,
bahasa, kognitif, dan fisik motorik.
● Menggunakan berbagai Media dan Sumber Belajar
Media pembelajaran merupakan aspek penting yang menunjang proses belajar bagi
anak usia dini agar dapat mengembangkan semua aspek-aspek perkembangan untuk
persiapan pendidikan pada jenjang selanjutnya. Sangat banyak media pembelajaran
yang sudah diterapkan dan dikembangkan pada pendidikan anak usia dini, oleh sebab
itu penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan media pembelajaran anak usia dini.
Media Pembelajaran Anak Usia Dini dapat diselesaikan. Sejalan dengan perkembangan
dan kemajuan zaman, menuntut guru untuk kreatif dalam pemberian pembelajaran,
khususnya pembelajaran anak usia dini. Guru kreatif adalah guru yang mampu
memfasilitasi anak dengan berbagai media, sumber belajar, atau APE. Konsep belajar
pada anak usia dini adalah belajar sambil bermain melalui aktivitas alami yang
dilakukan anak usia dini. Untuk bisa memfasilitasi anak dalam bermain tentu
diperlukan media, sumber belajar atau APE.

3. Lingkungan Kondusif
● Memberikan Perlindungan dan Kenyamanan saat Anak Bermain dengan Bahan dan
Alat sesuai Ide Anak.
Lingkungan kondusif untuk bermain anak dengan alat dan bahan yang mendukung ide,
serta minat dan bakat anak merupakan suatu wadah yang memfasilitasi sebuah
eksplorasi kreatif. Lingkungan ini perlu dirancang untuk memungkinkan anak-anak
merasa aman dan didukung dalam mengeksplorasi ide-ide nya dengan bebas. Dukungan
dan pengakuan terhadap ide kreatif anak sangatlah penting. Guru atau orang tua perlu
hadir dan ikut sebagai fasilitator yang mendukung, memberikan pujian, dan merespons
positif akan ide-ide anak. Lingkungan yang memberikan apresiasi terhadap keunikan
setiap anak tentu akan memupuk rasa percaya diri dan kenyamanan anak dalam
mengekspresikan ide.
● Memberi Kebebasan untuk Anak melakukan Eksplorasi dan Eksperimentasinya.
Adalah suatu ruang yang dirancang untuk merangsang kreativitas, rasa ingin tahu, dan
perkembangan keterampilan anak. Lingkungan ini menciptakan suasana yang
mendukung anak untuk belajar melalui pengalaman langsung, memberi kebebasan
untuk menjelajahi, mengamati, dan mencoba hal baru. Lingkungan ini juga harus
memfasilitasi kebebasan bergerak dan berinteraksi. Anak diberikan ruang yang cukup
untuk menjelajahi dan menguji ide-ide nya, baik melalui permainan aktif, bermain di
luar, atau berpartisipasi dalam proyek kolaboratif. Keberadaan area terbuka dan teratur
dengan baik memberikan kebebasan yang diperlukan untuk eksplorasi fisik dan sosial.
● Memberi kesempatan anak untuk memberikan penjelasan tentang cara kerja dan hasil
Guru memberi mereka kesempatan untuk mencoba/ menjelaskan dan menggunakan
berbagai obyek/bahan dengan cara yang beragam.proses pembelajaran yang
dirancang agar peserta didik secara aktif dapat mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.(Fatima and Angkur
n.d.).
● Menyediakan berbagai alat dan bahan yang dapat mendukung cara anak bermain
Sentra bahan alam merupakan sentra yang memberikan kesempatan kepada anak untuk
berinteraksi langsung dengan berbagai macam bahan untuk mendukung sensorimotor,
self control, dan sains. Sentra bahan alam merupakan kegiatan bermain bagi anak yang
bertujuan memberikan kesempatan bagi anak untuk membangun kemampuan dengan
berbagai macam bahan alam. Selain itu, sentra bahan alam juga memberikan
kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi dengan berbagai bahan yang ada di alam
untuk mengembangkan kreativitas anak.(Almeida et al. 2016).
● Memberi dukungan dalam bentuk pertanyaan yang mendorong anak mengembangkan
ide, bukan memberi arahan untuk dilakukan anak
Guru dapat membantu anak untuk menyusun pertanyaan yang ingin mereka ketahui. Di
tahap menanya,guru juga perlu bersabar. Terkadang anak menyampaikan
keingintahuannya. Hal ini dapat mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Saat
guru menuliskan semua pertanyaan anak, guru tidak perlu menjawabnya, tetapi ajaklah
anak untuk mencari jawabannya ke berbagai sumber. karena dengan bertanya itu
sebagai proses menggali pengetahuan baru anak.

4. Pembelajaran Demokratis

Demokratis adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain. Sikap demokratis bagaimana anak belajar
menghargai dan memberikan kesempatan kepada orang lain. Sikap demokratis bisa
dilakukan dengan cara, misalnya anak diberikan kesempatan untuk berpendapat,
bertanya, memberikan ide- ide ketika sedang berbicara dengan guru maupun orang tua.

Pembelajaran yang demokratis sangat diperlukan untuk mengembangkan rasa saling


menghargai antara anak dengan guru, dan dengan anak lain. Pembelajaran demokratis
memupuk sikap konsisten pada gagasan sendiri, tetapi menghargai orang dan lain dan
mentaati aturan.

● Menghargai perbedaan dan keistimewaan anak tanpa membeda-bedakan.

Sikap toleransi dilakukan dengan menerima dan menghargai perbedaan perbedaan yang
ada serta tidak melakukan diskriminasi terhadap perbedaan yang dimiliki orang lain.
Perbedaan yang dimaksud meliputi perbedaan agama, ras, suku, bangsa, budaya,
penampilan, kemampuan, gender dan lain-lain. Seseorang yang bersikap toleran bisa
menghargai orang lain meskipun berbeda pandangan dan keyakinan. Menjelaskan sikap
toleransi dapat diwujudkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :
(a) memberikan kebebasan atau kemerdekaan,

(b) mengakui hak setiap orang,

(c) menghormati keyakinan orang lain

(d) saling mengerti

Namun saat ini banyak kasus yang disebabkan oleh kurangnya toleransi, mulai dari
perang suku , rasisme , hingga keyakinan bahwa semua agama selain agama yang
dianutnya adalah buruk. Banyaknya kejadian tersebut menyadarkan bahwa sikap
toleran di kalangan masyarakat kita sedang menurun. Apalagi yang menyedihkan
adalah banyak orang yang menganggap kurangnya toleransi ini adalah hal yang wajar,
atau bahkan hanya sebuah lelucon. Seharusnya masyarakat berbangga dengan
keragaman ini, dan tidak menjadikan keberagaman yang ada sebagai alasan untuk
memisahkan satu sama lain (Putri, 2021). Maka dari itu, sikap toleransi dilakukan
dengan menerima dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada serta tidak
melakukan diskriminasi terhadap perbedaan yang dimiliki orang lain. Perbedaan yang
dimaksud meliputi perbedaan agama, ras, suku, bangsa, budaya, penampilan,
kemampuan, gender dan lain-lain. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan
lingkungan belajar, konten, dan fasilitas pendidikan toleransi yang sejalan dengan nilai-
nilai universal dalam pendidikan.

● Menghargai gagasan dan hasil karya anak tanpa membandingkan dengan anak lainnya

Konsep perkembangan manusia sejak zaman dahulu (ku- no) sudah diperkenalkan oleh
William Stern, ahli pendidikan dari Jerman dengan teori unitas multipks yang berarti
bahwa setiap individu lahir berbeda satu sama lain dengan keunikan masing-masing.
Tidak ada satu pun individu yang sama per- sis, selalu ada yang berbeda artinya mereka
berbeda dengan keunikannya sendiri sendiri meskipun mereka lahir berasal dari satu sel
telur kembar. Di sisi lain, mereka juga akan me- miliki lebih dari satu potensi
(multipotensial) yang mana po- tensi-potensi tersebut dapat teraktualisasikan atau
terealisa- si, sehingga potensi tersebut menjadi suatu kemampuan yang konkret. Seperti
bakat bahasa dan hasil karyanya yang mungkin bakat bahasa dan hasil karya tersebut
tidak dapat muncul atau terealisasikan secara baik.

Potensi atau bakat yang dimiliki individu yang kelak dapat diaktualisasikan memiliki
keterarahan, seperti misalnya bahasa dan sejarah yang memiliki keterarahan yang sama.

jadi sebagai seorang guru harus menghargai gagasan anak dan hasil karya anaknya juga
harus diberikan penilaian atau reward tanpa membandingkan dengan anak lainnya.

● Memberi kesempatan pada anak melakukan dan menolong dirinya sesuai dengan
kemampuannya untuk mendapatkan pengalaman bermain yang berharga.

Pada usia 4 tahun, anak sudah mulai menyadari dirinya bahwa dirinya
beda dengan orang lain. Kesadaran ini diperoleh dari pengalamannya, bahwa
tidak setiap keinginannya dipenuhi oleh orang lain atau benda lain. Dia menyadari
bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginannya berhadapan dengan
keinginan orang lain, sehingga orang lain tidak selamanya memenuhi keinginannya.

● Memfasilitasi anak dengan beragam objek baik alam maupun buatan yang menarik
sehingga memunculkan rasa ingin tahu anak dan anak akan melakukan pengamatan,
misalnya bunga-bunga, kolam ikan, aquarium, sangkar burung atau kandang kelinci,
dll.
REFERENSI

Almeida, Christine Sant’Anna de et al. 2016. “CD INTERAKTIF SEBAGAI MEDIA


PEMBELAJARAN BERBAHASA BAGI ANAK USIA DINI DI PONOROGO Ida.”
Revista Brasileira de Linguística Aplicada 5(1): 1689–99.
https://revistas.ufrj.br/index.php/rce/article/download/1659/1508%0Ahttp://
hipatiapress.com/hpjournals/index.php/qre/article/view/1348%5Cnhttp://
www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/09500799708666915%5Cnhttps://
mckinseyonsociety.com/downloads/reports/Educa.

Fatima, Maria, and Mardina Angkur. “Kemampuan Guru Dalam Menerapkan Pendekatan
Saintifik Di Paud Dalam Rangka Menghadapi Era.” (10): 232–37.

Nur, Agus Hasbi. 2015. “Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Di Pondok Pesantren
Dalam Meningkatkan Kemandirian Santri.” Empowerment 3(2252): 1–31.

Widiastuti, Eko Heri. 2017. “Pemanfaatan Sumber Belajar Sebagai Sumber Belajar
Pembelajaran Mata Pelajaran IPS.” Jurnal Satya Widya 33(1): 29–36.

Sholihah, A., & Kurniawan, R. Y. 2016. “Analisis pengaruh motivasi belajar dan lingkungan
belajar terhadap hasil belajar”. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 4(3).

Fitri, A.R. and Suryana, D., “Pembelajaran Kurikulum 2013 PAUD Berbasis Pendekatan
Saintifik”. Universitas Negeri Padang.

Suarta, I.N & Rahayu, D.I 2018.” model pembelajaran holistik integratif di PAUD untuk
mengembangkan potensi belajar anak”.

Hidayanti, L.N 2021. “Prinsip-prinsip dasar pendidikan anak usia dini”.

Ismiatun, A.N 2020 “Belajar dan pembelajaran anak usia dini. Handout : institut keguruan
dan pendidikan Siliwangi”.

Mufidah, L.L.N 2017. “Memahami gaya belajar untuk meningkatkan potensi anak. Martabat :
jurnal perempuan dan anak”.

Nurdiani. Y 2013.” Penerapan prinsip bermain sambil belajar dalam mengembangkan


multiple intelegensi pada pendidikan anak usia dini”.

AA Sri asri. 2018.” Hubungan pola asuh terhadap perkembangan anak usia dini” Jurnal
Ilmiah Sekolah Dasar Rupnidah Rupnidah, Dadan Suryana Jurnal PAUD Agapedia 6 (1), 51-
61, 2022.

S Pd Guslinda, Rita Kurnia Jakad Media Publishing, 2018

Mutiah, Diana. Psikologi bermain anak usia dini. Kencana, 2015.

Anda mungkin juga menyukai