Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
a. Pendekatan High Scope
Pendekatan High/Scope dikembangkan oleh David Weikart. High Scope mulai digunakan tahun 1962.
Digunakan studi longitudinal sampai seseorang berusia 40 tahun. Studi ini menyebutkan bahwa anak
memiliki hubungan sosial dan emosional yang baik. Program ini melibatkan anak sebagai pembelajar
aktif yang memberikan kesempatan pada anak untuk memilih sendiri aktivitas
bermainnya. High/Scope memiliki komponen penting, yaitu :
1) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar waktunya di dalam learning
center yang beragam.
2) Merencanakan-melakukan-mengulang (plan-do-rewind)
Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan setiap hari, melaksanakan
rencana mereka dan mengulang kembali yang telah mereka pelajari.
Pendekatan High/Scope memiliki 5 unsur yang mendukung pembelajaran aktif anak, yaitu:
4) Bahasa anak.
Pendidikan Anak Usia Dini dapat menggunakan pembelajaran dengan pendekatan Beyond Centers
and Circle Time (BCCT), atau dalam bahasa Indonesia adalah Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat
Lingkaran Kegiatan bermain sambil belajar pada sentra-sentra (sentra persiapan, peran makro,
mikro, balok, imtaq, seni, dan sentra bahan alam), dalam rangka mengembangkan seluruh potensi
kecerdasanan anak.
Anak dituntut aktif dan kreatif dalam kegiatan sentra-sentra dan pendidik berperan sebagai
motivator dan fasilitator memberi pijakan-pijakan (scaffolding). Pijakan yang diberikan sebelum dan
sesudah anak yang bermain dalam setting duduk melingkar sehingga dikenal sebagai saat lingkaran.
Pijakan lainnya adalah pijakan lingkungan (penataan lingkungan), dan pijakan pada setiap anak
dilakukan selama anak bermain (Ditjen Dikluspa, 2005). Pendekatan ini dikembangkan oleh Creative
Pre School Florida Amerika Serikat dan mulai dikembangkan juga di Indonesia. Metode ini
merupakan pengembangan dari metode Montessori, High Scope dan Reggio Emilio, yang
menfokuskan kegiatan anak-anak di sentra-sentra, sudut-sudut, atau area-area untuk
mengoptimalkan seluruh kecerdasan anak.
Pendekatan REA ini berkomitmen “menciptakan kondisi pembelajaran yang akan mendorong dan
memfasilitasi anak untuk membangun kekuatan berpikirnya sendiri melalui penggabungan seluruh
bahasa ekspresif, komunikatif, dan kognitifnya”.
REA diciptakan oleh Loris Malaguzzi dan para orang tua di daerah sekitar Reggio Emilia di Italia
setelah Perang Dunia II. Saat itu, karena jumlah angkatan kerja pria berkurang akibat perang, para
wanita terpaksa menjadi tenaga kerja di pabrik-pabrik dan industri. Ditambah dengan kondisi penuh
kehancuran, para orang tua merasa perlu ada pendekatan baru terhadap cara mengajar anak-
anaknya. Para orang tua ini merasa bahwa pada tahun-tahun awal perkembangan anaknyalah
mereka membentuk diri mereka sebagai seorang individu. Berangkat dari pemikiran inilah lalu
diciptakan sebuah program yang berprinsip rasa hormat, tanggung jawab dan kebersamaan melalui
eksplorasi di dalam lingkungan yang suportif dan memperkaya minat anak.
Pada dasarnya REA menganggap anak-anak adalah pembelajar kompeten sehingga model kurikulum
yang dijalankan bisa diarahkan oleh anak-anak itu sendiri. Kurikulum memiliki catatan proses dengan
tujuan-tujuan tertentu, tapi tidak memiliki batasan cakupan maupun urutan tertentu. Guru
mengikuti minat anak-anak dan tidak memberikan instruksi-instruksi standar dan konvensional. REA
sangat percaya bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dengan teman, orang tua, guru serta
interaksi dengan lingkungan tempat belajarnya.
d. Pendekatan Montessori
Tujuan pendidikan Montessori adalah mengoptimalkan seluruh kemampuan anak melalui stimulasi
yang dipersiapkan. Guru perlu membuat perencanaan secara rinci dan mempersiapkan lingkungan
pembelajaran yang tenang dan teratur agar anak merasa nyaman untuk belajar.
Kelas yang terdiri dari bermacam usia membuat anak dapat belajar dari kawan yang usianya lebih
tua di samping dari gurunya sendiri. Walaupun anak belajar secara individual, tetapi ia tetap dilatih
agar bisa mandiri. Lingkungan dipersiapkan dengan materi yang telah terstruktur, misalnya:
Anak berlatih untuk memperluas dan memperhalus persepsi sensorinya. Materi yang digunakan
adalah alat-alat yang mengandung konsep tentang ukuran, bentuk, warna, suara, tekstur, bau, berat
ringan, dll.
Materi ini menggunakan bahan-bahan konkret untuk melatih anak membaca, menulis, matematika
dan pengetahuan sosial.
Materi pembelajaran yang diberikan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
menyapu lantai, mencuci piring, menyiram tanaman, mengancingkan baju, dll. Pendekatan
Montessori menggunakan bahan-bahan yang dapat dimainkan anak, namun di dalam pendekatan ini
tidak memberikan anak di bawah 6 tahun untuk berfantasi. Padahal jika anak bermain, maka salah
satu unsur bermain adalah berfantasi (berpura-pura). Dengan demikian di dalam pendekatan ini
anak tidak dapat bermain secara bebas, tetapi sangat terstruktur sehingga imajinasinya tidak
berkembangang. Pengaruh guru untuk memberikan mainan yang sudah terpola dan berurutan
secara ketat membatasi kreatifitas anak dalam mengeksplorasi mainannya. Dengan anak belajar
secara mandiri, maka kesempatan anak untuk berinteraksi dengan teman sangat terbatas.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Anak merupakan individu yang sedang tumbuh dan berkembang. Anak juga merupakan makhluk
yang aktif. Atas dasar fakta tersebut maka dikembangkan strategi pembelajaran berdasarkan :
Pembelajaran yang berpusat pada anak terdiri dari 3 tahap utama, yaitu :
Pada tahap ini guru member kesempatan kepada anak-anak untuk merencanakan kegiatan yang
akan dilakukannya. Guru, misalnya, menyediakan alat-alat bermain yang terdiri dari :
a) balok-balok kayu,
b) model buah-buahan,
c) alat-alat transportasi,
d) buku-buku cerita,
f) macam-macam boneka.
Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak kemudian dikelompokkan berdasarkan
kegiatan yang dipilih. Pada tahap ini anak mulai bekerja, bermain, atau memecahkan masalah sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Guru mendampingi siswa, memberikan dkungan
dan siap memberikan bimbingan jika anak membutuhkan.
3) Review / recall
Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pengalamannya secara langsung. Pada tahap ini guru berusaha agar ana-anak
mengungkapkan perasaannya dengan tepat.
Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang menyatu dengan dunia
anak, yang di dalamnya terkandung bermacam-macam fungsi seperti pengembangan kemampuan
fisik motorik, kognitif, afektif, social, dst. Dengan bermain akan mengalami suatu proses yang
menarahkan pada perkembangan kemampuan manusiawinya.
Strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari 3 langkah utama, yaitu: tahap prabermain, tahap
bermain, dan tahap penutup.
(2) guru menyampaikan aturan-aturan yang harus diikuti dalam kegiatan bermain,
(3) guru menawarkan tugas kepada masing-masing anak, misalnya membuat istana, membuat,
menara, dst., dan
(4) guru memperjelas apa yang harus dilakukan oleh setiap anak dalam melakukan tugasnya.
2) Tahap bermain
c) setelah kegiatan selesai setiap anak menata kembali bahan dan peralatan permainannya, dan d)
anak-anak mencuci tangan.
3) Tahap penutup
Tahap penutup dari strategi pembelajaran melalui bermain terdiri dari kegiatan-kegiatan :
a) menarik perhatian dan membangkitkan minat anak tentang aspek-aspek penting dalam
membangun sesuatu, seperti mengulas bentuk-bentuk geometris yang dibentuk anak, dsb.,
b) menghubungkan pengalaman anak dalam bermain yang baru saja dilakukan dengan pengalaman
lain, misalnya di rumah,
Pencapaian tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak dapat ditempuh dengan strategi pembelajaran
melalui bercerita. Masitoh dkk. (2005: 10.6) mengidentifikasi manfaat cerita bagi anak TK, yaitu
sebagai berikut :
1) Bagi anak TK mendengarkan cerita yang menarik dan dekat dengan lingkungannya merupakan
kegiatan yang mengasyikkan.
2) Guru dapat memanfaatkan kegiatan bercerita untuk menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
3) Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah pengetahuan social, nilai-nilai moral dan
keagamaan.
6) Membantu anak untuk membangun bermacam-macam peran yang mungkin dipilih anak, dan
bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.
b. Sintaks pembelajaran melalui bercerita
Strategi pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah. Langkah-langkah dimaksud adalah
sebagai berikut :
2) Menetapkan bentuk bercerita yang dipilih, misalnya bercerita dengan membaca langsung dari
buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, dst.
3) Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk
bercerita yang dipilih.
d) mengembangkan cerita,
Honig, dalam Masitoh dkk. (2005: 11.3) menyatakan bahwa bernyanyi memiliki banyak manfaat
untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan pribadinya secara luas karena :
7) bernyanyi dapat membantu pengembangan keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak,
dan
2) Tahap pelaksanaan, berupa pelaksanaan apa saja yang telah direncanakan, yang terdiri dari:
a) kegiatan awal : guru memperkenalkan lagu yang akan dinyanyikan bersama dan memberi contoh
bagaimana seharusnya lagu itu dinyanyikan serta memberikan arahan bagaimana bunyi tepuk
tangan yang mengiringinya.
b) Kegiatan tambahan : anak diajak mendramatisasikan lagu, misalnya lagu Dua Mata Saya, yaitu
dengan melakukan gerakan menunjuk organ-organ tubuh yang ada dalam lirik lagu.
c) Kegiatan pengembangan : guru membantu anak untuk mengenal nada tinggi dan rendah dengan
alat musik, misalnya pianika.
3) Tahap penilaian, dilakukan dengan memakai pedoman observasi untuk mengetahui sejauh mana
perkembangan yang telah dicapai anak secara individual maupun kelompok.
Anak adalah makhluk seutuhnya, yang memiliki berbagai aspek kemampuan, yang semuanya perlu
dikembangkan. Berbagai kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat berkembang jika ada stimulasi
untuk hal tersebut. Dengan pembelajaran terpadu, pembelajaran yang mengintegrasikan ke dalam
semua bidang kurikulum atau bidang-bidang pengembangan, berbagai kemampuan anak yang ada
pada anak diharapkan dapat berkembangan secara optimal.
11) direvisi sesuai dengan minat dan pemahaman yang ditunjukkan anak
3) membantu guru dan praktisi lainnya untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan
4) dapat dilaksanakan pada jenjang program yang berbeda, utnuk semua tingkat usia, dan untuk
anak-anak berkebutuhan khusus.
1) Memilih tema
(a) minat anak,
(b) peristiwa khusus,
2) Penjabaran tema
Tema yang sudah diplih harus dijabarkan ke dalam sub tema-sub tema dakan konsep-konsep yang
didalamnya terkandung istilah (term), fakta (fact), dan prinsip (principle), kemudian dijabarkan ke
dalam bidang-bidang pengembangan dan kegiatan belajar yang lebih operasional.
3) Perencanaan
Perencanaan harus dibuat secara tertulis sehingga memudahkan guru untuk mengetahui langkah-
langkah apa yang harus ditempuh. Tentukan tujuan pembelajaran, kegiatan belajar, waktu,
pengorganisasian anak, sumber rujukan, alat-permainan yang diperlukan, dan penilaian yang akan
dilakukan.
4) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan dan dikembangkan kegiatan belajar sesuai dengan rencana yang
telah disusun. Pada saat proses berlangsung dilakukan pengamatan terhadap proses belajar yang
dilakukan oleh anak.
5) Penilaian
Penilaian dilakukan pada saat pelaksanaan dan pada akhir kegiatan pembelajaran dengan tujuan
untuk mengamati proses dan kemajuan yang dicapai anak melalui kegiatan pembelajaran terpadu.
Kesimpulan (pemahaman)
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran di Taman Kanak-kanak :
Metode pembelajaran merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai
tujuan kegiatan. Sesuai dengan tujuan dan program kegiatan, metode yang dipergunakan berkaitan
erat dengan dimensi perkembangan anak dengan motorik, kognitif, bahasa, kreatifitas, emosi dan
sosial. Metode Pembelajaran yang Sesuai dengan Karakteris Anak Usia TK :
1. Metode Bermain
2. Metode Karyawisata
4. Metode Demonstrasi
5. Metode Bercerita
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
4. Pendekatan Montessori