Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TUTORIAL KE-3

PAUD4104/PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

NAMA PENULIS : Ilma,Psi.MM


NAMA : Nurhasana
NIM : 856585747
1.a.Teori Psikoanalisisi dua tokoh yang memberi pandangan mengenai bermain yaitu:
 Sigmund Freud (1856-1939)
Bermain mempunyai nilai yang sama seperti fantasi atau lamunan,sebab harapan yang
tidak terpenuhi,konflik di dalam diri dapat di proyeksikan ke luar.Oleh karna itu ,Freud
dan Anna Freud menyakini bahwa bermain memegang peranan penting pada
perkembangan emosi anak (dalam Hughes,1999).Melalui bermain anak mampu
mengambil peran aktif sebagai pemrakarsa dan memindahkan perasaan negatifnya ke
objek pengganti serta mengurangi kecemasa.

 Erik Erikson ( 1902-1994)


Erikson tidak sependapat dengan Freud,ia menyatakan bahwa bermain mempunyai
fungsi untuk membangun ego yang sehat.Melalui bermain,anak memperoleh berbagai
keterampilan fisik maupun sosial sehingga berdampak pada terbentuknya harga diri
yang positif (dalam Hughes 1999).

b.Teori Kognitif lima tokoh yang memberi pandangan mengenai bermain yaitu:
 Jean Piaget (1896-1980)
Dalam menjelaskan teori bermain,Piaget menyorotinya dari perkembangan kognitif
manusia.Perkembangan Kognitif berlangsung melampaui tahapan-tahapan
tertentu,sampai pada akhirnya proses berpikir anak akan menyamai orang dewasa.
 Lev Vygotsky (1896-1934)
Vygotsky menyakini bahwa kegiatan bermain mempunyai peranan langsung terhadap
perkembangan kognitif seorang anak.Pasa mulanya anak tidak mampu berpikir secara
abstrak karna bagi mereka makna (meaning) dan objek berbaur menjadi satu.
 Jerome Bruner (1915 - sekarang)
Dalam teorinya mengenai bermain,Bruner memberikan penekanan pada fungsi bermain
sebagai sarana untuk mengembangkan kreativitas dan fleksibilitas.Ketika bermain,yang
lebih penting bagi anak adalah makna bermain dan bukan hasil akhirnya,mengingat
pada waktu bermain,anak tidak memikirkan sasaran yang akan di capai.
 Brian Sutton-Smith (1924 – sekarang)
Sutton-Smith maupun Bruner,beranggapan bahwa anak melakukan transformasi
simbolik dalam rangka melestarikan potensinya agar tetap fleksibel.
 Jerome singer (1935 – sekarang)
Singer mengemukakan constructive-affective of play maksudnya ,kegiatan
bermaim,terutama bermain khayal,mempunyai sumbangan yang bermakna terhadap
perkembngan seorang anak,baik pada aspek kognitif maupun emosional,karna
keduanya berhubungan.Dia mengajukan teori ini untuk menyanggah teori dari Freud
dan Piaget ,yang dianggap mempunyai kelemahan.

2. Empat tahapan menurut Cox :

 Scribbling Pada umumnya dimulai dari usia 2 tahun. Banyak orang dewasa yang
mengatakan bahwa anaknya di usia ini hanya bisa mencoret coret. coretan yang
dihasilkan anak ini merupakan hal yang menyenangkan bagi anak dan merupakan
tahapan kematangan kognitif serta motorik halus yang sangat wajar di usianya. dengan
mencoret-coret aspek-aspek perkembangan lainnya menjadi berkembang.
 Tadpole figure Terdiri dari lingkaran yang belum sempurna bentuknya( kepala) dan dua
garis di bawah lingkaran (kaki) dan biasanya digambar oleh anak prasekolah. semakin
bertambah usia, biasanya anak menggambar lebih detil, seperti menambahkan mata dan
mulut di kepala. terkadang anak meletakkan dua garis di kepala sebagai tangan.
Mengapa anak-anak ini tidak menggambar badan? Apakah mereka tidak menyadari
bahwa manusia memiliki badan? anak-anak prasekolah ini paham bahwa setiap manusia
memiliki badan. mereka juga paham bahwa tidak ada tangan yang keluar dari kepala.
akan tetapi, mereka masih memiliki keterbatasan dalam menggambar. dalam
menggambar, mereka harus memutuskan bagian mana dari manusia yang harus
digambar, bagaimana setiap bagian tubuh harus dihubungkan dengan bagian tubuh yang
lain dengan gambar. sebagian besar anak memang lebih memberikan atensi pada kepala
dan kaki untuk digambar.
 Transitional figure Pada tahap ini, anak sudah mulai memasukkan tubuh dari manusia
walaupun belum jelas. misalnya tangan diletakkan di garis vertikal di bawah kepala, ada
pusarnya.
 Drawing the body/conventional stage Pada tahap ini, tubuh semakin jelas, terdapat
garis horizontal pada garis vertikal untuk menegaskan tubuh.

3. Peran guru dalam kegiatan bermain bersama anak,Keterlibatan guru dalam kegiatan bermain
yang dilakukan anak-anak sangat diperlukan sebab guru dapat berfungsi untuk memberi
dukungan pada anak dikala anak yang merasa dirinya tidak mampu,cemas ,malu dan bersikap
responsive ketika anak menunjukkan keingin tahuan mengenai suatu hal.
4. Dampak positif dari keterlibatan guru dalam aktivitas Bermain bersama anak.

 Lamanya anak bermain bersama teman menjadi dua kali lipat dari biasanya
dibandingkan bila mereka dilepas untuk bermain sendiri tanpa guru.
 Anak-anak akan menampilkan kegiatan bermain kooperatif(tahap tertinggi dari kegiatan
bermain sosial yang dikemukakan oleh patten). Berarti dengan keikutsertaan guru,
anak-anak mau melibatkan diri dalam kegiatan bermain yang lebih bersifat
sosial(Farran,Silveri,& Culps dlm Johnson,dkk,1999).
 Kegiatan bermain yang dilakukan anak menunjukkan tahapan kognitif yang lebih
tinggi.
 Dalam aktivitas membaca buku ternyata anak-anak menunjukkan minat membaca dan
menulis yang lebih tinggi(Christie&Enz,Morris&Rand,dan Vulkelich dalam
Johnson,dkk,1999).

5. Menurut Johnson, dkk. (1999), terdapat perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan dalam

empat area kegiatan bermain yaitu:

 Bermain fisik (motor or physical play)

Anak laki-laki terlihat lebih banyak terlibat dalam kegiatan yang menggunakan kontak fisik
sedangkan anak perempuan cenderung lebih diam dan lebih pasif.

Beberapa penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa anak laki-laki cenderung lebih menyukai
tantangan dan tertarik pada kegiatan yang mengandung unsur kekuatan dan kecepatan,
sedangkan anak perempuan cenderung lebih kooperatif dan lebih tertarik pada kegiatan fisik
yang mengandung unsur keindahan,seperti menari.

 Bermain sosial (social play)

Bermain sosial berkaitan dengan kemampuan anak untuk terlibat dalam interaksi sosial yang
kompleks selama kegiatan bermain. Sebenarnya perbedaan dalam bermain sosial antara anak
laki-laki dan perempuan tidak terlalu signifikan.
Anak laki-laki dan perempuan juga mengembangkan keterampilan sosial yang berbeda
umumnya anak perempuan menggunakan cara-cara yang lebih sopan ketika mengambil giliran
dalam kegiatan bermain. Rentang waktu yang mereka habiskan untuk terlibat dalam satu jenis
permainan juga lebih lama karena mereka lebih mengutamakan kebersamaan dalam kegiatan
yang dilakukan.

Berbeda dengan anak laki-laki sering kali tidak dapat bertahan lama dalam satu jenis kegiatan
bermain.

 Bermain dengan objek (object play)

Ada perbedaan yang signifikan dalam jenis mainan yang digunakan oleh anak laki-laki dan anak
perempuan. Anak laki-laki cenderung lebih senang bermain di lantai dengan mainan-mainan
yang dapat didorong dan ditarik ke ma mainan balok, serta mainan beroda, sedangkan anak
perempuan cenderung lebih senang bermain di atas meja, mewarnai tema bermain puzzle atau
bermain dengan boneka. Anak perempuan juga menunjukkan kecenderungan yang kuat ke arah
bermain konstruktif sementara anak laki-laki memperlihatkan kecenderungan yang lebih besar ke
arah bermain fungsional.

 Bermain pura-pura (Pretend play)

Bermain pura-pura merupakan kegiatan bermain yang melibatkan orang-orang atau situasi
imajiner. Bermain pura-pura sering juga disebut dengan bermain fantasi (fantasy play), dramatic
play atau imajinatif play (Papalia,Olds,& Feldman,2004). Anak perempuan biasanya lebih
senang mengambil tema-tema yang menggambarkan karakter keluarga, di sisi lain anak laki-laki
lebih menyukai tema tema petualangan dan peran-peran superhero mereka lebih menyukai
kegiatan bermain pura-pura yang melibatkan fisik secara aktif.

Anda mungkin juga menyukai