Anda di halaman 1dari 5

A.

Bermain dan Belajar


Secara historis, proses belajar anak melalui bermain dimulai oleh Forebel yang
membangun sistem prasekolahan nilai pendidikan dari bermain (Morrison, 2009:274).
Karena itu, perkembangan anak sejak dini berlangsung melalui aktivitas bermain.
Sejatinya dunia anak adalah dunia bermain. Oleh karena itu dalam mendidik pun semua
masih melalui bermain. Usia 5 tahun pertama yang disebut golden age (usia emas). Pada
usia ini akan sangat menentukan bagi seorang anak pada usia-usia selanjutnya. Pada usia
ini aspek kognitif, fisik, motorik, dan psikososial seorang anak berkembang secara pesat.
Oleh karena itu diperlukan stimulasi-stimulasi yang mampu mengoptimalkan seluruh
aspek tersebut agar seorang anak mampu menjadi pribadi yang matang, bertanggung
jawab, dan mampu menghadapi segala permasalahan dalam hidupnya. Salah satu cara
untuk mengoptimalkan kemampuan-kemampuan tersebut adalah dengan menstimulasinya
san salah satu alat atau sarana untuk menstimulasinya adalah melalui bermain dan
permainan (Hasan, 2009: 271)
Istilah “bermain” berasal dari kata “main” yang berarti menunjuk kepada aktivitas
seseorang melakukan suatu jenis permainan. Contoh : Citra bermain sepedah. Sedangkan
“main” adalah menunjukkan kata kerja, yang bermakna suatu aktivitas seseorang untuk
memperoleh kesenangan dan kegembiraan. Kesenangan (happiness) merupakan tujuan
pokok dalam bermain. Anak akan bermain selama aktivitas tersebut menghibur dirinya,
namun ketika mereka bosan, mereka akan berhenti bermain. Dengan bermain anak akan
menemukan kekuatan dan kelemahan sendiri, minatnya, cara-cara menyelesaikan tugas-
tugas dalam bermain dan sebagainya (Hermawan, 2007: 31).
Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik,
psikolog, ahli filsafat dan banyak lagi sejak beberapa dekade yang lalu. Ahli psikologi
mengatakan bahwa permainan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perkembangan kejiwaan anak. Oleh karena itu harus diperhatikan dengan baik faktor-
faktor yang mempengaruhi dunia bermain anak, sehingga konsep bermain bagi anak
bukan penghalang dalam meningkatkan kecerdasan. Justru sebaliknya, bermain dapat
mengembangkan kecerdasan anak dan menjadi wahana, serta sarana belajar.
Menurut Mulyadi (2004), secara umum bermain sering dikaitkan dengan kegitan
anak-anak yang dilakukan secara spontan, dan ia mengemukakan lima pengertian bermain,
yaitu :
1. Sesuatu yang mnyenangkan dan memiliki nilai instrinsik pada anak
2. Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih bersifat instrinsik
3. Bersifat spontan dan sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan dan bebas dipilih
oleh anak
4. Melibatkan peran aktif keikut-sertaan anak
5. Memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain,
seperti kreatifitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan sosial dan
sebagainya (Mulyadi, 2004:3)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan


suatu aktivitas seseorang yang dilakukan secara sukarela (tanpa paksaan) untuk
mendapatkan informasi, memberikan kesenangan dan mengembangkan imajinasi pada
anak secara spontan dan tanpa beban.

Menurut Morrison (2009:275) ada beberapa tujua bermain, yaitu :

a. Meperoleh pengetahuan, keterampilan, dan perilaku


b. Mempelajari konsep
c. Pengembangan keterampilan fisik
d. Penguasaan situasi hidup
e. Proses mempraktikkan bahasa
f. Pengembangan kemahiran keterampilan
g. Peningkatan harga diri
h. Mempersiapkan bagi kedewasaan hidup dan dan peran (sebagai contoh
mempelajari bagaimana menjdai pribadi yang mandiri, membuat keputusan,
bekerjasama dengan orang lain).

Bermain sambil belajar bukan bermain bebas atau bermain sesat, melainkan aktivitas
yang dirancang secara terprogram dan mengandung esensi tujuan yang jelas. Dengan
bermain sambil belajar tidak akan membosankan anak, karena dalam bermain anak
mendapatkan pengalaman yang positif dalam perkembangan diri dan emosinya, melalui
alat permainan, teman, orang tua dan alam sekitar.
B. Teori-teori Modern
Teori bermain dalam pandanagn para ahli :
a. Teori Psikoanalitik Kognitif-Piaget : Peran bermain dalam perkembangan anak yaitu
menguasai pengalaman traumatik, coping terhadap frustasi
b. Teori Kognitif-Vigotky : Peran bermain dalam perkembangan anak yaitu mampu
mempraktekkan dan melakukan konsolidasi konsep-konsep serta keterampilan yang
telah dipelajari sebelumnya.
1. Teori Psikoanalisa (Sigmund Freud)
Freud memandang bermain sama seperti fantasi atau lamunan. Melalui bermain
ataupun fantasi, seseorang dapat memproyeksikan harapan-harapan maupun konflik
pribadi. Dengan demikian Freud percaya bahwa bermain memegang peran penting dalam
perkembangan emosi anak. Anak dapat mengeluarkan semua perasaan negatif, seperti
pengalaman yang tidak menyenangkan/traumatik dan harapan-harapan yang tidak
terwujud dalam realita melalui bermain. Dengan demikian , bermain mempunyai efek
latihan. Melalui bermain anak dapat mengambil peran aktif sebagai pemeran dan
memindahkan perasaan negatif ke objek/orang pengganti.
Dalam hal ini Freud tidak mengemukakan pengertian bermain tetapi memandang
bermain sebagai cara yang digunakan anak untuk mengatasi masalahnya.
2. Teori Kognitif
a) Jean Piaget
Menurut Piaget, anak menjalani tahapan perkembangan kognisi sampai akhirnya
proses berpikir anak menyamai proses berpikir orang dewasa. Sejalan dengan tahapan
perkembangan kognisinya, kegiatan bermain mengalami perubahan dari tahap sensori
motor, bermain khayal sampai kepada bermain sosial yang disertai aturan permainan.
Dalam teori Piaget bermain bukan saja mencerminkan tahap perkembangan kognisi
anak, tetapi juga memberikan sumbangan terhadap perkembangan kognisi itu sendiri.
Perkembangan bermain berhubungan dengan perkembangan kecerdasan
seseorang, maka taraf kecerdasan seorang anak mempengaruhi kegiatan bermainnya.
Artinya bila anak mempunyai taraf kecerdasan di bawah rata-rata, kegiatan bermain
mengalami keterbelakangan dibandingkan anak lain yang seusia. Oleh karena itu,
biasanya anak yang cerdas lebih suka bermain dengan anak yang usianya lebih tua
sedangkan anak yang kurang cerdas merasa lebih cocok dengan anak yang lebih muda
usianya.
b) Lev Vygotsky
Vigotsky adalah seorang psikolog berkebangsaan Rusia yang meyakini bahwa
bermain mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi seorang anak.
Menurut Vigotsky, anak kecil tidak mampu berpikir abstrak karena bagi merea,
menaing (makna) tidak objek berbaur menjadi satu. Akibatnya, anak tidak dapat
berpikir tentang kuda tanpa melihat yang sesungguhnya. Saat anak terlibat dalam
kegiatan bermain khayal dan menggunakan objek misalnya sepotong kayu untuk
mewakili benda lain yaitu kuda, meaning mulai terpisah dari objek. Objek pengganti
yaitu potongan kayu tadi digunakan sebagai pemisah antara makna kuda dari kuda
sesungguhnya. Dengan demikian akhirnya anak mampu berpikir mengenai meaning
secara terpisah dari obejk yang mewakilinya. Jadi bermain simbolik mempunyai peran
penting/krusial dalam perkembangan berpikir abstrak.
c) Jerome Bruner
Bruner menekankan narrative modes of thingking, dalam atian fungsi dari
intelek berhubungan erat dengan makna (meaning), rekonstruksi pengalaman dan
imajinasi. Dari sudut pandang Bruner, dalam perkembangan dan pendidikan manusia
aspek naratif memang berperan penting. Bermain sangat berhubungan dengan naratif
dalam hal bagaimana seorang anak mempresentasikan pengetahuan dalam
intersionalitas dan kesadarannya.
Teori-teori lain :
a. Teori Arousol Modulation : Peran bermain dalam perkembangan anak yaitu
memajukan berpikir abstrak, belajar dalam kaitan ZPD; pengatur diri.
b. Teori Betason : Peran bermain dalam perkembangan anak, tetap membuat anak
terjaga pada tingkat optimal dengan menambah stimulasi. Memajukan kemampuan
untuk memahami berbagai tingkatan makna.

C. Manfaat Mainan Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Secara umum, manfaat mainan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak
dibedakan dalam 5 karakter golongan, yaitu: motorik, afektif, kognitif, spiritual, dan
keseimbangan (Muliawan, 2009: 19-20).
Pertama, manfaat motorik yaitu manfaat yang berhubungan dengan nilai-nilai positif
mainan dengan fisik anak. Biasanya ini berhubungan dengan kesehatan, keterampilan,
ketangkasan, maupun kemampuan fisik tertentu.
Kedua manfaat afeksi, adalah manfaat mainan yang mengarah kepada
perkembangan psikologis anak. Seperti: naluri/insting, perasaan, emosi, sifat, karakter,
watak, maupun kepribadian seseorang.
Ketiga manfaat kognitif, yaitu manfaat mainan yang mengarah pada perkembangan
kecerdasan anak. Seperti: kemampuan imajinasi, pembentukan nalar, logika.
Keempat manfaat spiritual, yaitu manfaat mainan yang dapat membentuk nilai-nilai
kesucian maupun keluhuran akhlak anak.
Kelima manfaat keseimbangan, ialah maiann yang bermanfaat melatih dan
mengembangkan perpaduan antara nilai-nilai positif dan negatif dalam suatu mainan.
Dalam artian kata bahwa mainan itu ditentukan berdasarkan maksud dan tujuan
pembuatan mainan itu sendiri. Seperti pisau, adalah benda yang berbahya, dan bukan
untuk mainan anak-anak. Akan tetapi pisau bisa dijadikan mainan untuk anak bukan dalam
bentuk sebenarnya, tetapi terbuat dari kayu atau plastik.

Anda mungkin juga menyukai