Dalam arti luas pendidikan adalah segala bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk mengembangkan kemampuan seoptimal
mungkin sejak lahir sampai akhir hayat. Dalam arti sempit, pendidikan identik dengan
persekolahan di mana pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang
terprogram dan terencana secara formal.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang satu sama
lain tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan satu sama lain. Komponen-komponen
tersebut meliputi: 1) tujuan pendidikan, 2) peserta didik, 3) pendidik, 4) kurikulum, 5)
fasilitas pendidikan, dan 6) interaksi edukatif.
Para ahli pendidikan anak berpendapat bahwa pendidikan TK merupakan pendidikan yang
dapat membantu menumbuhkembangkan anak dan pendidikan dapat membantu
perkembangan anak secara wajar. Pada hakikatnya pendidikan TK/usia dini adalah
pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan menyediakan kegiatan
pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak. Pendidikan
anak usia dini pada hakikatnya adalah upaya untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Pada hakikatnya anak itu unik, mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan, bersifat
aktif dan energik, egosentris, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, antusias terhadap banyak
hal, bersifat eksploratif dan berjiwa petualang, kaya dengan fantasi, mudah frustrasi, dan
memiliki daya perhatian yang pendek. Masa anak merupakan masa belajar yang potensial.
Kurikulum untuk anak usia dini/TK harus benar-benar memenuhi kebutuhan anak sesuai
dengan tahap perkembangan dan harus dirancang untuk membuat anak mengembangkan
potensi secara utuh. Baik Kurikulum TK 1994 maupun Kurikulum TK 2004 pada dasarnya
sama memuat aspek-aspek perkembangan yang dipadukan dalam bidang pengembangan yang
utuh yang mencakup bidang pengembangan perilaku melalui pembiasaan dan bidang
kemampuan dasar.
Pembelajaran anak usia dini/TK pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi
bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar), pembelajaran yang berorientasi
perkembangan yang lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk dapat belajar
dengan cara-cara yang tepat. Pendekatan yang paling tepat adalah pembelajaran yang
berpusat pada anak
Perkembangan dan pertumbuhan merupakan satu proses dalam kehidupan manusia yang
berlangsung secara terus-menerus sejak masa konsepsi sampai akhir hayat. Perkembangan
juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh seorang individu menuju
tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan
berkesinambungan baik itu menyangkut aspek fisik maupun psikis. Sistematis, berarti
perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling ketergantungan atau saling mempengaruhi
antara bagian-bagian organisme. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju,
meningkat dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung
secara bertahap dan berurutan.
Fase perkembangan dapat diartikan sebagai penahapan atau pembabakan rentang perjalanan
kehidupan individu yang diwarnai ciri-ciri khusus atau pola-pola tingkah laku tertentu. Para
ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang pembabakan atau periodisasi
perkembangan ini. Pendapat-pendapat tersebut secara garis besar dapat digolongkan menjadi
tiga, yaitu berdasarkan analisis biologis, didaktis, dan psikologis.
Perkembangan anak usia TK yang terentang antara usia empat sampai dengan enam tahun
merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia
ini mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, serta bahasa.
Ketika anak mencapai tahapan usia TK (3 sampai 6 tahun), terdapat ciri yang sangat berbeda
dengan usia bayi. Perbedaannya terletak pada penampilan, proporsi tubuh, berat dan panjang
badan, serta keterampilan yang mereka miliki.
Dilihat dari tahapan menurut Piaget, anak usia TK berada pada tahapan praoperasional, yaitu
tahapan di mana anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai
dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain
dengan menggunakan simbol-simbol. Melalui kemampuan tersebut anak mampu berimajinasi
atau berfantasi tentang berbagai hal.
Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Pada tahap ini
emosi anak usia prasekolah lebih rinci atau terdiferensiasi, anak cenderung mengekspresikan
emosi dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering mereka perlihatkan dan sering berebut
perhatian guru.
Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial anak merupakan
hasil belajar, bukan hanya sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial diperoleh
anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons terhadap dirinya.
Bagi anak prasekolah, kegiatan bermain menjadikan fungsi sosial anak semakin berkembang.
Prinsip-prinsip perkembangan anak meliputi: (1) anak berkembang secara holistik, (2)
perkembangan terjadi dalam urutan yang teratur, (3) perkembangan anak berlangsung pada
tingkat yang beragam di dalam dan di antara anak, (4) perkembangan baru didasarkan pada
perkembangan sebelumnya, (5) perkembangan mempunyai pengaruh yang bersifat kumulatif.
Ada beberapa hal yang mendasari munculnya praktik pembelajaran yang berorientasi
perkembangan, antara lain meningkatnya praktik pembelajaran yang bersifat formal di
lembaga-lembaga pendidikan anak usia dini, kuatnya tuntutan dan tekanan orang tua dan
masyarakat terhadap pengajaran yang lebih bersifat akademik, kesalahpahaman masyarakat
tentang konsep pendidikan anak usia dini.
Pembelajaran yang berorientasi perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu (1)
berorientasi pada usia, (2) berorientasi pada anak secara individual, dan (3) berorientasi pada
konteks sosial budaya anak.
PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Pengertian dan Komponen-komponen Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah rencana yang dibuat oleh guru untuk memproyeksikan
kegiatan apa yang akan dilakukan oleh guru dan anak agar tujuan dapat tercapai.
Belajar adalah proses perubahan perilaku berdasarkan pengalaman dan latihan. Prinsip-
prinsip belajar merupakan suatu ketentuan yang harus dilakukan anak ketika ia belajar.
Anak adalah pebelajar aktif. Ketika bergerak anak mencari stimulasi yang dapat
meningkatkan kesempatan untuk belajar. Anak menggunakan seluruh tubuhnya sebagai alat
untuk belajar. Anak secara energik mencari cara untuk menghasilkan potensi maksimum.
Belajar anak dipengaruhi kematangan. Guru harus memahami bagaimana kematangan anak
dapat dicapai dan apa yang perlu dilakukan untuk memfasilitasi matangan tersebut.
Belajar anak dipengaruhi oleh lingkungan. Tidak hanya lingkungan fisik tetapi juga
lingkungan belajar.
Anak belajar melalui kombinasi lingkungan fisik, sosial dan refleksi. Dengan pengalaman
tersebut anak memperoleh pengetahuannya. Tugas guru bagaimana menyediakan lingkungan
yang memungkinkan anak memperoleh pengalaman fisik, sosial dan mampu
merefleksikannya.
Anak belajar dengan gaya yang berbeda. Ada yang tipe visual, tipe auditif dan tipe kinestetik.
Anak belajar melalui bermain. Melalui bermain anak dapat memahami menciptakan
memanipulasi simbol-simbol dan mentransformasi objek-objek tersebut
Anak. Anak perlu dipertimbangkan, karena anak memilki karakteristik dalam perkembangan
dan belajarnya anak itu unik dan memilki potensi untuk belajar.
Media dan Sumber belajar. Media dan sumber belajar yang dipilih harus dapat mendukung
terlaksananya proses belajar yang efektif dan relevan dengan strategi pembelajaran yang
dipilih guru.
Guru-guru merupakan faktor penentu dalam keberhasilan belajar anak. Kepiawaian guru
dalam memilih dan menggunakan strategi pembelajaran merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan belajar anak.
PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Pengertian dan Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan
kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan
berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian
strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas
anak belajar.
Terdapat beberapa kriteria yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi
pembelajaran, yaitu (1) karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk pengembangan aspek
kognitif, aspek afektif atau psikomotor. Atau apakah pembelajaran itu bertujuan untuk
mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan estetika; (2)
karakteristik anak sebagai peserta didik baik usianya maupun kemampuannya; (3)
karakteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran apakah di luar atau di
dalam ruangan; (4) karakteristik tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak; dan
(5) karakteristik pola kegiatan yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung,
semi kreatif atau kreatif.
Semua kriteria ini memberikan implikasi bagi guru untuk memilih stratgei pembelajaran yang
paling tepat digunakan di Taman Kanak-kanak
Anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Beberapa karakteristik cara
belajar anak itu antara lain (1) anak belajar melalui bermain; (2) anak belajar dengan cara
membangun pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah, dan (4) anak belajar paling
baik jika yang dipelajarinya menyeluruh, bermakna, menarik, dan fungsional.
Bermain sebagai salah satu cara belajar anak memiliki ciri-ciri simbolik, bermakna, aktif,
menyenangkan, suka rela, ditentukan oleh aturan, dan episodik.
Para ahli teori konstruktivisme mempunyai pandangan tentang cara belajar anak yaitu bahwa
anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya melalui kegiatan mengeksplorasi
objek-objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui interaksi sosial dan
pembelajaran dengan orang dewasa.
Lingkungan yang diciptakan secara kondusif akan mengundang anak untuk belajar secara
alamiah tanpa paksaan sehingga apa yang dipelajari anak dari lingkungannya adalah hal-hal
yang benar-benar bermakna, fungsional, menarik dan bersifat menyeluruh.
Ada beberapa jenis strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan di Taman Kanak-
kanak. Strategi pembelajaran tersebut pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak
dalam belajar, namun, tidak berarti peranan guru pasif. Guru harus berperan sebagai
fasilitator yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran kepada anak dalam proses
belajar.
Jenis-jenis strategi pembelajaran umum tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan indra,
(2) mempersiapkan isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding, (5) praktik
terbimbing, (6) undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah laku/tindakan, (8) refleksi kata-kata, (9)
contoh atau modelling, (10) penghargaan efektif), (11)
menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) do-it-signal, (13) tantangan, (14)
pertanyaan, dan (15) kesenyapan.
Terdapat beberapa jenis strategi pembelajaran khusus yang dapat diterapkan di Taman
Kanak-kanak. Penerapan strategi pembelajaran khusus tersebut pada prinsipnya sama dengan
penerapan strategi pembelajaran umum, yaitu harus mempertimbangkan karakteristik tujuan,
karakteristik anak dan cara belajarnya, karakteristik tempat yang akan digunakan, dan pola
kegiatan.
Jenis-jenis strategi pembelajaran khusus tersebut adalah (1) kegiatan eeksploratori, (2)
Penemuan Terbimbing, (3) Pemecahan Masalah, (4) Diskusi, (5) Belajar Kooperatif, (6)
Demonstrasi, dan (7) Pengajaran Langsung.
Di samping strategi pembelajaran di atas, guru Taman Kanak-kanak dituntut untuk dapat
menggunakan strategi pembelajaran lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.
Anak pada hakikatnya memiliki potensi untuk aktif dan berkembang. Pembelajaran yang
berpusat pada anak banyak diwarnai paham konstruktivis yang dimotori Piaget dan Vigotsky.
Yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak adalah pendekatan perkembangan
dan pendekatan belajar aktif.
Belajar aktif merupakan proses dimana anak usia dini mengeksplorasi lingkungan melalui
mengamati, meneliti, menyimak, menggerakkan badan mereka menyentuh, mencium, meraba
dan membuat sesuatu terjadi dengan objek-objek di sekitar mereka.
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) prakarsa
kegiatan tumbuh dari minat dan keinginan anak, 2) Anak-anak memilh bahan dan
memutuskan apa yang ingin ia kerjakan, 3) Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif
dengan seluruh indranya, 4) Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung, 5)
Anak mentransformasikan dan menggabungkan bahan-bahan, 6) Anak menggunakan otot
kasarnya, 7) Anak menceritakan pengalamannya.
Prosedur Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak harus direncanakan dan diupayakan dengan matang.
Upaya yang dilakukan adalah dengan merencanakan dan menyediakan bahan/peralatan yang
dapat mendukung perkembangan dan belajar anak secara komprehensif. Untuk itu perlu
disediakan area-area yang memungkinkan berbagai kegiatan sesuai pilihannya.
Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada anak meliputi: tahap perencanaan, tahap
bekerja dan tahap melaporkan kembali.
Contoh Penerapan Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
Plan Do Review, merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak.
Dalam pendekatan ini anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minat dan
keinginannya, mulai dari membuat perencanaan, (Plan), mengerjakan (Do), dan melaporkan
kembali (Review).
Bermain merupakan suatu kegiatan yang melekat pada dunia anak. Bermain adalah kodrat
anak. Bermain dapat dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat voluntir, spontan,
terfokus pada proses, memberi ganjaran secara intrinsik, meyenangkan dan fleksibel.
Kriteria dalam kegiatan bermain adalah memotivasi intrinsik, memiliki pengaruh positif,
bukan dikerjakan sambil lalu. Cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya, serta
bermain memiliki kelenturan.
Fungsi bermain bagai anak TK adalah: Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa.
Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata. Untuk melakukan
berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata.
Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata. Untuk
menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng. Untuk melepaskan
dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri. Untuk kilas
balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi. Untuk kilas balik peran-peran
yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, serta untuk memecahkan masalah dan mencoba
berbagai penyelesaian masalah.
Ditinjau dari dimensi perkembangan sosial, bermain digolongkan sebagai berikut: bermain
soliter, bermain secara paralel, bermain asosiatif, dan bermain secara kooperatif.
Rancangan kegiatan bermain meliputi penentuan tujuan dan tema kegiatan bermain; macam
kegiatan bermain; tempat dan ruang bermain; bahan dan peralatan bermain; dan urutan
langkah bermain.
Tujuan kegiatan bermain bagi anak usia TK adalah untuk meningkatkan pengembangan
seluruh aspek perkembangan anak usia TK, baik perkembangan motorik, kognitif, bahasa,
kreativitas, emosi atau sosial. Kegiatan bermain akan memberikan hasil yang optimal apabila
kegiatan itu dirancang dengan saksama dan tidak secara kebetulan. Tema yang akan dipilih
dapat mengacu pada 20 tema yang terdapat dalam PKB TK 1994.
Menentukan jenis kegiatan bermain yang akan dipilih sangat tergantung kepada tujuan dan
tema yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan jenis kegiatan bermain diikuti dengan
jumlah peserta kegiatan bermain. Selanjutnya ditentukan tempat dan ruang bermain yang
akan digunakan, apakah di dalam atau di luar ruangan kelas, hal itu sepenuhnya tergantung
pada jenis permainan yang dipilih.
Sebelum melakukan kegiatan bermain, bermacam bahan dan peralatan yang sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai perlu dipersiapkan terlebih dahulu secara lengkap. Langkah
berikutnya adalah menentukan urutan langkah bermain yang disertai dengan penetapan
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta permainan.
1. Kegiatan prabermain
2. Kegiatan bermain
3. Kegiatan penutup
4. Pada kegiatan prabermain, terdapat dua macam kegiatan persiapan, yaitu:
5. Kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan bermain
6. Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap untuk dipergunakan dalam
kegiatan bermain
7. Tahap bermain terdiri dari rangkaian kegiatan yang berurutan dari awal sampai
dengan akhir kegiatan bermain. Banyaknya kegiatan pada tahap bermain sangat
tergantung pada jenis permainan yang dipilih, serta jumlah anak yang mengikuti
permainan.
8. Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir dari seluruh langkah kegiatan bermain.
Pada kegiatan ini, guru memberikan penekanan pada aspek-aspek yang sepatutnya
dikembangkan dan dimiliki oleh anak seperti, menunggu giliran, kemampuan bekerja
sama, kemampuan memecahkan masalah dan sebagainya.
9. Evaluasi atau penilaian perlu dilaksanakan agar guru mendapatkan umpan balik
tentang keberhasilan kegiatan bermain. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
ketercapaian tujuan kegiatan bermain yang telah ditetapkan sebelumnya
Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dipergunakan di Taman Kanak-
kanak. Metode bercerita merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.
Cerita yang dibawakan guru harus menarik, dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas
dari tujuan pendidikan bagi anak TK.
Kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan
sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh suka cita
Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik
dan menarik.
Beberapa macam teknik bercerita yang dapat dipergunakan antara lain guru dapat membaca
langsung dari buku, menggunakan ilustrasi dari buku gambar, menggunakan papan flannel,
menggunakan boneka, bermain peran dalam suatu cerita, atau bercerita dengan menggunakan
jari-jari tangan.
Bercerita sebaiknya dilakukan dalam kelompok kecil untuk memudahkan guru mengontrol
kegiatan yang berlangsung sehingga akan berjalan lebih efektif. Selain itu tempat duduk pun
harus diatur sedemikian rupa, misalnya berbentuk lingkaran sehingga akan terjalin
komunikasi yang lebih efektif.
Kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang memiliki manfaat besar bagi perkembangan
anak serta pencapaian tujuan pendidikan. Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita guru
terlebih dahulu harus merancang kegiatan bercerita berupa langkah-langkah yang harus
ditempuh secara sistematis.
Penerapan strategi pembelajaran melalui bercerita mengacu pada prosedur pembelajaran yang
telah dikembangkan sebelumnya, yaitu: