Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MANDIRI

DIKLAT GURU PENDAMPING MUDA (DIKLAT


BERJENJANG TINGKAT DASAR)

OLEH : WULANDARI

PAUD NURUL QUR’AN

PUSAT KEGIATAN GUGUS (PKG) AL-HUDA

KABUPATEN KERINCI TAHUN 2019


SOAL

1. Jelaskan hakekat perkembangan anak usia dini!


2. Jelaskan teori-teori perkembangan anak usia dini!
3. Jelaskan fase –fase perkembangan anak!
4. Jelaskan Aspek perkembangan anak usia dini !

JAWAB

1. Setiap anak bersifat unik, tidak ada dua anak yang sama sekalipun kembar siam.
Setiap anak terlahir dengan potensi yang berbeda-beda, memiliki kelebihan, bakat dan
minat tersendiri. Kenyataan menunjukkan bahwa setiap anak tidak sama, ada yang
sangat cerdas, ada yang biasa saja dan juga yang kurang cerdas. Perilaku anak juga
beragam demikian juga dengan cara belajarnya.
Oleh karena itu para pendidik anak usia dini perlu mengenal pembelajaran untuk anak
yang berkebutuhan khusus. Dengan memahami kebutuhan khusus setiap anak
diharapkan para guru mampu mengembangkan potensi dengan baik. Anak usia dini
sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang
paling pesat.pertumbuhan dan perkembangan telah dimulaisejak prenatal, yaitu sejak
dalam kandungan. Begitu pentingnya usia dini, sampai ada teori yang menyatakan
bahwa pada usia empat tahun 50% kecerdasan telah tercapai, dan 80% pada usia 80
tahun.
Anak usia dini juga sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik
maupun mental yang sangat pesat. Sel-sel tubuh anak tumbuh cepat, makanan bergizi
dan seimbang serta stimulasi pikiran sangat diperlukan untuk mendukung proses
tersebut. Selain pertumbuhan dan perkembangan fisik dan motorik, perkembangan
moral (tersmasuk kepribadian, watak, dan akhlak), sosial, emosional, intelektual, dan
bahasa juga berlangsung amat pesat.
2. Ada 6 teori yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak,
diantaranya sebagai berikut :
a. Teori behaviorisme : perilaku dapat dibentuk dengan memberikan jawab dalam
bentuk kata-kata ataupun tindakan tertentu.
b. Teori maturationis : pengalaman memainkan peranan yang sangat penting dalam
perkembangan. Teori ini percaya bahwa suatu tingkatan perkembangan anak
adalah penentu yang paling utama dalam hal kesuksesan social dan intelektuall,
terutama didalam lingkungan sekolah.
c. Teori interaksi : bahwa anak-anak itu membangun pengetahuannya melalui
interaksi dengan lingkungan.
d. Teori psikonalisis : anak-anak begerak melalui langkah-langkah yang berbeda
dengan tujuan untuk mencari kepuasan yang berasal dari sumber berbeda, dimana
mereka juga harus berusaha untuk menyeimbangkan keadaan tersebut dengan
harapan orang tua.
e. Teori pengaruh : seorang anak akan berkembang secara menyeluruh.
Perkembangan satu area pasti memengaruhi perkembangan di dalam area yang
lain.
f. Teori konstruktivisme : bertolak dari suatu keyakinan bahwa belajar adalah
membangun pengetahuan itu sendiri, setelah dicernakan dan kemudian dipahami
dalam diri individu dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang.
3. Fase-fase perkembangan anak usia dini
a. Anak usia 0-2 tahun  anak mengalami perubaahan pesat bila dibandingkan
dengan dengan yang akan dialami pada fase-fase berikutnya. Anak sudah
memiliki kemampuan dan keterampilan dasar yang berupa keterampilan
lokomotor (berguling, duduk, berdiri, merangkak, dan berjalan), keterampilan
memegang benda, penginderaan (melihat, mencium, mendengar dan merasakan
sentuhan), maupun kemampuan untuk mereaksi secara emosional dan sosial
terhadap orang-orang sekelilingnya.
Stimulasi verbal yang terus menerus juga akan memudahkann anak untuk belajar
melafalkan suara-suara dan dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan
masa yang kristis dalam sejarah perkembangan manusia.
b. Anak usia 2-3 tahun pada fase ini anak sudah memiliki kemampuan unntuk
berjalan dan berlari. Anak juga mulai senang memanjat, melompat, menaiki
sesuatu dsb.
Anak pada usia ini masih cenderung melakukan sesuatu menurut kemauannya
sendiri tanpa memperdulikan kemauan dan kepentingan orang lain. Sebagai
contoh, anak sering merebut mainan orang lain jika anak menginginkannya.
c. Anak usia 3-4 tahun anak fase ini masih mengalami peningkatan dalam
berperilaku motorik, sosial, berfikir fantasi maupun kemampuan mengatasi
frustasi. Untuk kemampuan motorik, anak sudah menguasai semua jenis gerakan
tangan, seperti memegang benda atau boneka. Pada usia ini anak memiliki
kehidupan fantasi yang kaya dan menuntun lebih banyak kemandirian. Dengan
sifat kemandirian yang dimilikinya mulai membuat anak tidak mau banya diatur
dalam kegiatannya. Pada aspek kognitif anak juga sudah mulai mengenal konsep
jumlah, warna, ukuran dan lain-lain.
d. Anak usia 4-6 tahun  pada fase ini anak mempunyai sifat berpetualang yang
kuat. Anak banyak memperhatikan, membicarakan, atau bertanya tentang apa
sempat ia lihat atau disdengarnya. Minatnya yang kuat untuk mengobservasi
lingkungan benda-benda disekitarnya. Pada perkembangan motorik, anak masih
masih perlu aktif melakukan aktivitasnya.
Dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan masa yang kritis dalam
sejarah perkembangan manusia. Masa anak usia dini ini terjadi pada usia 0-6
tahun atau sampai anak mengikuti pendidikan pada jenjang pendidikan anak usia
dini atau prasekolah. Pada masa ini terjadi pertumbuhan fisik dan psikis yang
sangat pesat.
4. Terdapat 6 aspek perkembangan yang membentuk focus sentral dari perkembangan
kurikulum bermain kreatif pada anak usia dini diantaranya :
a. Kesadaran personal, permainan yang kreatif memungkinkan perkembangan
kesadaran personal. Melalui bermain anak dan menemukan hal baru, berekplorasi,
meniru dan mempraktikkan kehidupan sehari hari sebagai sebuah langkah dalam
membangun keterampilan menolong dirinya sendiri, keterampilan ini anak merasa
kompeten.
b. Pengembangan emosi, melalui bermain anak dapat belajar menerima , berekspresi,
dan mengatsi masalah dengan cara positif. Bermain juga memberikan kesempatan
pada anak untuk mengenal diri mereka sendiri dan untuk mengembangkan pola
prilaku yang memuaskan dalam hidup.
c. Membangun sosialisasi, bermain memberikan jalan bagi perkembangan sosial
anak ketika berbagi dengan anak lain. Bermain adalah sarana yang paling utama
bagi pengembangan kemampuan bersosialisasi dan memperluas empati terhadap
orang lain serta mengurangi sikap egosentrisme.
d. Pengembangan komunikasi, melalui komunikasi inilah anak dapat memperluas
kosa kata dan mengembangkan daya penerimaan serta pengekspresian
kemampuan berbahasa mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang
dewasa pada situasi bermain spontan.
e. Pengembangan kognitif, bermain dengan menggunakan kerangka kerja untuk
anak mengembangkan pemahaman tentang diri mereka sendiri , orang lain, dan
lingkungan.
f. Pengembangan kemampuan motorik, kesempatan yang luas untuk bergerak,
perpengalaman belajar untuk menemukan, aktivitas sensor motor yang meliputi
pengunaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak untuk memenuhi
perkembangan perseptual motorik pada beberapa area, yaitu :
- Koordinasi mata tangan atau mata kaki
- Kemampuan motorik kasar
- Kemampuan bukan motorik kasar
- Menajemen tubuh dan control.

Anda mungkin juga menyukai