Anda di halaman 1dari 19

1. Hakikat pendidikan anak usia dini 2.

Pengertian Pendidikan anak usia dini merupakan serangkaian upaya sistematis dan terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendiikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut. 1. Tujuan Ada dua tujuan diselenggarakannya pedidikan anak usia dini yaitu sebagai berikut : 1. Membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga memiliki kesiapan yang optimal didalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa. 2. Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar( akademik ) di sekolah. 3. Prinsip-prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam melaksanakan Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) terdapat prinsip-prinsip utama yang harus diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengutamakan kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan, baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio-emosional. 2. Belajar melalui bermain atau bermain seraya belajar. Bermain merupakan sarana belajar anak usia dini. Melalui permainan,anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda disekitarnya. 3. Lingkungan yang kondusif dan menentang. Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan, sekaligus menentang dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain. 4. Menggunakan pembelajaran terpadu dalam bermain. Pembelajaran anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang harus dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak, serta bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep serta mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak didik. 5. Mengembangkan berbagai kecakapan atau keterampilan hidup (lifeskills). Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri, dan bertanggungjawab, serta memiliki disiplin diri.

6. Menggunakan berbagai media atau permainan edukatif dan sumber belajar. Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik, guru, dan orang tua. 7. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang. Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan berulang kali. 8. STANDAR KOMPETENSI ANAK USA DINI Standar kompetensi anak usia ini terdiri atas pengembangan aspek-apek sebagai berikut : 1. Moral dan nilai-nilai Agama

Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok social. moral berasal dari kata latn yag berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku moral dikendalikan oleh konsep-konsep moral. Peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari serluruh anggota kelompok. Perilaku tak bermoral berarti perilaku yang tidak sesuai sengan harapan sosial. Perilaku demikian, disebabkan oleh ketidakacuhan akan harapan sosil, melainkan ketidakstujuan dengan standar social atau kurang adanya perasaan wajbmenyesuaikan diri. Perilaku amoral berarti perilaku yang lebih disebabkan ketidakacuhan terhadap harapan kelompok sosial dari pada pelanggaran yang sengaja terhadap standar. Beberapa diantara perilaku anak kecil lebih bersifat amoral ari pada tak bermoral. Pada saat lahir, tidak ada anak yang memiliki hati nurani atau skala nilai. Akibatnya, tiap yang baru lahir dapat dianggap amoral. Tidak seorang anakpun dapat diharapkan mengembangkan kode moral sendiri. Maka, tiap anak harus diajarkan standar kelompok tentang yang benar dan yang salah.

1. Bahasa

Perkembangan bahasa ditingkat pemula (bayi) dapat dianggap semacam persiapan berbicara. Pada bulan-bulan pertama, bayi hanya pandai menangis. Dalam hal ini tangisan bayi dianggap sebagai pernyataan rasa tidak senang. Kemudian ia menangis dengan cara berbeda menurut maksud yang hendak dinyatakan. Selanjutnya, ia mengeluarkan bunyi (suara-suara) yang banyak ragamnya tetapi bunyibuny itu belum mempunyai arti, hanya melatih pernapasan. Menjelang usia pertengahan ditahun pertama, meniru suara-suara yang didengarkannya, tetapi bukan karena dia sudah mengerti apa yang dikatakan kepadanya.

1. Kognitif

Perbedaan-perbedaan individual dalam perkembangan kognitif bayi telah dipelajari melalui penggunaan skala perkembangan atau tes intelegensi bayi. Adalah pentingya untuk mengetahui apakah seoraang bayi berkembang pada tingkat yang lambat, normal, atau cepat. Kalau seorang bayi berkembang pada tingkat yang lambat, beberapa bentuk pengayaan cukup penting. Akan tetapi dinasehati untuk memberi mainan yang lebih sulit guna merangsang pertumbuhan kognitif mereka. Adapun kemampuan kognisi atau kecerdasan yang harus dikusai oleh anak usia 3-4 tahun meliputi kemampuan berfikir logis, kritis, memberi alasan, memecahkan masalah, dan menemukan hubungan sebab akibat.

1. Emosi

Sebelum bayi berusia satu tahun, ekspresi emosional diketahui serupa dengan ekspresi pada orang dewasa. Lebih jauh lagi, bayi menunjukan berbagai reaksi emosional, antara lain kegembiraan, kemarahan, ketakutan, dan kebahagiaan. Bukan hanya pola emosi umum yang mengikuti alur yang dapat diramalkna, tetapi pola dari berbagai macam emosi juga dapat diramalkan. Sebagai contoh, reaksi ledakan marah (tempertantrums) mencapai puncak usia antara 2 dan 4 tahun, dan kemudian diganti dengan pola ekspresi yang lebih matang, seperti cemberut dan sikap Bengal.

1. Sosial

Menurut keyakinan tradisional sebagian manusia dilahirkan dengan sifat sosial dan sebagian tidak. Orang yang lebih banyak merenungi diri sendiri dari pada bersama dengan orang lain, atau mereka yang bersifat sosial pikirannya lebih banyak tertuju pada hal-hal diluar dirinya, secara alamiah memang sudah bersifat demikian, atau karena faktor keturunan. Juga orang yang menentang masyarakat yaitu orang yang anti sosial.

1. Agama Sejalan dengan kecerdasaannya, perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi 3 bagian: 1)

The fairly stage (tingkat dongeng) Pada tahap ini anak berumur 3-6 tahun, konsep mengenai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal. Cerita akan nabi akan dihayalkan seperti yang ada dalam dongeng-dongeng. Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama dari pada isi ajarannya dan cerita akan lebih menarik dan jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa ke kanak-kanakannya dengan caranya sendiri. Anak mengungkapkan pandangan teologisnya pernyatan, dan ungkapannya tentang tuhan lebih bernada individual, emosional, dan spontan tapi pernuh arti teologis. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)

2)

Pada tingkat ini pemikiran anak tentang tuhan sebagai bapak beralih pada tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika. Pada tahap ini terdapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak usia 7 tahun di pandang sebagai permulaan pertumbuhan logis sehingga wajarlah bila anak harus di beri pelajaran dan di biasakan melakukan shalat pada usia dini dan di pukul bila melanggarnya. The Individual Stage (Tingkat Individu)

3)

Pada tingkat ini anak telah memiiki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualistik ini terbagi menjadi tiga golongan.

Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan di pengaruhi sebagian kecil fantasi Konsep ketuhanan yang yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan) Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama.

1. Golden Age Anak Menurut Dr. Damanhuri Rosadi, pengembangan manusia yang utuh dimulai sejak anak dalam kandungan dan memasuki masa keemasan atau Golden Age pada usia 0-6tahun. Masa keemasan ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, emosi, dan sosial anak dimasa datang dengan memperhatikan dan menghargai keunikan setiap anak. Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut undangundang sisdiknas, pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut UNESCO, pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Pada hakikatnya, belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini. Teori lama yang merekomendasikan bahwa pendidikan baru dapat dimulai ketika anak telah berusia tujuh tahun kini terbantahkan. Hasil penelitian mutakhir, dari para ahli neurologi, psikologi, dan pedagogi menganjurkan pentingnya pendidikan dilakukan sejak anak dilahirkan, bahkan sejak anak masih dalam kandungan ibunya. Justru pada masa masa awal inilah yang merupakan masa emas ( Golden Age) perkembangan.

Hasil penelitian menunjukun bahwa 50% kapabilitas kecerdasan manusia terjadi pada tingkat kanak kanak pada kurun waktu 4 tahun pertama sejak kelahirannya. Oleh karena itu, penanganan anak dengan stimulasi pendidikan pada masa-masa usia tersebut harus optimal. Kemudian, 80% kecerdasan itu terjadi saat anak usia 8 tahun, dan titik kulminasinya terjadi pada saat mereka berusia 18 tahun. Setelah melewati masa perkembangan tersebut, maka berapapun kapabilitas kecerdasan yang dicapai oleh masing-masing individu, tidak akan meningkat lagi. Hal ini sama dengan pendapat Benjamin S.Bloom, professor pendidikan dari Universitas Chicago yang menemukan fakta yang cukup mengejutkan :

Ternyata 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk ketika kita berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun . Lalu 30% potensi berikutnya terbentuk pada usia 4-8 tahun.

Ini berarti 80% potensi dasar manusia terbentuk dirumah,justru sebelum masuk sekolah.akan seperti apa kemampuannya, nilai- nilai hidupnya, kebiasaanya, kepribadiannya , akhlaknya, dan sikapnya, 80 % tergantung pada orang tua.Sadar atau tidak.Baik dibentuk secara sengaja atau pun tidak sengaja.

Semua aspek perkembangan kecerdasan anak,baik motorik kasar,motorik halus,kemampuan non fisik ,maupun kemampuan spiritualnya dapat berkembang secara pesat apabila memperoleh stimulasi lingkungan secara cukup. Perkembangan yang terjadi pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya.

1. PANDANGAN ISLAM TENTANG ANAK USIA DINI Sungguh Alloh Subhanahu Wataala telah memberikan berbagai macam amanah dan tanggung jawab kepada manusia. Diantara amanah dan tanggung jawab terbesar yang Alloh Taala bebankan kepada manusia, dalam hal ini orang tua (termasuk guru, pengajar ataupun pengasuh) adalah memberikan pendidikan yang benar terhadap anak. Yang demikian ini merupakan penerapan dari firman Alloh Taala: Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka (QS. At-Tahrim:6).

Sahabat yang mulia Ali bin Abi Tholib rodhiyallohu anhu menafsirkan ayat diatas dengan mengatakan: Didik dan ajarilah mereka (istri dan anak-anak) hal-hal kebaikan (Tafsir AthThobari, Al-Maktabah As-Syamilah)

Risalah Hadist Nabi telah menjustifikasi akan pentingnya menyelenggarakan pendidikan kepada anak usia dini, juntifikasi itu memberikan arti bahwa penyelenggaraan pendidikan pendidikan kepada anak usia dini adalah merupakan perintah yang didalamnya memiliki makna ibadah yang Agung. Inilah kesempurnaan sebuah ajaran, dimana Islam mengajarkan tentang pentingnya proses pembentukan generasi muslim dari sejak sedini mungkin untuk membangun pribadipribadi muslim yang kaffah (sempurna). Beberapa landasan Hadist yang menerangkan betapa pentingnya mendidik anak sejak usia dini, dapat di renungkan hadist-hadist berikut ini: : ( ) Artinya : Setiap anak dilahirkan atas fitrah (kesucian agama yang sesuai dengan naluri), sehingga lancar lidahnya, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (H.R. Bukhori) Artinya : Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah mereka dengan budi pekerti yang baik. ( ) Artinya : Paling baiknya kamu sekalian adalah dari budi pekertinya. (H.R. Bukhori)

Amru bin Atabah pernah memberikan pegangan kepada para pengasuh anaknya dengan berkata : , Artinya : Hendaklah tuntunan perbaikan yang pertama bagi anak-anakku, dimulai dari perbaikan anda terhadap diri anda sendiri. Karena mata dan perhatian mereka selalu terikat kepada anda.Mereka menganggap baik segala yang anda kerjakan, dan mereka menganggap jelek segala yang anda jauhi.

Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi orang tua untuk memperhatikan masalah pendidikan anaknya dengan sebaiknya-baiknya.

Dari mana harus memulai?

Segala sesuatu adalah berproses, demikian juga dalam hal mendidik anak. Berikut beberapa tahapan dalam membina dan mendidik anak

1. Memilih istri (ibu bagi anak) yang sholihah Hal ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh seseorang (calon bapak) agar anakanaknya kelak menjadi anak-anak yang sholih.Karena seorang ibu adalah sekolah pertama tempat anak-anak menimba ilmu dan belajar. Seorang ibu yang sholihah tentu saja akan mengajarkan kebaikan dan amal sholih kepada anak-anaknya.

Oleh karena itu Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya : Wanita dinikahi karena 4 hal: (yaitu) kekayaanya, kedudukanya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah wanita yang memiliki agama, niscaya engkau akan beruntung(HR. Bukhori Muslim).

Demikian juga sebaliknya. Bagi seorang calon ibu, ia harus memilih pendamping sholih yang kelak akan menjadi ayah dari anak-anaknya. Ayah adalah pemimpin dalam keluarga yang akan mengarahkan kemana bahtera rumah tangga akan berlayar. Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda yang artinya : Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhoi akhlak dan agamanya maka nikahkanlah ia, jika tidak kalian lakukan akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang luas (HR At-Tirmidzi)

1. Membiasakan anak untuk mengerjakan ibadah Diantara yang perlu ditanamkan sejak dini dalam diri anak-anak adalah kesadaran untuk mengerjakan sholat wajib. Yang demikian ini disebutkan dalam firman Alloh : perintahkan keluargamu untuk mengerjakan sholat dan bersabar atasnya (QS. Thoha:132). Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya: ajarkan sholat pada anak anak disaat berumur 7 tahun (HR. At-Tirmidzi).

Selain itu pula hendaknya orang tua memotivasi anak-anak untuk mengerjakan ibadah yang lain agar ketika mereka mencapai usia balig, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.

1. Memberikan teladan yang baik Teladan yang baik merupakan hal terpenting dalam keberhasilan mendidik anak.Telah diketahui bersama bahwa seorang anak itu suka meniru tingah laku orang tuanya.Bila orang tua memberikan teladan yang baik kepada anaknya niscaya anak tersebut menjadi pribadi yang baik.Begitu juga sebaliknya. Maka hendaknya orang tua memperhatikan dan tidak menyepelekan masalah ini, serta jangan pula apa yang dikerjakan bertentangan dengan apa yang dikatakan. Alloh berfirman yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan. Amat besar kemurkaan disisi Alloh taala bila kalian mengatakan apa yang tidak kalian kerjakan (QS. Ash Shof : 2-3)

1. Menjauhkan mereka dari teman teman yang buruk Hendaknya orang tua memberikan pengarahan kepada anak-anaknya agar memilih teman-teman yang baik agama dan budi pekertinya. Juga selayaknya orang tua memberikan pengertian dan senantiasa mengingatkan mereka akan bahaya bergaul dengan orang-orang tak sholih.

Rosululloh shollallohu alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya, perumpamaan teman baik dengan teman buruk, seperti penjual minyak wangi dan pandai besi; adapun penjual minyak, maka bisa jadi dia akan memberimu hadiah atau engkau membeli darinya atau mendapatkan aromanya; dan adapun pandai besi, maka boleh jadi ia akan membakar pakaianmu atau engkau menemukan bau busuk (HR Bukhari dan Muslim)

1. Membentengi diri mereka dari hal hal yang merusak akhlak mereka

Penyebab banyaknya penyimpangan yang dilakukan anak-anak baik dari segi aqidah maupun akhlak adalah apa yang mereka saksikan baik di media cetak maupun elektronik berupa gambargambar atau tayangan-tayangan yang merusak agama mereka. Solusinya adalah terus memantau aktivitas sehari-hari mereka, serta memberikan bimbingan akan dampak negatif dari kemajuan teknologi. Yang demikian ini bukan berarti melarang mereka untuk menggunakan sarana

informasi dan komunikasi, hanya merupakan pengarahan agar teknologi bisa termanfaatkan dengan baik.

1. Mengajarkan nilai-nilai luhur dalam ajaran islam Sudah sepantasnya bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai luhur pada diri anak-anaknya, seperti pentingnya iman dan islam, kecintaan pada Alloh Taala dan Rosul-Nya shollallohu alaihi wa sallam (yang nantinya membuahkan ketaatan terhadap perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan), juga mengajarkan mereka adab-adab islam sehari-hari,( seperti adab berpakaian, makan dan minum dsb), dzikir-dzikir dan doa-doa, cara bertutur kata, bergaul dengan baik terhadap orang yang lebih tua dan sesama, cinta akan kebersihan dan perilaku baik lainya.

1. Bersikap adil Yaitu bersikap kepada anak-anak, tidak membedakan antara satu anak dengan anak yang lainya dalam segala hal, baik dari sisi kasih sayang, perhatian, pengajaran, nafkah, hadiah dan lain sebagainya sehingga tidak terjadi kecemburuan diantara mereka.

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda:

Bertaqwalah kalian kepada Alloh, dan berbuat adillah terhadap anak-anak kalian (HR. Muslim)

1. Mendoakan kebaikan bagi mereka Hendaknya orang tua menyadari bahwa hidayah berada di tangan Alloh Subhanahu Wa Taala. Alloh memberikan hidayah kepada siapa saja yang Ia kehendaki dengan rahmat dan karuniaNya, sedang orang tua hanya bisa mengajarkan, mengarahkan, dan membimbing anak-anaknya. Oleh karena itu hendaknya memperbanyak berdoa untuk kebaikan mereka.

mereka berdoa: wahai Robb kami, berikanlah kami penyejuk hati dari istri-istri dan anakanak kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa (QS. Al-Furqon: 74).

Namun sebaliknnya, jauhilah dari mendoakan kejelekan bagi mereka (seperti: mengutuk, membodoh-bodohi, melaknat dan yang semisalnya)

Anak adalah amanah dari Alloh, dan kita diperintahkan agar bisa menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya.Semoga kita mampu menjaga dan menunaikan amanat yang diberikan kepada kita.Wallohu Taala Alam.

Tujuan Pendidikan Anak Menurut Islam Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, di Satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan kesetaraan maupun masyarakat. Pendidikan dalam pandangan Islam dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari tujuan pendidikan. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut

pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Pendidikan dalam pandangan agama Islam juga diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan menurut Islam dalam membentuk seorang muslim yang mampu melaksanakan kewajibannya kepada Allah, sebagaimana firman allah yang artinya, Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah kepada-Ku. (Adz-Dzariyat: 56). Maksud dari kata menyembah di ayat ini adalah mentauhidkan Alloh dalam segala macam bentuk ibadah sebagaimana telah dijelaskan oleh Ibnu Abbas rodhiyallohu anhu, seorang sahabat dan ahli tafsir. Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia di dunia ini hanya untuk beribadah kepada Alloh saja. Tidaklah mereka diciptakan untuk menghabiskan waktu kalian untuk bermain-main dan bersenang-senang belaka. Sebagaimana firman Alloh, Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat sesuatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian. (Al Anbiya: 16-17). Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara mainmain, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Al-Muminun: 115)

Sehingga jelas bahwa tujuan pendidikan dalam Islam harus terkait dengan tujuan penciptaan manusia itu sendiri di dunia ini, yakni menyembah Allah dengan segala aspeknya ibadahnya, baik yang berhubungan dengan Allah, sesama manusia maupun dengan lingkungannya. Ibadah yang juga berhubungan dengan masalah ukhrowi (akherat) maupun masalah dunia (ilmu dunia).

C.

Ruang Lingkup Pendidikan Anak Menurut Islam Adapun Ruang lingkup pendidikan anak menurut secara garis besar dibagi menjadi 5, yaitu:

1. Pendidikan Keimanan Tujuan pendidikan dalam Islam yang paling hakiki adalah mengenalkan peserta didik kepada Allah SWT. Mengenalkan dalam arti memberikan pembelajaran tentang keesaan Allah, kewajiban manusia terhadap Allah dan aspek-aspek aqidah lainnya. Dalam hal ini dapat dikaji dari nasehat Luqman kepada anaknya yang digambarkan Allah dalam firmannya: Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya diwaktu ia memberikan pelajaran kepadanya:hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesengguhnya

mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang nyata. (Q.S 31:13) Kemudian bagaimana cara mengenalkan Allah SWT dalam kehidupan peserta didik melalui proses pendidikan, antara lain:

a) Menciptakan hubungan yang hangat dan harmonis b) Jalin hubungan komunikasi yang baik dengan anak, bertutur kata lembut, bertingkah laku positif. Hadits Rasulullah : cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka: (H.R Bukhari) serta Barang siapa mempunyai anak kecil, hendaklah ia turut berlaku kekanak-kanakkan kepadanya. (H.R Ibnu Babawaih dan Ibnu Asakir) c) Menghadirkan sosok Allah melalui aktivitas rutin d) Seperti ketika kita bersin katakan alhamdulillah. Ketika kita memberikan uang jajan katakan bahwa uang itu titipan Allah jadi harus dibelanjakan dengan baik seperti beli roti. e) Memanfaatkan momen religius f) Seperti Sholat bersama, tarawih bersama di bulan ramadhan, tadarus, buka shaum bersama.

g) Memberi kesan positif tentang Allah h) Kenalkan sifat-sifat baik AllahJangan mengatakan nanti Allah marah kalau kamu berbohong tapi katakanlah anak yang jujur disayang Allah. i) j) Beri teladan Anak akan bersikap baik jika orang tuanya bersikap baik karena anak menjadikan orang tua model atau contoh bagi kehidupannya.

hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.(Q.S 61:2-3) k) Kreatif dan terus belajar l) Sejalan dengan perkembangan anak. Anak akan terus banyak memberikan pertanyaan. Sebagai orang tua tidak boleh merasa bosan dengan pertanyaan anak malah kita harus dengan bijaksana menjawab segala pertanyaannya dengan mengikuti perkembangan anak.

2. Pendidikan Akhlak Allah mengutus Nabi Muhammad kepada umat manusia adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Dalam proses pendidikan terdapat hadits dari Ibnu Abas bahwa Rasulullah pernah bersabda: Akrabilah anak-anakmu dan didiklah akhlak mereka., begitu juga Rasulullah saw bersabda: Suruhlah anak-anak kamu melakukan shalat ketika mereka telah berumur tujuh tahun dan pukullah mereka kalau meninggalkan ketika mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka. (HR. Abu Daud). Bagaimana cara megenalkan akhlak kepada anak melalui proses pendidikan, antara lain: a) Penuhilah kebutuhan emosinya Dengan mengungkapkan emosi lewat cara yang baik. Hindari mengekspresikan emosi dengan cara kasar, tidak santun dan tidak bijak. Berikan kasih saying sepenuhnya, agar anak merasakan bahwa ia mendapatkan dukungan. Hadits Rasulullah : Cintailah anak-anak kecil dan sayangilah mereka : (H.R Bukhari) b) Memberikan pendidikan mengenai yang haq dan bathil Sebagaimana firman Allah yang artinya:Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui .(Q.S 2:42) Seperti bahwa berbohong itu tidak baik, memberikan sedekah kepada fakir miskin itu baik. c) Memenuhi janji Dalam hal ini Hadits Rasulullah berbunyi:. Jika engkau menjanjikan sesuatu kepada mereka, penuhilah janji itu. Karena mereka itu hanya dapat melihat, bahwa dirimulah yang memberi rizki kepada mereka. (H.R Bukhari) d) Meminta maaf jika melakukan kesalahan e) Meminta tolong/ mengatakan tolong jika kita memerlukan bantuan.

3. Pendidikan intelektual Menurut kamus Psikologi istilah intelektual berasal dari kata intelek yaitu proses kognitif/berpikir, atau kemampuan menilai dan mempertimbangkan. Pendidikan intelektual ini disesuaikan dengan kemampuan berpikir anak. Menurut Piaget seorang Psikolog yang membahas tentang teori perkembangan yang terkenal juga dengan Teori Perkembangan Kognitif mengatakan ada 4 periode dalam perkembangan kognitif manusia, yaitu: a. Periode 1, 0 tahun 2 tahun (sensori motorik) Mengorganisasikan tingkah laku fisik seperti menghisap, menggenggam dan memukul pada usia ini cukup dicontohkan melalui seringnya dibacakan ayat-ayat suci al-Quran atau ketika kita beraktivitas membaca bismillah. b. Periode 2, 2 tahun 7 tahun (berpikir Pra Operasional) Anak mulai belajar untuk berpikir dengan menggunakan symbol dan khayalan mereka tapi cara berpikirnya tidak logis dan sistematis.

Seperti contoh nabi Ibrahim mencari Robbnya. c. Periode 3, 7 tahun- 11 tahun (Berpikir Kongkrit Operasional) Anak mengembangkan kapasitas untuk

berpikir

sistematik

Contoh : Angin tidak terlihat tetapi dapat dirasakan begitu juga dengan Allah SWT tidak dapat dilihat tetapi ada ciptaannya. d. Periode 4, 11 tahun- Dewasa (Formal Operasional) Kapasitas berpikirnya sudah sistematis dalam bentuk abstrak dan konsep 4. Pendidikan fisik Dengan memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi waktu tidur dan aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan mampu melakukan aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah: Ajarilah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda. (HR. Thabrani) 5. Pendidikan Psikis

Dalam hal ini Allah berfirman: Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benarbenar orang yang beriman. (QS. 3:139) Upaya dalam melaksanakan pendidikan psikis terhadap anak antara lain : Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih saying, pengertian, berperilaku santun dan bijak.
b) c)

a)

Menumbuhkan rasa percaya diri Memberikan semangat tidak melemahkan

D. Tiga Tahapan Pendidikan Anak menurut Islam Menurut sahabat Ali bin Abitahalib ra, pendidikan anak dapat dibagi menjadi 3 tahapan/ penggolongan usia, yaitu: 1. Tahap BERMAIN (la-ibuhum/ajaklah mereka bermain), dari lahir sampai kira-kira 7 tahun. 2. Tahap PENANAMAN DISIPLIN (addibuhum/ajarilah mereka adab) dari kira-kira 7 tahun sampai 14 tahun. 3. Tahap KEMITRAAN (roofiquhum/jadikanlah mereka sebagai sahabat) kira-kira mulai 14 tahun ke atas. Ketiga tahapan pendidikan ini mempunyai karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifat-sifatnya dan tahapan hidupnya.

Nomor 58 tahun 2009 tentang standar pendidikan anak usia dini.

8 Poin Standar Nasional Pendidikan - BSNP Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Standar Kompetensi Lulusan Standar Isi Standar Proses Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Standar Sarana dan Prasarana Standar Pengelolaan Standar Pembiayaan Pendidikan Standar Penilaian Pendidikan

Fungsi dan Tujuan Standar : Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. 1. Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 Tahun 2006 menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2. Standar Isi Standar Isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 3. Standar Proses Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. 4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:

Kompetensi pedagogik; Kompetensi kepribadian; Kompetensi profesional; dan Kompetensi sosial.

Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan. 5. Standar Sarana dan Prasarana Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. 6. Standar Pengelolaan Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar pengelolaan oleh Pemerintah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia yang berkaitan dengan Standar Pengelolaan. * Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

7. Standar Pembiayaan Pendidikan Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal sebagaimana dimaksud pada di atas meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud di atas meliputi:

Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya

8. Standar Penilaian Pendidikan Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:

Penilaian hasil belajar oleh pendidik; Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas:


Penilaian hasil belajar oleh pendidik; dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi.

Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh masingmasing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai